You are on page 1of 7

Pada posisi anatomi Sumbu Tubuh Manusia di mulai dari ujung pedis sampai di ujung capitis.

Dan pada Potongan yang sejajar sumbu tubuh di sebut dengan potongan sagital,sedangkan pada Potongan yang sejajar sumbu tubuh persis di sebut dengan median sagital. Adapun Pergerakan-pergerakan Extremitas Superior Pada Manusia Yaitu : Extremitas Superior Dorso Flexi Yang di maksud dengan Dorso Flexi pada manus adalah merentangkan manus sejajar punggung. Ante Flexi Yang di maksud dengan Ante flexi pada manus adalah melipat manus yang telah di rentangkan dan sejajar dengan punggung. Abduksi Yang di maksud dengan Abduksi pada Extremitas superior adalah pergerakan Extremitas superior yang menjauhi sumbu tubuh. Adduksi Yang di maksud dengan Abduksi pada Extremitas superior adalah pergerakan Extremitas Superior yang mendekati sumbu tubuh Sulpinasi yaitu posisi manus yang menengadah atau sejajar telapak. Pronasi yaitu posisi manus yang menelungkup atau sejajar punggung. Capitis Ante Flexi Yang di maksud dengan Ante Flexi pada Capitis yaitu gaya Capitis yang menunuduk. Dorso Flexi Yang di maksud dengan Dorso Flexi pada Capitis yaitu gaya Capitis yang menengadah. Pembagian pada tubuh manusia terdiri dari : Kepala atau CAPITIS/CAPUT Leher atau CERVICAL Rongga dada atau THORAX Perut atau ABDOMEN Panggul atau PELVIS Kelamin atau GENITALIA Extermitas Superior di Bagi Menjadi : Pada bagian Lengan Atas di sebut dengan REGIO HUMERUS DEXTRA dan SINISTRA Pada bagian Lengan Bawah di sebut dengan REGIO ANTEBRACHII DEXTRA dan SINISTRA Pada bagian Manus di sebut dengan MANUS DEXTRA dan SINISTRA Extremitas Inferior di Bagi Menjadi : Pada bagian Paha di sebut dengan REGIO FEMUR DEXTRA dan SINISTRA Pada bagian Betis di sebut dengan REGIO CRURIS DEXTRA dan SINISTRA Pada bagian pedis di sebut dengan REGIO PEDIS DEXTRA dan SINIS

Penyebab otot betis sakit dapat dibagi menjadi dua kelompok: cedera atau kesehatan. Cedera penyebabnya meliputi trauma untuk otot betis. Penyebab medis termasuk berbagai kondisi yang baik menyebabkan sakit otot sebagai gejala. Cedera:

Sebuah ketegangan otot betis adalah cedera umum yang menyebabkan rasa nyeri. Hal ini terjadi ketika otot-otot betis yang berlebihan dan otot-otot menjadi robek. Hal ini menyebabkan pembengkakan, nyeri akut, dan memar. Nyeri ini akan diperparah ketika berjalan, peregangan, atau berdiri berjinjit.

Otot kram kejang bisa sangat menyakitkan. kram tidak selalu cedera, tapi dapat hasil dari latihan atau berlebihan dari otot betis. 1). Pengertian Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan, terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan otot yang kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit. Selain itu, kram otot dapat menimbulkan keluhan nyeri. Kram otot dapat mengenai otot lurik atau bergaris, otot yang berkontraksi secara kita sadari. Kram otot dapat juga mengenai otot polos atau otot yang berkontraksi tanpa kita sadari. Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut. 2). Mekanisme Kram Otot Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masingmasing respon tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang berlebihan (kram otot). Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh

kontraksi mulus berkepanjangan. Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. 3). Penyebab Kram Otot Menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih, biasanya terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas. Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga akibat trauma pada tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan magnesium. Selanjutnya Basoeki (2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya kram otot, seperti obat pelancar kemih, penurun lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin B5 (pantothenic acid) dan B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi darah ke otot yang kurang baik.

4). Hubungan Hemodialisa dengan Kram Otot Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer (NKF 2006). Dengan adanya sebagian darah pasien yang keluar dari tubuh dan beredar dalam sebuah mesin (extracorporeal) bisa menyebabkan sirkulasi darah ke otot kurang baik sehingga dapat mengakibatkan kram otot. Menurut Tisher dan Wilcox (1997) alat dialisa juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Adanya penarikan cairan (ultrafiltrasi) selama hemodialisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kram otot. Menurut Price dan Wilson (1995) komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari Na+ , K+, Ca++ , Mg++ , Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Adanya perbedaan unsur-unsur elektrolit dalam dialisat dengan komposisi elektrolit darah pasien bisa mengakibatkan kekurangan elektrolit. Adanya kekurangan cairan dan elektrolit bisa mengakibatkan kram otot (Basoeki, 2005). 5). Pencegahan Kram Otot Biasanya kram otot dapat berhenti dengan meregangkan otot yang mengalami kram, agar otot itu menjadi rileks kembali (Basoeki, 2005). Sedangkan, kram otot yang terus menerus dan sering

terjadi dapat menyebabkan distonia. Jika terjadi kram otot selama tindakan hemodialisa segera lakukan pengobatan dengan langsung memulihkan volume cairan intravaskuler melalui pemberian bolus cairan isotonic saline natrium clorida (NaCL 0,9 %) (NKF, 2006).

1. Mekanisme kontraksi otot Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanisme atau interaksi antar komponen-komponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot a. Filament filament tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi Menurut fakta, kita telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata-rata sekitar sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini dapat dilihat sebagai konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat pemendekan berlangsung, panjang filamen tebal dan tipis tetap dan tak berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak disk Z sampai ujung daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi yang sama besarnya. Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew Huxley dan R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen (=filament-sliding). Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya. b. Aktin merangsang aktifitas ATPase miosin Model pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan bukan asal-usul gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent- Gyorgi kembali menunjukkan mekanisme kontraksi. Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk membentuk kom-pleks bernama Aktomiosin ternyata disertai oleh peningkatan kekentalan larutan yang cukup besar. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan menambahkan ATP ke dalam larutan aktomiosin. Maka dari itu, ATP mengurangi daya tarik atau afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya, untuk dapat mendapatkan penjelasan lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu, kita memerlukan studi kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi ialah sebesar 0.05 per detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil dari daya kerja ATPase miosin yang berada dalam otot yang berkontraksi. Bagaimanapun juga, secara paradoks, adanya aktin (dalam otot) meningkatkan laju hidrolisis ATP, miosin menjadi sekitar 10 per detiknya. Karena aktin menyebabkan peningkatan atau peng-akti-vasian miosin inilah, muncullah sebutan aktin.. Selanjutnya, Edwin Taylor mengemukakan sebuah model hidrolisis ATP yang dimediasi / ditengahi oleh aktomiosin. Model ini dapat dilihat pada skema gambar 8. Pada tahap pertama, ATP terikat pada bagian myosin dari aktomiosin dan menghasilkan disosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan produk proses ini memiliki ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat dengan myosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk kompleks miosin- ADP-Pi. Kompleks tersebut yang kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada tahap keempat yang merupakan tahap untuk relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi tadi secara

tahap demi tahapmelepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks yang tersisa hanyalah kompleks Aktin- Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP selanjutnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya aktin yang diatur oleh ATP tersebut menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi otot. c. Model untuk reaksi aktin dan myosin berdasarkan strukturnya Rayment, Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model yang dinamakan kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan Faktin. Mereka mengamati kompleks tersebut melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip bola pada S1 itu berikatan secara tangensial pada filament aktin pada sudut 45o terhadap sumbu filamen. Sementara itu, ekor S1 mengarah sejajar sumbu filamen. Relasi kepala S1 miosin itu nampaknya berinteraksi dengan aktin melalui pasangan ion yang melibatkan beberapa residu Lisin dari miosin dan beberapa residu asam Aspartik dan asam Glutamik dari aktin. d. Kepala-kepala myosin berjalan spanjang filament-filamen aktin Hidrolisis ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada mulanya, kita mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan tanpa berpindahpindah, maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross-bridges itu harus berulangkali terputus dan terkait kembali pada posisi lain namun masih di daerah sepanjang filamen dengan arah menuju disk Z. Melalui pengamatan dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya saat proses hidrolisis terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa tertutupnya celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk sebuah perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan daya miosin) dalam siklus kontraksi otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada model perahu dayung untuk siklus kontraktil yang telah banyak diterima berbagai pihak . Pada mulanya, ATP muncul dan mengikatkan diri pada kepala miosin S1 sehingga celah aktin terbuka. Sebagai akibatnya, kepala myosin melepaskan ikatannya pada aktin. Pada tahap kedua, celah aktin akan menutup kembali bersamaan dengan proses hidrolisis ATP yang menyebabkan tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu merupakan keadaan molekul dengan energi tinggi (jelas-jelas diri dengan lemah pada suatu monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z dibandingkan dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1 melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala S1 terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada tahap kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut menarik ekor kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu, pada tahap akhir, ADP dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap. 2. Mekanisme terjadinya kram Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang

berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang berlebihan (kram otot). Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghsilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan. Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. 3. Penyebab kram kram adalah hal yang sering terjadi di antara orang yang sehat, khususnya selama atau setelah olahraga yang keras. Orang tua dan setengah baya biasanya mengalami kram setelah olahraga ringan atau selama istirahat. Beberapa orang mengalami kram kaki selama tidur. Kram yang menyakitkan ini biasanya mempengaruhi otot betis dan kaki, menyebabkan kaki dan jari kaki menekuk ke dalam. kram kemungkinan disebabkan oleh tidak tercukupinya aliran darah menuju otot. Misalnya, mereka bisa terjadi setelah makan, ketika aliran darah terutama yang menuju saluran pencernaan dibandingkan yang menuju otot. Kadar elektrolit yang rendah pada darah, seperti potassium, bisa juga menyebabkan kram. Kadar potassium yang rendah bisa dihasilkan dari penggunaan beberapa diuretik atau dari dehidrasi. tidak diketahui pasti bagaimana kram bisa timbul. Ada yang mengatakan karena penumpukan asam laktat, ada yang menyebut suplai darah yang kurang dibandingkan dengan kebutuhan sebagai biang, ada juga yang menyalahkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pertolongan pertama pada kram Walaupun kram otot dapat hilang sendiri, tapi tindakan berikut perlu dilakukan untuk meringankan gejala : a. otot yang kram diregangkan. b. pemijitan pada otot yang kram. c. kompres air hangat. d. minum yang banyak untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pencegahan Agar tidak terkena kram otot, atau setidak-tidaknya tidak terserang untuk kesekian kalinya, sebaiknya lakukan : a. pemanasan yang cukup sebelum berolah raga atau aktivitas tertentu yang melibatkan otot. Kemudian jangan lupa pendinginan / pelemasan sesudahnya. b. minum lebih banyak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, saat berolahraga.

4.

5.

c.

olah raga dengan intensitas ringan lebih dahulu, kemudian berangsur-angsur lebih berat. d. jika mesti duduk lama (menggunakan otot panggul) atau menulis lama (menggunakan otot jari), selang beberapa lama sebaiknya diselingi pelemasan dan peregangan. Kesimpulan Mekanisme kontraksi otot terjadi dari Impuls motoris datang dari saraf pusat sampai di neuromuscular junction dan dijalarkan sebagai potensial aksi sepanjang sarcolemma memasuki tubulus T dan sampai di sistem triad, kemudian potensial aksi memicu pelepasan ion kalsium (calcium release) dari sisterna terminalis ke sarcoplasma. Ion Calcium berikatan dengan troponin C, troponin berubah bentuk / formasinya, melepaskan aksi blokade tropomyosin sehingga area aktif aktin terbuka, setelah area aktif aktin terbuka maka kontraksi dimulai: cross bridges myosin secara bergantian melekat dan lepas di area aktif aktin, menarik filamen aktin ke tengah sarcomere. Tenaga penggerak (power) utk terjadinya siklus kontraksi otot tersebut, berasal dari pelepasan energi hayang sil hidrolisis ATP, setelah Calcium terpakai untuk mengubah formasi troponin dan melepaskan blokade tropomyosin, ion kalsium dipompa balik (kembali) ke sisterna terminalis dengan mekanisme transport aktif yg terjadi setelah potensial aksi berakhir. Tropomyosin kembali memblokade area aktif aktin, kontraksi berakhir dan serabut otot relaksasi. Kontraksi otot yang berlebihan mengakibatkan kram otot, rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.kram kemungkinan disebabkan oleh tidak tercukupinya aliran darah menuju otot, kadar elektrolit yang rendah pada darah, seperti potassium, bisa juga menyebabkan kram, kondisi ini dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan diantranya pemanasan sebelum melakukan aktifitas, minum lebih banyak cairan mupun olah raga, sedangkan pengobtan pada kram adalah pemberian analgesik spray dan fisioterapi. DAFTAR PUSTAKA http://www.docstoc.com/docs/7098915/SISTEM-OTOT-utuh http://a64527.wordpress.com/2011/01/11/sistem-rangka-dan-otot-manusia/ Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER Depkes, Banjarbaru. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta. Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.

You might also like