You are on page 1of 13

PERCOBAAN III ISOLASI FENOLAT DARI BIJI KAKAO I.

Tujuan Percobaan Mempelajari cara isolasi fenolat dari biji kakao. II. Tinjauan Pustaka Senyawa fenolat adalah senyawa aromatik yang mengandung gugus hidroksil. Senyawa ini sangat berguna bagi kesehatan manusia terutama untuk pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit degenerative. Kelompok senyawa yang termasuk senyawa fenolat antara lain fenil propanoat, poliketida, dan flavonoid. Fenolat yang terdapat pada biji kakao terdiri atas fenolat dari fenil propanoat dan poliketida (Tim Dosen KBA, 2013). Tanaman pangan diketahui kaya akan senyawa-senyawa bioaktif, terutama polifenol, yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan dan antimikroba. Senyawa-senyawa antioksidan alami sangat dibutuhkan akhir akhir ini untuk mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain. Senyawa-senyawa antimikroba demikian pula adanya akibat makin banyaknya mikroba patogen yang telah resisten dengan antibiotika yang ada. Salah satu tanaman di Indonesia yang berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba alami adalah tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Biji kakao kaya akan komponen-komponen senyawa fenolik, antaralain : katekin, epikatekin , proantosianidin, asam fenolat, tannin dan flavonoid lainnya. Biji kakao mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami, antara lain : mempunyai kemampuan untuk memodulasi system immun, efek kemopreventif untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan kanker, selain itu polifenol kakao bersifat antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen dan bakterikariogenik. Kakao jugamempunyai kapasitas antioksidan lebih tinggi dibanding teh dan anggur merah (Adyati, 2012).

Salah satu tanaman di Indonesia yang berpotensi sebagai antioksidan dan antimikroba alami adalah tanaman kakao (Theobroma cacao L.). biji kakao kaya akan komponen-komponen senyawa fenolik, antara lain : katekin, epikatekin, proantosianidin, asam fenolat, tannin, dan flavonoid lainnya. Biji kakao mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami, antara lain : mempunyai kemampuan untuk memodulasi system immun, efek kemopreventif untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan kanker. Ekstrak etanol 95% simplisisa daun katu telah diisolasi senyawa-senyawa asam fenolat yang diidentifikasi sebagai asam P-hidroksibenzoat, asam ferulat, asam vanilat dan asam kafeat. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa asam Phidroksibenzoat mempunyai presentase yang tertinggi di antara keempat jenis asam fenolat yang telah diidentifikasi (Wijono, 2004). Kakao juga mempunyai kapasitas antioksidan lebih tinggi disbanding the dan anggur merah. Disamping menghasilkan biji, dalam proses penanganannya juga menghasilkan produk ikutan (limbah) berupa kulit kakao sebesar kurang lebih 73,77% dari berat buah secara keseluruhan. Adanya komponen-komponen polifenol dalam biji kakao tidak menutup kemungkinan juga terdapat dalam kulit buah kakao dengan khasiat yang sama. Kulit buah kakao mengandung campuran flavonoid atau tannin terkondensasi atau terpolimerasi, seperti antosianidin, katekin, leukantosianidin yang kadang-kadang terikat dengan glukosa. tannin yang terikat dengan gula pada umumnya mudah larut dalam pelarut hidroalkohol, sedangkan tannin terkondensasi atau tannin lebih mudah terekstraksi dengan pelarut aseton 70% ( Sartini, 2007).

III. Alat dan Bahan 3.1. Alat 1. Kuvet 2. Corong kaca 3. Erlenmeyer 250 mL 4. Labu ukur 50 mL 5. Spektronik 20 6. Gelas kimia 50 mL 7. Botol semprot 8. Rak tabung 9. Pipet tetes 10. Penangas air 11. Shaker 12. Neraca analitik 13. Gelas ukur 100 mL dan 10 mL

3.2.Bahan 1. Etanol 95 % 2. NaOH 2 M 3. Indikator MO 4. Kertas pH 5. Aluminium voil 6. Asam fosfat 1:9 7. Kertas saring 8. Tissue 9. Aguadest 10. Buffer fosfat pH 12 11. Kertas saring

IV. Prosedur Kerja 4.1 Ekstraksi fenolat dari daging biji kakao 1. Memasukkan sebanyak 7,5 gram daging biji kakao ke dalam erlenmeyer 250 mL, kemudian menambahkan dengan 32,5 mL etanol 95 % 2. 3. Mengocok campuran di atas mesin kocok agitasi 200 rpm selama 2 jam Menyaring campuran, menampung filtratnya kemudian mengukur volumenya dan menentukan kandungan fenolatnya

4.2 Penentuan kadar fenolat a. Analisis sampel 1. Mengambil 10 mL ekstrak dan memasukkan ke dalam erlenmeyer, selanjutnya memanaskan dalam penangas air selama 5 menit, lalu menambahkan 1-2 tetes indikator metil orange (MO) sampai terbentuk warna kuning 2. Selanjutnya menambhakan 2-3 tetes asam fosfat 1: 9 sampai terbentuk warna merah jungga 3. mendinginkan larutan kemudian menambahkan 1,2 mL NaOH 2M, kemudian mengatur pH larutan hingga 7,9 0,1, dengan buffer fosfat (pH = 12), selanjutnya mengukur serapannya pada panjang gelombang 460 nm.

V. Hasil Pengamatan 5.1. Hasil No 1 Perlakuan 15 g biji kakao(halus)+ 65ml etanol 95% 2 15 g biji kakao halus dikocok selama 2 jam 3 10 ml eksrak + dipanaskan dipenangas air 4 5 6 + indicator MO + 3 tetes asam fosfat 1:9 + 1,2 ml NH4OH 0,5 N Berwarna kuning Berwarna merah jingga Ungu kehitaman Berwarna merah pekat Berwarna coklat Hasil larutan berwarna coklat.

a. Tabel kurva baku Konsentrasi ( ppm) 5 10 15 20 25 Absorbansi (A) 0,284 0,343 0,496 0,564 0,625

0.7 0.6 0.5 y = 0.0181x + 0.1915 R = 0.971

Absorbansi

0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 5 10 15 20 25 30

Konsentrasi (ppm)

b. Tabel hasil analisis sampel Sampel Ektrak fenolat kakao Volume ekstrak (mL) 10 mL Absorban 1,435 1,435 1,439 Absorbansi rata-rata 1,4363

5.2. Analisa Data y = 0,0181x + 0,1915 x= x= x = 68,773

Kadar fenolat (%) =

x 100 %

= = 0.114625 %

x 100 %

5.3. Pembahasan Senyawa fenolat adalah senyawa aromatik yang mengandung gugus hidroksil. Senyawa ini sangat berguna bagi kesehatan manusia terutama untuk pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit degenerative. Kelompok senyawa yang termasuk senyawa fenolat antara lain fenil propanoat, poliketida, dan flavonoid. Fenolat yang terdapat pada biji kakao terdiri atas fenolat dari fenil propanoat dan poliketida. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari cara isolasi fenolat dari biji kakao Isolasi fenolat dari biji kakao pada percobaan ini dilakukan dengan cara ektraksi menggunakan etanol 95 %. Sebanyak 7,5 gram daging biji kakao direaksikan dengan 32,5 ml etanol dan kemudian dikocok secara kontinu selama kurang lebih 2 jam, hal ini dilakukan agar etanol benar-benar mengikat senyawa fenolat yang ada dalam bahan tersebut. Menurut Sartini (2007) bahwa fenolat mudah larut dalam pelarut alkohol, semakin tinggi konsentrasi etanol, maka akan semakin baik pula pelarut tersebut dalam mengekstraksi. Pelarut etanol 95% merupakan pelarut yang bersifat semi polar, sehingga dapat melarutkan senyawa yang bersifat semi polar dan mampu melarutkan sebagian besar kandungan kimia dari simplisia rimpang kakao. Secara umum pelarut etanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organic bahan alam karena dapat melarutkan sebagian besar golongan metabolit sekunder, salah satunya adalah senyawa fenolat ini. Selanjutnya campuran tersebut dikocok selama 2 jam pada mesin pengocok sebesar 200 rpm. Tujuan dari pengocokan ini agar pelarut dan ekstrak kakao dapat tercampur secara merata sehingga lebih mudah mengekstrak fenolat dari sampel. Pada proses ini terjadi tumbukan antara partikel pereaksi semakin besar, sehingga mempercepat laju reaksi pengekstrakan fenolat dari biji kakao. Hasil ekstrak dari biji kakao yaitu berupa filtratnya diambil sebanyak 10 ml kemudian di panaskan selama 5 menit dengan tujuan untuk menguapkan etanol 95% dan kemudian ditambahkan larutan indikator metil merah (MO)

sampai larutan berwarna kuning. Selanjutnya larutan ditambahkan beberapa tetes asam fosfat sampai berwarna merah jingga. Dari perlakuan tersebut diperoleh larutan berwarna merah jingga, ini berarti bahwa larutan tersebut positif mengandung senyawa fenolat. Pada tahapan selanjutnya larutan didinginkan dan kemudian

ditambahkan natrium hidroksida. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk meningkatkan pH, kemudian diukur pHnya ternyata mendekati 8 dengan menggunakan indikator universal, Sehingga penambahan buffer fosfat (pH = 12) pada percobaan ini tidak dilakukan lagi karena pH yang diharapkan sudah tercapai. Selanjutnya 1 ml ektrak fenolat diencerkan pada dengan etanol 95% pada labu ukur 25 ml. Tujuannya untuk mengurangi konsentrasi fenolat yang akan berimbas pada menurunya kepekatan warna sehingga saat akan di ukur absorbansinya pada spektronik 20 dapat terbaca, sebeb jika terlalu pekat maka spektronik 20 tidak dapat membaca absorbansi cahaya yang dilewatkan pada larutan sebeb cahaya tidak dapat menembus larutan yang memiliki tingkat kepekatan warna yang cukup tinggi. Selanjutnya absorbansi diukur pada panjang gelombang 460nm dan didapat absorbansi rata-rata dari tiga pengulangan yaitu 1,4363. Dengan menggunakan kurva baku fenolat dan perhitungannya didapat konsentrasi fenolat 68,773 mg/L. Sehingga kadar fenolat dari hasil perhitungan adalah 0.114625 %

VI. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kakao merupakan buah yang mengandung senyawa fenolat, senyawa fenolat itu sendiri adalah senyawa aromatik yang mengandung gugus hidroksil. 2. Isolasi fenolat dari biji kakao pada percobaan ini dilakukan dengan cara ektraksi menggunakan etanol. 3. Dari hasil percobaan absorbansi yang diperoleh adalah 1,4363, dan kadar fenolatnya adalah 0.114625 %

Daftar Pustaka Adyati, 2012. Skripsi Mempelajari Perubahan Kandungan Polifenol Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Dari Hasil Fermentasi yang Diberi Perlakuan Larutan Kapur. F.Pertanian Unhas. Makassar Tim Dosen KBA, 2013. Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. Kimia FMIPA Untad. Palu Sartini,dkk. 2007. Ekstraksi Komponen Bioaktif Dari Limbah Kulit Buah Kakao dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Antioksidan Dan Antimikroba. Farmasi Unhas. Makassar Wijono,H. 2004. Isolasi Dan Identifikasi Asam Fenolat Pada Daun Katu Sauropus Androgynus (L) Merr. Farmasi FMIPA Institut Sains dan Teknologi Nasional. Jakarta

You might also like