Professional Documents
Culture Documents
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Semester I Matkul Pancasila Dosen Pembimbing : Jarot Wahyudi
Disusun Oleh :
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013
E-BOOK PANCASILA UIN SUNAN KALIJAGA 1
PENDAHULUAN
Penyusunan e-book ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam mempelajari materi-materi mata kuliah pancasila selama semester 1,dan juga sebagai sumber bacaan atau referensi. Di sini saya menulisakan 10 topik, yaitu : 1. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Hal. 2 ) 2. Civic Skills, Soft Skills, dan Ketrampilan Berwarganegara (Hal. 3) 3. Manajemen Waktu dan Meningkatkan Motivasi (Hal.4 ) 4. Kuliah Lapanagan Ke Monjali (Hal. 5 ) 5. Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 (Hal.7 ) 6. Pancasila dan Keberlanjutan NKRI (Hal. 8) 7. Filsafat Pancasila dan Identitas Nasional (Hal. 10 ) 8. Hak Azasi Manusia (Hal. 11 ) 9. Demokrasi (Hal. 12 ) 10. Digital Citizenship (Hal. 13 ) Pendidikan pancasila sangatlah penting untuk dapat membentuk karakter kebangsaan atau kepribadian manusia Indonesia yang kuat dan beradab. Oleh karena itu pendidikan Pancasila wajib diberikan mulai dari sekolah tingkat dasar sampai ke perguruan tinngi. Tetapi Pendidikan Pancasila harus dimaknai dengan benar bukan sekedar hanya menghafal dan memahami makna-makna dalam Pancasila tapi juga harus mampu dalam menjabarkan dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat sampai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam pergaulan internasional sekalipun. Dalam era globalisasi seperti sekarang dimana arus informasi mengalir tanpa henti dan batas-batas Negara seolah tiada,yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memudarkan dan menghancurkan semangat kebangsaan. Dalam menghadapi hal ini dibutuhkan suatu kekuatan yang dapat mencegah rapuhnya atau hancurnya wawasan warganegara dalam berbangsa dan bernegara. Kekuatan yang dimaksud disini bukanlah kekutan fisik tetapi ialah kekuatan non fisik yang dapat mempersatukan seluruh warga Negara Indonesia dalam satu jalan dan satu visi. Kekuatan itu ialah Pancasila. Bangsa Indonesia bukanlah suatu bangsa yang hanya terditi atas satu suku, satu bahasa, satu budaya,satu pemikiran, tetapi bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang terdiri dari beragam suku bangsa, beragan bahasa, beragam budaya, dan beragam kepercayaan, yang saling bersatu untuk membentuk suatu bangsa dan bersatu untuk mencapai satu tujuan bersama. Sabagaimana semboyan yang tertera pada Garuda Pancasila, Bhinneka tunggal ika yang berarti walau berbeda-beda tetap satu. Satu ideology, satu Negara, satu bangsa Indonesia.
E-BOOK PANCASILA UIN SUNAN KALIJAGA 1
Sedangkan di perguruan tinggi pendidikan pancasila bertujuan untuk membentuk mahasiswa sebagai warga Negara yang baik. Yang meliputi segala aspek baik dari aspek kognitif (wawasan kewarganegaraan) , psikomotor (keterampilan kewarganegaraan) ,afektif (sikap dan tanggung jawab). Sehingga akan mewujudkan warga Negara yang cerdas dan baik,memilki komitmen bela Negara,percaya diri sebagai bangsa, dan berpartisipasi dalam kehidupan social dan politik. Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting karena sehebat dan secerdas apapun sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa tanpa didasari dan dibekali pendidikan kewarganegaraan tentu tidak akan dapat berkontribusi secara maksimal dalam memajukan bangsa tersebut. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan nasional Republik Indonesia, pendidikan kewarganegaraan termasuk salah satu yang diwajibkan baik pada tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinngi.
II.
III.
IV.
tangan dan batu ruji, ini simbul perang fisik, atau perang gerilya. Jogya kembali terwujud berkat perjuangan fisik dan diplomatik. Gapura 1 9 4 9 ternyata ini tahun bhw di Jogya terjadi peristiwa Jogya kembali. Monumen punya pintu 4. ditulisi: orag asing boleh masuk. Dibalik logo terdapat nama pahlawan sebanyak 420 orang. Orang-orang nyangkul pun dianggap musuh. Waktu itu ada jenazah yang tidak ada identitasnya, inilah pahlawan yg tdk dikenal. Yang dikenal hanya sedikit, banyak pahlawan yg tdk dikenal. Mari Kita tingkatkan patriotisme dan nasionalisme.
Menjelang kekalahannya tentara pendudukan jepang berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia, dengan membentuk BPUPKI (badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia). Yang bertujuan mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia medeka atau mempersiapkan hal-hal penting mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakanlah sidang/rapat pada tanggal 29 mei- 1 juni 1945, untuk menyusun dasar negara indonesia merdeka. Acara sidang adalah mendengarkan pidato dari beberapa tokoh pergerakan namun belum ada yang memenuhi syarat untuk dijadikan dasar negara menuju Indonesia Merdeka. Hingga pada tanggal 1 juni 1945 bung karno menyampaikan pidatonya tentang dasar negara indonesia merdeka yang dinamakan pancasila. Berikut sedikit ringkasannya : Pidato 1 Juni 1945 oleh presiden RI pertama Ir. Sukarno memaparkan sebab-sebab dan apa filsafat (Weltanschauung) dari negara Indonesia. Pidato ini memaparkan bahwa Pancasila (panca = lima, sila = dasar/asas) merupakan Philosofische grondslag (dasar falsafah negara). Bung Karno memaparkan pada awal pidato bahwa Indonesia haruslah merdeka terlebih dahulu, sebelum memperbaiki detail-detail kemerdekaan. Dalam rapat Dokuritu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ada kehendak untuk mengurus segala detail mencapai kemerdekaan, sebelum akhirnya Indonesia benarbenar merdeka. Bung Karno memiliki pandangan yang berbeda, menurut beliau kemerdekaan merupakan jembatan emas yang diseberangnya akan dimerdekakan setiap individu dari bangsa Indonesia. Bung Karno mengatakan beberapa hal yang penting, bahwa sebuah kemerdekaan akan benar-benar tercapai apabila didalam diri setiap individu hatinya sudah merdeka. Sebuah bangsa berada pada lingkungan geo-politik tertentu (berasal dari ujung Sumatra hingga Irian), apabila hanya didasarkan pada kesamaan nasib dan kehendak bersatu, maka yang terjadi hanya persatuan didalam suku bangsa, seperti suku Minangkabau, suku Pasundan, dll. Berpijak pada gambaran diatas, maka sila pertama yang paling penting bagi Bung Karno adalah (1) Kebangsaan . Tetapi bukan kebangsaan yang chauvinisme (sangat mengagung-agungkan bangsanya sendiri dan merendahkan bangsa lain). Oleh karenanya gagasan Bung Karno yang kedua adalah (2)Internasionalisme (Peri Kemanusiaan). Bung Karno berpendapat tidak ada Internasionalisme yang tidak berakar pada nasionalisme. Pilar ketiga yang digagas adalah (3) Mufakat (Demokrasi) yakni sebuah keputusan bersama harus dibahas di badan perwakilan rakyat, karena disanalah tempat dimana tuntutan-tuntutan dikemukakan. Pilar keempat adalah (4) Kesejahteraan Sosial yang mengacu pada demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Pilar yang terakhir adalah (5) bertaqwa terhadap Tuhan YME.
Bung Karno kembali mengemukakan bahwa apabila Trisila tidak begitu pas dihati, maka dapat diperas kembali menjadi Ekasila, yakni : Gotong Royong. Didalam gotong royong tersebut ada interaksi antara suku bangsa dan kuatnya prinsip-prinsip kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan golongan yang keluar dari proses musyawarah mufakat.
Jika negara kebangsaan Indonesia terbentuk oleh kesamaan sejarah masa lalu, maka ke depan perlu dimantapkan oleh kesamaan cita-cita, pandangan, harapan, dan tujuan tentang masa depannya. Pudarnya ideologi Pancasila Dalam perspektif negara bangsa, empat function paradigm Parson yang harus terus dilaksanakan masyarakat Indonesia agar dapat hidup dan berkembang, kerangka sistemiknya termanifestasikan (terkristalisasi) dalam Pancasila yang merupakan Weltanschauung bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat dipandang sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku Political Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies (kebangkitan kembali suatu ideologi). Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat ini sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi dunia. Sosialisasi Pancasila di masa lalu, di mana yang mengikuti penataran memperoleh sertifikat dan menjadi persyaratan dalam promosi jabatan, telah menjadikan Pancasila hafalan, dan tidak mewujud secara substansial pada perikehidupan sehari-hari masyarakatnya. Membangkitkan kembali ideologi Pancasila Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh semua pihak. Dunia juga tampak belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan sebuah negara bangsa bernama Indonesia. Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk diterima kebenarannya melewati batas-batas negara bangsa kita sendiri. Tentu bentuk perjuangan ideologi pada waktu ini berbeda dengan zaman berbenturannya nasionalisme dengan imperialisme, sosialisme dengan kapitalisme, dan antara demokrasi dengan totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia . Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik kehidupan yang Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para pemimpin, para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran masyarakat luas.
E-BOOK PANCASILA UIN SUNAN KALIJAGA 9
Identitas Nasional Kata identitas berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri -ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi, Identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia Sejarah Kebudayaan: Akal budi Peradaban: Pengetahuan Budaya Unggul Suku Bangsa: keragaman/majemuk Agama: multiagama Bahasa
Demokrasi
DEmokrasi berasal dari kata Demos = people dan Kratos = rule. Rule by the people; One (monarchy) or Many (oligarchy).Tidak ada definisi pasti/ideal tentang demokrasi sesungguhnya. Para ahli hanya dapat memberikan batasan-batasan atau kriteria-kriteria mengenai demokrasi, misalnya Robert A. Dahl (1998) yang memberikan 6 kriteria: Pejabat-pejabat yang dipilih oleh rakyat Pemilu yang bebas, adil dan berkesinambungan Kebebasan berekspresi Akses informasi yang terbuka luas Kebebasan berasosiasi Kewarganegaraan yang inklusif
Pandangan Henry B. Mayo (Budiardjo, 2003): Penyelesaian perselisihan dengan damai dan melembaga Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai di tengah masyarakat yang terus berubah Pergantian pimpinan/pejabat secara teratur Membatasi penggunaan kekerasan Mengakui dan menganggap wajar keanekaragaman Menjamin tegaknya keadilan
Menurut Morlino (2004): Demokrasi yang baik paling tidak harus memenuhi 3 kualitas: 1. Kualitas hasil Pemerintahan yang memiliki legitimasi yang dapat memuaskan warga negaranya. 2. Kualitas isi/substansi Warga negara memiliki kebebasan dan kesetaraan 3. Kualitas prosedur Warga negara memiliki kebebasan untuk memeriksa dan mengevaluasi bagaimana pemerintahnya mencapai tujuan-tujuan kebebasan dan kesetaraan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Digital Citizenship
Konsep Digital Citizenship muncul seiring dengan semakin dahsyatnya perkembangan teknologi informasi dan internet. Saat ini, ratusan juta orang dari berbagai belahan dunia telah memanfaatkan kehadiran situs jejaring sosial sebagai ajang untuk saling berinteraksi antara satu individu dengan individu lainnya secara digital. Digital citizenship menunjuk pada kualitas perilaku individu dalam berinteraksi di dunia maya, dengan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab, sesuia dengan norma dan etika yang berlaku. Digital Citizenship berhubungan dengan kemampuan mengelola dan memonitor perilaku dalam menggunakan teknologi, yang didalamnya terkandung keamanan, etika, norma dan budaya. Bagaiman kita seharusnya memanfaatkan teknologi informasi secara aman, tidak menimbulkan kerugian dan membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Bagaimana seharusnya kita berkomunikasi di jejaring sosial dengan tetap menjaga etika, mengacu pada norma-norma yang berlaku di lingkungan internal, nasional maupun universal. Bagaimana seharusnya kita bertransaksi di dunia maya, terutama dalam mengunggah/mengunduh konten dan bertransaksi melalaui online shop. Melihat perkembangan penggunaan internet dan situs jejaring di indonesia yang demikian pesat, disatu sisi bisa dikatakan sebagai suatu kemajuan, setidaknya masyarakat sudah belajar untuk mengenal teknologi, tetapi di sisi lain menimbulkan keprihatinan tersendiri, khususnya bila dikaitkan dengan digital citizenship. Budiono darsono,pemimpin redaksi detik.com menyebutkan penggunaan situs jejaring sosial di indonesia mengalami tantangan bahwa masih banyak yang menggunakan untuk hal-hal yang kurang produktif. Situs jejaring ditengarai kerap digunakan sebagian orang atau kelompok tertentu untuk mencerca dan mencemarkan nama baik orang lain. Jika anda sempat mengikuti komentarkomentar yang ada di berbagai media online, khususnya yang terkoneksi ke situs jejaring sosial, anda bisa menemukan puluhan atau ratusan komentar yang menggambarkan betapa masih perlunya peningkatan pemahaman dan kesadaran akan Digital Citizenship. Untuk menjadi warga digital (digital citizen) yang sehat dan bermartabat tentu diperlukan edukasi tersendiri. Di sekolah, siswa perlu dibelajarkan dalam mengakses berbagai informasi melalui internet secara benar dan mampu berkomunikasi secara beradab dalam situs jejaring yang diikutinya. Digital citizenship must become part of our school culture, not just a class or lesson but the way we do business ineducation, demikian saran dari Mike S. Ribble dan Gerald D. Bailey. Tetapi dilain pihak kita juga tetap harus memberikan pendidikan digital citizenship untuk menjaga keselamatan siswa di internet.
E-BOOK PANCASILA UIN SUNAN KALIJAGA 13