You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media merupakan faktor penentu dalam teknik kultur jaringan.

Media kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Oleh karena itu, berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur dapat berbentuk padat atau cair. Setiap eksplan juga membutuhkan kesesuaian dengan media kulturnya untuk bisa tumbuh optimal. Jadi sangat penting untuk mempelajari tentang media kultur ini. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis jenis media kultur jaringan dan aplikasi penggunannya 2. Untuk mengetahui komposisi dan unsur dalam media MS

3. Untuk mengetahui teknik teknik aseptic pembuatan media 4. Untuk mengetahui dan memahami rumus perhitungan larutan stok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media MS (Medium Dasar Murashige dan Skoog) Merupakan media kultur jaringan yang digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam- garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. (Hendaryono,1994). Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsurunsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media: 1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967

dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther. 2. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-,dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap. Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap. (Dalton et al, 1983)

2.2 Komposisi Media MS Serta Fungsi Media dalam kultur jaringan tanaman umumnya terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Hara makro Terdiri dari enam unsur utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Media kultur harus mengandung sedikitnya 25-60 mM nitrogen anorganik untuk pertumbuhan sel tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada sumber N dari nitrat saja, tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik adalah apabila mengandung nitrat dan amonium. Nitrat yang disediakan umumnya berkisar 25-40 mM, konsentrasi amonium berkisar antara 2-20 mM. Akan tetapi untuk beberapa spesies tanaman konsentrasi amonium > 8 mM akan menghambat pertumbuhan sel. Sel-sel dapat tumbuh dalam media kultur yang hanya mengandung amonium sebagai sumber nitrogen jika satu atau lebih terdapat asam-asam yang terlibat dalam siklus TCA (seperti sitrat, suksinat, atau malat) juga terdapat dalam media pada konsentrasi sekitar 10 mM. Apabila nitrat dan amonium sebagai sumber nitrogen digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium akan digunakan lebih cepat dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan untuk pertumbuhan sel bagi sebagian besar spesies tanaman. Umumnya media mengandung kalium (dalam bentuk nitrat atau klorida) pada konsentrasi 20-30 mM. Konsentrasi optimum untuk unsur P, Mg, S dan Ca berkisar antara 1-3 mM. Konsentasi yang lebih tinggi dari hara-hara tersebut

mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang lain. (Gunawan,1988) 2. Hara mikro Unsur hara mikro yang paling dibutuhkan untuk petumbuhan sel dan jaringan tanaman mencakup besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), boron (B), terusi (Cu) dan molibdenum (Mo). Besi dan seng yang digunakan dalam pembuatan media harus dalam bentuk yang terchelate. Besi adalah yang paling kritis diantara semua hara mikro. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk media kultur, tetapi senyawa ini sulit larut dan biasanya akan terpresipitasi setelah media dibuat. Masalah ini dipecahkan oleh Murashige & Skoog dengan menchlate besi dengan asam etilen diamintetraasetik (EDTA). Kobal (Co) dan iodin (I) juga dapat ditambahkan dalam media tetapi kebutuhan yang jelas untuk pertumbuhan sel belum diketahui. Natrium (Na) dan klorida (Cl) juga digunakan pada beberapa media tetapi tidak begitu penting untuk pertumbuhan sel. Konsentrasi Cu dan Co yang biasanya ditambahkan pada media sekitar 0.1 M, Fe dan Mo 1 M, I 5M, Zn 5-30 M, Mn 20-90 M, dan B25-100M.(Gunawan,1988) 1. Vitamin Pada beberapa media kultur juga sering ditambahkan vitamin-vitamin seperti biotin, asam folat, asam askorbat, asam panthotenat, vitamin E (tokoperol), riboflavin, dan asam p-aminobenzoik. Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan merupakan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi sering memberikan keberhasilan dalam kultur sel

dan jaringan tanaman. Biasanya penambahan vitamin-vitamin tersebut ke dalam media dilakukan apabila konsentrasi thiamin dianggap dibawah taraf yang diinginkan atau apabila jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah. (Gunawan,1988) 2. Asam amino atau suplemen nitrogen lainnya Sumber nitrogen organik yang paling banyak digunakan dalam media kultur adalah asam amino campuran (casein hidrolisat), L-glutamin, Lasparagin, dan adenin. Casein hidrolisat umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0.05-0.1%. Asam amino biasanya ditambahkan pada media terdiri dari beberapa macam, karena sering diperoleh bahwa penambahan satu jenis asam amino saja justru dapat menghambat pertumbuhan sel. (Gunawan,1988) 3. Karbon dan sumber energi Sumber karbohidrat yang biasanya digunakan dalam media kultur adalah sukrosa. Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan sukrosa dibanding dengan fruktosa. Karbohidrat lain yang pernah dicobakan adalah laktosa, galaktosa, rafinosa, maltosa dan pati, tetapi semua karbohidrat tersebut umumnya mempunyai hasil yang kurang baik dibandingkan sukrosa atau fruktosa. Konsentrasi sukrosa normal dalam media kultur berkisar antara 2 dan 3%. Karbohidrat harus tersedia dalam media kultur karena sangat sedikit sel dari jenis tanaman yang diisolasi dapat bersifat

autotropik, yaitu kemampuan menyediakan kebutuhan karbohidrat sendiri melalui asimilasi CO2 selama proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur secara cepat akan diurai menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah yang pertama digunakan oleh sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media disterilisasi dengan autoclave, sebagian sukrosa akan mengalami hidrolisa. Apabila sukrosa yang diautoklap ada bersama komponen media lain maka proses hidrolisa akan lebih besar. Kultur dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik pada media yang sukrosanya diautoklap dibandingkan dengan media yang sukrosanya disterilisasi dengan filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan sel-sel karena tersedianya glukosa dan fruktosa. (Gunawan,1988) 6. Bahan organik komplek Pengaruh arang aktif umumnya diarahkan pada salah satu dari tiga hal berikut: penyerapan senyawa-senyawa penghambat, penyerapan zat pengatur tumbuh atau menggelapkan warna media. Penghambatan pumbuhan karena kehadiran arang aktif umumnya karena arang aktif dapat menyerap ZPT. NAA, kinetin, BAP, IAA dan 2iP semuanya dapat terikat oleh artang aktif. IAA dan 2iP merupakan ZPT yang paling cepat terikat oleh arang aktif. Arang aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik yang diproduksi biakan selama dalam kultur. Konsentrasi arang aktif yang ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0.5-3%. (Gunawan,1988)

7. Bahan pemadat (agar) Media kultur jaringan tanaman dapat dibuat padat atau semi padat, yaitu dengan penambahan bahan pemadat berupa agar. Dibandingkan bahan pemadat lain, agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (i) saat dicampur dengan air, agar akan terbentuk bila dilelehkan pada suhu 60o-100oC dan memadat pada suhu 45oC; (ii) gel agar bersifat stabil pada suhu inkubasi; (iii) agar gel tidak bereaksi dengan komponen dalam media dan tidak dicerna oleh ensim tanaman. Kualitas fisik agar dalam media kultur tergantung pada konsentrasi dan merek agar yang diguinakan serta pH media. Konsentrasi agar yang digunakan dalam media kultur berkisar antara 0.5-1%, dengan catatan pH media sesuai dengan aturan. Penggunaan arang aktif (0.8-1%) dapat mempengaruhi kepadatan agar yang terbentuk.Kemurnian agar yang digunakan dalam media kultur juga merupakan faktor yang penting. Agar yang mengandung garam-garam Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi ketersediaan hara dalam media. (Gunawan,1988) 8. Zat pengatur tumbuh (hormon) Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan

morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan kultivar. Sitokinin yang ditrambahkan dalam media kultur umumnya ditujukan untuk menstimulasi pembelahan sel, menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan untuk menghambat pembentukan akar. Mekanisme kerja sitokinin tidak secara pasti diketahui, namun demikian beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas mirip sitokinin diketahui terlibat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga menunjukkan dapat mengaktivasi sintesa RNA dan menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada jaringan tertentu. (Gunawan,1988). 2.3 Teknik Aseptik dalam Pembuatan Media Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. 1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) Dapat menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. (Machmud, 2008) 2. Sterilisasi secara fisik Dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. (Machmud, 2008) A. Pemanasan Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,

contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L, dll. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoclave

B. Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV (Machmud, 2008). 3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. (Machmud, 2008). 4. Sterilisasi dengan panas ada Merupakan unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada suhu ruang. Contoh

proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi proses yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran wadah atau kemasan (Machmud, 2008). 5. Sterilisasi dengan udara kering alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan alat gelas lainnya. bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. pada umunhya suhu yang digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170 - 180 C selama palinng sedikit 2 jam. Lama isterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya (Machmud, 2008). 6. Sterilisasi dengan uap air panas bahan yang mengandung cairan tidak dapat didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mulamula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikrobia. kemudian disimpan pada suhu kamr 24

jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud, 2008). 7. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan alat ini disebut autoklaf (autoclave) untuk steriliasasi ini alat dilengkapi dengan katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan. Panaskan sampai mendidih dan dari katup pengaman kelaur uap air dengan lancara lalu ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit (untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka, cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam sel atau spora sehingga lebih cepat. Cara mana yang dipilih tergantung bahan, biaya dan ketersediaan alat, untuk bahan yang tidak tahan panas, maka cara diatas tidak dapat dipakai (Machmud, 2008). 2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stok Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media akan dibuat. Rumus perhitungan larutan stok yang dibutuhkan :

Keterangan: V1= volume yang akan dibuat M1= banyaknya kebutuhan senyawa dalam media MS V2 = volume larutan stok yang akan diambil M2= banyaknya senyawa dalam larutan stok (Herawan, 2006) 2.5 Jenis Kontaminasi Media George (2008) mengemukakan bahwa kontaminan yang paling sering menyerang eksplan adalah bakteri dan fungi. Respon eksplan terhadap bakteri adalah 224 jam, sedangkan respon eksplan terhadap fungi adalah 124 jam. Menurut Irwanto (2006), bakteri yang mengkontaminasi eksplan akan membentuk gumpalan lumpur pada permukaan medium dan berwarna kuning atau orange sedangkan fungi berwarna putih dan berbentuk bulu-bulu halus, biasanya menyerang permukaan ujung atas eksplan. 2.6 Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan Eksplan Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan Eksplan Media tanam kultur jaringan adalah suatu media di mana bahan tanam ditempatkan agar dapat tumbuh menjadi tanaman baru melalui proses pembentukan kalus, differensiasi dan organogenesis. Oleh karena itu media tanam kultur jaringan memerlukan persyaratan kandungan unsur-unsur hara berupa garam anorganik, bahan organik, vitamin dan zat pengatur tumbuh (Darini,2012)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Stirer : untuk mencampur agar-agar dan sukrosa Botol semprot : untuk menyemprotkan alkohol pada plastik dan aluminium foil Gelas ukur : untuk mengukur volume larutan stok Pipet : untuk mengambil larutan dengan skala kecil) Kertas lakmus : untuk menentukan pH larutan Timbangan analalitik : untuk menimbang agaragar dan sukrosa Botol kultur : untuk tempat media kultur jaringan Karet gelang : agar media benar-benar tertutup rapat dan tidak ada udara yang masuk Autoklaf : untuk mensterilkan botol kultur jaringan Microwave : untuk memanaskan campuran agaragar dengan sukrosa 3.1.2 Bahan Aquades : bahan campuran larutan stok Media MS: a. Unsur hara makro : bahan media MS b. Unsur hara mikro A : bahan media MS c. Unsur hara mikro B (bahan media MS) Fe EDTA : bahan media MS Vitamin : bahan media MS CaCl2 : bahan media MS Alkohol : bahan sterilisasi Agar-agar : bahan pemadat media

3.2 Cara Kerja Siapkan larutan stok sesuai kebutuhan Unsur makro 25 (10x) Unsur mikro 2,5 mL (100x) Fe EDTA 2,5 mL (100x) Vitamin 2,5 mL (100x) Untuk media sebanyak 250 mL

Tambahkan aquades hingga 250 mL

Homogenkan dengan menggunakan stirrer dan tambahkan sukrosa 7,5 gr, kemudian ukur pH 5,8

Tambahkan agar sebanyak 1,75 gr, lalu stirrer dan tutp dengan plastic wraping

Dimasukkan dalam microwave selama 5 menit

Tuang ke botol kultur (jadi 15 botol kultur), kemudian tutup dengan plastic dan ikat dengan karet Kemudian autoclave selama 20 menit, dan setelah itu pindahkan keruang kultur jaringan dan selanjutnya siap untuk digunakan sebagai media tanam

3.3 Analisis Perlakuan Untuk pembuatan media kultur jaringan siapkan alat dan bahan. Kemudian dari ke empat bahan yang utama tambahkan aquades hingga 250 ml. Tambahkan sukrosa 7,5 gram lalu diaduk menggunakan stirrer setelah itu ukur pH larutan tersebut. Tambahkan agar sebanyak 1,75 gram lalu distrirrer lagi dan tutup dengan plastik wrapping. Masukkan ke dalam microwave selama 5 menit, setelah itu tuangkan ke dalam botol kultur dan bagi rata agar menjadi 15 botol kultur. Tutup dengan plastik dan ikat dengan karet dan masukkan dalam autocalve selama 20 menit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Botol Kultur No Ke- + Tanggal Pengama Kondisi Eksplan Kontamina n/Tidak Kontamina

Dokumenta si

Keterangan

tan 1 Cintia 18-112013 Dessi indah luvita 18-112013 Dessy one 18-112013

n Tidak terjadi kontaminas i Tidak terjadi kontaminas i Tidak terjadi kontaminas i

Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan ini terkontaminas i oleh bakteri, yang ditandai dengan adanya lender pada ujung eksplan Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas

Dian khoi 18-112013

Terkontam onasi

Dwi purwanti 18-112013 Dwi septa 18-112013

Tidak terjadi kontaminas i Tidak terjadi kontaminas i

Diyah retno 18-112013 Diyah kartika 18-112013 Daniel sembirin g 18-112013 Daniel sipayung 18-112013 Chintya 21-112013

Terkontami nasi

Tidak terjadi kontaminas i Tidak terjadi kontaminas i Tidak terjadi kontaminas i Tidak terkontami nasi

Eksplan terkontaminas i oleh bakteri, yang ditandai dengan adanya lender pada eksplan Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan terkontaminas i oleh bakteri, yang diketahui dengan adanya lender pada eksplan

10

11

12

Dessi indah luvita 21-112013

Terkontami nasi

13

Dessy one 21-112013

Terkontami nasi

14

15

Dwi purwanti 21-112013 Dwi septa 21-112013

Tidak terkontami nasi Tidak terkontami nasi

16

Diyah kartika 21-112013

Terkontami nasi

dan media Eksplan terkontaminas i oleh jamur, yang dapat dicirikan dengan adanya hifa disekitar eksplan, adanya perubahan warna media Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan terkontaminas i oleh bakteri, karena terdapat lendir di sekitar eksplan Eksplan masih baik, belum tumbuh

17

Daniel sembirin g

Tidak terkontami nasi

21-112013 Daniel sipayung 21-112013 Chintya 25-112013 Dwi purwanti 25-112013

tunas Eksplan terkontaminas i oleh jamur, yang terdapat hifa disekitar eksplan Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan masih baik, belum tumbuh tunas Eksplan terkontaminas i oleh jamur, terdapat hifa disekitar eksplan, media berubah warna menjadi kecoklatan Eksplan terkontaminas i oleh bakteri, yang ditandai dengan

18

Terkontami nasi

19

Tidak terkontami nasi Tidak terkontami nasi

20

21

Daniel sembirin g 25-112013

Terkontami nasi

22

Dwi septa 25-112013

Terkontami nasi

23

Chintya 28-112013 Dwi purwanti 28-112013

Tidak terkontami nasi Tidak terkontami nasi

24

adanya lendir disekitar eksplan, terjadi perubahan warna media menjadi kuning kecoklatan Eksplan masih baik, tunas sudah mulai tumbuh Eksplan masih baik, tunas sudah mulai tumbuh

BAB V PENUTUP 3.1 Kesimpulan Medium Dasar Murashige dan Skoog (MS) Merupakan media kultur jaringan yang digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam-

garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. Keberhasilan percobaan kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sterilisasi media serta pengaruh eksplan seperti bagian yang diambil dan umur eksplan, pada empat kali pengamatan dari sepuluh botol kultur terdapat delapan media yang terkontaminasi oleh jamur dan bakteri dengan di tandai adanya lender pada sekitar media dan hifa yang mengakibatkan media tersebut mengalami perubahan warna. Sedangakan yang tidak mengalami kontaminasi tetap berwarna bersih medianya. 3.2 Saran Fasilitas praktikum telah memadai, namun efisiensi waktu praktikum dipertimbangkan lagi karena waktu sekian menit tidak cukup untuk melakukan percobaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1985. Solusi perbanyakan tanaman budidaya kultur jaringan tanaman. bumi aksara. Jakarta. Dalton et al, 1983.Plant Hormones and Plant Growth Regulators in Plant Tissue Culture. In Vitro Cell Dev. Biol. Marlin., Suharjo, Usman KJ., dan Romaida, A. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Priadi, Dody. 2006. Pengaruh Komposisi Media dan Ukuran Eksplan terhadap Pembentukan Kalus Embriogenik Beberapa Genotip Lokal Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz. Pusat Penelitian Bioteknologi (LIPI). Bogor Sandra, Edi. 2006. Kultur jaringan anggrek skala rumah tangga. Jakarta: Agromedia pustaka. wardiyanti, 1998. Teknik kultur jaringan tumbuhan. PAU bioteknologi IPB. Bogor. Wetherell, 1982. Pengantar propagansi tanaman secara in vitro. New jersey. Avery plublishing. Yusnita. 2003. Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Agro media . jakarta.

You might also like