You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Mataram kuno atau sering disebut juga Kerajaan Medang atau disebut juga Kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa timur pada abad ke-10. Kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Budha. Yang termasuk dalam kajian peradaban adalah kajian tentang asal usul peradaban, perkembangan peradaban dan keruntuhan peradaban. Sedangkan tentang karakter peradaban memusatkan kajian peradaban sebagai sebuah fenomena yang utuhdan dilihat secara sinkronis. Kita dapat mendapat pelajaran dari sejarah peradaban tentang suatu rangkaian siklus kehancuran dan pertumbuhan, dan setiap peradaban baru akan muncul setelah itu. Dalam sejarah kerajaan Mataram kuno terdapat perpindahan ibu kota yang disebabkan oleh beberapa hal. Sehingga terdapat kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah dan Mataram kuno Jawa Timur. Dan di masing-masing masa pemerintahan terdapat beberapa dinasti. Kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah terdapat dua wangsa, yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Wangsa sanjaya adalah pendiri dari kerajaan Mataram Jawa tengah oleh raja Sanjaya. Sedangkan wangsa Sailendra dulunya adalah wangsa dari kerajaan Sriwijaya. Mengapa ia keluar dari kerajaan tersebut masih belum dapat dipastikan. Mengenai Perbedaan pendapat tentang asal usul datangnya wangsa Sailendra ini, mungkin terpecahkan dengan adanya bukti tentang hal tersebut. Kerajaan Mataram di Jawa Timur ditandai dengan munculnya wangsa Isana yang dipelopori oleh Pu Sindok. Dari kedua kerajaan tersebut telah melahirkan banyak

sumber sejarah yang sangat penting bagi pendidikan masyarakat. Keadaan masyarakat kala masa kerajaan Mataram sangat beragam,raja Sanjaya yang terkenal kemakmurannya, juga ada seorang raja peremouan yang terkenal bijak,adil,tegas dan baik yang memerintah Mataram Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno? 2. Sebutkanlah Dinasti Kerajaaan Mataram Kuno? 3. Siapa sajakah Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno? 4. Kepercayaan apa saja yang di anut Masyarakat Mataram Kuno? 5. Kebudayaan apa saja yang ada pada Masyarakat Mataram Kuno? 6. Jelaskan Kehidupan Masyarakat Mataram Kuno? 7. Jelaskan Hubungan Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Sriwijaya? 8. Jelaskan penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Kuno? 9. Tuliskan Bukti-bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah Kerajaan Mataram Kuno 2. Mengetahui Dinasti Kerajaaan Mataram Kuno 3. Mengetahui Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno 4. Mengetahui Kepercayaan yang di anut Masyarakat Mataram Kuno 5. Mengetahui Kebudayaan yang ada pada Masyarakat Mataram Kuno 6. Mengetahui Kehidupan Masyarakat Mataram Kuno 7. Mengetahui Hubungan Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Sriwijaya 8. Mengetahui penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Kuno 9. Mengetahui Bukti-bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kun

D. Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui sejarah tentang Mataram Kuno. Menambah pengetahuan tentang kehidupan kerajaan Mataram Kuno 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan Kerajaan Mataram Kuno sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan Mataram (Islam), adalah suatu kerajaan yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10. 1. Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya, daerahdaerah di sebelah timur Mataram berhasil ditaklukkannya. Oleh karena itu, daerah kekuasaan Mataram semakin luas, yang meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang (Jawa Timur). 2. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno Peranan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mundur ketika pusat kekuasaannya pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ada beberapa pendapat mengenai pemindahan pusat kerajaan ini. Pendapat baru menyebutkan dua faktor mundurnya mataram kuno berikut. Keadaan alam bumi Mataram yang tertutup secara alamiah berakibat negara ini sulit berkembang. Sementara, keadaan alam Jawa Timur lebih terbuka untuk perdagangan luar, tidak ada pegunungan atau gunung yang merintangi, bahkan didukung adanya Sungai Bengawan Solo dan Brantas yang memperlancar lalu lintas dari pedalaman ke pantai. Apalagi, alam Jawa Timur belum banyak diusahakan sehingga tanahnya lebih subur dibandingkan dengan tanah di Jawa Tengah. Dari segi politik, ada kebutuhan untuk mewaspadai ancaman Sriwijaya, terutama karena Sriwijaya pada saat itu dikuasai dinasti Syailendra.

Sebagai antisipasinya, pusat kerajaan perlu dijauhkan dari tekanan Sriwijaya. Ketika Sriwijaya sungguh-sungguh menyerang pada

pertengahan abad ke-10, Mpu Sindok dapat mematahkannya. Tetapi, serangan Sriwijaya berikutnya dibantu Raja Wurawari pada tahun 1017 menghancurkan Mataram yang saat itu dipimpin Dharmawangsa. Kerajaan Mataram yang kedua berdiri kembali di Jawa Tengah pada abad ke-16, kali ini telah beragama Islam Selain factor-faktor di atas, ada beberapa actor lain yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Mataram, yaitu: 1. Disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehinggacandi-candi tersebut menjadi rusak. 2. Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. 3. Runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan

pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis. Selain itu, penyebab runtuhnya kerajaan Mataram Kuno di mulai sejak masa Dinasti Wangsa Syalendra dan Dinasti Wangsa Sanjaya. Runtuhnya Wangsa Syailendra Pramodhawardhani, puteri raja Samaratungga menikah dengan Rakai Pikatan, yang waktu itu menjadi pangeran Wangsa Sanjaya. Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani. Sejarah Wangsa Syailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Sriwijaya yang merupakan negeri asal ibunya. Runtuhnya Wangsa Sanjaya Pada tahun 910, Raja Tulodong (Wangsa Sanjaya)mendirikan Candi Prambanan. Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Pada masa ini, ditulis karya sastra Ramayana dalam Bahasa

Jawa Kuno. Pada tahun 928, Mpu Sindok memindahkan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang). Alasan perpindahan ini diduga akibat letusan Gunung Merapi, atau mendapat serangan dari Sriwijaya. Sejak inilah berakhir era Wangsa Sanjaya, dan Mpu Sindok yang diperkirakan adalah keturunan atau menantu keturunan dari Wangsa Sanjaya, mendirikan dinasti baru yaitu Wangsa Isyana yang memerintah di Jawa Timur

B. Dinasti Kerajaaan Mataram Kuno


Secara umum menurut para ahli sejarah menyatakan bahwa Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh tiga dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu. Ketiga dinasti tersebut adalah Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra merupakan dua dinasti dari Kerajaan Mataram Kuno yang masih berpusat di Jawa tengah, sedangkan Wangsa Isnaya merupakan Kerajaan Maratam Kuno yang sudah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Wangsa Sanjaya Penggunaan nama Wangsa Sanjaya didasarkan pada nama dari raja pertama Kerajaan Medang. Nama dari raja tersebut adalah Sanjaya. Raja Kerajaan Medang ini menganut agama hindu yang menyembah kepada Dewa Siwa atau yang lebih dikenal dengan Hindu aliran Siwa. Sebagaimana kerajaan lainnya pada umumny bahwa akan ada masa pergantian kedudukan. Hal tersebut juga berlaku pada Kerajaan Medang pada masa Wangsa Sanjaya. Dalam sebuah kajian teori yang dikemukan oleh van Naerssen mengatakan bahwa keruntuhan dinasti Sanjaya adalah pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran yang merupakan pengganti dari raja Sanjaya tepatnya pada tahun 770-an. Wangsa Sailendra Dinasti Sanjaya kemudian digantikan oleh Dinasti Syailendra yang berhasil merebut kekuasaan dari Rakai Panangkaran. Raja Syailendra merupakan

seorang penganut agama Budha Mahayana. Sejak saat itu Wangsa Syailendra memimpin di Pulau Jawa. Tidak hanya memimpin Pulau jawa saja, namun juga mampu menaklukan Kerajaan Sriwijaya yang berada di Pulau Sumatra. Hingga akhirnya pada tahun 840 putri dari Wangsa Syailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya. Dari perkawinannya antara Pramodawardhani maka Rakai Pikatan berhasil menduduki tahta sebagai raja di Kerajaan Medang. Kemudian oleh Raja Rakai Pikatan, istana kerajaan dipindahkan ke Mamrati. Peristiwa naiknya Rakai PIkatan yang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya dianggap sebagai kebangkitan dari Wangsa Sanjaya itu sendiri. Dalam sebuah Prasasti Mantyasih ada perbedaan pendapat mengenai para raja Medang. Berdasarka teori dari Bosch maka berdsarkan nama yang ada di dalam prasasti tersebut diambil kesimpulan bahwa raja-raja Medang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Namun teori itu tidak sejalan dengan pendapat dari Slamet Muljana yang beranggapan bahwa nama-nama yang ada pada Prasasti Mantyasih adalah daftar nama raja-raja yang pernah berkuasa di Medang. Jadi bukanlah merupakan daftar silsilah keturunan dari Wangsa Sanjaya. Sebagai contoh adalah tertolaknya teori van Nersen yang menyatakan kekalahan Rakai Panangkaran yang merupakan keturunan Sanjaya oleh Raja Syailendra yang menandakan berpindahnya kekuasaan dari Sanjaya ke Syailendra. Menurut Slamet Muljana bahwa Rakai Panangkaran dianggap bukan merupakan keturunan dari Sanjaya. Hal tersebut didasarkan pada temuan prasasti yang ada. Prasasti tersebtu adalah Prasasti Kalasan yang mengagung-agunkan Rakai Panangkaran sebagai Sailendrawangsasatilaka. Maksud dari sailendrawangsasatilaka adalah permata wangsa Sailendra. Jadi Rakai Panangkaran bukanlah keturunan sanjaya karena disebut sebagai permata sailendra.

Menurut Slamet juga bahwa berdasarkan Prasasti Matyasih maka Rakai Panangkaran hingga Rakai Agung merupakan keturunan dari Wangsa Sailendra. Sedangkan bangkitnya Wangsa Sanjaya setelah Wangsa Sailendra adalah pada waktu Rakai Pikatan menjadi Raja menggantikan Rakai Garung. Penggunaan nama Rakai pada Kerajaan Medang memiliki makna yang sama dengan istilah Bhre pada Kerajaan Majapahit. Istilah Rakaia pada Kerajaan Medang dan Bhre pada Kerajaan Majapahit memiliki arti penguasa. Jadi adanya gelar Rakai Panangkaran memiliki arti sebagai penguasa panangkaran. Dalam sejarah yang ditemukan di Prasati Kalasan ditemukan bahwa nama asli dari Rakai Panangkaran adalah Dyah Pancapana. Di lain waktu ada dinasti ketiga yang berkuasa di Kerajaan Medang. Dinasti tersebut adalah Dinasi Isyana yang merupakan penguasa Kerajaan Mataram setelah pindah dari Jawa Tengah. Dinasi ini memindahkan pusat Kerajaan Mataram yang semula berada di Jawa Tengah berindah ke Jawa Timur. Pendiri dari Dinasi Isyana yang berpusat di Jawa Timur adalah Mpu Sindok. Mpu sindok sendiri baru membangun kerajaannya di Tamwlang pada tahun 929. Kerajaan yang didirikan oleh Mpu Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan Mataram karena pada prasasti yang ada diketahui bahwa Mpu Sindok secara tegas menyatakan bahwa kerajaan yang ia bangun merupakan kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta I Medang I Bhumi Mataram. Itu merupakan bukti bahwa Kerajaan Mataram yang dibangun oleh Mpu Sindok yang berpusat di Jawa Timur merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram yang sebelumnya ada di Jawa Tengah.

C. Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno


Selama tiga abad, Kerajaan Mataram kuno diperintah oleh 16 raja. Rajaraja ini punya kekhasan kebijakan dalam memerintah. Pemikiran dan tingkah laku mereka, jadi acuan mayoritas rakyat Kerajaan Mataram Kuno. Berikut ini nama dari raja-raja tersebut: 1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno.

2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra. 3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra. 4. Rakai Warak alias Samaragrawira. 5. Rakai Garung alias Samaratungga. 6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya. 7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala. 8. Rakai Watuhumalang. 9. Rakai Watukura Dyah Balitung. 10. Mpu Daksa. 11. Rakai Layang Dyah Tulodong. 12. Rakai Sumba Dyah Wawa. 13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur. 14. Sri Lokapala, suami Sri Isanatunggawijaya. 15. Makuthawangsawardhana. 16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir. Keenambelas raja Kerajaan Mataram Kuno tersebut merupakan sosok yang punya kharisma dan kebijaksanaan dalam memerintah. Kewibawaan yang terbangun bukan hanya karena statusnya sebagai raja, namun juga disebabkan kebijaksanaan mereka dalam berpikir dan berbuat. Mereka pun tak hanya dihormati, tapi juga dicintai oleh rakyatnya. Berikut ini, diambil tiga raja pertama dari kerajaan Mataram Kuno. Setidaknya mereka bisa mewakili kebijaksaan dari ke-13 raja-raja lainnya. Memberikan contoh bagaimana sosok ideal seorang raja dalam memerintah. 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Raja Pertama Kerajaan Mataram Kuno Raja Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno cukup lama, yaitu sekitar 28 tahun (732-760 M). Selama rentang waktu tersebut, Sanjaya memusatkan perhatiannya pada aspek religiusitas dan kesusastraan. Maraknya pembangunan candi-candi di Gunung Dieng jadi bukti penguatan sisi religi.

Untuk bidang kesusastraan, Sanjaya membuka akses seluas-luasnya bagi rakyat Kerajaan Mataram Kuno untuk mengenal beragam karya sastra dengan baik. Contoh, pengajaran puisi jadi pendidikan yang wajib diikuti oleh masyarakat umum. Terutama bagi kalangan pegawai istana dan pemuka masyarakat, mereka harus memahami ilmu pengasah kehalusan jiwa itu. Sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Kuno, Sanjaya terkenal dengan wejangan-wejangan penuntun kehidupan. Wejangan itu berupa empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna, yaitu: Tresna (cinta kasih). Gumbira (bahagia). Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain). Mitra (memiliki banyak kawan, sahabat, saudara atau teman).

2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Raja Kedua Kerajaan Mataram Kuno Mewarisi kebijaksanaan dari ayahnya, Rakai Panangkaran (760-780 M) melanjutkan kejayaan dari Kerajaan Mataram Kuno. Tak hanya wilayah kerajaan yang semakin meluas, raja Mataram Kuno itu pun memerintah dengan kearifan layaknya seorang pemimpin. Ini dapat dilihat dari nasihat mengenai kebahagiaan hidup manusia. Yaitu hal-hal yang harus diperjuangkan untuk diperoleh manusia sepanjang hidupnya: Kasuran (kesaktian). Kagunan (kepandaian). Kabegjan (kekayaan). Kabrayan (banyak anak cucu). Kasinggihan (keluhuran). Kasyuwan (panjang umur). Kawidagdan (keselamatan).

3. Sri Maharaja Rakai Panaggalan, Raja Ketiga Kerajaan Mataram Kuno Raja ketiga dari Kerajaan Mataram Kuno ini terkenal dengan kepeduliannya terhadap ilmu pengetahuan. Termasuk juga memberikan

sumbangsih

penting

dalam

penanggalan

Jawa

Kuno.

Selama

masa

pemerintahannya, kesadaran akan hukum terjaga dengan baik. Hal ini bukti dari keberhasilan penerapan dari konsep Catur Guru yang dikembangkan oleh Rakai Pananggalan (780-800 M). Catur berarti empat, sedangkan Guru adalah berat. Sehingga Catur Guru berarti empat guru yang mempunyai tugas berat, terdiri atas: Guru Sudarma, orang tua yang melahirkan manusia. Guru Swadaya, Tuhan. Guru Surasa, bapak dan ibu guru di sekolah. Guru Wisesa, pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama.

D. Kepercayaan Masyarakat Mataram Kuno


Kerajaan Medang periode jawa tengah atau dikenal dengan kerajaan Mataram kuno ,sebuah kerajaan bercorak hindu-budha yang dibangun wilayah Prambanan, Yogyakarta pada abad ke 8 atau tahun 732 M berdasarkan prasasti Canggal terletak digunung Ukir,Salam,Kab Magelang.Kerajaan Medang periode jawa tengah kemudian di kenal kerajaan Mataram kuno merujuk pada ibukota kerajaan ini yakni bumi Mataram sementara dinamakan Mataram kuno untuk membedakan dengan kerajaan Mataram Islam yang berdiri abad ke 16. Roda pemerintahan kerajaan Mataram kuno dikendalikan oleh 2 wangsa atau dinasti yang berbeda agama yakni wangsa Sanjaya didirikan ratu Sang Sanjaya beragama hindu Siwa serta wangsa Sailendra mulai berkuasa dikerajaan Mataram kuno sejak masa pemerintahan Rakai Panangkaran beragama budha Mahayana.Kedua agama ini dimasa kerajaan mataram kuno silih berganti menjadi agama resmi seiring pergantian raja yang diisi oleh raja-raja keturunan Wangsa Sanjaya maupun wangsa Sailendra di abad 8. Awal pemerintahan mataram kuno kedua wangsa :sanjaya maupun sailendra mengakui agama Budha Mahayana sebagai agama resmi,namun entah bagaimana persoalannya sejak Rakai Panangkaran yang diduga keturunan wangsa sanjaya serta wangsa Sailendra berpindah agama dari hindu siwa ke budha 10

mahayana sekaligus agama budha Mahayana sebagai agama resmi kerajaan Mataram kuno.Sejak itulah masyarakat mataram kuno sebagian beragama budha mahayana dan sebagaian lagi beragama hindu siwa sepeninggal rakai Panangkaran yang kemudian berkembang menjadi persaingan politik yang membagi dinasti kerajaan Mataram kuno juga terbagi 2 wilayah kekuasaan kerajaan Mataram yakni mataram budha dikuasai wangsa sailendra dimula sejak pemerintahan salah satunya raja indra menempati bagian selatan jawa tengah selanjutnya mataram hindu dikuasai wangsa Sanjaya mulai dari rakai mataram ratu sanjaya,rakai pikatan,rakai garung,rakai warak dan rakai dyah balitung menempati jawa tengah wilayah bagian utara Jawa tengah. Persaingan ketat sering terjadi keduanya seakan berlomba mendirikan beragam bangunan candi bercorak hindu prambanan misalnya yang dibangun masa rakai Pikatan kemudian candi bercorak budha misalnya candi borobudur dibangun masa rakai warak atau Samaratungga.Walaupun candi-candi dibangun oleh kedua wangsa atau dinasti kerajaan Mataram kuno sebagai upaya menunjukkan legimitasi kekuasaan ,tetapi tidak sepenuhnya raja-raja kedua dinasti memiliki ambisi besar merebut tahta kerajaan sebagai raja Mataram kuno. Ada sejumlah raja mataram kuno yang memfokuskan dalam bidang agama seperti rakai warak atau Samaratungga yang membangun candi Borobudur sebagai upaya agar masyarakat Mataram kuno makin dekat dengan agamanya serta rakai garung membangun komplek candi dieng,candi gedung sewu sebagai tempat ibadah .Perbedaan keyakinan maupun karakter antar kedua wangsa membuat persaingan politik kian ketat tetapi kejadian ini tidak berlangsung lama setelah Samaratungga mengadakan perkawinan politik antara rakai

pikatan/wangsa sanjaya dengan pramodyawhardani /wangsa sailendra. Pasca perkawinan rakai pikatan dengan pramodyawardhani kehidupan agama masyarakat Mataram kuno dalam praktik keagamaan terdiri atas agama hindu dan budha makin harmonis,tetap hidup rukun dan saling bertoleransi .Sikap kerukunan serta toleransi beragama dikalangan masxarakat Mataram kuno dibuktikan ketika mereka kerjasama serta gotong royong dalam membangun candi Borobudur bangunan suci bercorak budha Mahayana.Dampak lain perkawinan

11

politik rakai pikatan dengan Pramodyawardhani tumbuhnya rasa gotong royong yang telah mendarah daging dalam masyarakat Mataram kuno kala itu hingga sekarang. Kini candi-candi peninggalan mataram kuno :candi borobudur, prambanan, mendut,komplek candi dieng, candi gedung songo dan puluhan candi bercorak hindu maupun budha masih berdiri megah dikawasan jawa tengah ,Yogyakarta yang umumnya dimanfaatkan sebagai tempat ibdah sekaligus tempat wisata sejarah .Sementara kerukunan,toleransi antar masyarakat hindu maupun budha sampai kini tetap terjaga dengan baik dan menjadi adat istiadat ataupun budaya masyarat Indonesia .

E. Kebudayaan Masyarakat Mataram Kuno


Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair.

F. Kehidupan Masyarakat Mataram Kuno


1. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawaperubahan baru dalam kehidupansosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur sosial dari masa Kutai hingga Majapahit mengalami perkembangan yang berevolusi namun progresif. Dunia perekonomian pun mengalami perkembangan dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai itu karuang.Sumbersumber berita Cina mengungkapkan keadaan masyarakat Mataram dari abad ke7 12

sampai ke10. Kegiatan perdagangan baik di dalam maupun luar negeri berlangsung ramai. Hal ini terbukti dari ditemukannya barang-barang keramik dari Vietnam dan Cina. Kenyataa ini dikuatkan lagi dengan berita dari Dinasi Tang yang menceritakan kebesaran sebuah kerajaan dari Jawa. Dari Prasasti Warudu Kidul diperolehin formasi adanya sekumpulan orang asing yang berdiam di Mataram. Mereka mempunyai status yang berbeda dengan penduduk pribumi. Mereka membayar pajak yang berbeda yang tentunya lebih mahal daripada rakyat pribumi Mataram. Kemungkinan besar mereka itu adalah parasaudagar dariluar negeri.Namun, sumbersumber local tidak memperinci lebih lanjut tentang orangorang asingini.

Kemungkinan besar mereka adalah kaum migran dari Cina.Dari berita Cina diketahui bahwa di ibu kota kerajaan terdapat istana raja yang dikelilingi dinding dari batu bata dan batang kayu. Di dalam istana, berdiam raja beserta keluarganya dan para abdi. Di luaristana (masih di dalam lingkungan dinding kota) terdapat kediaman param pejabat tinggi kerajaan termasuk putra mahkota beserta keluarganya. Mereka tinggal dalam perkampungan khusus di manapara hamba dan budak yang dipekerjakan di istana juga tinggl sekitarnya. Sisa-sisa peninggalan pemukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa kita temukan di Yogyakarta dan Surakarta. Di luar tembok kota berdiam rakyat yang merupakan kelompok terbesar. Kehidupan masyarakat Mataram umumnya bersifat agraris karena pusat Mataram terletak di pedalaman, bukan di pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber kehidupan kebanyakan rakyat Mataram. Di sampingitu, penduduk di desa (disebutwanua) memelihara ternak seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, babi, danitik.Sebagai tenagakerja, merekajugaberdagang danmenjadi

pengrajin. Dari Prasasti Purworejo (900 M) diperoleh informasi tentang kegiatan perdagangan. Kegiatan di pasar ini tidak diaadakan setiap hari melainkan bergilir, berdasarkan pada hari pasaran menurutka lender Jawa Kuno. Pada hari Kliwon, pasardiadakan di pusatkota. Pada har I Mani satau legi, pasar diadakan di desabagian timur. Pada hari Paking (Pahing), pasar diadakan di desa sebelah

13

selatan.Pada hari Pon, pasar diadakan di desa sebelah barat. Padahari Wage, pasar diadakan di desasebelah utara. Pada hari pasaran ini, desadesa yang menjadi pusat perdagangan, ramai didatangi pembeli dan penjual dari desadesa lain. Mereka datang dengan berbagai cara, melalui transportasi darat maupun sungai sambil membawa barang dagangannya seperti beras, buahbuahan, dan ternak untuk

dibarterdengan kebutuhan yang lain. Selain pertanian, industri rumah tangga juga sudah berkembang. Beberapa hasil industry ini antara lain anyaman seperti keranjang, perkakas dari besi, emas, tembaga, perunggu, pakaian, gula, kelapa, arang, dan kapur sirih. Hasil produksi industri ini dapat diperoleh di pasarpasar tadi.Sementaraitu, bila seseorang berjasa (biasanya pejabat militer atau kerabat istana) kepada Kerajaan, maka orang bersangkutan akan diberi hak memiliki tanah untuk dikelola. Biasanya tempat itu adalah hutan yang kemudian dibukamenjadi pemukiman baru. Orang yang diberi tanah baru itu diangkat menjadi penguasa tempat yang baru dihadiahkan kepadanya. Ia bisa saja menjadi akuwu (kepaladesa), senopati, atau adipati atau menteri. Bisa pula sebuah wilayah dihadiahkan kepada kaum brahmana atau rahibuntuk di jadikan asrama sebagai tempat tinggal mereka, dan di sekitar asrama tersebut biasanya didirikan candi atau wihara. 2. Aspek Kehidupan Ekonomi Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu. Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga,

pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjualbelikan.

14

Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo

diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno. 3. Struktur Birokrasi (Struktur Pemerintahan) Dalam struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan kuno raja (Sri Maharaja) ialah penguasa tertinggi. Dari gelar abhiseka dan puji-pujian kepada raja di dalam berbagai prasasti dan kitab-kitab susastra Jawa Kuno sejak raja Airlangga. Dari jaman Mataram Kuno hanya ada dua orang raja yang bergelar abhiseka dengan unsure tunggadewa, yaitu Bhujayottunggadewa dan Rakai Layang dyah Tulodong Sri Saijanasanmatanuragatungadewa. Di naskah Ramayana Kakawin yang di dalam bagian yang berisikan uraian tentang rajadharmma (tugas kewajiban seorang raja), yaitu bagian yang merupakan ajaran Rama kepada adiknya Bharata dan Wibhisana, dijumpai antara lain ajaran astrabrata, yaitu perilaku yang delapan. Dikatakan bahwa di dalam diri seorang raja berpadu 8 dewa-dewa, yaitu Indra, Yama, Suryya, Soma, Wayu, Kuwera, Waruna, dan Agni. Secara singkat bahwa seorang raja harus berpegang teguh pada dharma, bersikap adil, menghukum yang bersalah dan memberikan anugerah kepada mereka yang berjasa (wnang wigraha anugerah), bijaksana, tidak boleh sewenang-wenang, waspada terhadap gejolak-gejolak dikalangan rakyatnya, berusaha agar rakyatnya senantiasa memperoleh rasa tenteram dan bahagia, dan dapat memperlihatkan wibawanya dengan kekuatan angkatan perang dan harta kekayaannya.Sejak raja Airlangga sampai munculnya Wangsa Rajasa raja-raja menggunakan gelar abhiseka yang berarti penjelmaan Wisnu, hal itu berlandaskan konsepsi kosmologis. Konsepsi ini dipergunaka oleh nenek

15

moyang kita untuk membenarkan fakta sejarah tentang tergulingkannya seorang maharaja oleh raja bawahannya. Contoh tentang digulingkannya seorang maharaja oleh seorang penguasa daerah atau oleh maharaja dari mandala yang lain, ialah perang saudara, atau perang perebutan kekuasaan di antara para pangeran, yang disebabkan karena raja di jaman dulu, disamping parameswari banyak yang dapat memberikan anak laki-laki kepada raja. Perang saudara dan perebutan kekuasaan di antara para pangeran itu terjadi pada masa sesudah Rakai Kayuwangi pu Lokapala sampai ke masa pemerintahan Pu Sindok, dan pada masa sesudah raja Airlangga.Sebenarnya telah ada ketentuan mengenai hal waris atas takhta kerajaan, yaitu bahwa ya ng pertama-tama berhak untuk menggantikan duduk di atas takhta kerajaan ialah anak-anak raja yang lahir dari parameswari. Di dalam prasasti-prasasti dari jaman pemerintahan Rakai Kayuwangi dan Rakai Watukura dijumpai seorang pejabat yang kedudukannya setingkat dengan para putra raja itu, yaitu pamgat tiruan. Gelar pamgat menunjukkan bahwa ia seorang pejabat keagamaan. Dari prasasti-prasasti dari masa rajakula Rajasa pamgat tiruan ialah seorang upapatti atau pejabat kehakiman.Ada satu pejabat yang hingga sekarang hanya dijumpai di dalam prasasti-prasasti yang ditemukan di Jawa Timur, yaitu rakryan kanuruhan. Gelar kanuruhan ditemukan juga di antara tulisan-tulisan singkat pada salah satu candi perwara Candi Loro Jonggrang di Prambanan pada deretan yang sebelah timur.Rakryan kanuruhan mulai tampak sebagai pejabat dalam hirarki pemerintahan pusat sejak jaman empu sindok. Pada masa pemerintahan raja Dharmmawangsa Airlangga ia merupakan pejabat yang terpenting sesudah para putra raja keadaan ini terus berlangsung sepanjang jaman Kadiri. Dalam jaman ini ia disebut sebagai yang terutama di antara pada tanda rakryan ring pakirakiran. Itulah gambaran yang diperoleh dari sumber prasasti tentang birokrasi ditingkat pusat kerajaan. Raja didampingi oleh para pangeran, di antaranya putra mahkota, dan seorang pejabat kehakiman. Mereka itu ialah rakarayan mapati I hino, I halu, I sirikan, I wka, dan pamgat tiruan. Berita cina yang menyangkut masalah birokrasi di kerajaan Mataram tidak juga banyak

16

menolong dalam mengungkapkan selengkapnya masalah ini. Berita dari jaman rajakula Tang (Hsin-Tang-shu) mengatakan bahwa ada 32 pejabat tinggi, dan yang pertama di antara mereka ialah ta-tso-kan-hiung. Berita dari jaman rajakula Sung mengatakan : tiga orang putra raja bertindak sebagai raja muda, dan ada pejabat yang bergelar samgat dan empat rakryan, yang bersama-sama menyelenggarakan Negara sebagaimana para menteri di Cina, mereka itu tidak memperoleh gaji tetap, tetapi pada waktu-waktu tertentu memperoleh hasil bumi dan barang-barang lain semacamnya. Berita yang pertama pernah ditafsirkan sebagai berita yang khusus berkenaan dengan masa pemerintahan Rakai Watukara Dyah Balitung, sebab ta-tso-kan-hiung ditafsirkan sebagai Daksa, saudara raja yang gagah berani.Berita yang kedua lebih terperinci, dan dalam beberapa hal memang sesuai dengan data epigrafis. Di atas sudah dilihat adanya tiga, bahkan sebenarnya empat orang putra raja yang duduk dalam hirarki pemerintahan. Tetapi bahwa selanjutnya ada samgat dan empat rakryan tidaklah sesuai, karena kenyataannya ada empat samgat dan lima orang rakryan. Dengan perkataan lain kebanyakan di antara para manilala drawiya haji itu ialah abdi dalem keraton, yang menikmati kekayaan raja dalam arti menerima gaji tetap dari perbendaharaan kerajaan. Para pejabat tinggi kerajaan dan para pangeran yang menduduki jabatan di dalam hirarki pemerintahan tingkat pusat, baik yang bergelar rakai maupun pamgat, lebih banyak tingkat di lingkungan ibukota kerajaan. Sayang sekali prasasti-prasasti tidak memberikan data yang lengkap tentang struktur birokrasi ditingkat watak itu. Lebih terperinci ialah keterangan mengenai pejabat-pejabat di bawah para penguasa daerah. Seorang Rakai Patapan misalnya, disebut mempunyai bawahan tuhan ning nayaka, parujar atau parwuwus, matanda, tuhan ning kalula, tuhan ning lampuran, tuhan ning mangrakat atau manapal, dan tuhan ning wadia rarai. 4. Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Kuno Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik.

17

Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya). Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat. 5. Administrasi Pengadilan Sumber penghasilan kerajaan dan pemerintahan daerah yang lain ialah denda-denda yang dikenakan atas segala macam tindak pidana. Di dalam prasasti-prasasti disebut sukha dukha, yang di dalam naskah-naskah hukum disebut hala hayu, denda-denda itu di dalam prasasti juga disebut drawya haji. Hal ini tidak perlu mengherankan karena dapat dibayangkan bahwa naskahnaskah hukum menjadi pegangan para hakim itu tentu tidak ditulis di atas logam, karena akan menjadi berat dan mahal.Beberapa naskah hukum jawa kuno yang sampai kepada kita diketahui merupakan olahan dari naskah-naskah hukum di India. Antara lain kitab Purwadhigama, Kuramanawa atau Siwasasana dan Swarajambhu. Menurut penelitian van Naerssen memang ada petunjuk bahwa naskah-naskah hukum jawa kuno itu diulis kembali pada waktu kemudian. Karena dari jaman Mataram tidak ada naskah hukum yang sampai kepada kita, maka gambaran tentang administrasi kehakiman hanya dapat disuguhkan di sini berdasarkan beberapa prasasti yang merupakan keputusan peradilan (Jaya Patra), dan keterangan tentang sukha dukha yang terdapat dalam prasasti-prasasti yang lain.Perkara yang dipermasalahkan di dalam prasasti Guntur dan Wurudu Kidul dapat diselesaikan ditingkat watak oleh seorang pamgat. Sudah kita lihat bahwa yang diperkarakan di dalam prasasti Guntur ialah masalah hutang piutang. Di dalam surat keputusan itu disebutkan sebagai sebab yang pertama mengapa Sang Dharmma dikalahkan perkaranya

18

ialah karena ia tidak hadir di persidangan. Alasan yang serupa juga digunakan terhadap Sang Pamariwa yang digugat oleh Sang Danadi. Sebagai alasan yang kedua mengapa Sang Dharmma dikalahkan perkaranya ialah karena menurut kitab hukum hutang istri yang dibuat tanpa pengetahuan suaminya, apalagi kalau mereka itu tidak mempunyai anak, tidak menjadi tanggung jawab si suami. Pasal yang mengatakan demikian tidak terdapat di dalam naskah hukum yang diterbitkan oleh Jonker, juga tidak ada di dalam bab VIII dari Manawadharmmasastra. Hal yang diajukan di dalam prasasti Wurudu Kidul tidak terdapat di dalam naskah hukum yang kita kenal. Mungkin tidak ada naskah hukum yang mengatur masalah status

kewarganegaraan seseorang. Maka dalam hal ini keputusan diambil berdasarkan kesaksian kaum keluarga Sang Dhanadi dan penduduk asli yang netral dari beberapa desa di luar desa tempat tinggal Sang Dhanadi. Di dalam naskah-naskah hukum memang ada juga dicantumkan syaratsyarat seorang saksi, antara lain harus orang yang telah berkeluarga, yang banyak anaknya, penduduk asli, dan orang-orang yang tidak berkepentingan di dalam perkaranya, baik dari kasta ksatrya, waisya, maupun sudra. Seorang brahmana tidak dapat dijadikan saksi, demikian pula raja sendiri, para tukang dan pandai, dan para pendeta yang telah meninggalkan keduniaan.Bahwa pihak yang tidak hadir dalam persidangan harus dinyatakan kalah perkaranya memang ditentukan di dalam naskah hukum. Dalam kasus Sang Dharmma melawan Pu Tabwel sebenarnya ada ketentuan bahwa Sang Dharmma dapat dikenai denda, karena menagih hutang tetapi tidak mau datang di pengadilan untuk menjelaskan duduk perkaranya hutang piutang itu. Tetapi ternyata di dalam prasasti Guntur itu tidak ada disebutkan hukuman bagi Sang Dharmma. 6. Keadaan Masyarakat Di samping stratifikasi sosial berdasarkan pembagian kasta seperti yang ternyata dari berbagai prasasti, ada lagi stratifikasi sosial berdasarkan kedudukan seseorang di dalam masyarakat, baik kedudukan di dalam struktur birokrasi maupun kedudukan sosial berdasarkan kekayaan materil. Dalam kenyataan stratifikasi sosial masyarakat jawa kuno bersifat kompleks dan

19

tumpang tindih. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa dari seorang kasta brahmana, kasta yang tertinggi, dapat menduduki jabatan dalam struktur birokrasi tingkat pusat atau tingkat watak, dapat juga ditingkat desa (Wanua), tetapi dapat juga tidak mempunyai sesuatu jabatan. Ada juga orang dari kasta ksatrya yang dapat menduduki jabatan keagamaan ditingkat pusat, seperti Sang pamgat tiruan misalnya, dan dapat juga menjadi pertapa dan tinggal di suatu biara. Di ibukota kerajaan, yang menurut berita-berita Cina dikelilingi oleh dinding, baik dari batu bata maupun dari batang-batang kayu, terdapat istana raja yang juga dikelilingi oleh dinding. Di luar istana, masih di dalam lingkungan dinding kota, terdapat kediaman putra mahkota (Rake hino), dan tiga orang adiknya, dan kediaman para pejabat tinggi kerajaan. Rumah-rumah mereka itu terletak di dalam kampung khusus di dalam lingkungan tembok kota, di mana tinggal para hamba mereka masing-masing. Di dalam lingkungan tembok kota itu juga tinggal para pejabat sipil yang lebih rendah, yaitu para manilala drawyah haji yang jumlahnya mungkin sampai kira-kira tiga ratus orang, bersama-sama dengan keluarga mereka. Jadi di dalam lingkungan tembok ibukota kerajaan tinggal kelompok elit dan non elit, dengan raja dan keluarganya mengambil tempat tersendiri. Menurut beritaberita Cina raja tiap hari mengadakan pertemuan dengan putra mahkota, para pangeran, para pejabat tinggi kerajaan dan pendeta penasehat raja. Biasanya raja mengambil keputusan setelah mendengarkan pendapat dari para pejabat yang hadir sebagai contoh dapat dikemukakan di sini prasasti Sarwadharma tahun 1191 saka (31 oktober 1269 M). Di dalam prasasti ini diperingati permohonan rakyat dari desa-desa yang menjadi punpunan Sang Hyang Sarwwadharma di wilayah Janggala dan Pangjalu agar mereka itu dibebaskan dari ikatan thanibala, sehingga tidak perlu lagi membayar bermacam-macam pungutan. Dalam kehidupan sehari-hari rakyat tidak terlepas dari kebutuhan akan hiburan. Prasasti-prasasti dan relief candi-candi, teritama Candi Borobudur dan Prambanan, banyak member data tentang bermacam-macam seni pertunjukan. Tentang pertunjukan wayang di dalam prasasti Wukajana dari masa

20

pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung.Pada pertunjukan wayang kulit dan petilan wayang orang serta pembacaan ceritera Ramayana ada lagi pertunjukan lawak mamirus dan mabanol. Pertunjukan lawak hampir dijumpai di semua prasasti yang menyebut upacara penetapan sima secara

terperinci.Tarian-tarian juga sering dipertunjukan pada upacara penetapan sima. Ada tari-tarian yang dapat ditarikan bersama oleh laki-laki dan perempuan, orang-orang tua dan pemuda-pemudi, dan ada juga tarian khusus seperti tuwung, bungkuk, ganding, dan rawanahasta. Ada juga tari topeng (matapukan). Tarian itu biasanya diiringi dengan gamelan. Ternyata prasati dan relief candi menampilkan jenis alat gamelan yang terbatas, anatra lain semacam gendang (padahi) kecer atau simbal (regang), semacam gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi(wina), seruling dan gong. Adanya berbagai macam tarian yang diiringi oleh gamelan yang terbatas itu dijumpai di relief Candi Prambanan dan Borobudur. Diantaranya kita dapat melihat tarian perang, seorang wanita menari sendiri, adegan yang menggambarkan semacam reog di Jawa Barat, dan lain-lain. Adegan wanita yang menari sendiri diikuti oleh beberapa orang laki-laki yangbertepuk tangan mengingatkan kita pada keterangan di dalam prasasti Poh yang menyebut rara mabhramana tinonton mwang were werehnya (gadis yang berkeliling untuk ditonton dengan orang laki-laki), mungkin semacam teledek yang ngamen berkeliling dari desa ke desa yang lain.Berbagai macam tontonan itu tentu saja ridak hanya dipertunjukkan pada waktu ada upacara penetapan sima. Ada dalang, penabuh gamelan, penari dan pelawak professional, yang memperoleh sumber penghasilan dari profesinya tersebut. Seperti telah dikatakan di atas bahwa para seniman itu masuk ke dalam kelompok wargga kilalan. 7. Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula,

21

candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain itu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair.

G. Hubungan Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Sriwijaya


1. Hubungan Baik antara Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Mataram mengadakan hubungan baik dengan Sriwijaya di Sumatra, dalam hal Politik dan kebudayaan. Raja-raja sriwijaya juga merupakan keturunan dari wangsa sailendra. Dalam bidang politik terlihat dari pergantian raja yang menduduki kedua kerajaan tersebut. Istilah wangsa sanjaya merujuk pada nama raja pertama Mataram yaitu Sanjaya, dinasti sanjaya menganut agama Hindu aliran Siwa. Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Mataram direbut oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Syailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhail menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya yang bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putrid mahkota Wangsa Syailendra. Berkat perkaawinan itu Rakai pikatan dapat menjadi raja Mataram, peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya. 2. Persaingan antara Kerajaan Mataram Kuno dengan Kerajaan Sriwijaya Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera. Prasasti Ligor tahun 775 menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya. Hubungan saudara antara Mataram-Sriwijaya (Wangsa Sailendra) berubah jadi permusuhan saat Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) mengambilalih tahta Medang. Pada sekitar tahun 850an, Rakai Pikatan menyingkirkan

22

Balaputradewa putra Samaragrawira seorang Wangsa Sailendra yang kemudian akhirnya menjadi Raja Sriwijaya. Balaputradewa menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas pelayaran perdagangan. Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Saat Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

H. Penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Kuno


Beberapa hal yang menyebabkan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah ke Jawa Timur yaitu: 1. Perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada permulaan abad 10 A.D. fakta ini didahului dengan perpindahan perhatian dari raja-raja Jawa Tengah secara berangsur-angsur ke Jawa Timur. 2. Kemungkinan dari alasan-alasan politis yang dikemukakan oleh Dr,J.G.de Casparis. 3. Terjadinya serangan musuh ke dalam keraton atau kaliyuga. 4. Menurut Dr.R.W.Van Bemmelen mengatakan bahwa ia menemukan tandatanda dari ledakan gunung merapi pada masa lampau, Bagian sebelah barat meledak dan mengalir ke bawah dengan kecepatan penuh,sehingga terbentuk bukti-bukti gendol. Menueut pendapat Boechari,kita perlu data-data yang lebih teoat tentang terjadinya bencana alam itu,kalau dapat dibuktikan bahwa itu terjadi pada sekitar awal abad 10 A.D, maka dapat dipastikan bahwa memang benar ledakan inilah yang menyebabkan perpindahan Ibu kota,kami memikirkan kemungkinan bahwa ibu kota dihancurkan oleh gempa bumi atau aliran lava atau keduanya.

23

5. Salah satu daerah yang subur ditinggalkan ,karena mereka menjadi tidak berpenduduk dan tidak dapat untuk bertani s\dalam waktu yang lama, ini dianggap sebagai faktor Ekonomi.

I. Bukti Peninggalan Sejarah


Dari hasil budaya dan peninggalanya kerajaan ini meningalkan berbagai prasasti dan hasil budaya yang sampai sekarang masih ada : a. Candi-Candi Dan Prasasti Peninggalan Mataram Kuno Mataram kuno terdiri dari dua Dinasti besar yang masih berhubungan, yaitu dinasti Sanjaya dan dinasti Sailendra. Banyak peninggalan-peninggalan yang bersejarah dari dua kerajaan tersebut. Beberapa candi yang terkenal bercorak Hindu dan Buddha. Bukan hanya candi saja bukti sejarah kerajaan mataram dinasti sanjaya dan dinasti sailendra tetapi juga bukti-bukti penemuan prasasti. b. Candi-Candi Bercorak Hindu Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Gedong Songo, kompleks Candi Dieng, Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Sukuh, Candi Boko dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. c. Candi-Candi Bercorak Buddha Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Pawon, Candi Sari. d. Prasasti Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahui melalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang. Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebut yaitu antara lain: 1) Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya dengan berangka tahun berbentuk Candrasengkala berbunyi Srutiindriyarasa atau tahun 654 Saka 732 M berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Isi pokok Prasasti

24

Canggal adalah pendirian sebuah lingga di Bukit Stirangga buat keselamatan rakyatnya. 2) Prasasti Balitung yang berangka tahun 907 M disebutkan nama keluarga raja-raja keturunan Sanjaya memuat nama Panangkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu Dinasti Sanjaya dan Sailendra sama-sama berperan di Jawa Tengah. Dinasti Sanjaya dibagian utara dengan mendirikan candi Hindu seperti Gedong Sanga di Ungaran, Candi Dieng di DataranTinggi Dieng. Adapun Dinasti Sailendra dibagian selatan dengan mendirikan candi Buddha, seperti Borobudur, Mendut, dan Kalasan. 3) Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan tentang pembuatan Arca Manjusri sebagai perwujudan Buddha, Dharma, dan Sanggha yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Mungkin sekali bangunan sucinya ialah Candi Lumbung yang terletak di sebelah utara Prambanan. Raja yang memerintah pada waktu itu ialah Indra. Pengganti Indra yang terkenal ialah Smaratungga yang dalam pemerintahannya mendirikan Candi Borobudur tahun 824. 4) Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat oleh Raja Balitung. Prasasti itu menyebutkan bahwa sanjaya adalah raja pertama (Wangsakarta) dengan ibu kota kerajaannya di Medangri Poh Pitu.

25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa kerajaan Mataram Jawa Tengah terdiri dari dua dinasti. Yaitu dinasti Sanjaya dan dinasti Sailendra. Kerajaan mataram kuno, adalah sebuah kerajaan yang sangat besar, di masa raja Sailendra, dan Sanjaya. Kerajaan ini mengalami keruntuhan ketika kerajaan tersebut pindah ke daerah Jawa timur. Keadaan masyarakat saat masa awal kerajaan Mataram di Jawa Tengah boleh dikatakan makmur, karena pengaruh dari peran seorang raja yang juga sangat arif bijaksana. Terdapat beberapa aspek disana, yaitu aspek social, aspek keagamaan, aspek ekonomi dan aspek politik. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penyebab perpindahan ibu kota yang mulanya di Jawa Tengah menjadi Jawa Timur ada beberapa hal, salah satunya adalah alasan ekonomi dan pengalihan perhatian ke Jawa Timur sehingga Jawa Tengah ditinggalkan. Dari segi sumber-sumber sejarah, terdapat banyak prasasti yang ditulis pada masa kekuasaan raja-raja Mataram Jawa Tengah. Ditemukan juga candi-candi yang dapat menjadi bukti dari kejayaan kerajaan Mataram Jawa Tengah.

B. Saran
Dalam hal ini saya menyarankan agar kita tetap mengingat kata dari bung Karno beliau berkata JASMERAH jangan lupakan sejarah, Maka kita sebagai penerima warisan (sejarah) hendaknya kita lebigh giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarag-sejarah masa lampau. dengan demikian kita akan bisa menambahkan rasa prtiotisme, yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik.

26

Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan barokah untuk anda semua, dan semoga melalui pembuatan makalah ini penulis dapat menambah ilmu pengetahuan, dan juga bagi yang membaca. Kami mohon maaf apabila ada salah-salah kata, dan kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Penulis pun tidak lupa

memohon kritik serta saran para pembaca untuk makalah yang kami buat ini. Sekian dan Terimakasih.

27

DAFTAR PUSTAKA

http://dwirumah.wordpress.com/2012/03/10/kerajaan-mataram-kuno/ http://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram_Kuno http://www.sibarasok.com/2013/07/sejarah-kerajaan-mataram-kunodinasti.html

http://indonesian-persons.blogspot.com/2012/08/kerajaan-mataram.html http://sitisafitri1.blogspot.com/2012/10/sejarah-kerajaan-mataram-kunoruntuhnya.html

http://nantly.mywapblog.com/kehidupan-agama-masa-kerajaan-mataramku.xhtml

http://mataramkunojawabarat.blogspot.com/ http://dwirumah.wordpress.com/2012/03/10/kerajaan-mataram-kuno/ http://encuss26.blogspot.com/ http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-Indonesia/Zaman-PraKolonial/Tahun-600-799/Sekitar-Tahun-732-Kerajaan-Medang-atau-MataramKuno

http://www.koran-artikel.com/2013/04/sejarah-lengkap-tentangkerajaan.html#chitika_close_button

http://putrianaruto.blogspot.com/2013/05/makalah-sejarah.html

28

You might also like