You are on page 1of 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Sungai Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Dengan demikian dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut (Loebis et al., 1993, hlm: 3). Pada table di bawah ini merupakan baku mutu limbah air sungai melalui peraturan pemerintah PP 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di air sungai : Tabel 2.1.a No l. 1. 2. 3. 4. 5. 5. ll. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Parameter FISIKA Temperatur Warna Bau DHL Residu terlarut TSS KIMIA pH BOD COD DO NO3 NO2 Kadmium Krom (Vl) mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 7,80 0,57 3,21 7,21 0,8578 0,0165 <0,0001 <0,0001 6-9 2 10 >6 10 0,06 0,1 0,05 SNI 06-6989.11-2004 SNI -06-2503-1991 SNI-06-6989.2-2004 SNI-06-2425-1991 SNI-06-2480-1991 SNI-06-6989.9-2004 SNI-06-6989.15-2004 SNI-06-6989.17-2004 S/cm mg/L mg/L
0

Satuan C

A-1 28,2 jernih Tidak 139,7 2,5

BML*) Deviasi 3

Metode SNI-06-2413-1991 SNI-06-2413-1991 Standar Method SNI-06-2413-1991

1000 50

SNI -06-2413-1991

2.2

Adsorpsi

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya (Indra, 2008). Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben (Brady, 1999). Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorpsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu). Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : - Macam adsorben - Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate) - Luas permukaan adsorben - Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate) - Temperatur 2.3 Karbon Aktif/Arang Aktif/Norit

Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Jenis adsorben yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah karbon aktif/arang aktif/norit. Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai sebagai adsorben pada topeng gas arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari

silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih. Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahanbahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif. Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah. Proses adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang meninggalkan zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan kimia maupun fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat disebut adsorben arang aktif. Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat bersifat adsorpsi Fisik dan adsorpsi Kimia 2.4 Parameter-Parameter

2.4.1 Kekeruhan (Turbidity) Turbiditas atau kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat yang tersuspensi seperti lumpur, plangton, zat organik dan zat halus lainya. Turbiditas tidak memiliki hubungan langsung dengan zat padat tersuspensi, karena turbiditas tergantung dari ukuran dan bentuk butir partikel, sedangkan zat padat tersuspensi tergantung dengan zat yang tersuspensi tersebut. Ada beberapa metoda pengukuran turbiditas yatu : - Nefelometri - Hellige turbiditymetri (kekeruhan silika) - Metode visual/candle turbiditymetri (kekeruhan jackson) - Metode spektrofotometri Metode yang sering dipakai adalah metode nefelometri dengan satuan NTU (Nefelometric Turbidity Units). Prinsip analisa dengan metode nefelometri ini adalah pengukuran terhadap intensitas cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikel yang ada di dalam air. Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan semakin tinggi pula turbidity atau kekeruhannya. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh sampel dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh larutan standar dalam keadaan yang sama. Sebagai larutan standar untuk penentuan kekeruhan digunakan larutan suspensi polimer formazin. Maka satuannya juga sering disebut FTU (Formazin Turbidity Units). Untuk standar kekeruhan pada alat tubiditas di lapangan sebaiknya menggunakan standar turbiditas yang berbentuk padat, yaitu kaca buram yang sudah distandarisasikan dengan larutan standar turbiditas. Gangguan yang dapat terjadi dalam pengukuran turbiditas antara lain: - Warna sampel dapat memepengaruhi nilai kekeruhan, karena adanya penyerapan cahaya sehingga nilai turbiditasnya akan turun. - Alat gelas yang buram atau retak mempengaruhi hasil pengukuran.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah tingkat representatif sampel, terutama pada sampel yang banyak mengandung zat padat tersuspensi. 2.4.2 pH pH menunjukan derajat asam-basa suatu cairan, melalui konsentrasi (aktifitas) ion Hidrogen. Peranan ion hidrogen dalam air dapat mempengaruhi aktifitas manusia, binatang, nikroorganisme serta proses-proses lainya. Ion hidrogen sangat berperan dalam air, namun tidak begitu berperan dalam pelarut organik seperti alkohol dan lain-lain. Oleh karena itu, derajat asam basa hanya dapat diukur di dalam pelarut air. Asam dianggap sebagai suatu molekul yang memisahkan diri menjadi ion H+ dan sisa asam, misalnya HCl H + + Cl . Belakangan ini timbul anggapan baru tentang asam, sehubungan dengan adanya senyawa yang bila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion hidrogen (H+) yaitu: CO2 dan Al2(SO4)3. CO2 + 2H2O H3O+ HCO3pH dalam bentuk logaritma memiliki definisi sebagai berikut pH = - log [H+] Air murni memiliki kesetimbangan yang dinamis, antara H2O,H+ dan OH, H2O H+ + OH Kw = [H+] [OH-] [H2O] Kw = [H+] [OH-] Kw = 10-4 + Karena air memiliki konsentrasi ion H dan OH- yang sama maka H2O memiliki pH = 7. Kw = [H+] [OH-] 10-4 = 10-7.10-7 Ada dua metode pengukuran pH - Metode kolorimetri - Metode potensiometri Metode potensiometri adalah metode pengukuran pH yang didasarkan atas perbedaan tegangan pada kedua ujung potensial. Yang dimaksud dengan ujung potensial disini adalah elektroda (elektroda kerja dan elektroda pembanding). 2.4.3 Padatan Total Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg/L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi.

Fachrudin (111411040) Pada Praktikum ini melakukan pengolahan air limbah sungai dengan metoda adsorpsi dan menggunakan adsorben karbon aktif. Adsorben ini digunakan untuk menyerap partikelpartikel kecil yang terlarut dalam air limbah. Dimana akan terjadi ikatan fisika antara substansi dengan absorben atau karbon aktif. Kondisi awal limbah air sungai dengan kekeruhan 28,09 NTU, TDS awal 309 mg/L, pH awal 6,7,DHL awal 0,46 mS. Pengaruh Waktu Adsorpsi terhadap Kekeruhan Air Limbah Sungai Lamanya waktu pengolahan limbah air sungai oleh partikel adsorben dalam proses adsorpsi akan mempengaruhi kekeruhan dari effluent. Pengaruh lamanya waktu proses adsorpsi terhadap kekeruhan ditunjukkan pada gambar 4.1 Kurva Waktu terhadap Kekeruhan
7 6 Kekeruhan (NTU) 5 4 3 2 1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu (menit)

Kurva pengaruh waktu adsorpsi terhadap kekeruhan Seiring berjalannya waktu seharusnya kekeruhan air sungai akan mengalami penurunan terus menerus. Namun pada gambar hasil praktikum di atas bahwa penurunan kekeruhan tidak mengalami kestabilan. Hal ini di pengaruhi oleh kecepatan pengadukan, kecepatan pengadukan yang rendah menyebabkan kurang efektifnya tumbukan yang terjadi antar adsorben dengan adsorbat sehingga daya serap yang ada bernilai kecil. Untuk kondisi sebaliknya dengan kecepatan pengadukan yang terlalu cepat, maka kemungkinan yang terjadi struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal (Alimatun dalam Mulyatna, 2003). Penurunan kekeruhan pada dasarnya terjadi apabila penyerapan dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan debit yang keluar tidak terlalu besar, maka hasil dari adsorben akan terlihat lebih jernih dan nilai kekeruhan akan lebih kecil dibandingkan sampel awal sebelum diserap oleh adsorbat. Hal itu dikarenakan proses interaksi tarik-menarik antara adsorben dan

adsorbat akan semakin lama sehingga nilai kekeruhan pun akan semakin turun. Namun, pada waktu tertentu nilai kekeruhan akan mengalami peningkatan kembali dikarenakan karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben telah jenuh sehingga proses penyerapannya pun akan berkurang sehingga dapat diketahui seberapa besar penyerapan maksimum yang dapat dilakukan oleh karbon aktif.

Pengaruh Waktu Adsorpsi terhadap pH Air Limbah Sungai Kurva Waktu terhadap pH
7.4 7.3 7.2 7.1 pH 7 6.9 6.8 6.7 6.6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu (menit)

Kurva pengaruh waktu adsorpsi terhadap pH

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui bahwa effluent hasil proses adsorpsi air limbah sungai menggunakan karbon aktif mengalami kenaikan dan penurunan pH seiring dengan bertambahnya waktu adsorpsi. Menurut Bai & Abraham dalam Afrianita (2001), pH adsorbat mempengaruhi gaya elektrostatik ion untuk berhubungan dengan gugus fungsi pada adsorben (Bai & Abraham dalam Afrianita 2001). Pada pH rendah, anion akan muncul ke permukaan yang disebabkan banyaknya ion H+ yang muncul pada permukaan adsorben. Hal ini akan mengganggu penyerapan adsorbat. Maka dari itu terjadi ketidakstabilan pH seiring dengan bertambahnya waktu. Selain itu, semakin bertambahnya waktu adsorpsi maka semakin meningkat juga proses penyerapan senyawa - senyawa kimia yang terlarut dalam air limbah tersebut, sehingga ion-ion logam dalam air limbah juga akan terserap. Ion-ion logam tersebut melepas pasangan anion-anionnya sehingga effluent mengandung banyak anion yang menyebabkan pH effluent menjadi bertambah basa. mengalami kenaikan pH. Tetapi pada menit tertentu effluent

Pengaruh Waktu Adsorpsi terhadap TDS dan DHL Limbah Air Sungai Kurva Waktu terhadap DHL
0.485 0.48 0.475 DHL (mS) 0.47 0.465 0.46 0.455 0.45 0.445 0.44 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Axis Title

Kurva pengaruh waktu adsorpsi terhadap DHL Prinsip daya hantar listrik yaitu semakin lama waktu alir maka daya hantar listriknya akan semakin tinggi dikarenakan waktu alir yang lama dapat dipastikan menghasilkan adsorbat yang jernih (Udin, 2011). Tinggi rendahnya daya hantar listrik pada air dapat menunjukkan banyaknya jumlah logam yang terlarut dalam air. Semakin banyak garam-garan terlarut terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Asam, basa dan garam merupakan penghantar listrik yang baik sedangkan bahan organic merupakan penghantar listrik yang buruk. Dari penjelasan prinsip DHL di atas bahwa pada air hasil pengolahan ini seiring dengan lamanya waktu adsorpsi mengalami kenaikan konsentrasi ion-ion garam yang terlarutnya. Sehingga hal ini dapat menyebabkan adsorbat menjadi jernih, dimana sedikit mengandung bahan-bahan terlarut didalamnya sehingga pergerakan elektrolit atau ion-ion dalam larutan dapat bergerak dengan cepat sehingga menyebabkan daya hantar listriknya menjadi besar. Hal ini berbeda dengan larutan yang mengandung berbagai macam bahan-bahan terlarut didalamnya, pergerakan ion akan terganggu dan lebih lambat sehingga menyebabkan daya hantar listrik menjadi kecil. Maka semakin besar DHL maka semakin besar nilai daya hantar listriknya maka dapat disimpulkan kualitas air tersebut semakin baik. Untuk pengaruh DHL terhadap waktu, seharusnya grafik terus meningkat hingga pada satu waktu tertentu, nilai DHL kemudian menurun dimana nilai DHL tertinggi adalah kenaikan DHL optimum pada proses pengolahan menggunakan proses adsorpsi karbon aktif.

Sementara itu, pada hubungan antara pengaruh waktu adsorpsi terhadap TDS dapat terlihat dari gambar di bawah ini. Kurva Waktu terhadap TDS
325 320 TDS (mg/L) 315 310 305 300 295 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu (menit)

Kurva pengaruh waktu adsorpsi terhadap TDS Nilai TDS akan menurun dengan bertambahnya waktu. Penurunan nilai TDS menunjukkan bahwa ukuran kandungan dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang terdapat pada limbah air sungai pakaian mengecil. Nilai TDS itu sendiri menunjukan ukuran kandungan gabungan semua bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam cairan dalam: (sol koloid) molekul, terionisasi atau mikro-butiran bentuk ditangguhkan. Pada saat nilai TDS meningkat kembali menunjukkan bahwa ukuran kandungan bahan anorganik maupun bahan anorganik yang berasal dari limbah air sungai pakaian membesar. Hal ini dikarenakan karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben telah jenuh sehingga proses penyerapannya pun akan berkurang sehingga dapat diketahui seberapa besar penyerapan maksimum yang dapat dilakukan oleh karbon aktif. Namun pada hasil praktikum ini kandungan TDS fluktuatif dan cenderung meningkat. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada yang seharusnya meningkat. Seiring dengan kenaikan TDS akan menaikan DHL juga. Tapi sesuai dengan penjelasan DHL bahwa semakin tinggi DHL air hasil pengolahan semakin bagus. Jadi tingginya TDS ini tidak terlalu berpengaruh pada hasil pengolahan.

You might also like