You are on page 1of 3

KAUM MARJINAL: ANAK PUNK DI YOGYAKARTA (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya Yogyakarta)

Yogyakarta merupakan tempat berkumpulnya masyarakat yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat yang tinggal di Jogja merupakan orang-orang yang tinggal sebagai penduduk asli Jogja maupuan dari luar Jogja. Hal ini yang menjadikan Yogyakarta dikenal dengan julukan Indonesia Mini. Di Yogyakarta banyak ditemui beragam manusia baik dari tingkat pendidikan maupun sosial di masyarakat. Salah satu kaum yang ada di Jogja adalah kaum marjinal anak punk. Anak punk sering disebut masyarakat dengan anak yang ng mempunyai gaya hidup yang dekat dengan premanisme dan kriminalitas. Anak-anak punk biasanya ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Semarang, dan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Anak punk ini juga dapat dipersepsikan sebagai anak yang memiliki kehidupan keras sehingga tidak sedikit masyarakat yang tidak menyukai adanya anak-anak punk tersebut. Anak punk juga dianggap sebagai anak-anak yang tidak memiliki aturan dan tujuan hidup. Anak punk ini sering tinggal dijalanan dan hidup dibawah kesederhanaan maka dari itu anak punk dapat disebut sebagia kaum marjinal. Aktivitas anak punk Jogja sering melakukan aktivitas mereka dipinggir jalan seperti bernyanyi dengan membawa gitar sebagai alat musi mereka untuk bernyanyi. Para anak punk bertindak sebebasnya sesuai dngan apa yang diinginkan. Anak punk biasanya dicirikan dengan dengan rambut yang di cat warna dan tak terurus, berpenampilan yang sedikit berantakan, bagian lidah atau kuping yang ditindik, dan memiliki tattoo dibagian tubuh mereka. Banyak masyarakat yang takut apabila bertemu dengan anak punk tersebut karena langsung menganggap bahwa mereja adalah orang jahat. Di kota-kota besar Indonesia, sering terlihat sekelompok generasi penerus bangsa (generasi muda) yang memiliki gaya hidup menyimpang dari norma-norma sosial dalam masyarakat setempat.Sekelompok anak tersebut disebut anak punk.Gaya hidup anarkis, keras,membuat mereka merasa mendapat kebebasan, bisa jadi karena mereka selalu mempunyai perasan yang tidak puas akan apa yang sudah ada dikehidupan mereka. Di persimpangan jalan dekat lampu merah daerah pangkalan jati, saya sering sekali melihat sekelompok anak punk yang sedang berdiri,mengamen di angkot-angkot,mereka bergaya sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, karena kehidupan komunitas punk menurut pendapat saya ialah kehidupan yang bebas,tanpa larangan, dan tanpa paksaan dari siapa pun. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan membahas secara keseluruhan tentang perilaku sosial anak punk, yang memang telah menjadi masalah untuk para generasi muda pada zaman modern ini.

---------------------------------------------------------Citra anak punk di mata masyarakat Indonesia memang kurang baik, hal ini dapat kita lihat dimana anak punk dianggap sebagai sampah masyarakat. Akan tetapi anggapan buruk tersebut semakin hari semakin menurun dengan munculnya komunitas-komunitas anak punk yang memiliki potensi baik. Disisi lain, selama ini pemerintah memang belum sepenuhnya memberikan perhatian yang nyata terhadap komunitas yang ada di masyarakat, terlebih untuk komunitas Punk. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kontak alamat: Jl. Moh Kafi II, Gg Setiabudi No. 39, Rt.11, Rw.8 Srengsengsawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia tlp: 021-7270666 email: taringbabi@yahoo.com

------------------------------------Menurut Dick Hebdige, memandang punk adalah sebuah subkultur yang menghadapi dua bentuk perubahan yaitu: 1. Bentuk komoditas, dalam hal ini segala atribut maupun aksesoris yang dipakai oleh

komunitas punk telah dimanfaatkan industri sebagai barang dagangan yang didistribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dulu aksesoris dan atribut yang hanya dipakai oleh anak punk sebagai simbol identitas, namun kini sudah banyak dan mudah kita jumpai di toko yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum.

2.

Bentuk ideologis, komunitas punk mempunyai ideologi yang mencakup pada aspek

sosial dan politik. Dan ideologi mereka dahulu sering dikaitkan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak punk. Ada beberapa perilaku menyimpang itu telah didokumentasikan dalam media massa, sehingga membuat identitas punk menjadi buruk dipandang sebagai seorang yang bahaya dan berandalan. Namun walaupun begitu, nilai-nilai dan eksistensi punk masih dipertahankan sampai sekarang. http://uny.ac.id/berita/mengangkat-citra-dan-potensi-anak-punk.html

Rumusan Masalah: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana gaya hidup komunitas punk di Yogyakarta dan faktor pendorong anak muda masuk dalam komunitas punk.

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaya hidup punk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, motif, kelompok referensi, dam transformasi budaya. Gaya hidup punk berorientasi pada bidang seni, yaitu musik. Dilihat dari aktivitas, mereka membentuk group band, nyetreet, terlibat dalam kegiatan negatif seperti minumminuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan melakukan sex bebas. Tetapi ada juga anak punk yang hidupnya bersih dari hal-hal negatif. Anak punk mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Mereka juga memandang agama itu penting untuk kehidupan mereka, meskipun ada beberapa diantara mereka yang belum melaksanakan ibadah keagamaannya. Faktor pendorong anak muda masuk dalam komunitas punk yang terbesar karena dorongan dari dalam diri mereka yang ingin menjadi anak punk atau suka dengan punk karena minat mereka yang besar terhadap musik punk yang dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan diri dan sebagai pencarian identitas diri mereka. Faktor dari luar diri mereka, yaitu lingkungan pergaulan mereka yang kebanyakan adalah anak-anak punk.

You might also like