You are on page 1of 10

Nama Nim Prody

: Tiar Hakiki Lestari : S1 0090 : S1 Keperawatan

Makul : Kep. Komunitas Resume KEBUTUHAN DASAR LANSIA KESEIMBANGAN PHYSIOLOGICAL Umur, pendidikan, status bekerja, keluhan, status dirawat, gangguan kesehatan , dan gangguan kesehatan serta kecacatan berpengaruh terhadap ADL dasar. Peningkatan program kesehatan pra usia lanjut melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan usia lanjut, membiasakan olah raga sesuai dengan kemampuannya, menjaga keseimbangan gizi melalui diet garam dan lemak, menurunkan berat badan untuk yang kegemukan, menghilangkan kebiasaan merokok, menghindari cara hidup yang tidak teratur dan kurang sehat serta kebiasaan hidup lainnya yang kurang baik bagi kesehatan di masa lanjut usia. 1. Nutrisi dan Cairan Faktor factor yang mempengaruhi pengurangan kalori pada lansia : a. lansia mengalami pe fs. tubuh dan pe jumlah jaringan adiposa yang tdk teratur mempemgaruhi pe kerja metabolisme shg kalori tdk terbakar dgn cepat&baik Gigi memiliki berbagai tingkat erosi, abrasi mahkota dan struktur akar, prevalensi tinggi kehilangan gigi. Reductionin air liur untuk volume yang kira-kira sepertiga dari tahun sebelumnya. Pencernaan tidak efisien pati karena Atrofi penutup epitel pada mukosa mulut. penurunan ptyalin saliva

Peningkatan rasa ambang: aproximately sepertiga jumlah selera berfungsi per papilla tahun sebelumnya. Penurunan haus sensasi: kontraksi rasa lapar berkurang. Lemah gag reflek, peristaltik esofagus dcreased, relaksasi sfingter esofagus bagian bawah, motilitas lambung berkurang. Asam klorida Kurang, pepsin, dan asam pankreas menghasilkan Rendah lemak toleransi. Penurunan kolon peristaltis: sensasi dikurangi untuk sinyal untuk buang air besar. Kurang efisien kolesterol stabilisasi dan penyerapan. Peningkatan kadar lemak pankreas, penurunan enzim pankreas.

b. Basal Metabolic Rate (BMR) menurun 2% dari setiap 2 dekade usia individu sehingga mempengaruhi peningkatan berat badan sesuai dengan jumlah kalori yang dikomsumsi terutama pada usia dewasa muda Wanita 655 + [9,7 x BB (kg)] + [1,8 x TB (cm)] [4,7 x usia] = kcal/hr Pria 66 + [13,7 x BB (kg)] + [5 x TB (cm)] [6,8 x usia] = kcal/hr c. 2. Diit Diit kalori { sumber energi&serat } a. serat soluble : gandum&pectin {membantu me serum kolesterol & me perbaikan glukosa} Penurunan aktivitas sehari-hari

b. serat insoluble membantu fungsi usus (beras, sayuran, buah) c. rendah lemak hingga 30%dari total kalori yg dibutuhkan oleh setiap individu

d. rendah karbohidrat (mempertahankan tekanan darah stabil) jika tinggi KH beresiko terjadi peningkatan insulin (hypoglikemi) e. f. tingkatkan asupan protein 1 gr/kg BB (memperbaharui protein tubuh dan protoplasma ) shg dapat mempertahankan kerja enzim seimbang kalsium (membantu kekuatan muskuloskeletal dan mempertahankan mekanisme pembekuan darah tubuh

Pada wanita kebutuhan nutrisi dan cairan lebih tinggi dibutuhkan terutama pd wanita yg memiliki riwayat mengatur diit/konsumsi suplemen diit untuk menurunkan BB. Angka penyakit jantung meningkat pd usia 64-74 th terutama pd wanita yg saat usia muda sering menurunkan kebutuhan kalori 70 g dr 1800 kebutuhan kalori (30%) Kehilangan cairan intraseluler lebih tinggi 60% pd lansia drpd usia dewasa muda karena menurunnya asupan cairan kurang dr kebutuhan tubuh (1500 ml/hr or 50% dr kebutuhan). Penurunan asupan cairan pd lansia diantara lain disebabkan oleh : menurunnya rasa/sensasi haus takut inkontinensia (kondisi fisik/menurunnya kemampuan toileting) ketidakmampuan memperoleh cairan scr independently menurunnya motivasi mood dan ketidaksadaran Nausea, vomiting, ggn gastrointestinal

Kekurangan cairan beresiko : infeksi konstipasi penurunan fungsi bladder ketidakseimbangan ciran dan elektrolit dehidrasi (tubuh tampak lemas/lusuh, kulit kering, kulit tdk elastis, lidah kecoklatan, sunken cheeks, konsentrasi urin, ure darah lebih dr 60 mg/dl, penurunan kerja jantung dan ginjal, bingung

3.

Pengkajian Nutrisi a. Riwayat 1) Ggn. Gastrointestinal : ingesti, digesti, absorpsi, cairan/makanan yg keluar dr tubuh. 2) Tidak nafsu makan dan atau status nutrisi. 3) Diet, pengaturan pola makan, pemilihan/kekhususan akan jenis makanan tertentu. 4) Catatan intake nutrisi dalam 1 mg terakhir. b. Pemeriksaa Fisik 1) Rambut : mudah dicabut, gugur, warna kusam. 2) Kulit : goose bumps (pe Vit. B6), pallor (anemia), purpura (pe Vit. C), kecoklatan/pigmentasi pd kulit (pe niacin), kemerahan pd daerah sekitar mata-hidung-sudut mulut. 3) Turgor kulit. 4) Kekuatan otot. 5) Jarak pandang (pe Vit. A). 6) Dehidrasi (lesi, lidah, bau mulut, gigi). 7) Kumpulan gejala : nyeri lidah, indigesti, diare, konstipasi, kelemahan, kram otot, tersa seperti terbakar, pusing, nyeri tulang, nyeri sendi, dispnea, disphagia, anorexia, perubahan nafsu makan. c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah : darah lengkap, saturasi, protein, albumin, Hb, Ht, elektrolit, vitamin, waktu pembekuan darah. d. Kognitif dan Mood 1) Tes fungsi kognitif. 2) Mood : perilaku, kognisi, tingkat kesadaran, depresi (pe Vit. B6, Mg, niacin).

e.

Anthropometric 1) Perubahan BB dan Tb : perubahan 5% dalam 1 bln, 10% dalam 6 bln. 2) Ukur ketebalan trisep pd kulit (TSM). 3) Ukur lingkar lengan (MAC) Rumus : MMC (cm) = MAC (cm) [0,314 x TSM (mm)] Pria : MMC = 25,3 ; Wanita : 23,2 MMC dibawah 90% undernutrition MMC dibawah 60% malnutri (protein-kalori)

4.

Diagnosa Keperawatan a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keterbatasan mengunyah makanan.

b. Nyeri b.d buruknya kondisi gigi c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inefektif pencernaan makanan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan berlebihan garam dan permen untuk mengkompensasi perubahan rasa. e. f. 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kemampuan untuk merasakan sensasi kelaparan. Kurang volume cairan b.d rasa haus menurun.

Eliminasi a. Penurunan fungsi bladder : inkontinensia.

b. Pengaturan jadwal toileting pd perjalan jauh. c. Penurunan fungsi usus (usus halus-usus besar-pankreas) : konstipasi-flatulenc.

d. Kelenjar keringat : decreased of perspiration and oil production kulit tampak kering, tidak elastic. 6. Aktivitas Keterbatasan aktivitas lansia di pengaruhi oleh : a. b. c. penurunan kerja jantung penurunan aktivitas paru difusi O2 dalam paru melambat

d. penurunan massa otot, kekuatan dan pergerakan e. f. g. demineralisasi tulang, detorasi kartilago, jaringan tampak dr lapisan subkutis Penurunan penglihatan dan pendengaran Keriput, kuruns/tirus, kehilangan, perubahan warna rambut

h. Menurunnya pemasukan (income : ekonomi) Resiko aktivits inefektif : Perubahan fungsi fisiologi : a. Denyut nadi lemah

b. Peningkatan kerja jantung c. Penurunan kapasitas O2

d. Penurunan expansi paru dan ventilasi e. f. g. Penurunan kekuatan otot Demineralisasi tulang, resiko fraktur Motilitas gastrointestinal menurun

h. Sirkulais limfatik dan metabolisme menurun 7. Istirahat dan tidur Kualitas istirahat tidur pada lansia tidak bny berubah akan tetapi waktu/rentang mungkin akan berubah. Lansia akan mudah tidur awal akan tetapi jg bangun tidur lebih awal sedangkan org lain masih tertidur, shg lambat laun hal ini beresiko lansia menjadi mudah frustasi. Suasana hati dan lingkungan sangat berperan penting untuk membantu istirhat tidur lansia terpenuhi dng baik. Perubahan-Perubahan dan Kebutuhan Etika-Religi (Psikososial) Pada Lansia a. Teori Perubahan Psikososial Perubahan psikologi terjadi bersamaan dgn semakin lanjutnya usia. Teori-teori psikologi yg berhubungan dgn proses menua, antara lain: 1) Maslow (5 tingkatan telah dipenuhi o/ indv. Saat usila) aktualisasi diri: persepsi indv thd realita menua. 2) Jung (perkemb. indv. divisualisasikan: ekstrofet/introfet) 3) Course of Human Life (saat usila dpt menikmati hasil kerja kerasnya). 4) Erikson (psikologi perkemb. Yg mencerminkan pengaruh&latar belakang sosial budaya pd struktur ego/kemandirian). 5) Havinghurst (indv.must learn phase of growth: penyesuaian thd pe kekuatan fisik dan kes, masa pensiun & pengurangan pendapatan, kemungkinan kematian pasangan hidup, penyempurnaan hub. sosial dgn kel.usia dws tua) b. Teori-teori sosial yg berhubungan dgn proses menua, antara lain: 1) Pelepasan/Disengagement (indv. berpindah dr berpusat pd masy. Menjadi ke pribadi/diri sendiri dgn menarik diri dr masy.Cumming, Hendry-1996).

2) Aktivitas (lansia tetap aktif dlm masy. Sbg gambaran kesanggupan u/mempertahankan kepuasan hidup seseorang dan konsep diri positif coz lansia a/tetap merasa muda, lebih bersemangat&tdk menarik diri dr masy. 3) Kontinuitas (sifat-sifat kepribadian telah berubah sesuai dgn tahap perkemb. Yg dialami indv.&kadangkala dpt berubah sesuai dgn usia shg mereflesikan kecendrungan generasi yg mrp hasil sosialisasi dgn kel.Nuugarten) 4) Subkulture (status ind. Made base on kes&mobility ability shg memperlihatkan hub.kuat antara peer group&proses aging serta me harga diri lansia, Rose1999) 5) Stratifikasi Usia (lansia dianggap sbg elemen masy.&sbg angg.dr peersuatu proses sosial yg mempengaruhi satu sama lain) 6) Kesesuaian Pribadi-Lingkungan/Person-Environment fit Theori 7) Menghub.kemampuan personal ind. dgn lingkungan dmn ia berinteraksi (fc.usia/penyakit dpt influence tingk.hub.Indv. dgn ling. a/terbatas) c. Pendekatan Psikis 1) Peran aktif u/ pendekatan edukatif, perawat dpt berperan sbg suporter interpeter thd segala sesuatu yg asing sbg penampung rahasia&sbg sahabat. 2) Perawat hrs dpt membangkitkan semangat&kreasi lansia dlm mengurangi rasa takut, rasa rendah diri, keterbatasan sbg akibat dr ketidakmampuan fisik&kelainan yg dideritanya. d. Pendekatan Sosial Menurut Drs.H.Manan : Komunikasi dlm Perawatan tdk sedikit klien tdk bisa tidur krn stress. Strees memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yg dirumah menimbulkan kekecewaan, rasa takut&kekhawatiran a/ kecemasan. U/ menghilangkan rasa jemu&menimbulkan perhatian thd sekelilingnya perlu diberi kesempatan kpd mereka u/ikut menikmati keaad. Luar, spy mereka merasa msh ada hub.dgn dunia luar. e. Pendekatan Psikososial 1) Pensiun 2) Merasakan/sadar a/ kematian 3) Ditinggal o/pasangan hidup (meninggal) 4) Perubahan peran dlm keluarga/masy. 5) Persepsi/citra dan harga diri tdk ada 6) Kesepian akibat pengasingan dr ling.sosial 7) Penyakit kronis & ketidakmampuan f. Masalah/Resiko yg sering terjadi pada lansia 1) Gangguan Proses pikir : pelupa, pikun, atau bingung dan curiga

Tandanya: sering mengulang pembicaraan lupa meletakkan sesuatu lupa thd peristiwa yg br terjadi tdk dpt mengingat nama, tempat, dan waktu tdk mampu melakukan perhitungan sederhana

Curiga, tandanya: takut pd org tertentu takut pd waktu tertentu(ex:malam) takut pd lokasi yg baru

2) Gangguan Perasaan: Proses kehilangan yg berlebihan Tandanya: kehilangan BB/nafsu makan kelelahan acuh tak acuh kesepian merasa tdk mampu melakukan sesuatu yg sederhana sedih mudah tersinggung cemas

3) Gangguan Perasaan: Proses kehilangan yg berlebihan Tandanya: kehilangan BB/nafsu makan kelelahan acuh tak acuh kesepian merasa tdk mampu melakukan sesuatu yg sederhana sedih mudah tersinggung cemas

Tugas Khusus 1. Community Based Geriatric Service a. Mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat termasuk para lansianya

b. Puskesmas, dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan tingkat ini c. Puskesmas berperan dalam membentuk klub/kelompok lanjut usia

2. Hospital Based Geriatric Service RS menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia dari yang sederhana (poliklinik lansia) sampai pada yang maju ( bangsal akut, klinik siang terpadu nursing hospital, bangsal kronis dan atau panti werdha nursing home Tingkatan-tingkatan pelayanan yang diberikan berdasar kemampuan RS dibagi a. b. c. d. Tingkat sederhana : hanya menyediakan layanan poliklinik lanjut usia Tingkat sedang : Layanan diberikan selain poliklinik jg siang terpadu (day hospital) Tingkat lengkap : sama seperti layanan tingkat sederhana ditambah pengadaan bangsal lansia dengan penyakit akut Tingkat paripurna : diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah dengan bangsal lansia dengan penyakit kronis

Prinsip Dasar Penanganan Rehabilitasi Medik Pada Lansia: a. Penanganan berdasarkan penyakit yang mendasari

b. Hindari komplikasi immobilitas c. Memperlihatkan dan meningkatkan motivasi dan faktor psikologik

d. Berikan dorongan untuk mobilisasi e. Cegah isolasi sosial

Program- program yang dapat diberikan untuk para lansia: a. Program fisiotherapi : 1) Alih baring (untuk mencegah timbul dekubitus) 2) Latihan aktif dan pasif untuk anggota gerak 3) Latihan bangun, duduk, berdiri sendiri 4) Latihan jalan sendiri b. Program Okupasi terapi 1) Latihan makan dan minum sendiri 2) Latihan memakai baju sendiri 3) Latihan menyisir rambut sendiri

4) Latihan mandi/toileting sendiri 5) Latihan membersihkan tempat tidur/lingkungan sendiri c. Program terapi wicara : Mengajak berkomunikasi baik dengan bicara maupun isyarat d. Program ortotis-prostetis 1) Mengevaluai kondisi kamar mandi/jamban, apakah perlu di modifikasi bentuk, pegangan dsb 2) Mengevaluasi kondisi rumah, apakah ada tangga dirumah, perlu pegangan 3) Mengevalusi apakah perlu alat bantu untuk mobilisasi e. Program psikoterapi : 1) Mengevaluasi keadaan lansia sehari-hari, apakah sulit tidur, sedih tidak mau berkomunikasi, tidak mau minum obat, tidak mau makan, tidak mau latihan dsb 2) Memberikan motivasi semangat hidup . Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Bagi Lansia: a. Populasi lansia merupakan populasi yang heterogen (Aspek kesehatan, segi psikologik, sosial dan ekonomi

b. Jenis pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi (Fisik, psikis, sosial dan ekonomi) 3. Hospice Hospice berbeda dengan rumah sakit pada umumnya, meskipun memiliki perlengkapan medis, hospice lebih menekankan pada pelayanan dalam menghibur pasien menjelang akhir hidupnya. Hal ini bukanlah berarti tindakan bantuan harapan untuk hidup tidak diberikan lagi. Paramedis tetap memberikan pelayanan bantuan medis lainnya yang dibutuhkan. Tenaga medis bekerja berdasarkan ketentuan-ketentuan khusus yang didasarkan pada penggunaan prosedur untuk mempertahankan hidup ( lifesustaining procedures) pada pasien. Namun demikian, keputusan dan diskusi dengan anggota keluarga atau wali yang resmi merupakan hal yang utama dalam menentukan tindakan medis selanjutnya pada pasien yang hendak meninggal. Tenaga medis dari multi disiplin ilmu, dokter, dokter psikiatrik, psikolog, pekerja sosial dan sukarelawan yang terlatih bekerja secara bersama-sama dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada pasien, perawatan ini berupa pendekatan-pendekatan psikologis kepada pasien secara teratur, mempertahankan kontak mata, menyentuh dengan tepat, mendengarkan

perkataan pasien, dan menjawab semua pertanyaan pasien dengan menghargai dan bijaksana. Karena hospice berbeda fungsinya dengan rumah sakit, maka haruslah didesain dengan ramah, memberikan kenyamanan dan sifatnya kekeluargaan. Ruangan lebih mirip dengan rumah, tersedia ruangan atau tempat kunjung keluarga. Tujuannya adalah menghibur pasien dan anggota keluarga. Hal yang paling penting adalah biaya harus lebih murah dibandingkan rumah sakit umum untuk perawatan yang sama. Tenaga medis hospice dapat juga bekerja di rumah pasien atau juga bagian dari perawatan dirumah atau merupakan terpisah dari hospice sendiri yang diakui oleh pemerintah (home health care agencies) seperti yang ada di negara Amerika Serikat, tenaga medis ini menerima pelayanan perawatan di rumah pasien yang diminta oleh pihak keluarga. Biaya perawatan diklaim selanjutnya kepada pemerintah berdasarkan ketentuan dan syarat yang berlaku. Pasien Khusus Pasien yang diterima di hospice merupakan pasien khusus yang telah ditentukan oleh tenaga medis professional. Meskipun terjadi perbedaan atau ketidakmampuan manusia dalam menentukan panjang usia pasien yang mengidap penyakit terminal, tenaga medis tidak serta merta berpegang pada penentuan usia harapan hidup. Misalnya pasien yang menderita kanker stadium IV, secara medis harapan usia hidup sangat pendek, namun beberapa pasien dapat hidup lebih lama dari dugaan sebelumnya. Ketika pertama sekali hospice dibangun sekitar tahun 1960an, Dame Cicely Saunders memperuntukkan hospice kepada pasien kanker stadium IV, saat ini diperkirakan ada 1.800 unit perawatan orang-orang yang hampir meninggal di Amerika Serikat. Sebagian besar pasien yang adalah orang-orang yang hampir meninggal termasuk orangtua yang telah lanjut usia yang mengalami sakit (timely death) Pasien dengan kondisi tertentu yang secara medis dapat ditetapkan berdasarkan pengertian kematian secara medis. Misalnya pasien yang mengalami kematian otak (brain-dead) dimana pasien mengalami disfungsi keseluruhan otak yang ireversibel, atau pasien yang bertahan hidup dari alat-alat restitusi. Pasien AIDS merupakan salah satu contoh perlunya hospice untuk pasien yang hampir meninggal. Meningkatnya epidemik AIDS merupakan sebuah tantangan bagi sistem perawatan medis dan kesehatan mental bagi tenaga medis, pekerja sosial , dan juga bagi pasien serta keluarganya.

You might also like