You are on page 1of 13

pengkajian umum gastrointestinal

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah Pengkajian fungsi sistem pencernaan (gastrointestinal) bertitik tolak pada proses proses dalam pencernaan seperti ingesti, digesti, absorpsi, eliminasi. Selain itu berbagai faktor yang dapat mempengaruhi fungsi sistem pencernaan seperti kondisi-kondisi yang mempermudah timbulnya gangguan. Pengkajian fungsi sistem pencernaan dapat dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik seperti inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN UMUM 1. Data Demografi Meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan data identitas klien lainnya yang dibutuhkan. Data ini tidak hanya dikumpulkan melainka perawat harus dapat menganalisa potensi apa yang mungkin terjadi dari data demografi terhadap gangguan pencernaan. 2. Keluhan Utama Atau Alasan Masuk Rumah Sakit Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien kondisinya saat ini. 3. Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang : merupakan pengaturan yang berfokus pada apa yang paling dirasakan dan mengganggu klien. b) Riwayat kesehatan lalu : (khusus untuk anak usia 0-5 tahun) Prenatal Care Pemeriksaan kehamilan : sering atau tidaknya pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu selama mengandung. Keluhan selama hamil : hal-hal yang dirasakan oleh ibu atau yang terjadi pada ibu selama mengandung seperti perdarahan, infeksi, ngidam, muntah-muntah, demam, perawatan selama hamil. Riwayat : selama mengandung ibu sedang melaksanaka terapi obat atau tidak. Kenaikan BB ibu selama hamil. Imunisasi TT yang dilakukan oleh ibu. Golongan darah ibu dan ayah klien.

Natal Tempat ibu ketika melahirkan. Lama persalinan dan jenis persalinan Penolong persalinan : bidan , dokter atau dukun beranak. Cara untuk memudahkan persalinan: drips, atau obat perangsang. Komplikasi waktu lahir : terjadi robek perineum atau infeksi nifas.

Post Natal

Kondisi bayi : BB bayi ketika lahir, PB bayi. Apakah anak mengalami penyakit kuning, kebiruan, BB tidak stabil, problem menyusui. (untuk semua usia)

Penyakit yang pernah dialami oleh anak. Kecelakaan yang pernah dialami oleh anak. Konsumsi obat-obatan bebas. Perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya. c) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit atau gangguan yang bersifat herediter dan yang dapat berpindah (menular). 4. Riwayat Imunisasi Imunisasi yang pernah diberikan pada anak, nama imunisasi yang diberikan, jumlah dosis, usia saat diberikan dan kekamuhan reaksi. 5. Riwayat Tumbuh Kembang a) Berat badan pada saat kahir, pada usia 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini. b) Gigi geligi ( usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah, masalah dengan gigi) c) Usia ketika duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata pertama. d) Tingkatan sekolah saat ini dan prestasinya di sekolah. 6. Riwayat Nutrisi a) Pemberian ASI Pertama kali anak disusui. Cara pemberian ASI, apakah ketika setiap kali anak menangis atau terjadwal. Lama pemberian ASI.

b) Pemberian susu formula Alasan diberikannya susu formula. Jumlah pemberian. Cara pemberian :dengan dot atau sendok.

c) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini. 7. Riwayat Psikososial a) Dimana tempat anak tinggal :apartemen, rumah sendiri, kontrakan.

b) Lingkungan rumah berada di kota, setengah kota, atau desa. c) Apakah rumah dekat dengan sekolah, tempat bermain,. Apakah anak punya kamar sendiri atau tidak. d) Apakah ada tetangga yang berbahaya bagi anak, apakah anak mempunyai ruang bermain. e) Bagaimana hubungan antar anggota keluarga. f) Apakah pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua, baby sister, pembantu, kakek nenek.

8. Riwayat Spiritual Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh keluarga bersama anak. 9. Reaksi Hospitalisasi a) Pengalaman keluarga tentang rumah sakit dan rawat inap. Alasan mengapa ibu membawa anaknya ke rumah sakit. Apakah dokter menceritakan kondisi anaknya atau tidak. Perasaan orang tua saat ini. Apakah orang tua akan selalu berkunjung atau menemani anaknya. Siapa yang akan menemani anaknya. b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap. Menanyakan pada anak alasan keluarga atau orang tua membawa dia ke rumah sakit. Menanyakan pada anak apa penyebab dia sakit. Apakah dokter memberitahukan dia tentang keadaannya. Bagaimana perasaannya dirawat di rumah sakit. 10. Aktivitas Sehari-hari a) Nutrisi : kebiasaan-kebiasaan makan minum sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi,porsi atau jumlah, diet, nafsu makan, dan cara. b) Eliminasi : BAB dan BAK kondisi sebelum dan saat sakit, frekuensi, konsistensi, warna, bau, dan cara. c) Pola istirahat tidur : kondisi sebelum dan saat sakit, lama tidur ketika siang dan malam. d) Personal hygiene : kondisi sebelum dan saat sakit,frekuensi mandi dan sikat gigi dalam sehari, frekuensi mencuci rambut dalam seminggu. e) Aktifitas Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum Toileting Mandi Berpakaian Berpindah Mobillitas di tempat tidur Ambulasi/ROM Ket : 0 : mandiri. 1 : alat bantu. 2 : dibantu orang lain. 3 : dibantu orang lain dan alat. 4: tergantung total. 11. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum klien: keadaan penampilan klien. b) Tanda-tanda vital : seperti tekanan darah, suhu, nadi, respirasi. c) Antropometri: tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, skin fold. d) Head to toe : Kepala : warna, ukuran ,kesimetrisan, nyeri, pembengkakan, kontour, lesi, kondisi kulit kepala. Wajah : pergerakan, ekspresi, pigmentasi, tremor, acne. Mata : ketajaman, warna konjungtiva, warna sclera, pergerakan bola mata. Telinga : ketajaman, keadaan telinga. Hidung : penciuman, ukran, kesimetrisan, cuping hidung, warna mukosa, edema, kelembutan dan nyeri. Mulut dan kerongkongan :

inspeksi dan palpasi bibir, mukosa mulut. normalnya warna merah muda, simetris,lembab , tanpa lesi. inspeksi gusi dan gigi. observasi kebersihan gigi, warna, kebersihan. catat gigi tanggal, patah,nyeri,gigi yg tdk teratur, perdarahan atau radang gusi. inspeksi lidah dan dasar mulut. simetris, warna merah muda, posisi lidah, ukuran lidah, mobilisasi lidah. inspeksi langit-langit mulut, palatum,uvula. warna, simetris, tekstur, reformitas tulang. inspeksi tenggorokan, gunakan spatel lidah, pen light untuk melihat tonsil, warna dan adanya pembesaran (catat ada bau khas) tes rasa untuk mengetahui nervus vii dan ix dengan gula, garam atau lemon. Leher : kesimetrisan , pergerakan, massa, nyeri, dll. Dada : ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, dll. Paru-paru : pola pernafasan, bunyi pernapasan. Jantung : pola jantung, bunyi jantung. Abdomen :

disamping sistem pencernaan, dalam abdomen juga ada sistem kemih dan reproduksi. rongga abdomen terletak di bawh diafragma dan di atas rongga pelvis. pemeriksaan abdomen mengunakan 4 metode urutan pemeriksaan ; inspeksi untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut, tentukan kontur atau bentuk kesimetrisan abdomen ; pertama observasi dari samping, kemudian berdiri didepan kaki klien, bandingkan sisi kiri dan kanan, periksa ada tonjolan tau massa (ketidaksemitrisan bentuk), observasi lokasi umbilikus ; apakah ditengah abdomen, inverted atau menonjol, kebersihan. observasi kulit abdomen ; warna kulit, periksa adanya luka jaringan parut, striea, pembesaran vena, lecet atau kmerahan. observasi pegerakan dinding abdomen (pulsasi) auskultasi untuk mendengarkan suara perut atau peristaltik dan suara pembuluh darah, perkusi untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa di dalam perut, o timpany ; suara keras, terdengar diatas lambung dan intestine o dullness (redup) ; suara yg singkat, terdengar pada daerah hati, limfa. o hyperresonance ; > timpany, ada distensi atau berisi udara. o flat ; suara halus, pendek, bila ada massa tumor, tulang, otot.

palpasi untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ-organ dan struktur di dalam perut. auskultasi penting dilakukan sebelum perkusi dan palpasi, karena perkusi dan palpasi akan mempengaruhi frekuensi dan karakter dari usus. Ginjal : pengeluaran urine,jumlah ,warna dan bau, frekuensi. Rektum : pigmentasi, hemoroid (penonjolan berwarna hitam),abses, kista, massa, lesi, gatal, perasaan terbakar.

B. PROSEDUR DIAGNOSTIK Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari: a) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh). b) Rontgen. c) Ultrasonografi (USG). d) Perunut radioaktif. e) Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan

tersebut

bisa

membantu

dalam

menegakkan

diagnosis,

menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejalagejalanya.

1) Pemeriksaan Kerongkongan a. Pemeriksaan barium.

Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video. Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti: b. selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa) divertikulum Zenker (kantong kerongkongan) erosi dan ulkus kerongkongan varises kerongkongan tumor. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak. c. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak. d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

2. Intubasi Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur Intubasi ini bisa digunakan untuk dan keperluan mual, diagnostik tetapi tidak maupun pengobatan. nyeri.

bisa

menyebabkan

muntah

menimbulkan

Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan). a. Intubasi Nasogastrik. Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat. Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu: Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan. Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.

Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. b. Intubasi Nasoenterik. Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk: mendapatkan contoh isi usus. mengeluarkan cairan. memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri. 3. Endoskopi Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa: kerongkongan (esofagoskopi) lambung (gastroskopi) usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas). Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa: rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) keseluruhan usus besar (kolonoskopi). Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:

Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya. Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.

Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar. Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang. Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan. 4. Laparoskopi Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.

Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut. Dengan laparoskopi dokter dapat: mencari tumor atau kelainan lainnya mengamati organ-organ di dalam rongga perut memperoleh contoh jaringan melakukan pembedahan perbaikan.

5. Rontgen a. Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memrlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan: suatu penyumbatan kelumpuhan saluran pencernaan pola udara abnormal di dalam rongga perut pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

b. Pemeriksaan barium. Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.

Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai: fungsi kerongkongan dan lambung kontraksi kerongkongan dan lambung penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.

Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium. 6. Parasentesis Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut. 7. USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video. 8. Pemeriksaan Darah Samar Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya. Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

You might also like