You are on page 1of 22

Tinjauan pustaka

fungsi dan mekanisme pembentukan hormon tiroid Neng Nurmalasari 10-2010-326 E5 25-10-2011

Pendahuluan Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual. Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon ini mengawal metabolisme (pengeluaran tenaga) manusia. Terdapat kelainan fungsi tiroid mencangkup hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

Alamat korespodensi : Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email : nengnurmalasari@ymail.com
1

Makroskopis glandula thyroidea Glandula thyroidea terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Kelenjari ini merupakan organ vascular yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis faciae profundae. Selubung ini melekatkan glandula pada larinx dan trachea. Setiap lobus berbentuk seperti buah alpikat, dengan apexnya menghadap ke atas sampai linea olique cartilago thyroidea; basisnya terletak di bawah setinggi cincin trachea keempat atau ke lima. Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2,3, dan 4. Sering depan lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau muskular sering menghubungkan lobus pyramidalis dengan os hyoideum. Bila pita ini muscular, disebut m. Levator glandulae thyroideae.

Gambar 1. Glandula thyroidea Cabang-cabang terminal a. Thyroidea superior beranastomosisi sepanjang pinggir atas isthmus. Pendarahan Arteri ke glandula thyroidea adalah a). A. Thyroidea superior, b). A. Thyroidea infeior, c) a. Thyroidea cabang brachiocephalica atau cabang aorta. Arteri-arteri ini saling beranastomosis dengan luas di permukaan glandula. Vena-vena dari glandula thyroidea adalah a) v. Thyroidea superior yang bermuara ke v. jugularis interna, b) v. Thyroidea media, yang bermuara ke vena jugularis interna, dan c) v. Thyroidea
2

inferior. Vena-vena ini akan bermuara ke dalan v.branchiocephalica sinistra ke dalam rongga thorax. Aliran limfe Cairan limfe dari glandula thyroidea terutama mengalir ke lateral ke dalam nodi limphoidei cervicales fropundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke noduli limphoidei paratracheales.1 Mikroskopis kelenjar thyroid Kelenjar thyroid terletak di bawah laring. Kelenjar ini terdiri atas lobus kiri dan kanan dihubungkan oleh isthmus di tengah. Sel pada kebanyakan organ endokrin menimbun produk sekresinya di dalam sitoplasmanya. Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin unik karena selselnya tersusun membentuk struktur bulat disebut folikel, bukan berupa kelompok atau deretan seperti biasanya. Sel-sel yang mengelilingi folikel yaitu sel folikel, bukan berupa kelompok atau deretan seperti biasanya. Sel-sel yang mengelilingi folikel yaitu sel folikel menyekresi dan menimbun produknya di luar sel, di dalam lumen folikel sebagai substansi mirip gelatin yang disebut koloid. Koloid terdiri atas trioglobulin, yaitu suatu glikoprotein yang mengandung sejumlah asam amino teriodinasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan di dalam folikel sebagai koloid terikat pada tiroglobulin. Oleh karena itu, folikel adalah satuan struktural dan fungsional kelenjar tiroid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau celah antarfolikel. Adanya banyak pembuluh darah di dalam sekitar folikel memudahkan pencurahan hormon ke dalam aliran darah. Kelenjar tiroid di tandai dengan banyak folikel bulat dengan berbagai diameter yang terisi koloid asidofilik. Folikel ini biasanya dilapisi epitel selapis kuboid yang terdiri atas sel-sel folikel atau prinsipal. Sel-sel folikel menyintesis dan menyekresi hormon tiroid. Sel-sel folikel kelenjar tiroid mengandung sel sekretoris jenis lain yaitu sel parafolikel. Sel ini terdapat berkelompok atau tunggal di tepi folikel. sel parafolikel menyintesis dan menyekresi hormon kalsitonin. Septa jaringan ikat sampai kelenjar meluas ke bagian dalam tiroid membagi kelenjar dalam lobuli. Di dalam septa jaringan ikat dan di sekitar tiap folikel terdapat banyak pembuluh darah,
3

arteriol, venul dan kapiler. Diantara setiap folikel terdapat jaringan ikat interfolikuli yang relatif sedikit.

Gambar 2. Hisologi kelenjar tiroid Pembesaran kelenjar koloid lebih kuat memperlihatkan rincian struktur setiap folikel. tinggi sel folikel berbeda dari satu folikel dengan folikel lain, tergantung status aktivitasnya. Epitel folikel yang sangat aktif terutama epitel kuboid, sedangkan pada folikel yang kurang aktif epitelnya terlihat gepeng. Semua folikel berisi koloid beberapa folikel mengalami retraksi dari dinding folikel atau mengalami distorsi akibat proses pembuatan sediaanya. Sel parafolikel terletak di dalam epitel folikel atau dalam kelompok kecil di dekat folikel di dalam membran basal folikel. tetapi, sel parafolikel tidak langsung berbatasan dengan lumen folikel. sebaliknya, sel parafolikel dipisahkan dari lumen oleh cabang-cabang sel folikel di dekatnya. Sel parafolikel adalah sel yang lebih besar, berbentuk lonjong atau bentuk lain dengan sitoplasma pucat dari sel folikel. Disekeliling folikel terdapat sedikit jaringan ikat interfolikular yang merupakan tempat ditemukannya banyak pembuluh darah dan kapiler yang sangat berhubungan dengan sel-sel folikel dan sel-sel parafolikel. Fungsi sekretoris sel-sel folikel kelenjar tiroid dikendalikan hormon perangsang tiroid (TSH) adenohipofisis. Kegiatan yang sangat rumit mencangkup sintesis trioglobulin, iodinasi trioglobulin, penimbunan sementara trioglobulin di dalam lumen folilkel, dan pembebasan

hormon tiroid ke dalam sirkulasi umum bila dibutuhkan. Sebagai respon terhadapa stimulus sekretoris, sel folikel kelenjar tiroid menangkap dan menghidrolisis trioglobulin teridoniasi dan kemudian membebaskan hormon tiroid pada basis ke dalam aliran darah. Hormon tiroid adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Pembebasannya ke dalam darah meningkatlan laju metabolisme tubuh dan meningkatkan metabolisme, pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan sel di seluruh tubuh. Selain itu, hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Kelenjar tiroid juga mengandung sel parafolikel. Sel ini terdapat di tepi epitel folikel, sendiri atau berkelompok di antara folikel. sel parafolikel menyintesis dan menyekresi hormon kalsitonin (tirokalsitonin). Fungsi hormon ini adalah untuk menurunkan kadar kalsium darah. Hal ini terjadi terutama mengurangi jumlah osteoklas tulang dan mengurangi aktivitasnya sehingga mengurangi resorpsi tulang dan pembebasan kalsium. Produksi dan pembebasan hormon tiroid tergantung hormon TSH kelenjar pituitaria, sedangkan sekresi dan pembebasan kalsitoin oleh sel parafolikukar langsung dikendalikan melalui kadar kalsium darah. 2 Fungsi kelenjar tiroid Fungsi utama kelenjar tiroid adalah mempertahankan laju metabolisme yang sesuai. Kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid penting untuk metabolisme kalsium dan juga bekerja untuk mengurangi konsentrasi kalsium plasma darah. Hal ini mencegah terbentuknya osteoklasosteoklas baru. Fungsi lain kelenjar tiroid adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan volume darah b. Meningkatkan curah jantung c. Meningkatkan kebutuhan terhadap vitamin d. Mengatur tumbuh kembang e. Metabolisme iodium f. Merangsang sintesis protein g. Meningkatkan konsumsi oksigen. 3

Pembentukan dan sekresi hormon tiroid Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin. Akan tetap, tryiodotionin dalam jumlah besar juga disekresi. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Tryiodotionin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin, tetapi ia terdapat dalam darah jauh lebih sedikit dan menetap jauh lebih singkat daripada tiroksin. Kebutuhan iodium untuk pembentukan tiroksin Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, kira-kira 50 mg. Jodium yang dimakan dibutuhkan setiap tahun, atau kira-kira 1 mg perminggu. Untuk mencegah defisiensi jodium, garam meja yang sering digunakan dijodiniasi dengan satu bagian natrium jodida untuk 100.000 bagian natrium klorida. Nasib iodida dimakan, yodida yang dimakan setiap hari diabsorpsi dari salauran cerna masuk darah dengan cara yang kira-kira sama seperti klorida, tetapi iodida tidak menetap dalam sistem sirkulasi dalam waktu lama karena ginjal mempunyai klirens ion yodida plasma yang tinggi sekitar 35 ml. Permenit dibandingkan hanya 1 ml. Per menit untuk ion klorida. Dalam tiga hari pertama, dua pertiga iodida yang dimakan dalam keadaan normal hilang dalam urin, dan hampir semua dari satu pertiga yang tersisa secara selektif dibuang dari sirkulasi darah oleh kelenjar tiroid dan digunakan untuk sintesis hormon tiroid, yang disimpan dalam bentuk trioglobulin dalam folike-folikel dan kemudian di sekresi dalam darah terutama dalam bentuk tiroksin. 4 Metabolisme Iodium Iodium adalah bahan bakar yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium yang dimakan diubah menjadi iodida dan diabsorpsi. Masukan iodium harian minimum yang dapat mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150 mirkogram pada orang dewasa. Organ utama yang mengambil I- adalah tiroid yang meggunakannya untuk pembuatan hormon tiroid, dan ginjal, yang mengekskresikannya ke dalam urin. Tiroid akan menyekresikan 80mikrogram per harinya sebagai iodium di dalam T3 dan T4. Dari jumlah seluruh I- yang diserap, 20% akan masuk ke dalam kelenjar tiroid, sedangkan 80% akan dieksresikan melalui urin. 5

Pompa iodida (iodida trapping) Stadium pertama dalam pembentukan hormon tiroid, adalah pemindahan iodida dari cairan ekstraseluler ke sel kelenjar tiroid dan kemudian ke folikel. membran sel mempunyai kemampuan khas mentranspor yodida secara aktif ke bagian dalam folikel; hal ini dinamakan pompa yodida atau iodine trapping. Pada kelenjar normal, pompa yodida dapat memekatkan yodida sekitar 25 kali konsentrasi yodida dalam darah. Akan tetapi, bila kelenjar tiroid menjadi aktif sepenuhnya, konsentrasi dapat meningkat setinggi 350 kali konsentrasi darah. Trioglobulin dan kimia tiroksin dan pembentukan triyodotronin Pembentukan dan sekresi trioglobulin oleh kelenjar tiroid. Sel-sel tiroid adalah kelenjar yang khas mensekresi protein. Mereka mensintesis dan mensekresi suatu molekul glikoprotein besar yang dinamakan trioglobulin. Setiap molekul trioglobulin mengandung 25 asam amino tiroksin, dan tiroksin merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon tiroid. Hormon ini terbentuk dalam molekul trioglobulin. Yaitu, residu asam amino tirosin tetap merupakan bagian molekul trioglobulin selama proses sintesis hormon tiroid. Selain mengeksresi trioglobulin, sel-sel kelenjar juga menyediakan yodium, enzim-enzim, dan zat-zat lain yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid. Hanya sebagian kecil dari sintesis ini terjadi sebelum tiroglobulin disekresi dalam folikel. akan tetapi, semua zat-zat ini disekresi bersama dengan tiroglobulin dalam folikel dimana campuran yodium, enzim dan tiroglobulin memberikan media dimana banyak dibentuk hormon tiroid pada hari-hari berikutnya. 4 Pembentukan, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid terdiri dari: 1. Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung dalam molekul tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks golgi/retukulum endoplasma sel folikel tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Setelah diproduksi tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid melalui eksositosis.

2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui pompa iodium yang sangat aktif atau iodine trapping mechanism protein pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel folikel. hampir semua iodium dalam tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid. Sel ain untuk sintesis hormon tiroid, iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh. 3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Perlekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT). 4. Kemudian terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium) menghasilkan tetraiodotironin (T4 atau tiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat iodium. Penggabungan MIT (dengan satu iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium) menghasilkan triiodotironin ata u T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan tidak terjadi antara dua molekul MIT. Karena reaksi-reaksi ini berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut. Hormon-hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka dipecahkan dan disekresikan. Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara normal disimpan di koloid cukup untuk memasok kebutuhan untuk beberapa bulan. Sel folikel memfagositosis koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan sekresi hormon tiroid. Pengeluaran hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan proses yang agak rumit karena dua alasan. Pertama sebelum dikeluarkan T3 dan T4 tetap terikat molekul tiroglobulin. Kedua hormon-hormon ini disimpan di tempat ekstrasel pedalaman, lumen folikel; sebelum dapat memasuki pembuluh darah berjalan di ruangan intertisium, mereka harus diangkut menembus sel folikel. proses sekresi hormon tiroid pada dasarnya melibatkan penggigitan sepotong koloid oleh sel folikel, sehingga molekul tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya dan peludahan T3 dan T4 bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang sesuai untuk
8

mengeluarkan hormon tiroid, sel-sel folikel memasukkan sebagian dari kompleks hormon tiroglobulin dengan memfagositosis sekeping koloid. Di dalam sel, butir-butir sel koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya kemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis T4 dan T3 serta iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT. Hormon-hormon tiroid karena sangat lipofilik dengan mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan cepat mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium dibebaskan dapat di daur ulang untuk sintesis lebih banyak hormon. Enzim yan g sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT yang tidak berguna bukan dari T4 dan T3. Di luar tiroid, sebagian T4 dan yang disekresikan diubah menjadi T3, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel walaupun tiroid lebih banyak mengeuarkan T4. Sebagian besar T3 dan T4 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma tertentu. Terdapat tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid : globulin pengikat tiroksin (thyroxine binding globulin) , albumin yang secara nonselektif mengikat hormon lipofilik, dan thyroxsine binding prealbumin yang mengikat sisa 35% T4. Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-hifofisis- tiroid Thyroid stimulating hormone (TSH) hormon tropik tiroid dan hifofisis anterior, adalah regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran tiroid dirangsang TSH. Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggung jawab untuk mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH. Tiroid mengalami atrofi (ukurannya mengecil) dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respons terhadap stimulansi TSH yang berlebihan. Hormon tiroid dengan mekanisme umpan balik negatif mematikan sekresi TSH, sementara thyrotropin relasing hormone (TRH) dari hipotalamus secara tropik menghidupkan sekresi
9

TSH oleh hipofisis anterior. Pada sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, inhibisi terutama berlangsung di tingkat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan balik negatif lainnya, lengkung antara hormon tiroid dan TSH cenderung mempertahankan stabilitas keluaran (sekresi) hormon tiroid. Pengaturan sehari-hari kadar hormon tiroid bebas tampaknya dilaksanakan oleh umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior, sementara penyesuaian jangka panjang diperantai oleh hipotalamus. Tidak seperti sebagian besar sistem hormonal lain, pada orang dewasa hormonhormon di sumbu tiroid secara normal tidak mengalami pergeseran sekresi yang mendadak dan lebar. Kecepata sekresi hormon tiroid yang relatif stabil sesuai dengan respons terhadap hormon yang bersifat lamban dan berlangsung lama; peningkatan atau penurunan kadar hormon tiroid dalam plasma yang mendadak tidak memiliki nilai adaptif. Satu-satunya faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan dengan demikian TSH dan hormon tiroid) adalah pajanan ke dingin pada bayi; keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasilan panas diperkirakan ikut berperan dalam mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu lingkungan pada saat lahir; sewaktu bayi berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang lebih dingin. Berbagai jenis stress diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, diperkirakan melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, walaupun makna adiptif inhibisi belum jelas. Efek hormon tiroid Efek pada laju metabolisme Hormon tiroid meningkatkan laju metabolise basal tubuh keseluruhan atau kecepatan langsam hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat. Dibandingkan hormon-hormon lain, efek hormon tiroid bersifat lambat. Setelah tertunda beberapa jam barulah respon metabolik terhadap hormon tiroid dapat dideteksi, dan respons maksimun belum terjadi sampai beberapa hari. Durasi respons juga cukup panjang, sebagian karena hormon tiroid tidak cepat mengalami penguraian, tetapi juga karena respons terus
10

berlangsung selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali ke normal. Efek kalorigenik Efek kalorigenik yang berkaitan erat dengan efek metabolik keseluruhan dari hormon tiroid adalah efek kalorigenik (penghasil panas). Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas. Efek pada metabolisme perantara Setelah meningkatkan laju metabolisme basal, hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi sepesifik yang terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat mulrifaset; hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan; sebagai contoh perubahan glukosa menjadi glikogen, bentuk simpanan glukosa dipermudah oleh keberadaan hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi kebalikannya penguraian glikogen menjadi glukosa terjadi apabila terdapat hormon tiroid dalam jumlah besar. Efek simpatomimetik Setiap efek serupa dengan yang dihasilkan oleh sistem saraf simpatis disebut efek simpatomimetik (mirip simpatis). Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap kotekolamin (epinefrine dan norepinefrine). Zat perantara kimiawai yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon medula adrenal. Hormon tiroid diperkirakan menimbulkan efek permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor spesifik kotekolamin di sel sasaran. Karena itu banyak efek yang dijumpai pada saat sekresi hormon tiroid meningkat serupa dengan efek yang menyertai peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Suatu efek simpatomimetik). Efek pada sistem kardiovaskular Melalui efeknya pada peningkatan ketanggapan jantung terhadap kotekolamin dalam darah, hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang ditimbulkan oleh efek
11

kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk menyalurkan kelebihan panas tersebut ke permukaan tubuh untuk dieliminasi ke lingkungan. Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan yang normal. Efek hormon tiroid dalam mendorong pertumbuhan tampaknya merupakan efek sekunder dari efeknya pada hormon pertumbuhan. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan (atau somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan rangka. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, terutama SSP, suatu efek yang terganggu pada anak yang mengidap defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon ini juga penting untuk aktivitas normal SSP orang dewasa. Kadar hormon tiroid yang abnormal berkaitan dengan perubahan perilaku. Selain itu, kecepatan saraf perifer menghantarkan implus berkaitan secara langsung dengan ketersediaan hormon tiroid. 6 Efek otot rangka Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati tiroktosisitas), dan bula hipertiroidismenya berat dan berkepanjangan, miopati yang terjadi mungkin parah Kelemahan otot mungkin sebagian disebabkan oleh peningkatan katabolisme protein. Namun efek yang ditimbulkan bersifat kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum diketahui dengan pasti. Hipertiroidisme juga berkaitan dengan kelemahan, kejang, dan kekakuan otot. Efek pada Metabolisme Karbohidrat Hormon tiroid meningkatkan taraf penyerapan karbohidrat dari saluran cerna, suatu efek yang mungkin tidak bergantung pada efek kalorigeniknya. Dengan demikian, pada hipertiroidisme, kadar glukosa plasma meningkat cepat setelah makan makanan yang mengadung karbohidrat, kadang-kadang melebihi ambang ginjal. Namun, kadar ini turun kembali dengan cepat ke normal. Pada proses metabolisme karbohidrat yang menghasilkan energi juga ditingkatkan (pada glikolisis glukogenesis) dan sekresi insulin yang membuat karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen. Mungkinhal inilah yang menjelaskan mengapa kadar glukosa darah cepat turun pada peningkatan yang mendadak.

12

Efek pada Metabolisme Kolestrol Hormon tiroid menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Kada kolestrol plasma turun sebelum kecepatan metabolisme meningkat, yang menunjukkan bahwa efek ini tidak bergantung pada stimulasi konsumsi oksigen. Penurunan konsentrasi kolestrol plasma disebabkan oleh pningkatan pembentukan reseptor LDL di hati, yang menyebabkan peningkatan penyingkiran kolestrol oleh hati dari sirkulasi. Namun, analog hormon tiroid belum dapat secara klinis digunakan untuk menurunkan kadar kolestrol plasma tanpa menyebabkan peningkatan metabolisme. Efek pada Pertumbuhan Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan pematangan tulang yang normal. Pada anak hipertiroid, pertumbuhan tulang melambat dan penutupan epifisis tertunda. Tanpa adanya hormon tiroid, sekresi dari hormon pertumbuhan juga terganggu, dan hormon tiroid memperkuat efek pada pertumbuhan jaringan. 5 Gangguan kelenjar tiroid Secara umum, kelenjar tiroid di bagi menjadi dua, yakni hipertiroid dan hipotiroid, Disebut hipertiroid apabila kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan. Dalam kasus hipertiroid, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid melebihi kapasitas metabolisme tubuh kita sehingga semua makanan yang kita makan langsung tercerna dengan sangat cepat. Akibatnya, makanan tidak sempat terserap oleh tubuh. Gejala hipertiroid sebagai berikut. 1. Tangan gemetaran 2. Badan mudah merasa lemas 3. Perut mual 4. Lutut sangat berat untuk menopang badan 5. Keringat berlebihan 6. Nafsu makan sangat melebihi normal (selalu merasa lapar) 7. Berat badan menurun drastis 8. Diare yang berkepanjangan 9. Dalam kasus hipertiroid yang berat, bola mata keluar dari kelopaknya karena mendapatkan tekanan yang hebat dari pembengkakan kelenjar tiroid.
13

Berbeda dengan hipertiroid. Dalam kasus hipotiroid, hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid sangat kurang dari yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh sehingga makanan yang dimakan sangat lambat diproses oleh tubuh. Gejalanya mirip dengan hipertiroid, kecuali berat badan meningkat dan susah merasa lapar.7 Kesimpulan Hormon tiroid berfungsi untuk mempertahankan laju metabolisme dan mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik. Gangguan pada kelenjar tiroid dapat menyebabkan hipertiroidisme atau hipotiroidisme. Daftar Pustaka 1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke 6. Jakarta: EGC; 2006.h.705-706 2. Eroschenko, VP. Atlas histologi di fliore dengan korelasi fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC;2003.h. 269-272 3. Gruende3mann BJ, Frensebner B. Keperawatan perioperatif. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 2007.h.107-178. 4. Guyton AC dan Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC;2009.h 458-459 5. Ganong F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 22. Jakarta: EGC; 2008.h.305-14 6. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta : EGC; 2001.h.644-649 7. Harmanto N. Mahkota dewa panglima penakluk kanker. Depok:PT AgroMeddia Pustaka. 2004.h.34-35.

14

Metabolisme Utama Glikolisis Glikolisis adalah jalur tama metabolisme glukosa terjadi di sitosol semua sel.

Gambar 3. Siklus glikolisis Glukoneogenesis Glukoneogenesis dalah proses mengubah prekursor karbohidrat menjadi glukosa dan glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Hati dan ginjal adalah glukoneogenik utama. Glukoneogenesis melibatkan glikolisis, siklus asam sitrat serta beberapa reaksi khusus. Reaksireaksi ini terjadi sebagai berikut: pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua reaksi endotemik. Piruvat karboksilase mitokondria mengkatalisis karboksilasi piruvat menjadi oksaoasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai koenzim. Enzim kedua fosfoenolpiruvat karboksikinase mengkatalisis dekarboksilasi dan fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenlopiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor fosfot.
15

Pembalikan fruktosa 1,6 bifosfat menjadi fruktosa 6 fosfat, untuk pembalikan glikolisis dikatalisis oleh fruktosa 1,6 bifosfatase. Enzim ini terdapat di hati, ginjal dan otot rangka. Perubahan glukosa 6 fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6 fosfatase. Pemecahan glukosa menjadi glukosa 1 fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen sintase. Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol dalam keadaan kenyang; gliserol dapat digunakan untuk re-esterfikasi asam lemak bebas menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat glukoneogenesis di hati. Murray RK. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;2009. Oksidasi piruvat menjadi asetil koA Terjadi di mitokondria di dalam sel darah merah yang tidak memiliki mitokondria piruvat dirubah menjadi laktat. Pada oksidasi piruvat ini dikatalisis oleh piruvat dehidrogenase, asetil koA yang terbentuk kemudian digunakan untuk siklus asam sitrat. Siklus asam sitrat Siklus asam sitrat adalah jalur bersama dan terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein karena glukosa, asam lemak, dan sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil-koA atau zat-zat antara siklus ini. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, lipogenesis, dan interkonversi asam-asam amino. Enzim-enzim pada siklus asam sitrat terletak di matriks mitokondria. Siklus diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil koA dan asam dikarboksilat empat karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam karbon yaitu sitrat yang dikatalisis oleh sitrat sintatase. Kemudian sitrat mengalami isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akinitase hidratase). Racun fluoroasetat bersifat toksik karena fluoroasetil koA berkondenisasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluoroasetat yang menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat. Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis isositrat dehidrogenase untuk membentuk oksalosuksinat pada awalnya yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi
16

menjadi -ketoglutarat. Dekarboksilasi ini memerlukan ion mg+ atau Mn++. -ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu kompleks multienzim yang mirip dengan kompleks multienzim yang berperan dalam dekarboksilasi oksidatif piruvat. Kompleks -ketoglutarat dehidrogenase memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor yang diperlukan kompleks piruvat dehidrogenase tiamin difosfat, lipoat, NAD, FAD dan koA serta menyebabkan terbentuknya suksinil koA. Arsenit menghambat reaksi ini yang menyebabkan akumulasi substrak yaitu -ketoglutarat. Suksinil koA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil koA sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya contoh fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat. Reaksi dehidrogenasi pertama membentuk fumarat dikatalisis suksinat dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran mitokondria. Enzim ini mengandung FAD dan protein besi sulfur dan secara langsung mereduksi ubikuinon dalam rantai transpor elektron. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase. HARPER Sistem elektron (transpor hidrogen) dan fosforilasi oksidatif Sistem trensfor elektron terdiri dari satu rantai akseptor elektron yang terletak di membran dalam pada mitokondria. Transpor elektron berjalan bersamaan dengan pembentukan (fosforilasi) ATP dari ADP yang kemudian disebut sebagai fosforilasi oksidatif. 1. Sumber elektron adalah molekul NADH + H+ (NADH2) dan FADH2. Saat hidogen dilepas di sepanjang molekul akseptor elektron, proton hidrogen akan terpisah dari elektronnya dan terlepas ke dalam media yang dilingkupi. Elektron dilepas sepanjang molekul aksetor elektron dalam serangkaian reaksi redoks. 2. Akseptor elektron dalam rantai adalah flavin mononukleotida (FMN) ubiquinon (koenzim Q) dan serangkaian sitokrom (sitokrom c, b, a dan a3). Sitokrom merupakan protein yang ditandai dengan gugus hem (zat besi). Zat besi berikatan dengan elektorn atom hidrogen. a. Elektron bergerak dari sitokrom ke sitrokrom lain, dan dalam perjalanan tersebut melepas energi.
17

b. Sitokrom terakhir, sitokrom a3, melewatkan dua elektron menuju molekul oksigen. Elektron-elektron berikatan dnegan proton untuk membentuk kembali hidrogen, ikatan antara hidrogen dan oksigen membentuk air. Metabolisme Lemak B. Transpor lemak (lipid) dalam aliran darah. Lemak ditranspor dalam bentuk kilomikron, asam lemak bebas dan lipoprotein. 1. Kilomikron terbentuk dalam mukosa usus dari asam lemak dan gliserol, diabsorpsi dalam lakteal, dan masuk ke sirkulasi darah. Kilomikron terdiri dari 90% trigliserida ditambah kolestrol, fosfolipid dan selubung tipis protein. Dalam waktu empat jam setelah makan (tahap postabsobtif). Sebagian besar kilomikron dikeluarkan dari darah oleh jaringan adiposa dan hati. a. Enzim lipoprotein lipase yang ditemukan dalam hati dan kapilar jaringan adiposa menguraikan trigliserida dalam kilomikron untuk melepaskan asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol berikatan menjadi trigloserida (lemak netral) untuk disimpan dalam jaringan adiposa. Sisa kilomikron yang kaya kolestrol dimetabolisme oleh hati. b. Simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk energi. Enzim lipase sensitif hormon mengurai trigliserida kembali menjadi asam lemak dan gliserol. c. Jumlah simpanan lemak bergantung pada total asupan makanan. Jaringan adiposa dan hati dapat menyintesis lemak dari asupan lemak, karbohidrat, datau protein yang berlebihan. 2. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat pada albumin, salah satu protein plasma. Bentuk bebas ini adalah bentuk asam lemak yang ditranspor dari sel-sel jaringan adiposa untuk dipakai jaringan lain sebagai energi. 3. Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron. Lipoprotein terutama disintesis di hati. Lipoprotein di pakai untuk transpor lemak antar jaringan dan bersirkulasi dalam darah pada tahap postabsorbtif setelah kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi menjadi 3 kelas. a. VLDL (very low lipoprotein)
18

b. LDL (low density lipoprotein) c. HDL (high density lipoprotein) C. Katabolisme lemak 1. Gliserol memasuki sel dan diubah oleh enzim menjadi gliseraldehida 3 fosfat yang masuk dalam jalur glikolisis. Gliserol kemudian terlibat dalam siklus asam sitrat atau dipakai dalam sintesis ulang glukosa. 2. Asam lemak memasuki sel dan ditranspor menuju mitokondria oleh protein carrier. Dalam matriks mitokondria, asam lemak diubah melalui proses oksidasi beta menjai asetil koA yang kemudian akan dimetabolisme melalui siklus asam sitrat. 3. Benda keton. Molekul asetil berkondensasi untuk membentuk asam asetoasetat yang diubah menjadi asam hidroksibutirat beta dan aseton. Molekul-molekul ini disebut badan keton. a. Jika laju metabolisme tinggi dan banyak asetil koA yang terbentuk, maka hati akan memproduksi dan melepas lebih banyak keton dibandingkan yang dapat diterima jaringan. Keton yang berlebihan diakumulasikan dalama aliran darah (ketosis). Pada kondisi ketosis yang padah, asidosis dan pH rendah yang terbentuk akan menyebabkan koma atau kematian. Metabolisme Protein A. Transpor dan absorpsi asam amino. Asam amino yang berasal dari protein dalam makanan diabsorpsi dari usus melalui transpor aktif dan dibawa ke hati. Di hati asam asmino disinteis menjadi molekul protein atau dilepas ke dalam sirkulasi untuk ditranspor ke sel lain. 1. Setelah memasuki sel-sel tubuh asam amino bergabung dengan ikatan peptida untuk membentuk protein selular yang dipakai untuk pertumbuhan dan regenerasi jaringan. 2. Hanya sedikit simpanan asam amino dalam sel-sel tubuh, kecuali sel-sel hati. Protein intraselular tubuh sendiri terus terhidrolisis menjadi asam amino dan disintesis ulang menjadi protein. Asam amino dari makanan dan asam amino dari penguraian protein intraselular membentuk kelompok asam amino utama yang memenuhi kebutuhan tubuh.
19

B. Katabolisme protein (penguraian asam amino untuk energi) berlangsung di hati. Jika sel telah mendapatkan protein yang mencukupi kebutuhannya setiap asam amino tambahan akan dipakai sebagai energi atau disimpan sebagai lemak. b. Deaminasi asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan pelepasan satu hidrogen dan satu gugus amino sehingga membentuk amonia (NH3). c. Pembentukan urea oleh hati. Amonia diubah menjadi urea melalui siklus urea (siklus ornitin) oleh hati. Urea disekresi oleh ginjal ke dalam urine. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;2003.h.299-309 Biosintesis urea berlangsung dalam empat tahap: 1. Tranaminasi, 2. Deaminasi oksidatif glutamat, 3. Transport amonia dan 4.reaksi siklus urea. Transaminasi memindahkan nitrogen amino ke ketoglutarar yang membentuk glutamat. Transmaninasi saling mengkonversi pasanganpasangan asam amino dan asam keto. Semua asam amino protein kecuali lisin, treonin, prolin dan hidroksiprolin ikut serta dalam transaminasi. Alanin piruvat aminotranferase dan glutamat ketoglutarat aminotranferase mengkatalisis pemindahan gugus amino ke piruvat (membentuk alanin) atau ketoglutarat (membentuk glutamat). Pemindahan nitrogen amino ke ketoglutarat membentuk L glutamat. Pembebasan nitrogen ini sebagai amonia kemudia dikatalisis oleh L glutamat dehidrogenase (GDH) di hati, yang dapat menggunakan NAD+ dan NADP+. Perubahan nitrogen amino menjadi amonia oleh kerja terpadu glutamat aminotransferase dan GDH sering disebut

transdeaminasi. GDH di aktifkan oleh ADP dan di hambat oleh ATP, GTP, dan NADH. Amonia berasal dari pembusukan senyawa N di kolon oleh bakteri usus, dan hasil katabolisme asam amino/deaminasi glutamin (dikatalisis oleh glutamin sintase) dan deaminasi glisin dan asparagin (dikatalisis oleh glutaminase). Amonia di hati untuk pembentukan urea dan asam amino. Kondensasi CO2, amonia dan ATP untuk membentuk karbomoil fosfat dikatalisis oleh karbamoil fosfat sintase I mitokondria. L ornitin transkarbamoilase mengkatalisis pemindahan gugus karbamoil fosfat ke
20

ornitin yang membentuk sitrulin dan orotofosfat terjadi di matriks mitokondria. Anrgininosuksinat sintase menghubungkan aspartat dan sitrulin melalui gugus amino aspartat dan menghasilkan nitrogen kedua pada urea. Reaksi ini memerlukan ATP dan melibatkan pembentukan zat antara sitrulil AMP dan membentuk argininosuksinat. Arginisuksinat diuraikan menjadi arginin dan fumarat oleh argininosuksinase. Penguraian arginin membebaskan urea dan membentuk kembali ornitin dikatalisis oleh arginase di hati. HARPER d. Oksidasi asam amino terdeaminasi. Bagian asam amino non nitrogen yang tersisa disebut produk asam keto yang teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto dapat diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis). Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;2003.h.299-309 Zat-zat amfibolik (non nitrogen) : ketoglutarat : asparagin, aspartat, glutamin, glutamat prolin, histidin, arginin dan ornitin. Piruvat : glisin, serin, alanin, sistein, treonin, 4-hidroksiprolin. Asetil koA : tirosin, fenilalanin, lisin, triptofan, metionin. HARPER

e. Karbohidrat dan lemak adalah cadangan protein dan dipakai tubuh sebagai pengganti protein untuk energi. Saat kelaparan tubuh menggunakan karbohidrat dan lemak baru kemudian memulai mengkatabilis protein. C. Anabolisme protein 1. Sintesis protein dari asam amino berlangsung di sebagian besar sel tubuh. Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang ditentukan pengaturan gen. 2. Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino nonesensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya. Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino (NH2) dari sebuah asam amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam amino dan satu asam keto baru. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;2003.h.299-309

21

22

You might also like