You are on page 1of 10

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 1.

Pendahuluan BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr tanpa memandang masa gestasi. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Bayi BBLR mempunyai resiko meninggal 40 kali lebih tinggi di bandingkan bayi dengan berat badan normal pada tahun pertama. Angka kematian prenatal pada BBLR di Indonesia tinggi yaitu 181,1 tiap 1000 kelahiran bayi hidup 22,34 penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya. 2. Definisi BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat diketahui dengan menimbang bayi setelah lahir. Bayi baru lahir ditimbang segera setelah badannya dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat sampai berumur 1 hari. 3. Klasifikasi BBLR dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1. Prematuritas murni Adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai BB sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan yang disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKBSMK). 2. Dismaturitas Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan

merupakan bayi yang kecil untuk pertumbuhan masa kehamilan. Pertumbuhan dalam rahim terhambat dapat disebabkan dari faktor bayi sendiri, plasenta, ataupun faktor ibu. Dismatur dapat terjadi pada aterm dan post term. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: 1. 2. 3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

4. Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Bayi BBLR mempunyai resiko meninggal 40 kali lebih tinggi di bandingkan bayi dengan berat badan normal pada tahun pertama. Angka kematian prenatal pada BBLR di Indonesia tinggi yaitu 181,1 tiap 1000 kelahiran bayi hidup 22,34 penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi menyebutkan bahwa

penyebab BBLR adalah multi faktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu, status gizi obstetric, morbiditas ibu hamil, perilaku atau kebiasaan ibu dan keluarga yang

kurang mendukung, tabu, pelayanan kesehatan dan gizi termasuk deteksi dini BBLR serta upaya intervensinya. Makin kecil berat bayi lahir maka makin tinggi kejadian kelainan neurologis dan pisikomotorik bayi. Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

5. Etiologi Faktorfaktor yang dapat memperngaruhi berat bayi lahir dikelompokan sebagai berikut : 1. Faktor lingkungan internal, yang meliputi umur ibu, parietas, jarak kelahiran, kesehatan ibu, kadar haemoglobin ibu hamil serta ukuran antropometri ibu hamil.

2. Faktor

lingkungan

eksternal,

yang

meliputi

kondisi

lingkungan, masukan

makanan ibu selama hamil, jenis pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu dan bapak (kepala keluarga), pengetahuan gizi dan tingkat social ekonomi. 3. Faktor pengunaan pelayanan kesehatan yaitu frequensi pemeriksaankehamilan (ANC). Sulit untuk menentukan secara pasti penyebab BBLR, namun ada beberapa faktor resiko yang erat hubungannya dengan kejadian BBLR. Adapun faktor-faktor resiko tersebut adalah : (1) Faktor ibu a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia (< 20 tahun atau >40 tahun) d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.

6. Patofisiologi BBLR

7. Komplikasi Komplikasi dari BBLR, diantaranya: Bayi prematur: asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, perdarahan periintraventrikular, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan. Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbilirubinemia, dan kelainan kongenital. Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain: 1. 2. 3. 4. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin. 5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia). Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain : Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

8. Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR dapat diketahui dengan melakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR : - Umur ibu - Riwayat hari pertama haid terakir - Riwayat persalinan sebelumnya - Paritas, jarak kelahiran sebelumnya - Kenaikan berat badan selama hamil - Aktivitas - Penyakit yang diderita selama hamil - Obat-obatan yang diminum selama hamil 2. Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain : - Berat badan <2500 gr - Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tulang rawan telinga belum terbentuk. Masih terdapat lanugo. Refleks masih lemah. Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata. - Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). Tidak dijumpai tanda prematuritas. Kulit keriput Kuku lebih panjang

Tabel 1. Ciri-ciri BBLR BBLR kurang bulan PB Proporsi <47> - Dada <29> BBLR cukup bulan 50-52 cm - 33 cm BBLR lebih bulan 50-52 cm - 33 cm

- Umbilikus di bawah perut Vitalitas - Kurang aktif - Tangis lemah - Menghirup kurang kuat Kulit - Merah lembek, transparan. - Lemak sub kutan tipis Papila mamae Rambut Telinga Telapak kaki Kuku Lembut Pipih, lembek Lembut, hanya beberapa garis Lembut tidak sampai ujung jari Genetalia - Wanita : labia mayora belum menutupi labia minora - Laki-laki : testis di dalam abdomen atau di kanal 3. Pemeriksaan penunjang Datar

- Umbilikus pada pusat - Aktif - Tangis kuat - Menghirup kuat

- Umbilikus sama dengan aterm - Aktif - Tangis kuat - Menghirup kuat spt lapar

- Merah muda segar - Lemak sub kutan positif (+)

- Merah muda - Kering, keriput

(+)

Panjang, kokoh Tegak, keras Penuh garis-garis

Panjang, kokoh Kenyal Penuh garis-garis

Keras memenuhi ujung jari - Wanita : labia mayora sudah menutupi labia minora - Laki-laki : testis di dalam skrotum

Keras melebihi ujung jari - Wanita,labia mayora sudah menutupi labia minora - Laki-laki : sudah menutup

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : a. Pemeriksaan skor ballard b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Interpretasi:

(+) (-) Ragu

: Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin

artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup. : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan. : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih. 9. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa Pemberian vitamin K1 : Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 2. Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama : Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. 3. Suportif Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:

a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin c. Ukur suhu tubuh dengan berkala d. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : e. Jaga dan pantau patensi jalan nafas f. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit g. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia) h. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya i. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

4. Pemantauan (Monitoring) 1). Pemantauan saat dirawat a. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari : Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2). Pemantauan setelah pulang Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut : 10. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. Hitung umur koreksi. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST). Awasi adanya kelainan bawaan. Prognosis Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll). Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

You might also like