You are on page 1of 15

Penatalaksanaan Post Anestesi

Ruangan dan fasilitas Monitoring pasca operasi

Komplikasi pasca anestesi

Aldrete score

Ruangan dan Fasilitas


RR (Recovery Room) PACU (Post Anestesia Care Unit) atau UPPA (Unit Perawatan Pasca Anestesi)

Orofaring, orotrakeal, laringoskopi, alat trakeostomi, dalam segala ukuran. Pemberian oksigen pasca bedah untuk mencapai 25% - 100% dibutuhkan nasal kanul, masker oksigen dan masker dengan kantung udara yang dapat untuk pemberian napas buatan. Pulse oxymeter (SpO2), fiberoptic laryngoscope dan mesin napas buatan bila memungkinkan harus disediakan Apabila tidak disediakan maka pasien yang membutuhkan dapat dilanjutkan perawatan di ruang perawatan intensif.

Untuk menanggulangi sirkulasi harus disiapkan cairan NaCl 0,9%, dextrose 5%, infuse, set jarum infuse. Untuk monitor system sirkulasi dibutuhkan tensimeter dengan stetoskop, EKG, tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonalis Monitor suhu pasca bedah sangat penting sehingga dapat diketahui secara dini adanya hipotermi atau pun hipertermi yang segera harus diatasi.

Untuk penyimpanan darah dan obat yang harus ada di tempat dingin disediakan refrigator. Fasilitas untuk pemasangan pipa lambung, kateter dan vena seksi harus disediakan pengelolaan pembuangan cairan gaster, urin, dan cairan yang lain dirancang di daerah ruang pulih sadar.

Monitoring Pasca Operasi


Monitoring: EKG, SpO2, tekanan darah Terapi oksigen Pain therapy, anti muntah

Monitoring Pasca Operasi


Kesadaran Respirasi Sirkulasi

Denyut jantung

Suhu tubuh

Fungsi ginjal dan saluran kencing

Fungsi saluran cerna

Aktivitas motorik

Posisi

Komplikasi Pasca Anestesi


Gangguan pernapasan
Obstruksi total/parsial (lidah jatuh menutup faring, edema laring, spasme laring) Manuver tripel, pasang jalan napas, O2 100% Kalau tidak menolong sungkup laring Karena edema laring bersihkan jalan napas, kortikosteroid Obstruksi napas (-) tetapi pasien sianosis hiperkarbi, hiperkapni, PaCO2 > 45 mmHg) atau saturasi O2 menurun (hipoksemi, SaO2 <90 mmHg) pernapasan pasien lambat dan dangkal (hipoventilasi). Pernapasan lambat akibat kebanyakan opioid berikan nalokson Napas dangkal akibat pelumpuh otot masih bekerja diberikan prostigmin-atropin Hipoventilasi yang berlanjut akan menyebabkan asidosis, hipertensi, takikardi yang berakhir dengan depresi sirkulasi dan henti jantung

Gangguan kardiovaskular
Hipertensi nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakea, cairan infuse berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksi, hiperkapni dan asidosis. Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama gagal ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema paru atau perdarahan otak. kalau perlu dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitroprusid (niprus) 0,5-1,0 g/kg/menit. Hipotensi perdarahan, terapi cairan kurang adekuat, keluaran air kemih belum diganti, kontraksi miokardium kurang kuat atau tahanan vascular perifer menurun. Hipotensi terjadi hipoperfusi organ vital yang berlanjut dengan hipoksemia dan kerusakan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan factor penyebabnya. Berikan O2 100% dan infuse kristaloid RL atau asering 300-500 mL. Takikardia disebabkan oleh hipoksia, hipovolemia, akibat obat simpatomimetik, demam, dan nyeri. Bradikardi disebabkan oleh blok subarachnoid, hipoksia (pada bayi) dan refleks vagal. Disritmia paling sering disebabkan hipokalemia, asidosis-alkalosis, hipoksia, hiperkapnia atau memang pasien penderita sakit jantung.

Gelisah
Gelisah hipoksia, asidosis, hipotensi, kesakitan, efek samping obat misalnya ketamin atau buli-buli penuh. Setelah disingkirkan sebab-sebab tersebut di atas, pasien dapat diberikan penenang midazolam 0,05-0,1 mg/kg BB.

Nyeri
analgesia regional pasien dewasa sering ditambahkan morfin 0,05-0,10 mg saat memasukkan anestetik local ke ruang subaraknoid atau morfin 2-5 mg ke ruang epidural membebaskan nyeri pasca bedah sekitar 10-16 jam Setelah itu nyeri yang timbul biasanya bersifat sedang atau ringan dan jarang diperlukan tambahan opioid kalau pun perlu cukup diberikan analgetik golongan AINS (antiinflamasi non steroid) (ketorolak 1020 mg iv atau im) Opioid lain seperti petidin atau fentanil jarang digunakan intradural atau epidural, karena efeknya lebih pendek sekitar 3-6 jam.

Mual muntah
sering terjadi setelah anestesi umum terutama pada penggunaan opioid, bedah intra-abdomen, hipotensi dan pada analgesia regional. Obat mual-muntah yang sering digunakan pada perianestesia ialah: Dehydrobenzperidol (droperidol) 0,05-0,1 mg/kgBB (amp 5 mg/ml) im atau iv Metoklopramid (primperan) 0,1 mg/kgBB iv, supp 20 mg Ondansetron (zofran, narfoz) 0,05-0,1 mg/kgBB iv Cyclizine 25-50 mg

Menggigil
akibat hipotermia atau efek obat anesthesia Hipotermi terjadi akibat suhu ruang operasi, ruang UPPA yang dingin, cairan infuse dingin, cairan irigasi dingin, bedah abdomen luas dan lama. Menggigil selain akibat turunnya suhu dapat juga disertai oleh naiknya suhu dan biasanya akibat obat anestetik inhalasi. Terapi petidin 10-20 mg iv pada dewasa sering dapat membantu menghilangkan menggigil selain itu perlu selimut hangat, infus hangat dengan infusion warmer lampu penghangat untuk menaikkan suhu tubuh.

Aldrete Score
Nilai
Kesadaran Warna

2
Sadar, orientasi baik Merah muda (pink) Tanpa O2 SaO2 >92%

1
Dapat dibangunkan Pucat atau kehitaman Perlu O2 SaO2 >90%

0
Tak dapat dibangunkan Sianosis Dengan O2 SaO2 tetap <90%

Aktivitas

4 ekstremitas bergerak 2 ekstremitas bergerak Tak ada ekstremitas bergerak

Respirasi

Dapat napas dalam Batuk

Napas dangkal Sesak napas

Apneu atau obstruksi

Kardiovaskular

Tekanan berubah <20%

darah Berubah 20-30%

Berubah >50%

Kriteria pindah dari UPPA jika nilai 9 atau 10

You might also like