You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Latar belakang penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Paliatif Care. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana pengertian dari Terapi Radiasi dan juga contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari agar tidak lagi

ditemukan kekeliruan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien terminal. Penulis juga berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya teman-teman di STIkes Hutama Abdi Husada.

1.2

Tujuan A. Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas mata kuliah Paliatif Care. B. Tujuan Khusus 1. 2. Untuk mempermudah mempelajari tentang terapi radiasi/ radioterapi. Agar pembaca dapat memahami dan mengerti bagaimana pengertian dari radioterapi. 3. 4. Untuk mengetahui penangan pasien terminal dengan radioterapi. Untuk menambah pengetahuan.

1.3

Manfaat 1. Dengan adanya pembahasan ini pembaca menjadi lebih memahami tentang radioterapi. 2. 3. Menambah pengetahuan tentang radioterapi. Dengan adanya makalah ini semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PENANGANAN KANKER DENGAN MENGGUNAKAN TERAPI RADIASI 2.1 DEFINISI Terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Terapi radiasi (di Amerika Utara), atau radioterapi (di Inggris dan Australia) juga disebut onkologi radiasi, dan kadang-kadang disingkat XRT, adalah penggunaan medis radiasi ionisasi sebagai bagian dari perawatan kanker untuk mengontrol sel-sel ganas. Terapi radiasi yang juga disebut radioterapi, irradiasi, terapi sinar-x, atau istilah populernya "dibestral" ini bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk mengurangi ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. Terkadang malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.

2.2 INDIKASI Untuk beberapa jenis kanker seperti di daerah leher dan kepala, kelenjar dan paru-paru, radioterapi atau terapi penyinaran merupakan pilihan pengobatan kanker yang paling utama. Radioterapi digunakan untuk dua tujuan, yaitu untuk pengobatan paliatif dan radikal (primer). Pada pengobatan paliatif, radioterapi bertujuan meringankan gejala, misalnya; mengurangi rasa sakit, menghentikan perdarahan atau mengurangi kerusakan struktur saraf di sekitar tumor. Radioterapi diberikan dalam jangka pendek misalnya 1 hari atau 12 minggu. Sedangkan pengobatan radioterapi sebagai terapi radikal bertujuan untuk mengecilkan tumor dan kemudian dilanjutkan dengan pembedahan. Pada kasus ini, radioterapi biasanya diberikan dengan interval yang lebih panjang, misalnya jeda 4-6 minggu untuk memberikan waktu bagi sel-sel normal memperbaiki dirinya. Kekurangan dari radioterapi yaitu bisa merusak jaringan normal, terutama jaringan dimana sel-sel secara normal berkembang biak dengan cepat, yaitu kulit, akar rambut, lapisan usus, indung telur, buah zakar, dan sumsum tulang. Namun dengan menentukan target penyinaran secara akurat akan melindungi sel-sel normal sebanyak mungkin.

2.3 KONTRAINDIKASI Terapi Radiasi dapat relatif atau mutlak dikontraindikasikan pada keadaan berikut: Penyakit paru-paru yang sudah ada yang signifikan terutama di mana kapasitas difusi berkurang TB paru yang sudah ada sebelumnya Cardiomyopathy Gangguan jaringan ikat (SLE, skleroderma, dll) dengan vaskulitis signifikan. Penggunaan radiasi mungkin tidak kontraindikasi dengan semua gangguan jaringan ikat. Disarankan untuk melakukan rujukan ke ahli onkologi radiasi. Terapi radiasi sebelumnya di bagian yang sama.

Dalam situasi seperti mastektomi parsial mungkin tidak tepat dalam terapi radiasi. Dengan teknik anestesi saat mastektomi radikal yang dimodifikasi resmi dengan diseksi aksila terapi biasanya ditoleransi dan merupakan pengobatan pilihan untuk pasien ini. 2.4 PENATALAKSANAAN Terapi radiasi biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu, selama 6-7 minggu berturut-turut. Tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita secara umum, dan pengobatan lain yang diberikan. Tetapi untuk keperluan paliatif (misalnya menghilangkan nyeri pada kanker yang bemetastasis ke tulang), biasanya cukup 2-3 minggu. Terapi itu sendiri setiap kali hanya berlangsung 1-5 menit. Penderita tidak akan merasakan apa pun selama terapi berjalan, tidak lebih seperti menjalani foto Rontgen (Xray). Tetapi selama menjalani terapi penderita harus diam, tidak bergerak sama sekali, agar pancaran radiasinya tepat mengenai sasaran. Untuk itu bisa dibuatkan masker atau penyangga agar bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak berubah posisi. Prosedur Radioterapi : 1. Investigasi a. Anamnesis/wawancara tentang :

b. -

Identitas: Nama, usia, pekerjaan, alamat, dsb Riwayat penyakit. Pemeriksaan atau pengobatan yang pernah didapat.

Pemeriksaan: Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Radiologi Patologi Anatomi

2. Menetapkan: a. b. c. d. e. Diagnosis Stadium Indikasi pengobatan: ada/tidak ada Tujuan pengobatan radiasi: kuratif/paliatif Volume dosis yang akan diberikan

3. Membuat Perencanaan Radiasi. 1) Pembuatan Masker 2) Simulasi 3) CT-Scan untuk perencanaan 4) Treatment Planning System (TPS) / perencanaan radiasi dengan komputerisasi 4. Pelaksanaan Radiasi a. Radiasi harus diberikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik melalui simulasi, CT planning radiasi dan distribusi dosis yang dibuat secara komputerisasi sehingga harus tepat dosis, sasaran dan waktu radiasi 5. Monitor/Follow-up Setiap pasien yang mendapat radiasi harus dimonitor/follow-up baik dalam pengobatan maupun setelah pengobatan radiasi selesai. Dari data monitor pasien yang mendapat pengobatan dengan radiasi maka akan dapat pula dievaluasi hasilhasil pengobatan radiasi, baik respon tumor sendiri maupun efek samping yang timbul. 6. Evaluasi

Setelah pasien dinyatakan selesai menjalani terapi radiasi, maka dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan radiasi yang diberikan. Evaluasi dapat meliputi: - Respon pengobatan - Toleransi pasien - Efek samping dan akut lambat, dll 2.5 JENIS RADIASI a. Radiasi Eksternal Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker dan bisa dijalani oleh pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri dan gangguan lain yang lazim dialami oleh penderita kanker yang sudah metastase (menyebar). Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu kalau kankernya belum menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau dikhawatirkan akan tumbuh lagi di sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka bedah ditutup kembali lokasi bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative radiation therapy (IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan rahim (termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya). Radiasi eksternal juga diberikan sebagai pencegahan (prophylactic cranial irradiation, PCI), misalnya pada penderita kanker paru radiasinya diarahkan ke otak supaya sel kanker tidak menjalar ke otak. Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif (memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. b. Radiasi Internal (Brachytherapy) Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita, kapsul, kateter, atau butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89, fosfor, palladium, cesium, iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat di jaringan kanker atau di

dekatnya. Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker sekaligus memperkecil kerusakan jaringan sehat di sekitar sasaran radiasi. Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di daerah kepala dan leher, thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara, sekitar selangkangan, dan di saluran kencing. Susuk radioaktif ini ada yang ditanam selama beberapa menit saja (dosis tinggi), ada yang selama beberapa hari (dosis rendah), ada juga yang dibiarkan di dalam tubuh tanpa diangkat lagi. Selama menjalani terapi ini penderita sedikit radioaktif, khususnya di sekitar lokasi susuk, tetapi secara keseluruhan tubuh penderita tidaklah radioaktif. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penderita perlu menjalani rawat inap dengan beberapa batasan. Misalnya, dirawat di ruang tersendiri. Pendamping boleh melayani penderita, tetapi tidak terus-menerus berada di sisinya. Begitu juga tamu yang bezuk dibatasi waktunya. Wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh berkunjung. Tetapi setelah implant radioaktif ini diambil lagi, penderita sama sekali tidak radioaktif. c. Radiasi Sistemik Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi ditelan seperti obat atau disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Radiasi ini digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-Hodgkins lymphoma. Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh melalui air liur, keringat, dan air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat inap. 2.6 EFEK SAMPING Efek samping terapi radiasi tidak selalu muncul, tetapi ada yang mengalaminya, menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan kadang cukup parah. Ada yang merasakan beberapa hari/minggu sejak terapi dimulai (dan menghilang beberapa waktu setelah radiasi dihentikan), ada juga yang efek sampingnya baru muncul beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian dan biasanya bersifat kronik/permanen.

Berbeda dengan kemoterapi yang efeknya mengenai seluruh tubuh, khususnya sel-sel yang membelah dengan cepat, dan relatif sama dari satu orang ke orang lain, efek samping radioterapi berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang diterapi. Yang paling umum adalah rasa lemah tak bertenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya. Bisa karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang nafsu makan, atau capai karena setiap hari harus ke rumah sakit. Juga, selama radiasi tubuh membutuhkan banyak energi untuk memulihkan sel-sel sehat yang rusak. Setelah terapi dihentikan, efek ini lambat laun menghilang. Efek samping lain yang umum terjadi adalah perubahan kulit pada area yang diterapi. Setelah beberapa kali biasanya kulit tampak merah, gosong, lama-kelamaan mengering dan gatal. Tetapi ada juga yang sebaliknya: kulit menjadi lembap, basah, dan mengalami iritasi/lecet, terutama di lipatan-lipatan tubuh. Biasanya efek samping yang terjadi pada kulit akan menghilang beberapa minggu setelah irradiasi dihentikan. Tetapi kadangkadang warna kulit tetap lebih gelap dibanding sekitarnya, dan lebih sensitif terhadap sinar matahari. Radioterapi di daerah kepala dapat mengakibatkan rambut rontok sebagian atau seluruhnya. Tetapi setelah terapi selesai rambut akan tumbuh lagi, walau tekstur dan warnanya mungkin sedikit berbeda. Radiasi di daerah kepala dan leher kadang membuat gigi mudah keropos. Sariawan pada mulut dan tenggorokan biasanya muncul setelah 2-3 minggu radiasi dimulai, dan baru akan menghilang sekitar sebulan setelah radiasi dihentikan. Mungkin juga merasa sulit menelan, selain sakit juga karena ludah mengental menyebabkan mulut terasa kering. Radioterapi pada kanker payudara dapat menyebabkan bahu agak sulit digerakkan. Efek samping lainnya adalah kulit menjadi sedikit gosong, iritasi, atau bengkak. Efek lain yang sering terjadi pada radiasi di daerah dada adalah sakit saat menelan, batuk, demam, dan sesak napas. Jika batuk berlendir, bisa jadi warna dan tekstur lendirnya berubah, tidak seperti biasanya. Terapi radiasi pada daerah perut dapat menyebabkan perut mulas, mual, maupun diare.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Radioterapi dapat digunakan untuk curative atau ajuvan pengobatan kanker. Hal ini digunakan sebagai perawatan paliatif atau sebagai terapi pengobatan. Keadaan yang tidak boleh dilakukan terapi radiasi antara lain, penyakit paru-paru yang sudah ada yang signifikan terutama di mana kapasitas difusi berkurang, TB paru yang sudah ada sebelumnya, cardiomyopathy, gangguan jaringan ikat (SLE, Skleroderma, dll) dengan vaskulitis signifikan, terapi radiasi sebelumnya di bagian yang sama. Kekurangan dari radioterapi yaitu bisa merusak jaringan normal, terutama jaringan dimana sel-sel secara normal berkembang biak dengan cepat, yaitu kulit, akar rambut, lapisan usus, indung telur, buah zakar, dan sumsum tulang. Namun dengan menentukan target penyinaran secara akurat akan melindungi sel-sel normal sebanyak mungkin.

3.2. Saran Dalam pembuatan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk mahasiswa dapat memahami tentang pengertian organisasi dan penyusun juga berharap mendapatkan kritik yang membangun demi kemajuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi diakses pada tanggal 11 Desember 2013 http://www.news-medical.net/health/What-is-Radiation-Therapy-%28Indonesian%29.aspx diakses pada tanggal 11 Desember 2013 http://www.news-medical.net/health/Radiation-Therapy-and-Cancer-%28Indonesian%29.aspx diakses pada tanggal 11 Desember 2013 http://www.bccancer.bc.ca/HPI/CancerManagementGuidelines/Breast/Management/Contraindic ationstoRadiationTherapy.htm diakses pada tanggal 11 Desember 2013

MAKALAH

Penanganan Kanker : Radiasi


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Paliatif Care Di Bimbing Oleh Eny Masruroh, S.Kep., Ners., M. Kep.

Disusun Oleh: 1. Irina Novitasari 2. Lantriana 3. M. Satria Sukma 4. M. Harun Rosyid 5. Novitasari 6. Nurul Fitriyah 7. Ridho Ahmad Alimi 8. Rio Ady Erwansyah 9. Rizal Nur Alamin 10. Sulistyani 11. Zulfa Nopiana

Tingkat: SI-IVA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG TAHUN AKADEMIK 2013/2014

You might also like