You are on page 1of 7

Nama kelompok : 1. Faisal .A 2. Inggi .W 3. Kurnia Ade.

Hasil: Penelitian ini menunjukkan insidensi terbanyak adalah dermatofitosis. Menurut Budimulja8 mikosis superfisialis yang banyak dijumpai adalah pitiriasis versikolor, kandidosis, dan dermatofitosis.Di beberapa rumah sakit insidensi kandidiasis kutis dapat melampaui insidensi pitiriasis versikolor (Ujungpandang, Medan, Denpasar). Berbeda dengan laporan Budimulja Jakarta tahun 1989 dan Dhiana dkk tahun 1994 di Semarang yakni pitiriasis versikolor menempati urutan pertama disusul dengan dermatofotosis dan kandidiasis kutis.

Kesimpulan:
Telah dilakukan penelitian di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2003 sampai dengan 2005, ternyata kasus mikosis superfisialis masih cukup banyak, dengan kasus terbanyak yang dijumpai adalah pitiriasis versikolor, disusul dengan tinea kruris, kemudian tinea korporis. Tinea imbrikata tidak pernah ditemukan pada tahun 20032005. Perbandingan angka kesakitan mikosis superfisialis pada perempuan lebih besar daripada laki-laki. Kelompok umur terbanyak yang menderita mikosis superfisialis ialah kelompok usia produktif yaitu 2544 tahun. Sedangkan kelompok usia yang paling sedikit menderita mikosis superfisialis adalah kelompok balita yaitu usia 14 tahun.

Saran:

Dari penelitian retrospektif yang telah dilakukan, beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk pelayanan di Divisi Mikologi URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah sebagai berikut: sistem pencatatan penderita di Divisi Mikologi URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 20032004 dilakukan tidak pada kartu rekam medik penderita melainkan pada buku kunjungan yang memberikan informasi terbatas tentang penderita, sedangkan pada tahun 2005 pencatatan penderita memakai sistem komputerisasi yang bisa memberikan data lebih lengkap tentang penderita. Hal tersebut menyebabkan kesulitan pengambilan dan evaluasi data dari masing-masing sistem dengan kelengkapan data yang berbeda, data tentang Pemeriksaan Lampu Wood yang dilakukan pada pitiriasis versikolor dan tinea kapitis sebaiknya dilengkapi sehingga bisa dievaluasi hasilnya. Karena berbagai keterbatasan pemeriksaan kultur hanya dilakukan pada sedikit kasus (1,92%). Untuk keperluan pengobatan dan penelitian, sebaiknya pemeriksaan kultur lebih sering dilakukan pada supaya bisa dievaluasi atau diperoleh informasi yang lebih mencerminkan spesies dari kasus mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Kulit Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sebaiknya diagnosis onikomikosis disesuaikan setelah diketahui jamur penyebabnya. Apabila dari pemeriksaan KOH + Tinta Parker atau kultur telah ditemukan maka didiagnosis disesuaikan dengan hasil yang didapatkan tidak hanya sebagai onikomikosis.

You might also like