You are on page 1of 12

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING DI FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan yang berlaku saat ini di Indonesia adalah kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem student centered learning yang artinya pembelajaran berpusat kepada mahasiswa. Kurikulum ini menuntut mahasiswa yang lebih berperan aktif dalam proses perkuliahan. Sistem KBK ini juga berlaku dalam fakultas kedokteran. Sistem ini dinilai mampu membuat berkurangnya kekhawatiran masyarakat akan kualitas dokter yang melakukan kasus malpraktek, etika, dan moral dari seorang tenaga dokter yang kurang baik.

Dengan berlakunya sistem KBK ini, maka diberlakukan pula sistem perkuliahan blok yang dapat membuat mahasiswa kedokteran lulus menjadi seorang dokter dalam waktu lima tahun dengan tidak menurunkan kualitas dari tenaga dokter tersebut. Konsil Kedokteran Indonesia, selaku badan yang berwenang menetapkan standar kompetensi dokter juga memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan Problem Based Learning yang dianggap mampu memberikan stimulasi kepada calon tenaga dokter dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Standar kompetensi seperti apa yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia? 2. Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang sesuai untuk kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kesehatan? 3. Apakah proses pembelajaran menggunakan Problem Based Learning dapat menunjang sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi?
1

4. Metode apa yang tepat untuk memperlancar sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan Problem Based Learning?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui standar kompetensi dokter yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. 2. Untuk membuktikan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi mampu mencetak dokter dalam upaya kesehatan perorangan dan masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional. 3. Untuk membuktikan bahwa Problem Based Learning akan memacu kognitif, afektif, psikomotor mahasiswa. 4. Untuk membuktikan bahwa seven jump merupakan metode yang tepat untuk sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi.

D. Manfaat

Dengan adanya sistem KBK dengan pendekatan PBL di harapkan calon tenaga dokter memiliki ilmu pengetahuan, moral, dan keterampilan yang seimbang. Sehingga, mereka bisa memperbaiki pelayanan kesehatan saat terjun di tengah-tengah masyarakat.

BAB II STUDI PUSTAKA


A. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

1. Pengertian Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi (KKI, 2005).

2. Standar Kompetensi Dokter Standar Kompetensi Dokter merupakan standar minimal yang harus dimiliki pada saat menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Bisa di katakan bahwa Standar Kompetensi ini adalah standar output atau keluaran dari program studi dokter. Standar Kompetensi Dokter ini merupakan satu kesatuan dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter. Mengesahkan Standar Kompetensi Dokter merupakan acuan dalam

penyelenggaraan pendidikan profesi dokter dan diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan profesi dokter antara lain institusi pendidikan kedokteran, rumah sakit pendidikan, lembaga pemerintahan dan swasta, mahasiswa, badan akreditasi dan pihak-pihak lain yang terkait. Standar kompetensi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia merupakan standar kompetensi yang diperlukan pada upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama yang meliputi area kompetensi dan komponen kompetensi (KKI, 2006).

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

1. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3

2. Pengertian Kompetensi Berdasarkan SK mendiknas no. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

3. Macam Kompetensi Kompetensi dibagi menjadi 3 rincian, yaitu kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya. Kompetensi utama adalah kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi pendukung adalah kemampuan yang gayut dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Kompetensi lainnya adalah kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan Perguruan Tinggi (Semiloka UMS, 2009). Area kompetensi yang disahkan oleh KKI, yaitu komunikasi efektif, keterampilan klinis, landasan ilmiah ilmu kedokteran, pengelolaan masalah kesehatan, pengelolaan informasi, mawas diri dan pengembangan diri, dan etika, moral, medikolega, dan profesionalisme serta keselamatan pasien (KKI, 2006).

4. Pendidikan Berbasis Kompetensi Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang menekankan pada pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi (Semiloka UMS, 2009). Sistem pendidikan dokter di Indonesia yang sejak tahun 1982 mengacu pada Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia di mana menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sekarang diperbarui dengan adanya sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pembaruan ini dikarenakan gambaran dokter yang dihasilkan oleh sistem Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia belum terinci secara eksplisit. Sehingga di bentuklah suatu sistem baru yang bisa menyesuaikan dengan perkembangan peraturan terkini (KKI, 2006).
4

C. Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Suatu cara menantang mahasiswa untuk belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mendapatkan solusi dari masalah masalah nyata yang ada di dunia (Dutch et al, 2001). Meskipun dalam perkembangannya belum ada penelitian secara resmi yang mengatakan bahwa Problem Based learning merupakan pendidikan yang menyeluruh, tapi asumsi orang dengan hadirnya Problem Based Learning ini dirasa yang paling sesuai bagi mahasiswa kedokteran, profesi kedokteran, dan masyarakat. Dalam proses PBL, terdapat beberapa peran penting antara lain ketua, notulen, peserta, dan dosen sebagai fasilitator (tutor) kelompok tutorial. Adapun peran masing-masing terdapat pada tabel 1.1, 1.2, 1.3, 1.4. Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter (Gwee, 2009). Namun gerakan PBL sendiri untuk merestrukturisasi pendidikan kedokteran sudah dimulai di Universitas McMaster sejak tahun 1950an (Halonen, 2010). Sejak itu PBL telah menjadi trend baru pendidikan kedokteran. Kini PBL telah diterapkan pada banyak Fakultas Kedokteran di seluruh dunia.

2. Karakteristik Problem Based Learning Karakteristik Problem Based Learning, yaitu mengembangkan sifat berusaha dan kreativitas murid, meningkatkan kepercayaan diri, bangga, dan mampu bekerjasama dengan baik antar teman sekelas (LiuYu, 2004). Tabel 1.1 Peran Ketua dan diskusi PBL

1 2 3 4

Memimpin proses diskusi kelompok Mendorong anggota kelompok untuk mengambil bagian dalam diskusi Memelihara dinamika kelompok Mengatur waktu

5 6

Memastikan kelompok mencapai tujuan pembelajaran (learning objective) Memastikan notulen membuat catatan dengan akurat Sumber: Wood, 2003

Tabel 1.2 Peran Notulen (Pencatat) dalam diskusi PBL

1 2 3 4

Mencatat inti diskusi yang dikemukan kelompok Membantu kelompok dalam mengurutkan pikiran dan gagasan Berpartisipasi dalam diskusi Mencatat sumber daya yang digunakan oleh kelompok Sumber: Wood, 2003

Tabel 1.3 Peran Peserta dalam diskusi PBL

1 2 3 4 5 6

Mengikuti urutan langkah-langkah proses Berpartisipasi dalam diskusi Mendengarkan dan menghargai kontribusi peserta lainnya Mengajukan pertanyaan terbuka Mencapai semua tujuan pembelajaran (learning objective) Berbagai informasi dengaan peserta lainnya Sumber: Wood, 2003

Tabel 1.4 Peran Tutor dalam diskusi PBL

1 2 3 4 5

Mendorong semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam diskusi Membantu ketua untuk memelihara dinamika kelompok dan mengatur waktu Memastikan bahwa notulen membuat catatan dengan akurat Mencegah disuksi di luar skenario Memastikan kelompok mencapai tujuan kompetensi (learning objective)

6 7

Memeriksa pemahaman peserta Menilai kinerja peserta Sumber: Wood, 2003

D. Metode Seven Jump 1. Pengertian Seven Jump merupakan suatu metode pembelajaran yang terdiri atas 7 langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode tujuh langkah ini dikembangkan Maastricht, Belanda, dalam mengimplementasikan diskusi tutorial PBL. (Tabel 1.5)

2. Langkah-Langkah Seven Jump Langkah-langkah Seven Jump, yaitu identifikasi dan klarifikasi istilah, menentukan masalah, analisis masalah dengan brainstorming, jawaban sementara atau hipotesis, penetapan learning objective atau tujuan belajar, mencari informasi, presentasi hasil. Tabel 1.5 Seven Jumps Maastricht dalam proses tutorial

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum dikenal dalam skenario. Notulen membuat daftar istilah yang masih belum jelas sampai akhir diskusi Mendefinisikan masalah yang akan dibahas. Jika terdapat perbedaan pandangan tentang masalah yang perlu dibahas, maka semua masalah harus dipertimbangkan. Notulen membuat daftar masalah yang sudah disepakati untuk dibahas Sesi brainstorming (curah pendapat) untuk membahas masalah, yaitu memberikan saran penjelasan dan mengidentifikasi area yang belum diketahui dengan sempurna. Notulen mencatat semua pokok diskusi Kaji ulang langkah 2 dan 3, lalu tata penjelasan penjelasan menjadi solusi sementara. Notulen menata penjelasan-penjelasan Rumuskan tujuan pembelajaran (learning objective). Kelompok menyepakati tujuan pembelajaran. Tutor memastikan bahwa tujuan pembelajaran terfokus, bisa dicapai, komprehensif, dan tepat
7

Langkah 6

Langkah 7

Belajar mandiri (semua mahasiwa mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran) Kelompok berbagi hasil belajar mandiri (mahasiswa mengindetifikasi sumber belajar dan berbagi hasilnya). Tutor memeriksa pembelajaran, dan menilai kinerja kelompok Sumber: Wood, 2003

BAB III PEMBAHASAN


Area kompetensi yang telah disahkan oleh KKI adalah : 1. Komunikasi Efektif Seorang dokter harus bisa berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya, sejawat, masyarakat, dan dengan profesi lainnya 2. Keterampilan Klinis Seorang dokter harus memperoleh dan mencari informasi yang akurat dan penting tentang pasien dan keluarganya, melakukan prosedur klinik dan laboratorium serta kedaruratan klinis. 3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Dokter harus bisa menerapkan konsep-konsep dan prinsip ilmu biodemik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan 4. 5. 6. 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan Pengelolaan Informasi Mawas Diri dan Pengembangan Diri Etika, Moral, Medikolega dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

Sistem KBK merupakan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh (Mulyasa, 2005). Sehingga nantinya sistem KBK yang diterapkan pada pendidikan dokter ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan. Karena, dalam sistem KBK ini mahasiswa kedokteran di ajarkan mengenai keterampilan klinis yang sering terjadi dalam UKP dan UKM. Meskipun metode Problem Based Learning dianggap paling sesuai untuk zaman sekarang, tetapi di Asia sendiri Problem Based Learning memiliki hambatan, terutama bagi siswa. Hambatan itu seperti tidak adanya rasa percaya diri siswa, merasa dipaksa untuk berbicara
9

hanya demi sebuah nilai, dan mereka pikir metode ini hanya buang waktu saja. Untuk itu perlu diadakan latihan bagi siswa dan fakultas, mendesain semenarik mungkin masalah yang ingin diberikan, melakukan komunikasi sebaik mungkin, dan juga selalu melakukan monitoring dan evaluasi agar bisa mencapai hasil yang maksimal (Zubair et al, 2003). Selain itu ada manfaat yang dihasilkan oleh PBL yang bisa menunjang sistem KBK seperti, melatih kepemimpinan, bekerjasama, komunikasi, dan mendidik siswa untuk menerapkan belajar sepanjang hayat. Seven Jump merupakan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini melalui diskusi tutorial berlangsung dalam 3 sesi. Sesi pertama terdiri atas langkah 1-5. langkah 1 digunakan untuk mengidentifikasi dan klarifikasi istilah yang belum diketahui. Langkah 2 untuk menentukan masalah-masalah yang akan didiskusikan. Langkah 3, yaitu sesi brainstorming di mana tiap siswa saling mendiskusikan daftar masalah yang telah disepakati bersama. Langkah 4 digunakan untuk saling memberikan hipotesis mengenai masalah yang ada. Langkah 5 merupakan sesi untuk menentukan learning objective, menentukan apa yang akan dipelajari nantinya. Sesi kedua adalah sesi belajar mandiri atau mencari informasi tentang daftar masalah. Sesi ini merupakan langkah keenam dalam seven jump. Sesi terakhir yang merupakan langkah ketujuh, yaitu saling mempresentasikan hasil yang didapat pada saat sesi belajar mandiri. Setiap siswa saling menunjukkan sumber-sumber yang dipakai.

10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Standar kompetensi dokter yang ditetapkan oleh KKI menjadi acuan utama dalam pendidikan dokter di Indonesia. 2. KBK mampu mencetak dokter dengan kemampuan mengidentifikasi masalah, menganalisa, menentukan diagnosa dan terapi serta keterampilan dalam pelayanan UPK dan UKM. 3. PBL merupakan proes pembelajaran calon dokter yang mampu meningkatkan kompetensi kognisi,afektif, dan psikomotor. 4. Metode seven jump melatih calon dokter berpikir dan bertindak sistematis di dalam menyelesaikan suatu masalah atau kasus.

B. Saran 1. Sistem KBK ini sudah cukup baik di terapkan dalam pendidikan kedokteran, tetapi dalam perkembangannya masih belum ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai. Sarana prasarana itu seperti lengkapnya buku di perpustakaan, akses internet yang cepat, dan ruangan tutorial yang dirasa terlalu sempit. 2. Bagi tutor yang memberikan pengarahan dalam proses diskusi tutorial diharapkan bisa mengarahkan mahasiswa dalam diskusi ini. Sehingga, tidak menyimpang dari apa yang didiskusikan.

11

DAFTAR PUSTAKA

Amin Z, Eng K.H., 2003. Basic Medical in Education. Singapore : National University of Singapore. pp. 213-216.

Cox K. R., 1982. The Medical teacher. Longman Group. Ltd.

Gulbert J. J., 1981. Educational Handbook for Health Personal. WHO

John W. gardner., 2002. Problem Based learning. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.studygs.net/pbl.htm &prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3DPBL%26tq%3DPBL%26sl%3Did%26tl%3Den%26s tart%3D10KKI., 2006. Standar Kompetensi Dokter. pp. 1-3.

Mulyasa, E., 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi :Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Semiloka Ekonomi Islam., 2009. Ekonomi Islam Sebagai Sistem Pendidikan Ilmu Ekonomi di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sukardi, E dan Maramis. W. F., 1986. Penilaian Keberhasilan Belajar dalam Pendidikan Kesehatan SBY.

Suparman A., 1991. Desain Instruksional PAU. Jakarta.

Wood DF (2003). ABC of learning and teaching in medicine. Problem based learning. BMJ, 326

Zaini H., 2002. Desain Pembelajaran di Pt CTSD. Yogyakarta.

12

You might also like