You are on page 1of 25

TUGAS SGD TO 12A & B TRAKEOSTOMI

OLEH 1. I Made Artana 2. Ni Wayan Suryanmingsih 3. Luh Putu Prima Widya R 4. Ni Kadek Sumartini 5. Ni Wayan Kertiasih 6. I Gusti Ngurah Putu 7. Komang Ayu Ida Agustini 8. Sagung Mirah Lismawati 9. Ambrosius A. Seong 10. I Ketut Astawa NIM 1102115001 NIM 1102115003 NIM 1102115004 NIM 1102115005 NIM 1102115007 NIM 1102115010 NIM 1102115012 NIM 1102115016 NIM 1102115037 NIM 1102115042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2012

1. Apa pengertian, tujuan dilakukannya trakeostomi, dan fungsi trakeostomi? Definisi Trakeostomi adalah suatu prosedur meliputi pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke dalam trakea pada cincin trakea kedua, ketiga, atau keempat dan pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan sekresi. Tujuan Mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas. Fungsi a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7) b. Proteksi terhadap aspirasi c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan e. Memungkinkan respiratorius f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal. pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus

2. Indikasi dan Kontraindikasi Pada Pemasangan Trakeostomi! Indikasi Trakeostomi a. Obstruksi mekanis saluran nafas atas. Pasien yang mengalami obstruksi dan ataupun penyumbatan jalan nafas dan mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat: 1) Kongenital/bawaan Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas. Anomali trakeoesofagus.
2

Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh darah kecil yang membentuk benjolan di bawah kulit). Haemangiomas pada dagu, rahang, atau leher anak kadangkadang dapat mempengaruhi jalan napasnya dan menyebabkan kesulitan bernapas. Tanda pertama dari hal ini adalah stridor. Jika hemangioma tumbuh, dapat menyumbat jalan napas. Pada beberapa anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas selama microlaryngobronchoscopy a (MLB) meningkatkan masalah pernapasan, tetapi kadang-kadang seorang anak mungkin perlu memiliki trakeostomi (pembukaan ke batang tenggorokan buatan) untuk meningkatkan pernapasan mereka.

2) Infeksi: epiglotitis akut, laryngotracheobronchitis, angina Ludwig (radang berat disertai supurasi di daerah bawah mulut) 3) Keganasan: tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan stridor. 4) Trauma: di maksilofasial, luka tembak, tusuk di leher, menelan cairan korosif. 5) Kelumpuhan pita suara: postoperasi komplikasi tiroidektomi, operasi esophagus, operasi jantung, cerebral bulbar. 6) Benda asing: terhirup objek yang bersarang di saluran nafas atas menyebabkan stridor, adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi. b. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu di alami karena: 1) Penyakit neurologis Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi, misalnya Guillain "Barre yaitu penyakit yang menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan menyebabkan kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah) Tetanus, adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi. Bulbar poliomyelitis Multiple sclerosis

Myasthenia gravis yang menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan kegagalan pernafasan akut. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi.

2) Koma: cedera kepala, overdosis, keracunan, stroke, tumor otak. Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8, pasien beresiko aspirasi karena reflex pelindung hilang. 3) Trauma: patah tulang wajah yang parah. Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas atas. c. Gagal nafas a. Kerusakan paru menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. b. Penyakit paru: eksaserbasi bronkitis kronis,emfisema, asma berat, pneumonia berat. c. Penyakit neurologis: multiple sclerosis, Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS) menyebabkan masalah seperti disfagia (kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas. d. Luka dada dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat gagal nafas. d. Retensi sekresi bronchial a. Penyakit paru: infeksi saluran pernafasan akut. b. Penurunan tingkat kesadaran. c. Trauma ke kandang otot toraks.

Kontraindikasi Trakeostomi a. Infeksi pada tempat pemasangan. b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.

3. Coba sebutkan alat-alat yang diperlukan dalam persiapan pemasangan trakeostomi dan sebutkan serta jelaskan jenis-jenis pipa trakeostomi! Persiapan alat dalam pemasangan trakeostomi 1) . Alat alat ; a. Spuit yang berisi analgesia. b. Pisau bedah. c. Pinset anatomi. d. Gunting panjang tumpul.
4

e. Sepasang pengait tumpul. f. Benang bedah. g. Klem arteri, gunting kecil yang tajam. h. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.

2). Jenis Pipa a.Cuffed Tubes.Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

b. Uncuffed Tubes. Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.

c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam). Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi. d. Silver Negus Tubes. Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.

e. Fenestrated Tubes. Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004).

3). Ukuran. Ukuran trakeostomi standar adalah 0 12 atau 24 44 French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikit dan lebih nyaman bagi klien.

4. Bagaimanakah teknik pemasangan trakeostomi? Teknik Trakeostomi Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi Trakeostomi elektif : Insisi horisontal, Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulaidari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincintulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah makatrakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dandisisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu
7

diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa. 5. Bagaimana tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien yang terpasang trakeostomi?

Setelah trakeostomi dilakukan: 1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi 2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi 3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.

Perawatan Trakeostomy Perawatan trakeostomi meliputi: 1. Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet, 2. Perawatan luka pada trakeostomi 3. Perawatan anak kanul 4. Humidifikasi untuk menjaga kelembapan Tujuan Perawatan Trakeostomi : 1. Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging) 2. Untuk mencegah infeksi 3. Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi) 4. Bronkial toilet yang efektif 5. Mencegah pipa tercabut

Persiapan alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Set rawat luka Kasa steril dalam tromol Korentang Hypapix dan gunting Nierbekken/kantong balutan kotor Alkohol 70% Bethadin 10% Handscoon steril

Persiapan perawat dan lingkungan : 1. 2. 3. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.

Prosedur trakeobronkial Toilet: Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan. Siapkan alat alat yang diperlukan Cuci tangan Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan) Buka kit kateter pengisap Isi kom dengan normal salin Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril ) Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia) Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
9

Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea Bilas selang pengisap Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.

Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy Tujuan : Untuk mencegah infeksi Persipan Alat dan Bahan 1. Pinset anatomis dan cirurgis 2. Sarung tangan 3. Kasa minimal 3 4. Kom/mangkuk kecil 5. NaCL 0.9% 6. Gunting perban 7. Antibiotik 8. Bengkok 9. Perlak 10. Tali trakeostomy Persiapan Pasien 1. Pasien dberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan 2. Mengatur posisi yang nyaman Prosedur Kerja Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik Pemasangan perlak Pasang sarung tangan Angkat kasa dari luka Kaji kondisi luka Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kea rah luar Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut Berikan obats esuai indikasi Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut kasa)

10

Perawatan Anak Kanul Perawatan Pasca Operasi Adanya kanul di dalam trakea yang merupakan benda asing akan merangsang pengeluaran discharge. Discharge ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat dilakukan pengisapan atau pada saat penggantian kanul. Pengeluaran discharge dengan jalan membatukkan pada penderita dengan trakeostomi tidak seefektif pada orang normal, karena penderita tidak dapat menutup glotis untuk menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengisapan. Beberapa jam pertama pasca bedah, dilakukan pengisapan discharge tiap 15 menit, elanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan penderita. Pengisapan discharge dilakukan dengan kateter pengisap yang steril dan disposable. Pada saat pengisap dimasukkan ke dalam trakea, jangan diberi tekanan negatif, begitu pula antara pengisapan harus diberi periode istirahat agar udara paru tidak terlalu banyak terisap, dengan demikian residual volume tidak banyak berkurang. Setelah ujung pengisap sampai di bronkus, dilakukan pengisapan perlahan-lahan sambil memutar kanul pengisap. Jika kanul trakea mempunyai kanul dalam, kanul dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kanul dalam ini harus sering diangkat dan dibersihkan. Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter pengisap steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh penampang trakea. Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi oksigen selama 2-3 menit. Bila didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.

Perawatan Mandiri Pasca operasi Pasca trakeostomi penderita akan diberi petunjuk oleh dokter atau paramedis perihal perawatan kanul trakeostomi. Petunjuk untuk penderita ini tergantung pada keadaan penderita saat dari rumah sakit.

11

6. Sebutkan komplikasi yang mungkin muncul dari pemasangan trakeostomi! Komplikasi pemasangan trakeostomi secara umum adalah: a. Saat tindakan operasi : 1. Perdarahan 2. Cardiac arrest 3. Perforasi 4. Emboli udara 5. Ruptur pleura servikalis 6. Apneu 7. Sumbatan darah / sekret b. Setelah operasi : 1. Infeksi 2. Perdarahan 3. Sumbatan kanul 4. Pergeseran stenosis 5. Pembentukan jar. granulasi 6. Aspirasi, atelektasis 7. Pneumotoraks 8. Pipa trakeostomi tercabut 9. Emfisema subkutis Komplikasi Jangka panjang 1. Obstruksi jalan nafas atas 2. Infeksi 3. Fistula trakeoesofagus 4. Stenosis trakea 5. Iskemia atau nekrosis trakea

12

7. Fokus pengkajian apa yang penting dilakukan pada perawatan pasien yang dipasang trakeostomi dan mengapa pengkajian pada pasien yang menggunakan trakeostomi tesebut penting untuk dilakukan?

Fokus pengkajian pada pasien yang dipasang trakeostomi yaitu: 6 B (Breath, Blood, Brain, Bladder, Bowel, Bone). Pada pengkajian dengan 6 B, breath paling penting untuk dikaji. Selain 6 B ada pemeriksaan dan pengkajian yang harus diperhatikan pada dengan trakeostomi yaitu: Tanda- tanda vital Tanda- tanda hipoksia Frekuensi dan pola pernafasan Bunyi nafas Status neurologis Kebutuhan dari pengisapan Upaya ventilasi spontan klien Status nutrisi Status psikologis Pengkajian penting dilakukan salah satunya untuk mencegah terjadinya obstruksi dari jalan nafas pasien dan mencegah komplikasi dari pemasangan trakeostomi.

8. Jelaskan mengenai evaluasi yang dilakukan terhadap pasien setelah pemasangan trakeostomi 1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi 2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi 3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.

13

Data Subyektif : sesak napas, nyeri Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun Pemeriksaan Fisik Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun Pengkajian Psikososial Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi

9.

Edukasi yang dapat diberikan pada keluarga dan pasein dengan terpasang trakeostomi!

1. Ajarkan tindakan perawatan trakeostomi dirumah meliputi: perawatan kulit, suction, dan perawatan selang 2. Pertegas tentang pentingnya kelembaban adekuat dan latihan batuk teratur serta latihan nafas dalam untuk membantu melatih pasien mengeluarkan sputum 3. Jelaskan pentingnya oral hygiene 4. Ajarkan pasien untuk melindungi stoma dari air saat mandi, dll 5. Instruksikan pasien untuk menghindari paparan debu untuk mengurangi risiko infeksi 6. Ajarkan tanda infeksi pada pasien dan keluraga yang harus dilaporkan seperti: perubahan sputum menjadi kehijauan atau kekuningan, peningkatan suhu, perubahan baud an konsistensi sputum)

10. Sebutkan indikasi pelepasan trakeostomi pada pasien? Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan : 1. Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru. 2. Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada. 3. Tidak terdapat infeksi lanjutan. 4. Tanda-tanda vital klien normal.

14

11. Sebutkan dan jelaskan pengklasifikasian trakeostomi berdasarkan lama pemasangan dan waktu pemasangannya! Lama Pemasangan : Permanen(tracheal Stoma Post Laryngectomy) tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit dilekatkan pada leher. Sementara ( tracheal stoma without laryngectomy) trachea dan jalan napas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau non metal Waktu Dilakukan tindakan: Darurat Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan di dalam ruang operasi. Menggunakan teknik insisi 15ertical Non-darurat

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan diruang operasi. Insisi dibuat menggunakan teknk insisi horizontal

15

GAMBAR PISAU BEDAH Daun pisau bedah dipasang pada tangkai pisau bedah dan digunakan untuk menguliti hewan yang dibedah, memotong bagian-bagian tubuh dan sebagainya

Tangkai pisau bedah dan daun pisau bedah. Daun pisau bedah dipasang pada tangkai pisau bedah dan digunakan untuk menguliti hewan yang dibedah, memotong bagian-bagian tubuh dan sebagainya. Daun pisau dan tangkai pisau merupakan satu kesatuan. Pisau tersebut ada dua macam, yaitu yang berujung lancip dan yang berujung tak lancip. Model ini dapat diasah, sedang yang lepas umumnya dibuang saja bila sudah tumpul. Saat ini pisau dan gagangnya sudah terpisah dan tidak perlu diasah, sekali pakai langsung dibuang. Untuk gagang ada dua ukuran yakni ukuran atau nomor 3 dan nomor 4. Pisaunya sendiri ada banyak macam bentuk dan masing-masing mempunyai nomor. Umumnya di bidang bedah digunakan mata pisau nomor 11

UNCUFFED TUBES Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.

16

SILVER NEGUS TUBES Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.

GUNTING DISEKSI (DISECTING SCISSOR) Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum. Gunting Benang Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong benang operasi, merapikan luka. Gunting Pembalut/Perban Kegunaannya adalah untuk menggunting plester dan pembalut.

17

KATETER SUCTION Kateter suction adalah selang fleksibel yang lama terpasang pada salah satu ujungnya ke tabung pernapasan (tabung endotrakeal atau trakeostomi). Ujung lain kateter isap terhubung ke wadah koleksi (tabung isap) dan perangkat yang

menghasilkan isap. Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, idealnya kateter suction yang baik adalah efektif menghisap secret dan memiliki resiko trauma jaringan yang minimal. Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter bagian dalam lumen tube. Diameter yang lebih besar akan menimbulkan atelectasis sedangkan kateter suction yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap secret yang kental. Ukuran kateter suction biasanya dalam French units (F). Kateter suction harus digunakan satu kali proses suction misalnya, setelah selesai suction ETT kateter suction harus dibuang atau disterilkan.

18

INNER KANUL Inner (anak) kanul adalah kanul yang dapat dilepas atau dipasang dari outer kanul untuk menjamin airway yang adekuat. Inner kanul lebih sempit dan sedikit lebih panjang dari outer kanul yang mencegah meluapnya sekret pada ujung outer kanul.

SUCTION PUMP

Suction Pump adalah suatu alat yang yang dipergunakan untuk menghisap cairan yang tidak dibutuhkan pada tubuh manusia. Suction pump banyak digunakan pada kegiatan operasi di ruang bedah, yaitu untuk menghisap darah yang keluar dari pasien, sedangkan diruang perawatan untuk menghisap lendir dalam mulut dan tenggorokan. Hal yang perlu diperhatikan: Tegangan, Daya hisap maksimum, Pembacaan meter, Botol penampung,Over Flow Protection, Seal penutup botol,Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal, Lakukan pengujian daan kalibrasi 1 tahun sekali.
19

KLEM ARTERI Klem Arteri Pean Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis untuk jaringan tipis dan lunak. Klem Kocher Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan. Klem Allis Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor. Klem Babcock Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.

20

PINSET ANOTOMI

Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari.

FENESTRATED TUBES

21

Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara

CUFFED TUBES Pada pipa jenis ini, selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

PULOKSIMETRI

Oksimetri nadi adalah metoda noninvasif yang digunakan untuk memeriksa saturasi oksigen darah arteri klien (SaO2) klien dengan menggunakan sensor oksimetri nadi. Alat ini mempunyai dua bagian. Pada salah satu sisi sensor terdapat dua buah diode (LED) yang

22

memancarkan cahaya (merah dan infra merah). Pada sisi lain dari sensor terdapat detektor cahaya yang disebut foto detektor. Cara kerja puls oksimetri. LED menghantarkan cahaya menembus jaringan dan pembuluh darah dan foto detektor menerima cahaya dan mengukur jumlah cahaya yang terserap oleh hemoglobin yang teroksigenasi dan takteroksigenasi. Hemoglobin teroksigenasi cenderung untuk menyerap lebih banyak cahaya inframerah dan hemoglobin takteroksigenasi menyerap lebih banyak cahaya merah. Melalui proses yang disebut spektrofotometri, Sa02 ditetapkan dengan dasar jumlah setiap tipe cahaya yang diterima oleh fotodetektor. Terdapat beberapa tipe sensor yang berbeda yang diantaranya dirancang untuk digunakan pada jari, ibu jari kaki, hidung, telinga nadi, atau sekeliling tangan atau kaki bayi. Anda harus memilih sensor yang tepat untuk pengukuran tempat yang telah Anda rencanakan atau pilih. Sebelum menggunakan oksimetri nadi untuk mengkaji status oksigenasi klien, pertama-tama kaji terlebih dahulu kadar hemoglobin klien. Karena oksimetri nadi mengukur persen dari SaO2, hasilnya dapat tampak normal ketika hemoglobin rendah karena semua hemoglobin yang ada untuk mengangkut O2 tersaturasi seluruhnya. Respons yang diharapkan: saturasi O2 klien 96% sampai 100%, dan klien mampu untuk mentoleransi prosedur. Respons yang merugikan: saturasi oksigen klien rendah (kurang dari 70% adalah kondisi yang membahayakan jiwa), timbul tekanan pada jaringan tempat terpasangnya sensor, dan terjadi iritasi kulit pada letak adesif sensor. Alat yang dibutuhkan: oksimetri nadi dengan sensor yang dipilih, kapas alkohol, perlak atau handuk.

23

DAFTAR PUSTAKA

Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 8 November 2012 pukul 12.30, dari web http://www.tracheostomy.com/care/care.htm

site

Anonim. Perawatan Trakeostomi. http://www.scribd.com/doc/72688893/16/ProsedurPerawatan-Selang-Trakeostomi diakses 8 November 2012 pukul 12.30 Anonymus. Tracheostomy. Disability Online. Victoria. 2004. (Online), (http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcpdf.nsf/ByPDF/Tracheostomy/$File/ Access on: 8 November 2012) Ari Nursanti. 2011. Tinjauan Pustaka I Kanul Trakea. (Online),

(http://www.scribd.com/doc/56707493/Tinjauan-Pustaka-I-Kanul-Trakea , Access on: 8 November 2012) Doraemon. 2011. 2.7Prosedur Perawatan Selang Trakeostomi for Trakeostomi.

http://id.scribd.com. Diakses: 7 November 2012 Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi E. Penanggulangan Sumbatan Laring. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 5th ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2003. p; 204-209 Nursing community. 2010. Kateter Suction. PPNI Kabupaten Karangasem Nuzulul. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Trakeostomi, (Online), (http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35531-Kep%20RespirasiAskep%20Trakeostomi.html, Access on: 8 November 2012)

Nuzurul.2009. Asuhan Keperawatan Trakeostomi. (Online). http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35531-Kep%20RespirasiAskep%20Trakeostomi.html Akses 8 November 2012-11-08 Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC

24

25

You might also like