You are on page 1of 18

Pendahuluan

Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan yang primitif untuk membuang sekresi yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernafasan. Refleks batuk ini terjadi akibat teransangnya reseptor batuk yang terdapat saluran nafas ataupun diluar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan ujung n.vagus terdapat diantara sel-sel epitel berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus, paranasalis, saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard dan diafragma.

Rangsangan yang dapat mencentuskan batuk antara lain :


1. udara dingin 2. benda asing seperti debu 3. radang/edema mukosa saluran nafas 4. tekanan terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor 5. lendir pada saluran nafas 6. kontraksi pada saluran nafas Batuk ini menjadi tidak fisiologik, jika berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Dalam hal ini, batuk merupakan manifestasi utama dan kelainan saluran nafas, seperti sesak nafas, pilek dan lain-lain. Batuk yang berkepanjangan/berlama-lama pada anak tidak jarang dan selalu menimbulkan kecemasan pada orang tua penderita yang telah berusaha mengobatkan anaknya secara medis maupun secara tradisional. Disamping dapat terjadi komplikasi dari penyakit penyebab batuk kronik dan berulang, seperti dapat mengganggu tidur, pertumbuhan dan perkembangan si anak dengan sering bolos tidak masuk sekolah.

Telah disepakati bahwa batuk kronik dan berulang


(BKB) pada anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai etiologi dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurang 2 Minggu berturutturut dan/atau paling sedikit 3 episode dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respitorik/nonrespitorik lainnya.

ETIOLOGI
Batuk kronik bukan suatu penyakit yang tunggal, melainkan

merupakan gejala dari berbagai penyakit respiratorik maupun non respiratorlk. Etiologi/klasifikasi BKB pada anak, antara lain : 1.Bronkitis Infeksi (virus,bakteri) Alergi (asma) Kimiawi (aspirasi susu, isi lambung, inhalasi asap rokok) Berhubungan dengan infeksi kronik saluran nafas atas2. 2. Penyakit paru supuratif (seperti: fibrosis, bronkikiektasis, kollaps paru dengan infeksi sekunder, lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi, abses, pneumonia inhalasi dan benda asing.

Etiologi/klasifikasi BKB pada anak, antara lain (lanjutan) :


3. Lesi fokal dan laring, trakea atau bronkus (benda asing; tumor, kista atau kelenjar di mediasnitium atau paru; stenosis, kista atau hemangioma dari laring atau trakea) 4. Tuberkulosis 5. Post nasal drip Jika pasien anak yang memperlihatkan gejala batuk yang cukup lama dan menetap, kemungkinan disebabkan oleh tiga hal, yaitu batuk karena Tb primer, batuk karena alergi dan batuk karena kelainan jantung bawaan.

DIAGNOSA
Anarnnesa memegang peranaan sebesar 80% dalam menegakkan dagnosa penyebaba batuk yang menetap. Dalam anamnesa tentang batuk yang merupakan keluhan utama penderita perlu &tanyakan mengenai lamanya batuk, frekuensi serangan, waktuwaktu serangan, factor pencetus, apakah dimulai dengan bersin atau tidak, dan sebagainya.

Umur pertama kali mendapatserangan juga perlu &tanyakan. Batuk kronik yang sudah lama muncul sejak lahir ataupun beberapa minggu atau bulan setelah lahir. Pada pemeriksaan fisis perhatian khusus dtujukan pada keadaan tenggorok, paru,jantung

Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium rutin darah, urin dan tinja serta pemeriksaan laboratorium khusus seperti mikrobiologk, imunologik, pemeriksaan faal paru dll. Uji tuberkulin mempunyai nilai diagnostik yang penting pada tuberculosis anak. Pada kasus yang dsangkakan alergi atau dalam keluarga dijumpai riwayat ilergi maka perlu hlakukan pemeriksaan IgE serum dan mungkin dlanjutkan dengan pemeriksaan uji kulit (Prick test, dsd.). Pemeriksaan uji fad paru terutama untuk menilai ada tidaknya obstruksi saluran nafas.

Pemeriksaan radiologik
Foto torak umumnya dlakukan pada kasus dengan infeksi yang dragukan etiolognya spesifik atau non spesifik, bronkiektasis dan proses paru yang lain yang secara klinis belum jelas. Gambaran rahologk paru dapat berupa adanya massa, kelainan kardiovaskuler dan lain-lain. dapat djumpai perpadatan diffus atau bercak dengan atau tanpa daerah radolusens. Pemeriksaan radiologik tambahan lainnya seperti dpertimbangkan untuk membantu menegakkan dagnosis.

penatalaksanaan
Penanganan BKB umumnya terdiri atas terapi kausal, simtomatik dan rehabilitasi. Bila didapatkan kelainan yang khas sebagai penyebab Pemberian antibiotika sebagai terapi kausal hendaklah dberlkan pada kasuskasus yang infeksi yang jelas sebagai factor penyebabnya. Misalnya pada penderita pertusis dapat diberikan eritromisin dengan dosis 30-50 mg/kgbb/hari atau golongan ampisilin 50- 100 mg/kgbb/hari.

Terapi simtomatik umumnya terdri atas obat-obatan : 1. Ekspektoran 2. Antitusif 3. Mukolitik 4. Antihstamin 5. bronkodlator

Ekspektoran adalah obat-obat yang bekerjameningkatkan sekresi saluran pernafasan. Yang sering hgunakan adalah guafenesis dan gliseril guaiakolat. Guaiakol sebagai ekspektoran juga bekerja mengencerkan secret.

Anti tusif ialah obat yang bekerja menekan refleks batuk baik secara sentral maupun perifer pada reseptor batuk, contohnya dekstrometorfan hidrobromid (non narcotic antitussive) dan kodein fosfat (narcotic antitussive). gunakan pada batuk non produktif (batuk kering), tidak boleh hgunakan pada batuk supuratif dan hipersekresi lendr.

Mukolitik adalah obat yabg dapat mengurangi viskositas lendir yang kental misalnya bromheksin, asetil sistein,dll. menimbulkan efek samping seperti, mual muntah, diare, rinorhoe, spasme bronkus. Antihstamin sebag obat batuk tergolong antitusif. Pada dosis yang efektif terutama diferhdramin dapat menyebabkan mengantuk. Disamping itu juga dapat mengeringkan secret.

Dari kelompok bronkodilator dkenal derivat teofilin dan obatsimpatomik (adrenergk). Bronkolidator yang ideal dari golongan simpatomimetik ialah yang hanya merangsang beta-2 adrenoreseptor dan lazim dpakai pada pengobatan asma dan/ bronkhitis adalah salbutamol, terbutalin, metaproterenol dan lain-lain.

Fisioterapi

Fisioterapi merupakan suatupengibatan suportif. Pada penderita dmana terdapat banyak sekret dalam saluran pernafasan.

You might also like