You are on page 1of 13

PROBLEMATIKA SEPUTAR PENGEMBALIAN ASET (ASSET RECOVERY) HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh: Dr. Chairul Huda, SH., MH. Pe !a "ar Upaya untuk membuat corruption doesnt pay telah dilakukan dengan berbagai cara, baik dalam atmosfir proses pembentukan dan penegakan hukum (law making process and law enforcement process) di Indonesia (Romli Atmasasmita: 2003 ! "erlebih lagi dengan adanya kecenderungan semakin tidak terkendalinya tindak pidana korupsi dalam orde sekarang ini, sehingga upaya pengungkapan maupun pembuktiannya di pengadilan masih #auh dari harapan! $iperparah lagi dengan adanya sinyalemen bah%a berbagai oknum profesional tertentu (akuntan, financial analyst, lawyer dan notaris kerap memberikan #asa menghapus #e#ak&#e#ak white collar crime itu! 'elum lagi economic power dan bureaucratic power yang membuat para koruptor beyond the law (Indriyanto (eno Ad#i: 200) , semakin memupus harapan terlaksananya penegakan hukum secara adil! (ementara itu, suatu penelitian di India menun#ukkan differential association theory dari (utherland, telah terbukti dari sisi lain, yaitu meningkatnya korupsi karena *meneladani+ kesuksesan ekonomi para koruptor (,aur: 2002 ! Criminal behavior is not invented but learned, termasuk menyebabkan sementara orang men#adi *berkeinginan+ korupsi karena bela#ar dari kesuksesan ekonomi para koruptor! -leh karena itu, *pencegahan+ dan *penanggulangan+ tindak pidana korupsi, yang keduanya dapat diadopsi dalam istilah *pemberantasan+ ('agir .anan: 200/ , bukan hanya diarahkan pada penangan perkaranya, berupa penyidikan, penuntutan ataupun pemeriksaan di sidang pengadilan, melainkan #uga diupayakan untuk *menghalangi+ ataupun *menutup kemungkinan+ para koruptor menikmati hasil ke#ahatannya! "anpa mengembangkan sikap antipati kepada korupsi, termasuk untuk membuatnya *tidak menarik+ atau *tidak menguntungkan+ untuk dilakukan, dan mensinegikan hal itu dalam kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan, tidak akan membuat efek tangkal hukum korupsi membaik! $iantaranya yang mungkin untuk itu adalah membangun mekanisme pengembalian aset (asset recovery) hasil tindak pidana korupsi! $alam hukum pidana Indonesia, upaya untuk *menghalangi+ atau *menuntup kemungkinan+ para pelaku ke#ahatan (termasuk koruptor menikmati hasil ke#ahatannya, telah

dilakukan dengan berbagai cara! $alam tataran filosofis secara terbatas mengenai hal ini telah pula men#adi pemikiran para pemikir&pemikir tua seperti #ere$% Be "ha$ ('entham, translate Upendra 'a0i, 1232 ! (edangkan secara pragmatis, hal itu dapat dilakukan dalam proses acara, misalnya dapat dilakukan dari se#ak a%al berupa penyitaan (4asal 32 5U6A4 atau pemblokiran (4asal 32 Undang&Undang 7o! 1/ "ahun 2002 #o Undang&Undang 7o! 2/ "ahun 2003 , ataupun pembekuan rekening (4asal 82 Undang&Undang 7o! 3 "ahun 1222 #o Undang&Undang 7o! 10 "ahun 1229 ! (elain itu, dapat #uga dilakukan dengan men#adikan perbuatan tersebut sebagai tindak pidana yang berdiri sendiri! $emikian misalnya telah dikriminalisir perbuatan penadahan (4asal 890, 891 dan 892 5U64 ataupun pencucian uang (money laundering) seperti yang dirumuskan dalam Undang&Undang 7o! 1/ "ahun 2002 #o Undang&Undang 7o! 2/ "ahun 2003! .elakukan double criminality seperti ini, merupakan upaya memberantas suatu tindak pidana dengan membuatnya sebagai *tidak menguntungkan+, karena perbuatan&perbuatan lain seperti menyembunyikan, memper#ualbelikan, atau menyamarkan, hasil tindak pidananya merupakan tindak pidana tersendiri! 'ahkan pernah tercetus ide untuk memperluas rumusan tindak pidana dalam Undang&Undang 5orupsi, sehingga mencakup tiga kelompok (yang ada sekarang hanya dua kelompok , yaitu tindak pidana korupsi, tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi dan tindak pidana setelah ter#adi korupsi! 6al yang tersebut terakhir ini adalah penarikan money laundering men#adi tindak pidana korupsi dan kriminalisasi bentuk&bentuk pembantuan setelah tindak pidana korupsi ter#adi ('arda 7! Arief: 2001 ! (elain itu, upaya membuat pelaku ke#ahatan (offender) tidak dapat *menikmati+ hasil perbuatannya #uga merampas barang&barang tertentu yang diperoleh atau dihasilkan dalam suatu tindak pidana sebagai pidana tambahan selain pidana pokok seperti pen#ara dan denda (4asal 10 #o 4asal 32 5U64 ! 'agi tindak pidana korupsi, hal ini dapat #uga dilakukan terhadap perampasan harta benda yang tidak dapat dibuktikan (oleh terdak%a sebagai bukan dari hasil tindak pidana korupsi (4asal 39 ' Undang&Undang 7o! 31 "ahun 1222 #o Undang&Undang 7o! 20 "ahun 2001 dan masih ditambah lagi dengan pembayaran uang penggati yang nilainya setara dengan kerugian keuangan negara akibat perbuatannnya (4asal 19 ayat (1 Undang&Undang 7o! 31 "ahun 1222 #o Undang&Undang 7o! 20 "ahun 2001 ! 7amun demikian, seluruh ketentuan di atas belum benar&benar membuat corruption doesnt pay, mengingat umumnya hanya berlaku dalam yurisdiksi hukum Indoensia! $engan bantuan tekonologi informasi hasil&hasil ke#ahatan korupsi rupanya mendapat sentuhan

*modernisasi:, yaitu ditempatkan didalam yurisdiksi hukum dari negara lain! "ernyata ke#ahatan pun mengalami modernisasi! .odernisasi yang menggambarkan adanya seluruh #enis perubahan sosial ((;tompka, 2008 , ternyata #uga termasuk perubahan dalam arti *kema#uan+ dalam bidang ke#ahatan! *.odernitas adalah globalisasi+, ternyata #uga sangat diperhatikan oleh pelaku kriminal! Aset hasil korupsi dapat sa#a disembunyikan di luar negeri sehingga sulit dilacak, dibekukan, disita, apalagi ditarik kembali ke dalam negeri! .odernisasi atau globalisasi ternyata men#adi faktor kriminogen (.uladi: 2002 , yaitu pendorong ter#adi transnational crime! .emang umumnya para ahli sepakat bah%a korupsi bukan lagi semata&mata masalah lokal (domestik suatu negara, melainkan telah men#adi masalah global, masalah bagi keseluruhan msyarakat dunia tanpa terkecuali! Upaya pemberantasan korupsi #uga harus diarahkan untuk memberangus kecenderungan korupsi sebagai akti<itas bisnis baru, (crime as a business), karena ke#ahatan ternyata cukup menguntungkan (crime does pay)! (ebagai contoh kasus yang belakangan ini terungkap, ternyata putusan pengadilan untuk membayar uang pengganti bagi terpidana korupsi 'ank $uta, belum sepenuhnya dibayar "erpidana $icky Iskandar $inata, sampai yang bersangkutan kembali tersangkut perkara korupsi baru! .ekanisme yang tidak begitu #elas dalam mengembalikan aset hasil korupsi, membuat seluruh aspek pemberantasan korupsi men#adi tidak efektif! .elihat kasus ini, maka apabila terhadap aset hasil korupsi yang berada di Indonesia sa#a sulit diperoleh kembali, bagaimana halnya yang berada di luar negeri! "entunya #auh lebih sulit! 6arapan akan dapat diperoleh kembali aset hasil korupsi kembali timbul dengan adanya Stolen Asset ecovery (StA ) !nitiative, yang diprakarsai 5antor 4'' urusan .asalah -bat& obatan "erlarang dan 5e#ahatan (U7-$= dan 'ank $unia! "idak terlalu menge#utkan apabila dalam >aporan "ahun 2003 menempatkan mantan 4residen (oeharto pada rangking teratas yang menggelapkan uang negara dengan #umlah U(? 1/&3/ #uta yang dilakukan antara 12)3&1229! 7amun demikian, se#auhmana mekanisme ini dapat *diterima+ dalam sistem hukum Indonesia, masih merupakan tanda tanya besar! Di$e &i I "er a&i' al Pe !e$(alia A&e" Ha&il K'ru)&i $alam kasus Indonesia sebenarnya masalah pengembalian aset hasil korupsi dapat dibedakan kedalam dua kelompok besar, yaitu pengembalian aset hasil korupsi yang berada di Indonesia dan pengembalian aset hasil korupsi yang berada di luar negeri! Untuk yang terakhir

peluang untuk me%u#udkannya terbuka dengan Undang&Undang 7o! 3 tahun 200) yang merupakan ratifikasi atas "nited #ations Convention Against Corruption $%%& (U7=A= 2003 ! (ekalipun sesuai dengan sifatnya sebagai hukum yang berasal dari kon<ensi internasional, yang masih membutuhkan pemberian bentuk positif (Roeslan (aleh: 1293 lebih lan#ut, mengingat belum dapat berlaku langsung sebagai hukum positif, tetapi paling tidak dengan meratifikasinya membuka kesempatan Indonesia untuk memanfaatkan prosedur dan protokol pengembalian aset hasil korupsi yang diatur didalamnya! $alam kon<ensi ini disadari bah%a kepentingan untuk dapat menarik kembali aset hasil korupsi di luar negeri praktis hanya dapat dilakukan dalam kerangka ker#asama internasional! 6al ini men#adi moti<asi utama bagi Indonesia untuk menandatangani U7=A= 2003 (Romli Atmasasmita: 2008 dan meratifikasinya! .engingat, salah satu arti penting kon<ensi ini bagi Indonesia, adalah untuk meningkatkan ker#asama internasional khususnya dalam melacak, membekukan, menyita, dan mengembalikan aset&aset hasil tindak pidana korupsi yang ditempatkan di luar negeri (4en#elasan Umum Undang&Undang 7o! 3 tahun 200) ! 7amun demikian, #ika diperhatikan dengan seksama masih terlalu banyak gap antara U7=A= dengan peraturan perundang&undangan di Indonesia (545: 200) , yang kemudian dapat men#adi faktor penghambat yang signifkan bagi pengembalian aset hasil korupsi! $alam hubungannya dengan ruang lingkup ke%enangan 5omisi 4emberantasan 5orupsi (545 misalnya! 4asal 81 Undang& Undang 7o! 30 "ahun 2002, ker#asama internasional yang dapat dilakukan 545 terbatas dalam hal penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi! (edangkan *pengembalian aset+ hasil korupsi berhubungan dengan tindakan yudisial yang terutama dilakukan melalui putusan pengadilan! $engan demikian, *pengembalian aset+ hasil korupsi belum sepenuhnya dapat dilakukan #ika semata&mata mengandalkan ke%enangan 545 yang ada berkenaan dengan ker#asama internasional, khususnya dalam bidang penyelidikan, penyidikan dan penuntutan! *4engembalian aset+ umumnya hanya dapat ter#adi melalui putusan pengadilan, baik pidana ataupun perdata, secara langsung ataupun dalam kerangka bantuan timbal balik dalam bidang hukum pidana! Apabila mekanisme pengembalian aset korupsi dalam U7=A= 2003 sa#a belum secara ade'uate dapat berkontemplasi dalam peraturan perundang&undangan yang ada, bagaimana pula halnya dengan Stolen Asset ecovery (StA ) !nitiative( Ada beberapa catatan tersendiri mengenai hal ini dalam kerangka ker#asama internasional dalam pengembalian aset korupsi! Per"a$a, dari

segi peristilahan! Apabila U7=A= 2003 menggunakan nomenklatur Corroption Asset ecovery dapatkah hal ini dipersamakan dengan Stolen Asset ecovery! 6ukum Indonesia, termasuk tidak terbatas hukum korupsi, yang ber%atak dogmatis dapat men#adikan perbedaan peristilahan tersebut sebagai batu sandungan penting, mengingat stolen mempunyai pengertian tersendiri yang berbeda dari corruption! >ebih #auh lagi mekanisme recovery antara barang bukti hasil ke#ahatan pencurian ataupun penggelapan dan hasil korupsi #uga sangat berbeda! -leh karena itu, perlu elaborasi lebih #auh apakah stolen dalam StA !nitiative adalah *istilah+ ataukah atau merupakan suatu *definisi+! "egasnya, apakah aset yang dalam kerangka StA !ntiative adalah sama dengan aset hasil korupsi dalam perundang&undangan korupsi di Indonesia! @ika bukan merupakan dua hal yang sama, maka semakin sulit untuk menggunakan StA !nitiative sebagai terobosan pengembalian aset hasil korupsi di dalam negeri apalagi di luar negeri! Kedua, *informasi+ tentang adanya uang negara yang digelapkan dalam StA !nitiative adalah *>aporan+ diba%ah #udul: Stolen Asset ecovery (StA ) Challenge) *pportunities and Action +lan ("he Aorld 'ank and U7$-=, 2003 ! @ika diasumsikan stolen asset tersebut berada di Indonesia, pertanyaan teknis yuridisnya, apakah *laporan+ ini dapat di#adikan alat bukti dalam kerangka hukum acara pidana Indonesia! .eneladan pada 4asal 198 ayat (1 #o 4asal 193 5U6A4, laporan tersebut tidak termasuk alat bukti yang sah dalam acara pidana! 4aling banter *laporan+ tersebut merupakan alat bukti petun#uk sebagaimana dimaksud 4asal 2) A huruf b Undang&Undang 7o! 31 "ahun 1222 #o Undang&Undang 7o! 20 "ahun 2001! 6anya sa#a sesuai dengan sifatnya, alat bukti ini seperti #uga alat bukti petun#uk lainnya tergolong indirect evidence! "erlebih lagi #ika dilihat kedudukan lembaga yang merilis laporan ini, #ika per%akilan dari lembaga ini dihadirkan dalam persidangan di Indonesia untuk menyatakan isi laporannya, belum #elas kapasitasnya apakah sebagai (aksi (orang yang melihat, mendengar dan mengalami sendiri suatu tindak pidana atau sebagai Ahli (orang yang mempunyai keahlian khusus ! 'arangkali sebagian besar pe#abat penegak hukum di Indonesia mengetahui tentang StA !nitiative sepan#ang sebagai *berita+ di meda massa, yang sangat muskhil dapat men#adi bukti hukum (legal evidence)! Ke"i!a, #ika laporan StA !nitiative tersebut dapat diterima sebagai alat bukti, lalu apakah akan digunakan dalam mekanisme acara perdata seperti yang sekarang sedang ber#alan antara @aksa 4engacara 7egara <ersus (oeharto dan yayasan&yayasan yang didirikannya, atau apakah akan digunakan dalam mekanisme acara pidana, upaya pengembalian aset korupsi tersebut! 'aik melalui mekanisme acara perdata maupun acara pidana tidak selalu mudah

menggunakan hal itu sebagai alat bukti! 4utusan pengadilan di Indonesia tentang *kesalahan (oeharto+ atas suatu tindak pidana atau perbuatan mela%an hukum yang merugikan negara, baik dari segi pidana dan dari segi perdata, sangat menentukan dapat dimenangkannya gugugatan ataupun tuntutan pengembalian asset hasil korupsi di luar negeri! StA !nitiative tidak akan berarti banyak tanpa adanya putusan declaratoir tentang *5esalahan (oeharto+ tersebut menurut pengadilan Indonesia! 'elum lagi #ika benar sinyalemen banyak pihak yang menyatakan substansi >aporan StA sidang pengadilan! (ementara itu, pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi yang diatur dalam 'ab B, 4asal /1 sCd )0 U7=A= 2003, sebenarnya memba%a babak baru upaya membuat corruption does pay! 'ab ini merupakan matarantai ketentuan tentang ker#asama internasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi! >ebih tepatnya ketentuan kon<ensi dalam ini berisi tentang ker#asama internasional khusus dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi! (ementara mengenai ker#asama internasional yang umum diatur dalam 'ab IB kon<ensi ini! $engan demikian, ketentuan kon<ensi dalam bab ini tidak terkait langsung dengan kenyataan kebutuhan instrumen hukum dalam pengembalian aset korupsi yang masih berada di Indonesia! 5ebutuhan reformasi hukum pidana korupsi di Indonesia pada satu sisi sebenarnya adalah pencarian terobosan prosedur hukum yang dengan itu dapat mengatasi kesulitan&kesulitan terutama dalam mengembalikan aset hasil korupsi yang masih berada di Indonesia ('andingkan dengan 6asil 5a#ian 'ank $unia mengenai kebutuhan reformasi hukum dalam pemberantasan korupsi! "he Aorld 'ank: 2008 ! 'aik terhadap tersangka, terdak%a yang telah diadili maupun yang belum dapat diadili seperti mantan 4residen (oeharto! 5etentuan kon<ensi berkenaan dengan pengembalian aset memiliki dimensi !nitiative tersebut, tidak lebih dari asumsi&asumsi yang masih belum dapat dipastikan kebenarannya secara hukum, apalagi digunakan sebagai alat bukti di muka

internasional! (elalu terkait unsur *asing+ dalam hal ini, yaitu pengembalian aset hasil korupsi yang dilakukan di negara lain (asing ataupun yang dilakukan di negara sendiri oleh negara lain (asing ! -leh karena itu ketentuan pengembalian aset dalam kon<ensi ini dapat dibedakan dalam dua bagian! Per"a$a, ketentuan pengembalian aset tindak pidana korupsi dalam hal suatu negara sebagai *pihak yang meminta+ dikembalikannya aset tersebut yang berada di negara lain! Kedua, ketentuan pengembalian aset tindak pidana korupsi dalam hal suatu negara berposisi sebagai *pihak yang diminta+ mengembalikan aset tersebut oleh negara lain! 'aik dilakukan

secara langsung maupun dalam kerangka ker#asama internasional, baik bilateral, regional ataupun multilateral! 5etentuan ini merupakan bagian yang sangat signifikan bagi perkembangan hukum korupsi! U7=A= 2003 menganut pendekatan komprehensif dalam menghadapi korupsi yang melibatkan dua atau lebih negara yang sudah tentu melibatkan %arga negara asing sehingga titik berat pengaturannya terletak pada prosedur bagaimana melacak dan menyita serta mengembalikan aset hasil korupsi dari suatu negara yang *menikmatinya+ ke negara korban (states victim)(Romli Atmasasmita: 2008 ! (edangkan bentuk ker#asama internasional dalam berbagai Undang&Undang 5orupsi di Indonesia, hanya berkenaan dengan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan ataupun sebatas memperluas rumusan delik korupsi dengan adanya bentuk&bentuk penyertaan (deelneming) tindak pidana dari negara atau oleh orang lain di luar negeri! 5er#asama dan bantuan suatu negara untuk mengembalikan aset hasil korupsi yang berada di negaranya dilakukan oleh %arga negara lain, mutlak adanya dan hal ini merupakan ke%a#iban bagi setiap negara peratifikasi U7=A= 2003! $alam 4asal /1 U7=A= 2003 hal itu disebut sebagai fundamental principle! 'agi Indonesia yang umumnya men#adi states victim, ketentuan ini dapat men#adi #alan keluar bagi se#umlah kebuntuan upaya Indonesia mengembalikan aset hasil korupsi yang berada di luar negeri! $engan demikian, tardapat mekanisme yang #elas untuk upaya mengembalikan aset hasil korupsi, dan kegagalan upaya sebelumnya dapat diatasi, seperti *tim pemburu harta koruptor+ yang dibentuk 5e#aksaan Agung! 'erdasarkan hal ini, harmonisasi perundang&undangan korupsi di Indonesia dengan meneladan pada asset recovery U7=A= 2003 merupakan *#alan masuk+ bagi dapat digunakannya mekanisme Stolen Asset ecovery (StA ) !nitiative( $ilihat dari kecenderungannya, StA !nitiative mengkualifikasi Indonesia sebagai state <ictim atau *negara yang meminta+ dikembalikannya set hasil korupsi yang berada di luar negeri! 6al ini menyebabkan untuk dapat diterima StA keharusan! A "i&i)a&i Hu*u$ P'&i"i+ !nitiative dalam kerangka hukum korupsi Indonesia, penyelarasan hukum dan perundang&undangan Indonesia dengan U7=A= 2003 adalah suatu

Ratifikasi U7=A= 2003, khususnya terkait dengan ketentuan&ketentuan tentang pengembalian aset hasil korupsi, masih menghadapi se#umlah kendala, termasuk kendala yuridis tentang kesiapan hukum positif! $alam hal Indonesia sebagai *negara yang diminta+ mengembalikan aset secara langsung misalnya, masih harus dika#i tentang kemungkinan legal standing pihak peminta yang notabene adalah suatu negara! $alam hukum acara perdata Indonesia, gugatan dapat dia#ukan terhadap orang atau badan hukum yang bertempat tinggalCberkedudukan di Indonesia ataupun dalam hal sengketa terhadap aset yang berada di Indonesia! 'aik oleh penggugat yang merupakan pendudukC berke%arganegaraan Indonesia ataupun orang asing! $alam hal ini dasar dari gugatan adalah adanya perbuatan mela%an hukum (onrechtmatigedaad) sebagaimana ditentukan dalam 4asal 13)/ 5itab Undang&Undang 6ukum 4erdata ('A ! "erlebih lagi #uga perlu pengka#ian tersendiri dalam hal penggugatnya adalah *suatu negara+! 4adahal 4asal /3 U7=A= 2003, me%a#ibkan suatu negara untuk membangun konstruksi hukum nasionalnya, dimana memungkinkan negara lain dapat menga#ukan gugatan perdata, menuntut ganti kerugian, dan meletakkan sita, pada pengadilan&pengadilan negara tersebut, dalam rangka mengembalikan aset hasil korupsi yang berada atau ditempatkan di negara tersebut secara langsung, bukan dalam kerangka ker#asama government to government (, to , ! (ementara itu, gugatan perdata untuk mengembalikan kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi adalah gugatan perdata yang bersifat khusus yang diatur dalam hukum pidana korupsi, dan bukan gugatan perbuatan mela%an hukum secara umum! $alam hal ini mekanisme keperdataan yang diatur dalam hukum (acara pidana! Ada sifat le, specialis dalam 4asal 32 Undang&Undang 7o! 31 "ahun 1222 apabila dihadapkan pada 4asal 13)/ 'A yang bersifat le, generalis! (ayangnya hal ini #ustru yang tidak dipahami @aksa 4engacara 7egara yang sekarang sedang menggugat mantan 4residen (oeharto dan yayasan&yayasan yang didirikannya! (elain itu, #uga ketika Indonesia *negara yang diminta+, maka boleh #adi pengadilan& pengadilan Indonesia akan menolak gugatan tersebut, karena dalam hukum pidana korupsi di Indoneisa, gugatan perdata yang dapat dilakukan dalam hal adanya kerugian keuangan negara tetapi perbuatan pelaku tidak memenuhi unsur tindak pidana korupsi, hanya dapat dilakukan oleh @aksa 4engacara 7egara atau instansi terkait lainnya! (ama sekali belum terdapat presedennya #ika gugatan tersebut dilakukan oleh *negara asing+ terhadap tindak pidana korupsi yang ter#adi di negara lain pula! $engan demikian, U7=A= 2003, bukan hanya berdampak pada keharusan

mereformasi hukum pidana (korupsi , bahkan lebih #auh lagi #uga berbagai ketentuan dalam hukum perdata, baik materil maupun formilnya (acara ! (ementara itu, ketika Indonesia adalah *negara yang meminta+ pengembalian aset hasil korupsi #uga masih memiliki kendala yuridis! .engingat ketentuan 4asal ) huruf c, 4asal 12 ayat (1 huruf h, 4asal 39 dan 4asal 81 Undang&Undang 7o! 30 "ahun 2002 #o 4asal 3 ayat (2 5U6A4, 545 ber%enang melakukan ker#asama internasional untuk tu#uan penyitaan! $alam hal ini dengan menggunakan ke%enangan 545 untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, yang didalamnya menyangkut ke%enangan melakukan penyitaan atau pemblokiran (sementara aset! 7amun demikian, hal itu belum dapat dilakukan dalam hal pengembalian aset berupa *penyitaan permanen+ atau *perampasan+ yang diduga hasil tindak pidana korupsi! 'aik terhadap aset hasil korupsi yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri! StA !nitiative #uga tidak cukup men#an#ikan untuk memberikan terobosan #alan keluar dalam hal ini! $ilihat dari informasinya dimana #utaan dollar disinyalir dana yang *dilarikan+ 4residen (oeharto selama berkuasa dari Indonesia yang sekarang *diparkir+ diluar negeri, maka dalam kerangka pengembalian aset U7=A= 2003, Indonesia berkedudukan sebagai *negara yang meminta+! >embaga manakah yang ber%enang untuk me%akili Indonesia melakukan hal ini, mengingat hingga kini belum ada central authority pemberantasan korupsi di Indonesia! @elas 545 hanya kompeten ker#asama internasional paling #auh berkenaan dengan penuntutan pidana dan tidak kompeten melakukan eksekusi putusan yang men#adi inti utama asset recovery apalagi melakukan gugatan perdata sama sekali tidak ber%enang! (ementara itu, 5e#aksaan memang ber%enang di bidang perdata dan tata usaha negara untuk bertindak untuk dan atas nama negara atau pemerintah (4asal 30 ayat (2 Undang&Undang 7o! 1) "ahun 2008 , tetapi #ika hal itu dilakukan dalam kerangka ker#asama internasional men#adi persoalan tersendiri karena Undang&Undang 5e#aksaan sama sekali tidak me%adahi kemungkinan international cooperation ('andingkan dengan Undang&Undang 5epolisian dan Undang&Undang 545 ! (edangkan 4asal 2 Undang&Undang 7o! 1 "ahun 200) tentang 'antuan "imbal 'alik dalam .asalah 4idana #ustru .enteri 6ukum dan 6ak Asasi .anusia yang memonopoli ke%enangan menga#ukan permintaan bantuan kepada negara lain! 'elum lagi seperti layaknya ker#asama internasional pada umumnya, $epartemen >uar 7egeri #uga mempunyai ke%enangan tertentu berkenaan dengan hal ini!

(elain itu, sifat khusus dari ker#asama internasional dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi berdasarkan U7=A= 2003, mengharuskan pengka#ian kembali berbagai payung hukum (umbrella act), baik Undang&Undang Dkstradisi, atau Undang&Undang 'antuan "imbal 'alik $alam 'idang 4idana, mapun berbagai peraturan perundang&undangan lainnya yang memberikan kompetensi kepada pihak tertentu melakukan ker#asama internasional! $iperlukan pengka#ian apakah lembaga&lembaga yang ber%enang tersebut (misalnya $epartemen 6ukum dan 6ak Asasi .anusia atau $epartemen >uar 7egeri , mempunyai sumberdaya memadai, baik untuk *meminta+ maupun dalam hal *diminta+, bantuannya berkenaan dengan masalah&masalah yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi! @angan sampai ketidaksiapan lembaga yang bersangkutan berdampak pada ditempatkannya Indonesia sebagai non cooperative country ataupun berdampak kontra produktif terhadap upaya pemberantas korupsi di tanah air! Ke(erla*ua Ke)u"u&a Pe !adila Ne!ara Lai U7=A= 2003 #uga menyebabkan 5eputusan 4engadilan 4idana negara lain yang menetapkan penyitaan atau pembekuan rekening, ataupun yang memutuskan perampasan aset hasil korupsi yang berada di Indonesia, men#adi berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat bagi otoritas& otoritas apapun yang menun#ukkan bah%a aset hasil korupsi tersebut diba%ah pengendaliannya! Untuk itu, setiap negara peratifikasi U7=A= 2003 #uga berke%a#iban meneruskan keputusan pengadilan negara lain yang berisi penetapan sita, pemblokiran atau pembekuan rekening ataupun perampasan aset hasil korupsi kepada otoritas ber%enang yang menentukan atas penguasaan atas kekayaan tersebut, sehingga dapat dikembalikan kepada negara peminta! (elain itu, setiap negara #uga berke%a#iban meneruskan permintaan batuan timbal balik dalam bidang hukum yang diminta oleh suatu negara peratifikasi U7=A= 2003 lainnya kepada pengadilan setempat atau otoritas lainnya yang ber%enang melakukan itu di negaranya, untuk melakukan penyitaan, pemblokiran atau pembekuan rekening ataupun perampasan aset hasil tindak pidana korupsi berdasarkan keputusan pengadilan atau otoritas ber%enang setempat! 5etentuan ini mengharuskan penentuan pihak yang ber%enang pada setiap negara, yang men#adi alamat penga#uan permintaan&permintaan bantuan timbal balik dalam bidang hukum tersebut! 5er#asama internasional dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi adalah ker#asama yang bersifat khusus, sehingga dapat sa#a ditetapkan lembaga seperti 545 sebagai pihak yang ber%enang melakukan hal tersebut!

(ebagai konsekuensi dari ker#asama internasional pengembalian aset hasil korupsi, setiap negara peratifikasi U7=A= 2003 #uga %a#ib memusnahkan, mengembalikan kepada yang berhak, atau mengembalikan kepada negara yang meminta, aset yang disita, tanpa mengurangi hak (merugikan pihak ketiga dinegaranya yang beritikad baik atas kepemilikan aset tersebut (4asal /3 U7=A= 2003 ! 5etentuan ker#asama internasional untuk penyitaan ini ditentukan dalam 4asal // U7=A= 2003! 5etentuan ini merupakan ketentuan yang sifatnya %a#ib bagi setiap negara peratifikasi U7=A=! (ekalipun hal itu melalui 4asal /8 U7=A= dikemas sebagai bagian bantuan timbal balik dalam bidang hukum pidana (mutual legal assistance ! 7amun demikian, perlu diingat sekalipun setiap negara peratifikasi U7=A= 2003 terikat tanpa per#an#ian .>A, tetapi per#an#ian&per#an#ian tersebuti dalam kerangka bilateral maupun multilateral masih diperlukan, untuk mengefektifkan ker#asama internasional tersebut (4asal /2 U7=A= ! (e#auh ini dapat di#adikan contoh adalah AS-A# .utual /egal Assistance 0reaty (A./A0S) 2008! (elain ketentuan yang sifatnya %a#ib, U7=A= 2003, #uga menyarankan agar hukum nasional suatu negara memperkenankan penyitaan atau perampasan itu, dilakukan sekalipun tidak ada putusan pidana bagi yang bersangkutan! (ekalipun tidak adanya putusan pidana tersebut dibatasi sepan#ang yang bersangkutan (tersangkaCterdak%a meninggal dunia, melarikan diri atau tidak hadir! $emikian pula, dian#urkan untuk memungkinkan pelaksanaan (eksekusi penyitaan atas penetapan penyitaan oleh pengadilan negara lain yang sedang memproses suatu tuntutan pidana terhadap yang bersangkutan! 'agi sementara kalangan, hal ini sedikit banyak dipandang sebagai penggerogotan atas kedaulatan negara, #ika dilihat Indonesia sebagai negara *yang diminta+, sementara #ustru sebaliknya dapat sangat membantu upaya mengembalikan milyaran dollar yang dilarikan para koruptor ke luar negeri! 5etika suatu negara berada dalam posisi *yang diminta+, berlaku ketentuan 5er#asama Internasional untuk tu#uan penyitaan, sebagaimana ditentukan dalam 4asal // U7=A= 2003! Uraian diatas menggambarkan begitu detailnya sebenarnya U7=A= 2003 membuka peluang asset recovery, termasuk tetapi tidak terbatas dengan memberdayakat StA !nitiative! 4ertanyaan yuridisnya, dapatkah Indonesia mengharapkan adanya putusan pengadilan dari negara lain peratifikasi U7=A= 2003, menggunakan StA !nitiative menyatakan se#umlah aset yang berada di negaranya sebagai milik Indonesia yang *dilarikan+ mantan 4residen (oeharto! Aalaupun

agak utopis, sebenarnya hal ini men#adi peluang bagi Indonesia mengembalikan kekayaan negara tersebut! "entunya diperlukan keterampilan diplomatik tingkat tinggi, dan international relationship yang kondusif! $esakan kepada 'ank $unia dan U7$-= untuk menekan negara& negara *penadah+ harta hasil korupsi Indonesia agar dengan *sukarela+ mengembalikannya ke Indonesia, adalah prosedur yang paling mudah membuat (tAR tersebut benar&benar berguna bagi Indonesia! $apatkah hal ini ter%u#udE 1allahu Alam! Si$)ula 6armonisasi peraturan perundang&undangan yang diperlukan untuk dapat mengupayakan pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, bukan hanya memerlukan penyesuaian ketentuan peraturan perundang&undangan hukum pidana (korupsi , tetapi #uga bidang hukum lain seperti hukum perdata dan administrasi negara, termasuk hukum acaranya! (ementara itu, masih terdapat berbagai problematik teknis yuridis untuk dapat menggunakan StA !nitiative mechanism sebagai bagian dari upaya membuktikan hak negara atas dugaan kerugian negara akibat penyalahgunaan 4residen (oeharto selama berkuasa, termasuk ketika memasukkannya sebagai asset recovery mechanism berdasarkan Undang&Undang 7o! F "ahun 200) sebagai ratifikasi "nited #ations Convention Against Corruption $%%&! Baha ,Baha A-ua 'agir .anan! Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian). Gogyakarta: H6 UII 4ress, 200/! 'arda 7! Arief! Masalah Pene a!an "u!um # $ebi%a!an Penan =itra Aditya 'akti, 2001! ulan an $e%ahatan. 'andung:

=! H! ,! (unaryati 6artono! Business and The &e al Pr'(essi'n in an A e '( C'm)uteri*ati'n and +l'bali*ati'n. @akarta: Gayasan 6ak Asasi .anusia, $emokrasi dan (upremasi 6ukum, 2000! Indriyanto (eno Ad#i! $'ru)si dan Pembali!an Beban Pembu!tian ! @akarta: 4rof! (eno Ad#i F Rekan, 200)! 5! $! ,aur (ed! ! Criminal &aw # Crimin'l' ,! $eepF $eep 4ublication, 2002! 545, -denti(icati'n '( +a)s between &aws.Re ulati'ns '( The Re)ubli! -nd'nesia and The /nited 0ati'ns C'n1enti'ns A ainst C'rru)ti'ns! @akarta: 545, 200)! .uladi! 2em'!ratisasi3 "a! Asasi Manusia3 dan Re('rmasi "u!um di -nd'nesia ! @akarta: "he 6abibie =enter, 2002! Re('rmasi "u!um di -nd'nesia4 "asil Studi Per!emban an "u!um5Pr',e! Ban! 2unia. @akarta: =yberconsult, 1222!

Roeslan (aleh! Si(at Melawan "u!um dari)ada Perbuatan Pidana! @akarta: Aksara 'aru, 1293! Romli Atmasasmita! Pen antar "u!um $e%ahatan Bisnis. @akarta: 4renada .edia, 2003! &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&! Se!itar Masalah $'ru)si4 As)e! 0asi'nal dan As)e! -nternasi'nal! 'andung: .ondar .a#u, 2008! St'len Asset Rec'1er, (StAR)6 Challen es3 O))'rtunities and Acti'n Plan. "he Aorld bank F U7-$=, 2003! "he Aorld 'ank! C'mbatin C'rru)ti'n in -nd'nesia4 Enhancin Acc'untabilit, ('r 2e1el')ment ! @akarta: "he Aorld 'ank, 2008! /nited 0ati'ns C'n1enti'n A ainst C'rru)ti'n 7889 /ndan 5/ndan 0'. : Tahun 788; /ndan 5/ndan 0'. 9< Tahun <=== %' /ndan 0'. 78 Tahun 788< /ndan 5/ndan 0'. 98 tahun 7887 /ndan 5/ndan 0'. > tahun <=>< /ndan 5/ndan 0'. < Tahun <=?; /ndan 5/ndan 0'. < tahun <=:= /ndan 5/ndan 0'. < Tahun 788; /ndan 5/ndan 0'. <@ Tahun 7887 %' /ndan 5/ndan 0'. 7@ Tahun 78893 /ndan 5 /ndan 0'. : Tahun <==7 %' /ndan 5/ndan 0'. <8 Tahun <==>

You might also like