You are on page 1of 18

PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN, KEUANGAN SERTA TEKNOLOGI DAN MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

MAKALAH ETIKA BISNIS

Nama NPM Kelas

:Alwin Caecario : 10210586 : 4EA11

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013

PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN, KEUANGAN SERTA TEKNOLOGI DAN MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005). Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah: 1. Pengendalian diri. 2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility). 3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. 4. Menciptakan persaingan yang sehat. 5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan.

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) 7. Mampu menyatakan yang benar itu benar. 8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah. 9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. 10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati. 11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu : 1. Dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena biaya serendahrendahnya. 2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain. 3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok

Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif : 1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi.

Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran. 2. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan. 3. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi,kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen. 4. Etika Bisnis itumembutuhkan kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya. 5. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda. 6. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis. 7. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi

kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal. 8. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkandiri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika. 9. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan seharihari. 10. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya. Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya. Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.

Prinsip Etika Bisnis Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masingmasing masyarakat.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut : 1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil. 2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci

keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain). 3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya. 4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif. 5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

Konsep Etika Bisnis dalam Pemasaran 3 konsep etika dalam pemasaran menurut John R. Boatright adalah : 1. Fairness (Justice) Fairness menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan yang paling dasar dari transaksi pasar. Setiap pertukaran atau transaksi dianggap fair atau adil ketika satu sama lain memberikan keuntungan (mutually beneficial) dan memberikan informasi yang memadai. Namun, pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan. Hal ini disebabkan karena penjual tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan semua informasi yang relevan kepada

pembeli/pelanggan, dan pembeli memiliki suatu diinformasikan mengenai apa yang dibelinya.

kewajiban untuk

Pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kewajiban menyangkut informasi ini terbagi menjadi 2 doktrin tradisional dalam pemasaran, yaitu caveat emptor (biarkan pembeli berhati hati) dan caveat venditor (biarkan penjual berhati hati). 2. Freedom Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen. Freedom dapat dikatakan tidak ada apabila pemasar melakukan praktik manipulasi, dan mengambil keuntungan dari populasi yang tidak berdaya seperti anak anak, orang orang miskin, dan kaum lansia. 3. Well-being Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk dan juga periklanan, dan juga product safety.

Norma & Etika Umum dalam bidang Pemasaran Etika pemasaran dalam konsep produk o Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat. o Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit o Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi o Produk yang dapat memuaskan masyarakat Etika pemasaran dalam konteks harga o Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat. o Perusahaan mencari margin laba yang layak. o Harga dibebani cost produksi yang layak. Etika pemasaran dalam konteks tempat/distribusi o Barang dijamin keamanan dan keutuhannya. o Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat. Etika pemasaran dalam konteks promosi o Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.

o Sabagai sarana untuk membangun image positif. o Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen. o Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran. o Tidak mengecewakan konsumen. Ada tiga fakor yang mempengaruhi manajer pemasaran untuk melakukan tindakan tidak etis (Schermerhorn, 1999), yaitu : 1. Manajer sebagai pribadi. Manajer sebagai pribadi ingin memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, faktor lain yang mendorong manajer melakukan perilaku tidak etis yaitu agama dan tingkat pendidikan 2. Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari top manajemen akan mempengaruhi tindakan etis para manajer, sehingga kadangkala mereka mengabaikan prinsip-prinsip pribadi mereka untuk kepentingan organisasi. 3. Lingkungan Konsep Etika Bisnis dalam Keuangan Beberapa praktek etika bisnis dalam dunia keuangan diantaranya : 1) Insider trading Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair. Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi dari dalam yang tidak tersedia bagi umum. Pada tahun 1980an di Amerika Serikat terjadi beberapa kasus yang menghebohkan. Dalam satu kasus umpamanya , ada orang yang membeli 150.000 saham dari suatu perusahaan, setelah ia mendengar informasi bahwa mereka akan mengadakan merger dengan perusahaan lain. Publik belum tahu tentang rencana itu. Setelah renceana merger diumumkan ia dapat menjual sahamnya dan untung 2,7 juta dollar. Mengapa insider trading dikatakan tidak fair ? Karena tidak disetujui oleh pihak lain yang aktif di pasar saham. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua orang yang bergiat di sini mempunyai pengetahuan yang sama

tentang keadaan perusahaan yang mereka jual belikan saham nya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak umum (rahasia dan tersembunyi) tidak berlaku fair. 2) Etika Investasi. Dalam dunia usaha, investasi merupakan unsur penting yang tidak bisa dipisahkan, karena investasi tersebut adalah salah satu unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara tersebut. Dimana konsep pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh SDA(sumber daya alam) dan SDM( sumber daya manusia). Kedua unsur tersebut tidak terlepas dari adanya investasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu Negara dan meningkatkan produktifitas sumber daya manusianya. Bagian penting investasi juga dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat suatu Negara, karena dana suatu usaha yang dimiliki oleh seseorang tidak boleh mengendap dan harus berputar. Jadi setiap orang yang memiliki kelebihan dana harus diinvestasikan agar produktif, sehingga dapat memberikan keseimbangan ekonomi di masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dapat merata dalam suatu negara. Etika dalam praktik investasi didasarkan pada nilai-nilai dasar yang mendorong proses investment. Investasi bukan hanya sarana untuk memaksimalkan keuntungan saja, tetapi dapat juga sebagai alat untuk melayani masyarakat dalam hal mencari pekerjaan yang menghasilkan keuntungan, melindungi lingkungan, mempromosikan hak asasi dan demokratisasi. Investasi yang etis memerlukan transparansi, tanggung jawab sosial yang sesungguhnya, dan dalam proses mencari yang adil kembali pada investasi tersebut. Etika dalam praktik investasi bukan hanya tentang keuangan saja, tetapi melibatkan investasi dalam waktu, sumber daya, ide dan proses yang lebih besar untuk umum baik dari manusia dan lingkungan. Selain itu, investasi juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa resiko keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi

disebabkan oleh banyak hal seperti faktor keamanan (baik dari bencana alam atau yang diakibatkan oleh manusia), ketertiban hukum dan lain-lain. 3) Takeovers, Merger, and Leverage Buyouts (LBOs) Akuisisi dapat dilakukan secara bersahabat ataupun dengan cara hostile takeover . Umumnya penolakan akuisisi berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi. Hal ini dapat dimengerti, karena merekalah yang kemungkinan besar akan kehilangan posisi mereka. Untuk mengatasi kemungkinan ini, mereka mungkin

menggunakan berbagai taktik mempertahankan diri seperti golden parachute, white knight, dan poisson pill. Dalam peristiwa akuisisi, pihak yang seringkali tidak setuju adalah manajemen dari perusahaan yang akan dibeli ( acquired company ). Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dari pihak manajemen perusahaan yang akan dibeli akan terancam posisi apakah digeser, diganti atau mungkin dihilangkan posisi jabatan yang ada sebelumnya. Apabila merger dapat dilakukan secara bersahabat ( friendly merger ), maka manajemen kedua perusahaan akan melakukan perundingan yang berkaitan dengan harga yang wajar, pembayaran akuisisi dan lain sebagainya yang akan diusulkan kepada pemilik perusahaan. Akan tetapi apabila manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak setuju dengan usulan-usulan yang diajukan oleh perusahaan yang akan mengakuisisi, maka proses akuisisi ini akan dilakukan dengan cara hostile takeover. Hostile takeover berarti cara akuisisi yang dilakukan dengan tidak mengajak berunding perusahaan yang akan diakuisisi ( acquired company ), perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin akan memberikan tawaran yang cukup menarik agar acquired company mau menjual perusahaannya, misalnya dengan menawarkan harga saham yang lebih tinggi dari harga pasar. Dalam hal ini, pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi, kemungkinan akan melakukan berbagai macam taktik untuk

mempertahankan diri ( defense tactics ) yang intinya bertujuan agar supaya

akuisisi yang akan dilakukan tidak terjadi. Dengan demikian posisi yang mereka duduki selama ini di dalam manajemen perusahaan tidak akan terancam. Beberapa taktik yang kemungkinan dilakukan antara lain adalah Golden Parachute, yaitu taktik yang dinyatakan dalam kontrak kerja, yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memperoleh kompensasi yang sangat besar apabila mereka kehilangan jabatan karena perusahaan dimana mereka bekerja telah diakuisisi oleh perusahaan lain. Etika Investasi. Pasar Modal seringkali dilihat sebagai wahana investasi yang bersifat hit and run, dimana investor mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat-singkatnya, atau zero sum game, dimana keuntungan seorang investor identik dengan kerugian yang diderita oleh investor lain. Pendapat ini, walaupun memang didasarkan atas praktek yang sering terjadi di pasar modal, tentunya tidak menggambarkan wajah pasar modal secara keseluruhan. Ibarat sebuah pisau yangdapat digunakan untuk menyakiti namun juga dapat digunakan untuk mengobati orang, investasi di pasar modal dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan orang lain, namun juga dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi perusahaanagar menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial yang bertanggung jawab. Contohnya adalah dengan memanfaatkan hak suara pemegang saham untuk membuat perusahaan mengikuti prinsip good corporate governance, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia. Pendekatan investasi yang disebut terakhir ini, atau dikenal dengan istilah Socially Responsible Investment (SRI), pada akhirnya bukan saja menyehatkan perekonomian secara keseluruhan, namun juga menjaga

keberlangsungan sumber-sumber daya alam. Secara umum SRI didefinisikan sebagai filosofi investasi yang memasukkan pertimbangan-pertimbangan etika dan moral disamping pertimbangan finansial. Adapun pertimbangan-pertimbangan etika dan moral tersebut mencakup masalahmasalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan corporate governance.

ETIKA BISNIS DALAM TEKNOLOGI

Kita hidup di zaman ketika kemajuan teknologi berkembang secara pesat. Setiap generasi baru mengalami kemajuan teknologi yang tidak dilihat oleh generasi sebelumnya; teknologi adalah bagaimana kita mempertahankan hidup dan membuat kehidupan kita menjadi semakin nyaman. Teknologi adalah inti dari banyak bisnis, apakah itu digunakan untuk mengejar produk baru atau proses atau sebagai sarana untuk mencapai target berharga lainnya. Namun, teknologi bagaikan pedang bermata dua. Banyak manfaat positif yang mengalir dari kemajuan teknologi. Dengan cara yang sama, namun, banyak masalah-masalah baru atau tantangan yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Futuris John Naisbitt, misalnya, telah mempertanyakan apakah kemajuan teknologi memiliki potensi untuk memberikan kebebasan dan kekuatan yang merusak moral masyarakat. Dia mengatakan bahwa, apabila dipergunakan secara benar, teknologi dapat mendukung dan meningkatkan kehidupan manusia, namun apabila dipergunakan dengan tidak benar maka dapat merusak dan meendistorsi masyarakat. Teknologi telah menjadi bagian utama dari proses bisnis dewasa ini. Selain itu, isu-isu etis untuk bisnis dan masyarakat telah muncul sebagai akibat dari kemajuan teknologi. Banyak yang berpendapat bahwa teknologi berkembang dengan kecepatan yang signifikan melampaui kapasitas masyarakat, pemerintah, ataupun pebisnis untuk dapat memahami konsekuensi dan etika dari teknologi. Teknologi mengacu pada semua cara yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan penemuan-penemuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat hidup. Sejak awal mula, manusia telah menciptakan dan mengembangkan berbagai macam peralatan, teknik, mesin, dan bahan-bahan yang dipergunakan untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Sumber daya juga telah ditemukan dan dikembangkan. Kemajuan teknologi ini telah membuat pekerjaan dan aktivitas bisnis manusia menjadi jauh lebih mudah dan lebih productive. Maka dapat disimpulkan bahwa bisnis telah terkait sangat erat dengan teknologi lebih dari sektor lainnya.

Manfaat Teknologi Kita memiliki kehidupan yang jauh lebih baik hari ini sebagai karyawan, konsumen, dan anggota masyarakat karena perkembangan teknologi yang semakin pesat. Teknologi telah membantu kita mendapatkan kendali atas alam, dan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Selama berabad-abad, teknologi telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat terutama di empat bidang berikut. Pertama, teknologi telah meningkatkan produksi barang dan jasa, dimana manfaat terutama dirasakan oleh sektor bisnis. Di pertengahan tahun 1800-an, manusia dan binatang adalah sumber utama listrik di peternakan. Pada awal 1900-an, traktor dan mesin lain yang didukung oleh bensin dan listrik menjadi sesuatu yang umum. Hari ini, mesin melakukan hampir semua pekerjaan di peternakan. Perkembangan tersebut terjadi pada sektor manufaktur, pertambangan, dan industri lainnya; sehingga jumlah produk yang tersedia untuk dijual dan konsumsi meningkat pesat. Kedua, teknologi telah mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa. Tidak hanya jumlah produksi yang meningkat, namun juga produktivitas. Hal ini telah mengakibatkan lebih banyak waktu luang, yang telah secara signifikan mempengaruhi gaya hidup. Ketiga, teknologi membutuhkan jumlah sumber daya manusia yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem manual, hal tersebut menjadikan pekerjaan menjadi jauh lebih mudah dan lebih aman. Keempat, standar hidup yang semakin tinggi adalah akibat langsung dari teknologi. Hari ini, di negara yang telah mampu mengambil keuntungan dari teknologi, warga negaranya memiliki kehidupan yang sejahtera dan harapan hidup semakin meningkat.

Efek Samping dan Tantangan Teknologi Meskipun teknologi telah memberikan begitu banyak manfaat bagi masyarakat, namun ada beberapa efek samping yang sering kali tidak diantisipasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah permasalahan teknologi pada kendaraan bermotor. Dari tahun 1800-an ke awal 1900-an diyakini bahwa mobil akan lebih

tenang, tidak bising, dan tidak berbau seperti transportasi dengan menggunakan kuda. Namun dalam kenyataannya, kendaraan bermotor jauh lebih berisik dan mendatangkan polusi udara dan kelangkaan sumber daya yang signifikan. Polusi udara jelas mengganggu kesehatan masyarakat. Selain itu mengakibatkan banyaknya kecelakaan kendaraan bermotor. Terdapat 4 (empat) efek samping negatif dari teknologi. Pencemaran lingkungan menduduki peringkat pertama sebagai salah satu efek negatif dari teknologi. Meskipun telah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini, negara-negara industri di dunia tetap menghadapi permasalahan signifikan terkait udara, air, tanah, limbah padat, dan polusi suara. Pengaruh iklim dan pemanasan global adalah topik yang tak dapat dielakkan dalam kaitannya dengan teknologi saat ini. Kedua, meipisnya sumber daya alam. Kemajuan teknologi yang begitu pesat dan terus-menerus mengancam pasokan sumber daya alam. Kelangkaan bahan bakar sangat sering dijumpai saat ini. Ketiga, masalah pengangguran. Dengan teknologi yang semakin pesat, mesin mengambil tempat manusia dalam industri, seperti yang telah kita alami dalam fase pengembangan industri otomatisasi. Keempat, banyak pekerjaan dalam dunia teknologi gagal untuk

memberikan para pekerja rasa keberhasilan dan kepuasan akan apa yang mereka lakukan. Teknologi baru yang muncul menghadirkan banyak tantangan untuk manajer, organisasi, dan masyarakat.

Etika dan Teknologi Yang pasti, teknologi memiliki banyak manfaat bagi umat manusia. Perspektif kami pada saat ini adalah untuk menaikkan pertanyaan etis yang mungkin berhubungan dengan pengembangan bisnis dan penggunaan teknologi dan inovasi. Seperti pengambilan keputusan manajemen dan globalisasi Segala tindakan masyarakat dalam dunia bisnis berkaitan dengan teknologi dan memiliki implikasi etis yang harus diidentifikasi dan dibahas. Manajemen perusahaan bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak bermoral dalam teknologi. praktik

Penerapan

etika

bisnis

menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan

yang

melibatkan teknologi. Tujuan dari para manajer bisnis adalah untuk meraih keuntungan dan menghindari kerugian. Dalam membuat keputusan etis, normanorma yang berlaku mengenai teknologi harus diuji oleh prinsip-prinsip keadilan, perlindungan hak-hak, dan utilitarianisme. Sehubungan dengan tiga model dari etika-etika manajemen, masyarakat bisnis harus menghindari praktek-praktek teknologi yang tidak bermoral dalam produk, proses, dan aplikasi. Ada banyak ruang untuk penyalahgunaan dan salah tafsir. Teknologi adalah anugerah bagi umat manusia yang sangat mudah untuk mengabaikan atau gagal untuk membedakan dimensi etis pengambilan keputusan dan aplikasi. Manajer harus berusaha untuk mematuhi standar tinggi etika perilaku dan kebijakan, hati-hati memperhatikan hukum yang ada, dan menampilkan kepemimpinan yang beretika dalam mengantisipasi dan menanggapi teknologi yang berhubungan dengan dilema etika.

Kasus PT. Indosat dan Anak Perusahaannya (IM2) Terkait Etika Bisnis dan Teknologi Kasus dibangun dengan tuduhan adanya pelanggaran pada kerja sama antara Indosat sebagai penyelenggara jaringan telekomunikasi (Jartel) dengan anak usahanya Indosat Mega Media (IM2) yang merupakan penyelenggara jasa telekomunikasi (Jastel). Pada kerja sama ini, IM2 menyediakan kepada masyarakat layanan akses Internet, yang merupakan sub jasa telekomunikasi, menggunakan jaringan nirkabel berkecepatan tinggi yang populer disebut dengan nama 3G (third generation). Jaringan 3G tersebut beroperasi pada pita frekuensi 2,1 GHz yang dialokasikan oleh pemerintah selebar 10 MHz kepada Indosat melalui proses tender. Menurut penyidik Kejagung, seperti diberitakan selama ini, IM2 tidak menggunakan jaringan milik Indosat, tetapi menggunakan frekuensi milik induk perusahaannya itu, kemudian mengembangkan jaringan sendiri untuk layanan Internet berbasis 3G pada masyarakat, atau kasarnya mengambil untung secara komersial. Jika pernyataan itu benar, maka artinya frekuensi 2,1 GHz yang

dialokasikan kepada Indosat digunakan secara bersama (sharing) antara Indosat dan IM2 dengan menggunakan jaringannya masing-masing, sebab layanan selain Internet-IM2 seperti layanan suara, tetap dapat digunakan oleh pelanggan 3G Indosat. Penggunaan bersama frekuensi pada hakekatnya, tanpa penetapan Pemerintah, jelas-jelas dilarang oleh regulasi (Pasal 14, PP 53/2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit). Tetapi penggunaan jaringan, baik yang mengandung unsur frekuensi radio atau tidak, milik Penyelenggara Jartel oleh Penyelenggara Jastel, malah didorong oleh ketentuan yang ada (Ayat (2), Pasal 9, UU 36/1999 tentang Telekomunikasi dan Pasal 13, PP 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi). Kerja sama penggunaan jaringan memiliki tujuan yang baik, yaitu efisiensi nasional dan demokratisasi ekonomi berupa kesempatan usaha di bidang layanan

telekomunikasi, yang lebih luas kepada badan usaha kecil dan menengah, tanpa harus menginvestasikan dana besar dalam membangun jaringan telekomunikasi. Sehingga pertanyaanya, apakah IM2 hanya menggunakan frekuensi 2,1 GHz (3G) milik Indosat, atau IM2 menggunakan kapasitas jaringan 3G Indosat secara kesatuan termasuk frekuensi 2,1 GHz di dalamnya? Bukti yang kuat untuk membedakan kedua praktik kerja sama di atas sangat diperlukan agar majelis hakim di pengadilan tidak sekadar tertendang "bola panas" yang harus berjibaku membuktikan kasus teknologi ini. Khawatirnya, jika tidak dapat menjatuhkan vonis bersalah karena tidak memiliki bukti yang kuat, pengadilan akan dituding tidak mampu menyelesaikan kasus yang dapat menyelamatkan uang negara bernilai 1,3 triliun rupiah.

Interferensi Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2 Penggunaan frekuensi radio bersama (sharing) oleh lebih dari satu pihak adalah suatu pekerjaaan teknis operasional yang tidak sederhana, karena adanya potensi besar terjadinya interferensi atau gangguan. Interferensi adalah momok sangat mengkhawatirkan bagi penyelenggara telekomunikasi, karena dapat menyebabkan jaringan yang dibangun dengan biaya miliaran atau triliunan rupiah menjadi sia-sia, tidak dapat dimanfaatkan.

ITU (International Telecommunication Union), lembaga khusus PBB, pun sangat serius mengatur penggunaan frekuensi ini dengan melakukan banyak studi dan pertemuan yang hasilnya antara lain dituangkan dalam babon "Radio Regulation," bertujuan agar penggunaan frekuensi radio optimal karena tidak terjadi interferensi yang mengganggu. Oleh sebab itu, bila kerja sama Indosat-IM2 berupa penggunaan bersama frekuensi rasanya mustahil, jika tidak terdapat kesepakatan teknis tertulis tentang metode pengoperasiannya. Kesepakatan itu diperlukan agar unit kerja masing-masing pihak dapat menyiapkan perangkat radio yang sinyalnya tidak akan saling berinterferensi. Kejagung dengan otoritas yang dimiliki harus dapat memperoleh bukti administrasi dalam perjanjian kerja sama atau dokumen lain yang menjelaskan adanya kesepakatan teknis tersebut.

Bukti Teknis Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2 Dengan mengabaikan dampak ekonomi, yaitu hilangnya kesempatan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari spektrum frekuensi yang dikelola, kesepakatan teknis disebutkan di atas dapat dilakukan berupa pembagian wilayah operasional. Misalnya, IM2 hanya dapat menggunakan pita frekuensi 2,1 GHz di wilayah Jawa dan Sumatera sementara Indosat di wilayah lainnya. Atau, tanpa pembagian geografi namun frequency sharingdilakukan dengan menggunakan teknologi multiple access yang secara umum didasarkan pada: 1. Pembagian waktu penggunaan (Time Division Multiple Access/TDMA). 2. Pembagian kanal frekuensi, unit kecil dari suatu pita frekuensi, yang digunakan masing-masing pihak (Frequency Division Multiple

Access/FDMA). 3. Pengkodean unik yang disisipkan dalam sinyal yang dikirim dan diprogram dalam jaringan tiap pihak (Code Division Multiple Access/CDMA). Agar tuduhan tidak terbantahkan, Kejagung perlu bukti dari audit forensik teknis atas perangkat jaringan yang digunakan oleh Indosat maupun IM2. Dimulai dengan identifikasi perangkat pemancar dan penerima seperti BTS (Base Transceiver Station) Indosat dan IM2, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan

metode penggunaan frekuensi secara bersama yang digunakan. Misal, jika digunakan metode CDMA perlu ditunjukkan sampai dengan algoritma pengkodean (coding-decoding) mana yang digunakan oleh IM2 dan mana yang digunakan oleh Indosat. Tanpa bukti-bukti di atas, rasanya sulit menetapkan bahwa kerja sama ini adalah merupakan penggunaan frekuensi bersama. Karena, jika yang dilakukan hanya uji penggunaan dan pemeriksaan dari sisi terminal pemakai maka bukti tersebut akan sumir dan sangat lemah, informasi yang dihasilkan tidak akan membedakannya dengan kerja sama penggunaan jaringan telekomunikasi yang memiliki unsur frekuensi radio, yang sah secara hukum di Indonesia.

Dampak Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2 Akhir dari kasus ini sangat dinantikan oleh penyelenggara telekomunikasi, terutama penyelenggara Jastel, termasuk 200 lebih ISP (Internet Service Provider), Content Provider, ITKP (Internet Teleponi untuk Keperluan Publik), dan sebagainya. Karena, kalau kerja sama Indosat-IM2 ini yang merupakan kerja sama penggunaan jaringan, namun kemudian dinyatakan sebagai pelanggaran regulasi, maka bentuk kerja sama yang mereka lakukan dengan Penyelenggara Jartel lain juga secara yusrisprudensi dinyatakan sebagai tindak pidana. Pasalnya, dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada jaringan milik penyelenggara Jartel yang tidak memiliki unsur frekuensi radio, paling tidak berupa gelombang mikro maupun satelit. Begitu juga penyelenggara siaran TV ketika menggunakan SNG (Satellite News Gathering), dan menggunakan kapasitas satelit dari Penyelenggara Jartel akan dinyatakan merupakan praktik kerjasama yang melanggar hukum.

You might also like