You are on page 1of 19

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Agi Ferdiana (0900678) D3 Teknik Sipil Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 1. Abstark
Klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya dapat ditetapkan jika terdapat kesesuaian antara kepadatan lalu lintas. Klasifikasi dan spesifikasi tersebut sangat berguna dan dapat memberikan kejelasan mengenai tingkat kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh setiap bagian-bagian jalan. Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan menurut fungsi pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi, penggolongan layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya. 2. Pendahuluan Lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana/ prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani kelancaran arus lalu lintas disebut juga dengan Jalan Raya. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Lalu lintas sendiri dapat didefinisikan sebagai semua gerakan jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengangkut yang digerakan oleh manusia dan hewan. Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Pada keadaan sekarang ini dapat dilihat bahwa kepadatan lalu lintas menjadi semakin tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian-bagian jalan raya semakin rendah. Kelancaran jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pelayanan yang dapat di berikan setiap bagian jalan raya, antara lain lebar jalan dan jumlah jalur. Semakin banyak jenis dan jumlah lalu lintas yang melewati jalan raya maka lalu lintas akan semakin ramai. Dari keadaan tersebut dapat diartikan bahwa kepadatan lalu lintas semakin tinggi dan pelayanan yang diberikan semakin rendah atau harus disesuaikan dengan kepadatan yang terjadi. Agar kepadatan sesuai dengan pelayanan yang sesuai, maka ditetapkan klasifikasi dan spesifikasi jalan raya. 3. Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat memberikan kejelasan mengenai tingkat kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh bagian-bagian jalan raya. Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya ini dapat dibedakan menurut fungsi pelayanan, kelas jalan, keadaan topografi, penggolongan layanan administrasi, dan jenis-jenis jalan raya.

Agi Ferdiana 0900678 1

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Sumber: PP 34/2006 tentang Jalan Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi penggunaan jalan

Agi Ferdiana 0900678 2

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Persayratan teknis jalan (PP34/2006)

Agi Ferdiana 0900678 3

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Matrik Klasifikasi Jalan (Proposed)

a. Menurut Fungsi Pelayanan Jalan raya menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan raya Pasal 3

(1)

Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota, membentuk sistem jaringan jalan primer; Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota membentuk sistem jaringan jalan sekunder. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2) (3)

Agi Ferdiana 0900678 4

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Bagian Kedua Pengelompokan Jalan Menurut Peranan Pasal 4 (1) Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah.jalan masuk dibatasi secara efisien disebut Jalan Arteri. (2) Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi disebut Jalan Kolektor. (3) Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi, disebut Jalan Lokal. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Serta PP No.26 tahun 1985 Pasal 3 (1) Pembina jalan wajib mengusahakan agar jalan dapat digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusahakan agar biaya operasi kendaraan menjadi serendah-rendahnya. (2) Pembina jalan wajib mengusahakan agar jalan dapat mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya dengan mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang dituju. (3) Dalam usaha mewujudkan pelayanan jasa distribusi yang seimbang, Pembina Jalan wajib memperhatikan bahwa jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki. Pasal 4

(1) Sistem

Jaringan Jalan Primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut Dalam satu Satuan Wilayah Pengembangan mengkubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke Persil. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar Satuan Wilayah Pengembangan.

a.

b.

Agi Ferdiana 0900678 5

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

(2) Jalan

Arteri Primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Lokal Primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan Persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan Persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan Persil, atau kota di bawah jenjang ketiga sampai Persil. Pasal 5

(3) Jalan Kolektor (4) Jalan

(1) Sistem jaringan Jalan Sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota
yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

(2) Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu
atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

(3) Jalan (4) Jalan

Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua kawasan sekunder ketiga. Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan Perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Pasal 6

(1) Penetapan ruas-ruas

jalan menurut peranannya dalam sistem jaringan jalan primer dan Jalan Arteri Sekunder dilakukan secara berkala oleh Menteri setelah mendengar pendapat Menteri Perhubungan sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah yang *21221 telah dicapai. ruas-ruas jalan menurut peranannya dalam sistem jaringan jalan sekunder kecuali Jalan Arteri Sekunder dilakukan secara berkala oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, atas usul Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan dengan memperhatikan Petunjuk Menteri dan Menteri Perhubungan sesuai dengan tingkat perkembangan kawasan kota yang telah dicapai. Bagian Kedua Persyaratan jalan menurut peranan

(2) Penetapan

Agi Ferdiana 0900678 6

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Pasal 7

(1) Jalan

Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.

(2) Jalan Arteri Primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas ratarata.

(3) Pada Jalan Arteri Primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang
alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.

(4) Jumlah

jalan masuk ke Jalan Arteri Primer dibatasi secara efisien dan didesain sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) masih tetap terpenuhi. pada Jalan Arteri Primer, dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

(5) Persimpangan

(6) Jalan Arteri Primer tidak terputus walaupun memasuki kota. (7) Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 8

(1) Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat
puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.

(2) Jalan Kolektor Primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.

(3) Jumlah

jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) masih tetap terpenuhi.

(4) Jalan Kolektor Primer tidak terputus walaupun memasuki kota.


Pasal 9

(1) Jalan Lokal Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6 (enam) meter. (2)Jalan Lokal Primer tidak terputus walaupun memasuki desa. Pasal 10

(1) Jalan

Arteri Sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.

(2) Jalan Arteri Sekunder mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.

Agi Ferdiana 0900678 7

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya (3) Pada Jalan Arteri Sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

(4) Persimpangan

pada Jalan Arteri Sekunder, dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2). Pasal 11

(1) Jalan Kolektor Sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh) meter. Pasal 12

(1) Jalan

Lokal Sekunder didesain berdasarkan kecapatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 (lima) meter. teknik Jalan Lokal Sekunder sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.

(2) Persyaratan

(3) Jalan Lokal Sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 3,5 (tiga setengah) meter Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa dalam klasifikasi pembagian jalan menurut fungsi pelayanan dibagi kedalam empat bagian: ada jalan arteri, jalan arteri atau kolektor, jalan kolektor, dan jalan lokal dan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa klasifikasi jalan menurut fungsi pelayanannya dapat diartikan: Jalan arteri adalah jalan yang melayani anguktan utama dengan ciri , kendaraan menempuh perjalanan jarak sedang dengan kecepatan rata-rata sedang dengan jumlah jalan masuk dibatasi. Seperti ibu kota propinsi dengan ibu kota kabupaten. Jalan lokal dan lingkungan adalah jalan yang melalui angkutan setempat dengan ciri, melayani perjalanan jarak pendek (dekat) kecepatan rata-rata rendah jumlah jaln jalan masuk tidak dibatasi. Seperti jaln yang menyatukan daerah kota dengan kecamatan. Jalan kolektor Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Sperti jaln yang menghubungkan kota kabupaten atau sebaliknya. Jalan ateri dan klektor dapat diartikan jalan tersebut mempunyai dua fungsi yaitu sebagai jaln arteri dan jalan kolektor, karena kendaraan yang melewati jaln tersebut adalah kendaraankendaraan yang suka melewati jalan arteri dan jaln kolektor.

b. Menurut Kelas Jalan

Agi Ferdiana 0900678 8

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Jalan raya diklasifikasikan berdasarkan karakteristik lalu lintas yang lewat, yaitu menurut tingkat kepadatan arus lalu lintas pada waktu-waktu tertentu. Selain itu juga mempertimbangkan jenis kendaraan, ukuran dan daya angkut kendaraan, serta beban maksimumsumbu kendaraan bermotoryang diijinkan. Dalam menentukan kelas jalan, harus diketahui dulu nilai satuan mobil penumpang (SMP). SMP di pengaruhi oleh volume lalu lintas, yaitu berdasarkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR). LHR = Karena lalu lintas yang lewat pada suatu jalan raya terdiri dari campuran kendaraan yang berat dan ringan, serta kendaraan yang melaju dengan lambat, sedang, dan cepat. Maka jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu titik akan menimbulkan pengaruh dari setiap jenis kendaraan terhadap keseluruhan arus lalu lintas. Adapun factor akivalen dari setiap kendaraan, agar mempermudah dalam menghitung jumlah kendaraan maksimum.
Jenis Lalu Lintas Mobil Penumpang Truck ringan, < 5 ton Truck Sedang, < 10 ton Truck berat, > 10 ton Bus Sepeda motor Sepeda Kendaraan tak bermotor AASHO (1954) 1 2 2,5 3 3 1 0,5 7

Setelah memperhitungkan jumlah total LHR dalamsatuan SMP, maka dapat ditetapkan klasifikasi jalan raya menurut kelasnya dengan berpedoman pada table di bawah ini:
Klasifikasi jalan raya Fungsi Pelayanan Jalan raya utama Jalan raya sekunder Jalan penghubung Kelas Jalan I II A II B II C III Total LHR > 20.000 6.000 20.000 1.500 8.000 < 2.000 Beban Gandar Tunggal > 10 ton > 5 ton < 5 ton < 2 ton -

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 19, kelas jalan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan: a. fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan Bermotor.

Agi Ferdiana 0900678 9

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya 2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton; b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton. 3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton. 4) Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Jalan. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan kelas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.

c. Menurut Medan Topografi

Agi Ferdiana 0900678 10

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Keadaan terrain suatu jaln raya dapat dibedakan menutrut topografi daerah disekitarnya, yaitu diklasifikasikan sebagai daerah datar, berbukit, dan topografi pegunungan. Penetapan keadaan terrain topografi tersebar didasarkan oleh besarnya lereng melintang tegak lurus terhadap sumbu jaln yaitu diukur dari perbedaan tinggi natara 2 titik yang terdapat pad kedua sisi luar badan jalan yang dinyatakan dalam satuan persen. Pada umumnya posisi kedua titik tsb terletak pada daerah batas milik jalan ( DMJ) Rumus : Kemiringan Topografi = Maka dapat ditetapkan klasifikasi medan topografi suatu badan jalan berdasarkan ketentuan standar topografi pada table ini . Daftar 3 : Ketentuan standar Klasifikasi Medan Topografi
LERENG MELINTANG (%) 0-9,99 10-24,9 >25 KLASIFIKASI TERRAIN MEDAN TOPOGRAFI Datar (D) Bukit (B) Pegunungan (G)

Ketentuan Standar Klasifikasi Medan Topografi


Presentase (%) Lereng Melintang 00,00-9,99 10,00-24,90 >25,00 Klasifikasi terrain Medan Topografi Datar (D) Berbukit (B) Pegunungan (G)

d. Menurut Penggolongan Layanan Administrasi Pemerintah RI mempunyai hak menguasai atas penyelengggaraan lalu lintas dan angkatan raya disebut wilayah kesatuan RI. Hak dan wewenang tersebut, meliputi:

1. Aspek pengaturan, yaitu perencanaan, perumusan, dan kebijaksanaan 2. Aspek pengendalian, yaitu dalam bidang pembangunan dan operasi penyelenggaraan lalu lintas, dan 3. Aspek pengawasan.
Berdasarkan keputusan Persiden RI nomor 45 tahun 1974, maka Departemen Pekerjaan umum ditugaskan atas nama Pemerintah memikul tanggungjawab untuk melksanaakan haka dan wewenang hukum tersebut, serta mendapatketentuan-ketentuan tentang pembangunan, pemeliharaan, dan pengaturan jalan raua di Indonesia.

Agi Ferdiana 0900678 11

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Dengan demikian berdasarkan wewenang dan Tanggungjawab atas aspek-aspek penyelenggaraan Lalu lintas, maka secara administratif penyelenggaraan jalan raya di Indonesia diklasifikasikan: 1) Jalan Negara, yaitu semua jalan utama, yang berperan sebagi urat nadi pengendali perekonomian bangsa, guna menjamin kelncaran pengangkutan hasil produksi dan hasil bumi, serta untuk menjamin perindustrian bahan pokok kebutuhan masyarakat sehari-hari di seluruh wilayah Nusantara. Jadi pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen pekerjaan umum RI memikul tanggung jawab dan mempunyai wewenang sepenuhnya atas jalan negara tersebut. 2) Jalan Propinsi, yaitu jalan raya sekunder yang berada dalam wilayahnya, yang berfungsi untuk menjamin kelancaran pengangkutan hasil produksi industri dan hasl bumi, serta untuk mendistribusikan bahan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari, yaitu ibu kota propinsi ke kota-kota kabupaten dan kota-kota di sekitarnya. 3) Jalan Kabupaten/kota madya, yaitu semua ruas jalan sekunder dan jalan lokal yang ada dalam wilayahnya. Jadi pemerintah daerah baik pemerintah tingkat I maupun tingkat II, masingmasing memikul tanggung jawab sepenunya atas aspek penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan raya di daerahnya. e. Menurut Jenis Jalan 1) Jalan Express way (Jalan Cepat), yaitu jalan raya primer atau jalan arteri, akan tetapi pada jalan ini prioritas jalan diberikan pada kendaraan untuk lalu lintas menerus (bergerak lurus). Pada daerah persimpangan yang arus lalu lintasnya saling memotong (crossing) jalan raya utama seharusnya dilengkapi dengan persimpangan jalan yang tidak seimbang (Floyer). Kecepatan kendaraan rata-rata diperkirakan hingga 100km/jam. Pengendalian jalan masuk ini dilakukan secra penuh, sebagian terhadap pemakai jalan dan penghuni di daerah sekitarnya. 2) Jalan Free way (Jalan beban hambatan), yaitu jalan raya arteri yang memungkinkan kendaraan bergerak dengan kecepatan labih dari 100 km/jam. Dengan tanpa mengalami rintangan apapun, baik rintangan yang disebabkan oleh adanya persimpangan jalan, dan oleh gerakan kendaraan membelok maupun oleh para penyebrang jalan, dan hambatan-hambatan lain. Selain itu, jalan free way ini harus disertai harus dengan system pengendalian jalan masuk penuh. Jika dibandingkan dengan jenis jalan yang lain jalan bebas hambatan ini merupakan jalan raya yang memiliki fasilitas tingkat tinggi dibangun dengan biaya yang sangat mahal, akan tetapi jalan raya bebas hambatan ini juga memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan tertentu, antara lain: - mengurangi waktu tempuh, yang disebabkan oleh waktu yang hilang oleh ditiadakannya beberapa rintangan dalam perjalanan - mengurangi terjadinya konflik lalu lintas terutama pada daerah persimpangan jalan dan kecelakaan lalu lintas, - labih nyaman dan memenuhi persyaratan keamanan di sepanjang perjalanan karena disepanjang jalan dibatasi oleh pagar pemisah dan pejalan kaki dietmpatkan di luar daerah milik jalan, - bersifat permanent, dengan pengendalian jalan masuk di sepangjang jalan dapt mencegah terjadinya pertumbuhan sector sosial ekonomi. Jika dibandingkan dengan tanpa pengendalian jalan masuk, maka pada sepanjang jalan akan terjadi pertumbuhan sector sosila ekonomi yang lebiih cepat.

Agi Ferdiana 0900678 12

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Mengurangi biaya operasional kendaraan, antara lain pengurangan pemakain bahan bahan baker dan bahan pelumas, mengurangi kebisingan dan polusi udara serta meningkatnya daya tahan mesin dan perangkat kendaraan lainnya.

2. Spesifikasi Jalan Raya

Kelas jalan dan sfesifikasi prasarana jalan: (UU 38/2004, Pasal 10) Pengaturan kelas jalan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan (UU 14/1992 Dan PP No. 43/1993 ) Kelas jalan dibagi ke dalam kelas I, II, IIIA, IIIB dan IIIC berdasarkan kemam puannya untuk dilalui oleh kendaraan dengan dimensi dan MST tertentu.

Kelas I Fungsi jalan Dimensi/Lbr Kend Dimensi/Pjg Kend MST Arteri Maks 2,50 m

Kelas IIA Arteri Maks 2,50 m

Kelas IIB Arteri/Kolektor Maks 2,50 m

Kelas IIC Kolektor Maks 2,50 m

Kelas III Kolektor Maks 2,10 m

Maks 18,0 m

Maks 18,0 m

maks 18,0 m

Maks 12,0 m

Maks 9,0 m

>10 ton

10 ton

8 ton

8 ton

8 ton

Agi Ferdiana 0900678 13

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Pengelompokan Kls Jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarananya : - jalan bebas hambatan - jalan sedang Klasifikasi jalan menurut jenis jalan (Penjelasan UU 38/2004, Pasal 10) Jalan Bebas Hambatan (Freeway) : Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median Jalan Raya (Highway) : Jalan umum untuk lalu lintas me erus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah. Jalan Sedang (Road) : Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter. Jalan Kecil (Street) : Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter. Kelas Jalan Aspek Persyaratan Jalan Bebas Teknis Jalan Raya Hambatan Jenis Lalu Lintas Pengendalian Jalan Masuk Persimpangan Sebidang Pagar Rumija Median Jumlah Jalur Menerus Pengendalian Penuh Tidak Boleh Ada Harus Ada Harus Ada Min 2 per arah Menerus Dibatasi - jalan raya - jalan kecil

Jalan Sedang Jarak Sedang Tidak Dibatasi

Jalan Kecil Setempat -

Harus Ada Min 2 per arah

Min 2 untuk 2 Min 2 untuk 2 arah arah

Agi Ferdiana 0900678 14

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya Lebar Lajur Lebar Jalur Ruang Milik Jalan Min 3,5 m Min 30 Min 3,5 m Min 25 7,3 m Min 15 5,5 m Min 11

Jalur dan Lajur Jalur lalulintas adalah bagian jalan yang diprguanakan untuk lalulintas kendaraan yang secara fisik yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalulintas dapat beruapa: 1. 2. 3. 4. 5. Median Bahu trotoar pulau jalan dan sparator

jalur lalulintas dapat terdiri dari beberapa lajur, jalur lalulitas dapat terdiri darai beberapa tipe a. b. c. d. 1 jalur, 2 lajur, 2 arah (2/2 TB) 1 jalur, 2 lajur, 1 arah (2/1 TB) 2 jalur, 4 lajur, 2 arah (4/2 B) 2 jalur, n lajur, 2 arah (n/2 B) dimana n = jumlah lajur. Keterangan: TB = tidak terbagi B = terbagi Lebar jalur Lebar jalur sangat di tentukan oleh banyaknya jumlah dan lenbar lajur. Lebar jalur minimal adalah 4, 5 meter memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. Papasna dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan.

Agi Ferdiana 0900678 15

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Agi Ferdiana 0900678 16

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya

Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan. Mempunyai lebar yang cukup untuk melewati suatu kendaraan bermotor sesui kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan denagn fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam tabel. Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak boleh lebih dari 0,80. Untuk kelancaran darinase permukaan, lajur lalu litas pada alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal. Lebar lajur jalan ideal
FUNGSI KELAS I IIA, IIIA IIIA, IIIB IIIC LEBAR LAJUR IDEAL (M) 3,75 3,50 3,00 3,00

Arteri Kolektor Lokal

Menurut UU no. 38 tahun 2004 Bagian-Bagian Jalan : (1) Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. (2) Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. (3) Ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. (4) Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam peraturan pemerintah.

Agi Ferdiana 0900678 17

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya 4. Kesimpulan Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya sangat berguna dan bermanfaat dalam menetapkan pelayanan setiap bagian-bagian jalan raya dan lepadatan lalu lintas. Selain itu, klasifikasi dan spesifikasi jalan raya ini jika diterapkan atau dilaksanakan dengan baik dapat menentukan keamanan dan kenyamanan lalu lintas, yang tentunya harus di dukung oleh lalu lintas itu sendiri. Pemerintahan Republik Indonesia dalam mengatur semua tentang klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dan lalu lintas sudah cukup baik, hal ini dapat terlihat pada peraturan-peraturan dan undang-undang yang telah dibentuk. Namun dari beberapa kasus yang terjadi peraturan dan undangundang yang telah di bentuk tidak dapat selalu dilaksanakan, hal tersebut diakibatkan oleh etika pengguna jalan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan jalan raya di Indonesia.

Agi Ferdiana 0900678 18

Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya 5. Daftar Pustaka

Agus, S.(2002). Geometri Jalan Raya. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia UU No. 22 Tahun 2009 http://azwaruddin.blogspot.com/2009_07_01_archive.html Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Jalan Manual Kapasitas Jalan Indonesia Saodang Hamirhan Ir., MSCE.(2005). KONTRUKSI JALAN RAYA. Bandung. Nova.

Agi Ferdiana 0900678 19

You might also like

  • Pendahuluan Struktur
    Pendahuluan Struktur
    Document4 pages
    Pendahuluan Struktur
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Pendahuluan Struktur
    Pendahuluan Struktur
    Document4 pages
    Pendahuluan Struktur
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover AGAMA
    Cover AGAMA
    Document1 page
    Cover AGAMA
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover AGAMA
    Cover AGAMA
    Document1 page
    Cover AGAMA
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document3 pages
    Kata Pengantar
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Coverf
    Coverf
    Document1 page
    Coverf
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Daftar
    Daftar
    Document1 page
    Daftar
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Evaluasi Pai
    Evaluasi Pai
    Document2 pages
    Evaluasi Pai
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover AGAMA
    Cover AGAMA
    Document1 page
    Cover AGAMA
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document2 pages
    Kata Pengantar
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document14 pages
    Bab I
    Agi Ferdiana
    No ratings yet
  • Lappen Masjid
    Lappen Masjid
    Document6 pages
    Lappen Masjid
    Agi Ferdiana
    100% (1)
  • Lappen Masjid
    Lappen Masjid
    Document6 pages
    Lappen Masjid
    Agi Ferdiana
    100% (1)
  • Lappen Masjid
    Lappen Masjid
    Document6 pages
    Lappen Masjid
    Agi Ferdiana
    100% (1)
  • Lappen Masjid
    Lappen Masjid
    Document6 pages
    Lappen Masjid
    Agi Ferdiana
    100% (1)