You are on page 1of 12

Disusun oleh : - Arif Indra R.

[7110040033] - Ika Ermawati [7110040035] - Canti Firmannu [7110040038]

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2013

merupakan salah satu modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953.

Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun 1970.

Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920an.

PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh.
Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini.

CT Scan dan MRI hanya mampu mendeteksi kanker terbatas pada aspek anatomi tubuh. Misalnya, CT Scan dan MRI hanya mampu mendekteksi kanker di payudara, kepala, hati, dan sejumlah titik tubuh lainnya. Sedangkan mekanisme kerja organ tubuh yang disebut metabolisme tubuh tidak dapat dipantau oleh CT Scan atau MRI. Sedangkan pada PET-Scan, aspek anatomi dan metabolik sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini. Dimana pun atau kemana pun kanker merambat PET-Scan dapat mendeteksinya. Bahkan kemampuan deteksi alat ini mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti jenis, tingkat keganasan (stadium), lokasi, serta cara rambat penyakit mematikan ini. PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisa hasil penanganan kanker yang telah dilakukan. Setelah penanganan kanker melalui operasi perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada sisa sisa kanker yang tersisa.

PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan mencitrakan aliran darah, metabolisme, neurotransmitter dan obat yang dilabel zat radioaktif.

Alat ini dapat menampilkan analisis secara kuantitatif, mengikuti perubahan relatif selama pemantauan sesuai dengan perjalanan dan pengaruh penyakit terhadap jaringan tubuh anusia atau respons terhadap organ tubuh stimulus spesifik.

Dasar kinerja utama PET adalah positron yaitu partikel yang memiliki massa yang sama dengan elektron tetapi bermuatan positif.

Setelah positron diemisi dari nukleus atom, ia harus menghilangkan energi kinetiknya dan bergabung dengan elektron. Kedua partikel tersebut saling menghilangkan muatan (anihilasi), kemudian mengemisikan dua radiasi gamma 511-keV ke arah yang berlawanan.

Jika dalam dua detektor yang diletakkan berlawanan satu sama ain, suatu radiasi gamma 511-keV dihasilkan pada waktu yang bersamaan (koinsiden), anihilasi akan terjadi pada garis yang menghubungkan kedua detektor

Apabila banyak detektor diatur dalam suatu cincin, membentuk suatu silinder, maka kejadian dapat ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi. Berdasarkan data tersebut, maka distribusi spasial radioaktif dalam tubuh dapat direkonstruksi oleh algoritme komputer yang sesuai.

Radiasi yang diserap jaringan tergantung pada massa radioaktif, hingga zat radioaktif yang diserap dapat dihitung. Penyerapan dapat dihitung dengan alat ukur khusus dalam scanner PET atau dengan komputer tomografi.

PET bekerja berdasarkan deteksi radioaktif yang dipancarkan sesudah sejumlah kecil zat radioaktif pelacak disuntikkan ke vena perifer. Pelacak yang diberikan sebagai suntikan intravena biasanya dilabel dengan O, F, C atau N. Total zat radioaktif yang diperlukan sama dengan dosis yang digunakan pada CT. PET scan membutuhkan waktu 10-40 menit untuk pengerjaannya

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur konsumsi glukosa pada bagian tubuh jaringan yang berbeda. Analog glukosa radioaktif yang biasa digunakan adalah F-2-deoxy-2-fluoro-Dglucose (FDG) untuk mendeteksi kanker di berbagai organ.

10

Akumulasi analog glukosa radioaktif itu mengikuti pengukuran tingkat konsumsi glukosa. Kepentingan kliniknya adalah membedakan tumor ganas dan jinak. Metabolisme glukosa tumor ganas lebih cepat dibandingkan tumor jinak

Pemeriksaan PET tidak menyakitkan dan seperti pemeriksaan CT, pasien tetap

menggunakan pakaian.
Persiapan yang perlu dilakukan untuk PET ialah puasa 4-6 jam sebelum

pemeriksaan. Untuk pemeriksaan PET otak, puasa sejak 4 jam sebelum pemeriksaan, sedangkan untuk pemeriksaan seluruh tubuh paling sedikit puasa selama 6 jam. Pasien masih tetap dapat minum obat yang diresepkan.
Untuk pasien yang menderita diabetes, aktivitas harian tetap dijalankan dengan

sedikit makan. Insulin atau obat diabetes oral tetap diminum rutin dan kadar gula darah harus sekitar 100 200 mg/dL sebelum pemeriksaan.
Ibu hamil tidak diperkenankan menjalani pemeriksaan dengan PET. Setelah persiapan dilakukan dan pasien siap untuk dilakukan pemeriksaan,

perawat akan menyuntikkan zat radiofarmaka yang telah dilabel secara intravena.
Pasien berbaring di tempat yang telah ditentukan seraya menunggu beberapa

waktu sampai tubuh dapat menyerap zat tersebut.


Untuk

pemeriksaan kepala perlu istirahat selama 30 menit, sedangkan pemeriksaan seluruh tubuh 50 menit. Pemeriksaan ini akan memakan waktu sekitar 30 hingga 90 menit.

Saat tiba waktunya untuk scan, pasien berbaring dan dimasukkan ke PET scanner.

Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Peran Positron Emission

Tomography dalam Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. http://feyhockey06.blogspot.com/2011/05/peranpositron-emission-tomography.html

You might also like