You are on page 1of 0

Lebih Dalam Tentang Partai Terbuka

Oleh: Fadh Ahmad Arifan


1


Pendahuluan
Selasa sore (24/12/2013), ada sms masuk ke ponsel penulis. Isinya tentang Kompas TV
yang memberitakan Gubernur Jawa barat, Ahmad heryawan berencana hadir dalam misa
natal di sebuah gereja. Karena yang mengirim sms adalah aktivis muda tarbiyah yang
cukup militan, penulis menjawab singkat smsnya, PKS kan partai terbuka jadi
konsekuensinya harus inklusif. Jawaban penulis sepertinya belum menenangkan
kegundahan aktivis muda tersebut. Lantas dia sms lagi, kalau aku tidak mau ikut-ikutan
misa. Sekali lagi penulis jawab, Kalau yang memberitakan Kompas, harus disaring
dulu, jangan ditelan mentah-mentah. Cari pembandingnya di situs berita lainnya.
Dalam tulisan cukup panjang ini, penulis tidak bermaksud membahas rencana Ahmad
heryawan; jika berita itu benar. Yang ingin penulis bahas kali ini adalah partai terbuka ala
PKS yang mau tidak mau membuat elit-elitnya ketika berinteraksi dengan non tarbiyah
khususnya non muslim membutuhkan sikap terbuka atau inklusif. Perlu diketahui, jauh
sebelum peristiwa ini, PKS di Manado mengintruksikan kadernya untuk ikut bersama
elemen masyarakat lainnya membantu menjaga keamanan dan kelancaran perayaan Natal
2012. Pengamanan itu dilakukan untuk memberi jaminan keamanan dan kenyamanan serta
ketentraman bagi umat agama lain menjalankan ibadah sesuai kepercayaan mereka.
2
Tidak
hanya itu, PKS di Sulawesi dan Papua mempersilahkan non muslim seperti pendeta
menjadi caleg DPRD provinsi maupun di level kota/kabupaten.
3
Tak pelak kabar pendeta
jadi caleg 2014 ini pernah dipermasalahkan aktivis HTI di sebuah forum di facebook.
Hemat penulis, langkah PKS ini dimata orang non PKS seringkali menimbulkan salah
paham dan oleh media dibumbui dengan headline yang bombastis. Sehingga makin
buruklah citra partai itu. Maka dari itu tujuan dari tulisan ini ialah ingin menjelaskan
tentang definisi partai terbuka, kapankah PKS menjadi terbuka, bagaimana bentuk-bentuk
keterbukaan partai, sejauh mana keberadaan non Muslim dalam kepengurusan partai
hingga mengapa PKS menjadi partai terbuka.
Definisi partai terbuka
Definisi partai terbuka dalam kamus politik adalah partai yang berideologikan
kebangsaan (nasional). Pengurus dan anggotanya bersifat terbuka, lintas agama, suku, ras,
golongan dan daerah. Contohnya PAN, Demokrat, Golkar, PDIP dan PKB.
4
Di Indonesia

1
Penulis adalah alumni MAN 3 Malang dan saat ini Dosen di STAI al Yasini, Wonorejo, Kab. Pasuruan.
2
PKS bantu Amankan Perayaan Natal di Manado republika.co.id 24 desember 2012
3
Pendeta jadi Caleg PKS kompas.com 22 April 2013
4
Deni Kuniawan, Kamus Istilah politik dan Kenegaraan, (Bandung: Rama Widya, 2006), hal 149
punya sebutan lain seperti partai tengah dan partai Nasionalis religius. Menurut Roy C.
Macridis, partai terbuka adalah partai yang membolehkan setiap orang menjadi anggota
dan melaksanakan persyaratan yang sangat ringan atau tidak sama sekali bagi anggotanya.
Dalam cara bergerak atau berkampanye Partai terbuka menekankan aksi politik dan
menghormati pluralisme politik.
5
Akan tetapi berdasarkan pengalaman penulis ketika
mengerjakan tesis yang fokusnya kepada kajian partai terbuka ala PKS, pengertian partai
terbuka menurut pemahaman elit-elitnya adalah terbuka untuk semua kalangan tetapi
disatu sisi asas PKS tetap Islam. Pada saat yang sama PKS memberlakukan aturan-aturan
jenjang kaderisasi dan rekruitmen yang cukup selektif. Partai tidak sembarang merekrut
orang seperti artis yang sudah jadi pengetahuan umum dilakukan oleh PAN. Semua sesuai
prosedur kepartaian sepeti yang ditegaskan oleh salah satu kader inti, Febriana
Rismayanti:
Terbukanya kita bukan dalam hal nyerempet prinsip-prinsip islam. Tapi bersifat
muamalah. Kita berinteraksi dengan masyarakat, bertoleransi dengan siapa pun tapi
tidak tasahul (memudahkan). Kita punya ciri khas tersendiri, nggak gampang
merekrut sembarang orang, itu sesuai prosedur kepartaian.
6


Definisi seperti itu mirip seperti yang dijelaskan Anggota Dewan Syariah Pusat (DSP),
Ahzami Samiun Jazuli, pertama, yang dimaksud keterbukaan itu bukan berarti
keterbukaan yang dipahami masyarakat. Tidak ada filter. Kedua, makna terbuka adalah
dialog dengan siapa pun.
7

Penulis juga mendapati kader inti di level DPD seperti Syaiful Ali, ketika menjelaskan
maksud keterbukaan, Syaiful mengacu kepada konsepsi Islam yang rahmatal lilalamin
senada seperti yang dikatakan oleh Hilmi Aminuddin ketika diwawancarai wartawan
Republika. Hilmi menjelaskan seperti apa maksud keterbukaan itu
Bagi kami, menjadi partai terbuka atau partai tengah bukanlah taktik atau
strategi politik untuk menambah jumlah pemilih. Tetapi hal itu merupakan
implementasi atau pelaksanaan dari ajaran Islam yang mengharuskan kami
menjadi Ummatan Wasathan (Ummat Pertengahan). Islam mengajarkan pluralitas
atau keberagaman sebagai sebuah sunnatullah. Dan itu disebutkan di dalam Al-
Quran. Islam adalah agama terbuka. Misinya adalah Rahmatan lil alamin,
sehingga produk-produk kebajikan yang dihasilkan harus dinikmati oleh semua
kalangan, bukan hanya orang muslim saja. Eksklusivitas itu tidak mencerminkan
ajaran Islam. Kami ingin membangun kebersamaan dalam keberagaman kita.
8

Anis Matta punya pemahaman kurang lebih sama dengan Hilmi, bahwa keterbukaan
adalah karakter dasar dari Islam yang kami yakini dan karenanya menjadi bagian dari

5
Roy C. Macridis, Sejarah Fungsi, dan Tipologi Partai Politik, dalam Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori
Mutakhir Partai Politik, edisi kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012), hal 34-35.
6
Febriana Rismayanti, wawancara (Malang 29 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai
Partai Terbuka: Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN Maliki,
2013)
7
Majalah Sabili, Perbedaan Memang Ada, Tapi Persatuan Harus edisi 21 Februari 2008.
8
Koran Republika edisi Selasa, 22 Juni 2010
manhaj perjuangan. Islam yang kami pahami adalah agama yang moderat dan terbuka.
Dan sebagai partai yang menjadikan Islam sebagai ideologinya harus juga memiliki dua
karakter itu; moderasi dan keterbukaan. Itu juga yang menurut beliau sudah tertuang
dalam anggaran dasar partai sejak awal berdirinya tahun 1998.
9
.
Sebenarnya ide partai terbuka di tataran elit pusat PKS memunculkan 3 pandangan
berbeda, diantaranya kubu yang mendukung (pro), kubu yang netral dan kubu yang
menolak (kontra).
10
Pandangan yang mendukung beralasan; dengan label Partai Terbuka
PKS akan memiliki pasar yang lebih luas. Kubu yang Netral berpandangan bahwa sejak
dahulu PKS bersikap terbuka. Namun seterbuka-terbukanya, PKS tetap saja Partai Kader,
sehingga tidak ada urgensinya disampaikan secara bombastis di publik. Makna terbuka
tetap dalam kerangka sebagai Partai Dakwah. Adapun kubu yang menolak gagasan
terbuka; Wacana tersebut bukan keputusan Majelis Syura, Wacana Partai Terbuka akan
mendistrosi identitas PKS sebagai Partai Islam dan Makna Partai Terbuka tidak jelas.
11

Jika mengacu pada kategorisasi di atas, Penulis menggolongkan para elit PKS di
Malang ke dalam kubu yang mendukung gagasan partai terbuka akan tetapi mereka semua
di satu sisi memiliki pandangan yang netral. Mereka masih menganggap walau sudah
terbuka tetapi PKS masih partai kader dan tetap menjadikan agama Islam sebagai titik
tolak ketika berpartai. Makanya PKS tidak mau meninggalkan istilah partai dakwah
12

Menjadikan Islam sebagai titik tolak berpartai realitanya tidak seindah yang dikatakan.
Banyak elit PKS tiba-tiba gaya hidupnya berubah sesudah jadi anggota DPR atau menteri,
atau jabatan-jabatan lainnya. Misalnya Anis Matta yang memiliki jam rolex, Toyota
Harrier dan rumah tingkat tiga di bilangan Utan kayu.
13
Kata ust Mashadi, Anis Matta
didepan kader-kadernya yang militan, dia bicara nilai-nilai Islam yang sifatnya ideal.
Tapi justru dalam bermuamalah jauh dari prinsip dan nilai Islam.
14
Jika memakai Islam
sebagai titik tolak berpartai bukankah seorang kader harus bersikap sederhana.
Perubahan PKS menjadi Partai Terbuka
Sejak kapan PKS berubah menjadi partai terbuka? beberapa elit PKS yang penulis
wawancara baik secara formal maupun informal memberikan dua perspektif jawaban,
terbuka secara de facto dan secara de jure. Penulis menemukan kenyataan bahwa jawaban

9
Kata pengantar Anis matta Tantangan PKS dalam buku Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Antara
Suara dan Syariah, (Jakarta: KPG, 2012), hal xxiii-xxiv.
10
Lihat disertasi Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik,(Depok: Universitas Indonesia, 2011)
hal. 314-315.
11
Ibid.
12
Kita adalah partai dakwah, masih punya militansi dan punya pra-syarat-pra syarat ketika kader jadi caleg
dan ketika dia misalnya dipilih partai jadi wakil di pilkada, jadi keterbukaan itu sesuai dengan karakter
partai. Kita masih punya ciri khas sebagai partai dakwah, sehingga setiap aktivitas politik kita ada muatan
dakwah, punya misi kebaikan. Kita masih tetap partai kader, kita mengkader anggota kita. Artinya sebagai
partai kader kita tarbiyah mereka. Dengan tarbiyah diharapkan ada produksi kader yang telah terseleksi
dengan baik. Mudah-mudahan itu yang membedakan. Lihat Febriana Rismayanti, wawancara (Malang 29
Agustus 2012)
13
Tabloid The Politic edisi khusus Menyorot Kehidupan Para Politisi Tajir edisi 21 th 2012, hal 22-23.
14
Sesepuh PKS: Inilah Gaya Hidup Munafik Elit PKS Ittoday.co.id, diakses pada 28 Februari 2012
mereka tidak ada yang sama, padahal ini kebijakan yang sudah digulirkan secara nasional.
Para elit PKS memahami terbuka secara de facto dilihat dari prakteknya dilapangan,
menurut mereka sedari awal ketika masih berbentuk Partai Keadilan (PK), partai ini
perilakunya sudah menampakkan sikap inklusif. Sayangnya, mereka yang meyakini
keterbukaan itu sejak PK berdiri cuma memberi contoh konkrit perilaku politik PK yang
mencerminkan sikap terbuka seperti keberadaan anggota non Muslim seperti yang
diuraikan bapak Choirul Amri ketika penulis berdialog dengan beliau di kediamannya.
Berbeda dengan Choirul Amri, Syaiful Ali berpendapat keberadaan non Muslim baru ada
sejak tahun 2004.
15

Implementasi keterbukaan partai yang dilakukan PK sebetulnya ada 4 macam: pertama,
keberadaan pengurus non Muslim. Sewaktu masih bernama PK, partai ini pernah merekrut
orang-orang non muslim sebagai anggotanya. Hal ini terlihat dari di sahkannya DPD
Partai Keadilan Piniai pada tanggal 5 Juni 2002, yang mayoritas pengurusnya beragama
Kristen.
16
Kedua, mau berkoalisi dengan PAN di parlemen dan membentuk Fraksi
Reformasi. Ketiga, dalam isu memperjuangkan kembalinya Piagam Jakarta ke dalam
UUD 1945. Hampir semua partai Islam seperti PPP, PBB memperjuangkan ide itu kecuali
Partai Keadilan. Sikap ini sempat menyulut kontroversi dikalangan umat Islam. Bagi
mereka adalah aneh sebuah partai Islam yang awalnya dikenal sebagai kelompok gerakan
dakwah tetapi kebijakan politiknya tidak mendukung dimunculkannya kembali Piagam
Jakarta. Sebaliknya PK memunculkan alternatif yaitu dengan mengusulkan Piagam
Madinah.
17
Keempat, dalam dokumen PK, misalnya pada visi misinya, ternyata tidak
menyebutkan keinginan mendirikan negara Islam. Akan tetapi mewujudkan masyarakat
madani.
18

Sedangkan PKS terbuka secara de jure, para elit PKS memahaminya sebagai deklarasi
resmi kepada publik, padahal de jure itu lebih merupakan landasan legal formalnya atau
aturan resmi yang dikeluarkan lembaga tertinggi partai. Landasan legal bisa berupa
perombakan AD/ART atau edaran dokumen semacam bayan (penjelasan) kepada seluruh
kader PKS. Penulis dalam hal ini mendapati dua pandangan berbeda, elit yang pernah ikut
Mukernas di Bali berpendapat secara de jure PKS terbuka sejak 2008, adapun beberapa
elit lain yang pernah ikut Munas II di Jakarta mengaku secara de jure PKS baru resmi
terbuka tahun 2010. Dalam pandangan Syaiful Ali, Mukernas Bali itu sebatas simbol
bahwa kita mau berinteraksi dengan semua elemen, deklarasinya di Munas II di ritz
Carlton.

15
Pendapat beliau senada dengan Sitaresmi S Soekanto dan Greg Fealy.
16
Lihat. Cahyadi Takariawan, Bukan Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, (Jakarta:
Syaamil, 2003), hal 124-126
17
Lihat Ali Said Damamanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di
Indonesia (Jakarta: Teraju, 2002), hal 246-248; Arif Giyanto dan Budi gunawan, Bertaruh citra dakwah:
Membedah Kritis Friksi Muhammadyah-PKS, (Solo: Era intermedia, 2007), hal 126-127; Lili Romly, Islam
Yes Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partai-partai Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2006), hal 241-242.
18
DPP Partai Keadilan, Sekilas Partai Keadilan, (Jakarta: DPP Partai Keadilan, 1998), hal 49
Mukernas bali itu sebenernya begini, itu semacam peneguhan kita bahwa manfaat
keberadaan kita (PKS) itu ingin tidak hanya kaum muslim yang merasakan. Dan
Bali itu citranya kota masyarakat hindu ya. Kita di bali itu ingin menunjukkan
bahwa kita tidak ada masalah dalam berdampingan dengan orang hindu. Deklarasi
partai terbuka belum ada di situ, melainkan di Munas Jakarta. Di Bali baru simbol,
simbol bahwa kita mau berinteraksi dengan semua elemen. Bahwa kemudian di
Bali mulai ada pengurus, mungkin sudah ada tapi saya nggak punya data.
19

Pendapat bahwa PKS terbuka sudah pada 2008 saat Mukernas di Bali diutarakan Hilmi
Aminuddin ketika Munas di Jakarta.
Sebetulnya, sejak 2008, saat Mukernas di Bali sudah kita deklarasikan. Sebelum
itu komunikasi sudah kita jalankan. Bahkan dengan komunitas China sudah sejak
PK lahir, khususnya melalui organisasinya (INTI). Mereka sudah bekerjasama dan
membantu PKS.
Namun klaim Hilmi tersebut terdapat kejanggalan karena dalam Mukernas di Bali itu
juga, kubu harakah (idealis) berhasil menghadang niat untuk menjadikan PKS sebagai
partai terbuka bagi anggota dan caleg non-Muslim karena dianggap sudah keluar dari
khittah PKS sebagai partai dakwah.
20
Bahkan DPP PKS mengeluarkan Bayan
(penjelasan) tanggal 8 Februari 2008 yang ditandatangani oleh Surahman Hidayat (Ketua
Dewan Syariah), Tifatul sembiring dan Suharna (Ketua Majelis Pertimbangan Partai). Isi
bayan menyatakan: Istilah Terbuka Tidak Pernah menajdi keputusan partai, baik oleh
sidang-sidang Majelis Syuro, Dewan Pimpinan Tertinggi Partai (DPTP) maupun dalam
qhitob qiyadi (Arahan Pimpinan). Bagi Yusuf supendi, pernyataan Hilmi itu adalah
manipulasi fakta dan tindakan ilegal karena mengingkari subtansi bayan tersebut.
21

Sampai sekarang penulis belum menemukan dokumen atau melihat isi pasal dalam
AD/ART PKS yang mengatakan bahwa PKS adalah partai sifatnya terbuka sebagaimana
AD/ART milik PAN, Demokrat, Gerindra, PKB, PDS bahkan Nasdem. Memang dalam
AD/ART PKS tahun 2005 di pasal 8 tertulis: Setiap warga negara Indonesia dapat
menjadi anggota partai sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia yang berlaku.
22
Tapi apakah pasal dalam AD/ART tersebut bisa dijadikan legal
formal untuk mengakomodasi non Muslim? sedangkan di satu sisi PKS dalam kaderisasi
menerapkan janji setia pada waktu pengangkatan anggota yang dimulai dengan membaca
basmalah dan syahadatain. Penulis pikir belum, karena jenjang keanggotaan khusus bagi
non Muslim dalam AD/ART tahun 2005 belum ada. Maka dari itu menurut Syaiful ali dan
Helmi Yuwana, pasca Munas II PKS melakukan perombakan AD/ART.
Untuk mewadahi warga non-muslim yang ingin menjadi anggota, PKS telah
menambahkan dua jenjang keanggotaan di bawah enam jenjang yang selama ini sudah

19
Syaiful Ali, wawancara (Malang 3 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai Partai
Terbuka: Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN
Maliki, 2013)
20
Lihat Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS... Op, Cit. hal 229
21
Yusuf supendi, Replik gugatan: Yusuf supendi menggugat elit PKS, (Jakarta: Mushaf, 2012), hal 49
22
AD/ART PKS tahun 2005 yang disahkan Musyawarah Majelis Syura III pada 26 November 2005.
ada, yaitu Anggota Terdaftar dan Anggota Aktif.
23
Walaupun formulasi dalam AD/ART
yang terkait dengan penambahan jenjang tersebut masih belum jelas implementasinya, tapi
dari penjelasan Syaiful Ali sudah tergambar bahwa formulasi janji setia pada partai untuk
kedua jenjang tersebut tidak berisi syahadat, melainkan berupa komitmen atau kontrak
politik.
24
Pendapat beliau sekaligus membenarkan kabar yang sudah beredar di media
bahwa non Muslim masuk PKS tidak harus melakukan baiat sebagaimana kader PKS yang
muslim. Cukup ikrar kesetiaan untuk menjalankan seluruh visi dan misi PKS.
25

Perombakan AD/ART yang ditandai dengan penambahan dua jenjang keanggotaan ini
sepertinya belum tersosialisasi dengan baik kepada kader di bawah. Buktinya dari hasil
percakapan dengan elit PKS di Malang, penulis menemukan dua hal: pertama, kader PKS
yang pernah ikut Munas II di Jakarta seperti ibu Febriana Rismayanti yang tidak
mengetahui akan perombakan AD/ART PKS. Kedua, kader yang tidak ikut ke Munas II di
Jakarta tidak tahu soal ini.
26
Seperti bapak Choirul Amri dan Ahmadi, ketidaktahuan
beliau berdua lebih disebabkan berpatokan pada hasil Mukernas di Bali. Ditambah lagi
beliau berdua bukan anggota Majelis syuro jadi wajar jika belum tahu ada perombakan
AD/ART. Meski demikian, bapak Ahmadi mengatakan bahwa misi keterbukaan PKS
termaktub dalam konsep Masyarakat Madani yang dibahas dalam Platform PKS.
Proses PKS bertransformasi menjadi partai Terbuka belum selesai, bisa dilihat pada
pemilu 2009. Ketika itu PKS meningkatkan dosis pencitraan sebagai partai terbuka dengan
mengusung jargon PKS partai kita semua guna menarik simpati pemilih. PKS
memberikan perhatian lebih pada pengoptimalan media massa dengan iklan-iklan
politiknya yang cukup kontroversial.
27
Gencarnya iklan politik PKS merupakan bentuk
propaganda efektif dalam membangun citra politik partai Islam ini. Sejumlah iklan yang
dibuat ingin merubah citra PKS dari partai eksklusif (tertutup) menjadi partai inklusif
(terbuka).
28
Sayangnya hal itu justru menimbulkan kebingungan di sebagian masyarakat.
Kebingungan masyarakat boleh jadi dikarenakan dua hal: pertama, belum jelasnya
maksud inklusif yang diusung PKS, kedua, Masyarakat belum punya ukuran atau
indikator bahwa PKS betul-betul sudah terbuka untuk semua kalangan.

23
Menurut penjelasan Kader PKS di Bandung, Ustadz Deni Nursani, Sebenarnya pada 12 Mei 2011 lalu di
hadapan Notaris Ny. Trie Sulistiowarni, SH di Jakarta telah ditandatangani revisi AD/ART PKS. Dengan
salinan akta no 15.Di dalam AD/ART Pasal 11 tersebut akan menemukan pasal terkait jenis keanggotaan.
Yaitu Anggota terdaftar dan Anggota aktif. Sumber: Forum al-Islam, facebook, tgl 8 April 2013
24
Non muslim tidak wajib taklim tetapi mereka ikut Training orientasi partai. Dikasih materi-materi yang
akan menunjang mereka ketika terjun ke politik seperti legal drafting, wawasan peta politik lokal, sistem
ketatanegaraan dan manejemen organisasi. Tentang janji setia itu teknisnya lain. Bisa berupa komitmen
atau kontrak politik. Lihat Syaiful ali, wawancara (Malang 3 Agustus 2012)
25
PKS Takkan Baiat Warga Non Muslim yang jadi Pengurus, detik.com 18 Juni 2010; Arfi Bambani Amri,
Luthfi: Masuk PKS Tak perlu Baca Syahadat, vivanews diakses pada 18 Juni 2010
26
Dalam percakapan informal dengan Kader Inti PKS bapak Djoko Purnomo (14/6/2012), dirinya belum
mengetahui adanya perombakan AD/ART pasca PKS menjadi partai terbuka. Menurut beliau jika ada
perombakan biasanya ada sosialisasi dari DPD.
27
Misalnya: Iklan Suharto sebagai pahlawan dan guru bangsa.
28
Hery Purwosusanto, Komunikasi Pemasaran Politik Partai Islam: Studi Kritis Strategi PKS Dalam Pemilu
Legislatif, (Jakarta: Zaman, 2010), hal ii
Implementasi dari Partai Terbuka
Lantas bagaimana bentuk-bentuk keterbukaan PKS. Seperti apa implementasinya di
lapangan. Dari keterangan elit-elit PKS di Malang, bentuk-bentuk keterbukaan PKS bisa
dilihat dari dari program-program yang dijalankan oleh kader, sudah diakomodasinya
semua kalangan termasuk non Muslim, caleg PKS bukan hanya dari tarbiyah, mengakui
Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung nilai-nilai Islam dan kesediaan PKS
berkoalisi dengan kekuatan politik manapun.
Program-program yang dijalankan oleh kader yang dimaksud adalah program-program
para Menteri PKS seperti Menteri sosial Salim al-Jufri dan Menkominfo Tifatul
Sembiring. Sayangnya program tersebut kurang tersosialisasikan dengan baik, disebabkan
minimnya pemeberitaan media tentang program dan hasil kinerja menteri tersebut. Justru
yang diekspos oleh media adalah berbagai statement dan polah tingkah elit PKS yang
mengundang kontroversi sehingga malah berdampak negatif bagi PKS. Seperti Tifatul
yang pernah memberikan analogi antara Ariel dengan Luna seperti mirip-mirip Nabi Isa,
Yesus. Kemudian Jabat tangan dengan Michelle Obama, tetapi Tifatul akhirnya menuai
banyak kritik karena menyalahkan Michelle Obama.
Mengakomodasi non Muslim sebagai anggota formal sebetulnya sudah dilaksanakan
sejak partai ini berbentuk PK. Sayangnya PKS sendiri belum punya data lengkap
menegenai berapa jumlah pasti anggota dan aleg non Muslim yang sudah bergabung
dengan PKS. Dari data yang berhasil penulis himpun, di Papua misalnya, di beberapa
kabupaten yang benar-benar hampir 100% Kristen, PKS memiliki total 10 aleg, dengan
rincian: Kab. Yahukimo - 1 aleg PKS; Kab. Pegunungan Bintang - 1 aleg PKS; Kab.
Yalimo - 2 aleg PKS; Kab. Lanny Jaya - 2 aleg PKS. Kab. Nduga -1 aleg PKS. Kab.
Jayawijaya - 1 aleg PKS; Kab. Pania - 1 aleg PKS dan Kab. Intan Jaya - 2 aleg PKS.
29

Selain mengakomodasi non Muslim, PKS mengusung caleg dari non Tarbiyah.
Misalnya Misbakhun, Adang Darajatun dan Tamsil Linrung. Perekrutan non Tarbiyah
sebagai caleg dalam perjalanannya membawa citra negatif pada PKS. Seperti yang diakui
Febriana Rismayanti, menurut beliau PKS belajar dari pengalaman dari yang bukan
didikan tarbiyah (non-kader). Ternyata setelah jadi anggota dewan, dia membawa
masalah, tidak sesuai dengan visi-misi yang diemban PKS.
30
Persoalan perekrutan orang
luar menjadi pejabat di tubuh PKS punya problem lain dari sisi kepatutan. Jamak diketahui
PKS memberlakukan adanya mahar politik bagi non kader dengan dalih (political cost)
agar bisa maju menjadi caleg, calon kepala daerah hingga dukungan untuk pilpres. Bisa
dibilang ini salah satu efek atau dampak dari perubahan PKS menjadi partai terbuka, tak
hanya keanggotaan yang terbuka melainkan dari sisi kebutuhan fundraising partai.
Selain merekrut caleg non tarbiyah, PKS sebetulnya sudah lama merekrut kalangan
profesonal untuk direkrut ke dalam Dewan pakar dan Majelis budaya PKS. Tercatat nama-

29
Sitaresmi S. Soekanto, Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di Indonesia 1999-2009 dan
Adelet Ve Kalkinma (AKP) Di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan (Depok: PPs Universitas Indonesia,
2012), hal 118
30
Apakah yang dimaksud oleh ibu Febriana adalah Misbakhun? Wallahuallam
nama populer seperti Iman Sugema (ekonom), Ipang Wahid (konsultan media), Astri Ivo
(artis), Helvy Tiana Rosa (Novelis) hingga Pepeng (presenter).
31
PKS juga berani
merekrut kalangan profesional diusulkan menjadi Menteri. Seperti Anton Apriantono dan
Adhyaksa Dault. kedua sosok menteri itu tidak ada hubungan formal langsung dengan
partai. Anton hanya dosen IPB yang sederhana dan tekun, khas simpatisan PKS.
Sementara Adhyaksa sudah lama dikenal dekat dengan SBY sebelum bersimpati kepada
PKS.
32

Adapun mau berkoalisi dengan kekuatan politik lain dari sejak awal ketika partai ini
masih bernama Partai Keadilan bersedia berkoalisi dengan PAN dalam fraksi Reformasi.
Kemudian ketika pasca pilpres 2004 pun PKS bersedia bergabung dalam koalisi
pemerintahan SBY.
33
Dan sejak kekalahan PKS di pilkada jakarta pada 2007, partai ini
mencoba memperlebar jaringan dan koalisi tidak hanya dengan partai-partai Islam, tetapi
juga partai-partai nasional seperti yang terjadi di pilkada Jogjakarta.
34
Namun apakah yang
menjadi parameter PKS bersedia berkoalisi dengan pemerintahan SBY dan partai-partai
lain dalam pilkada ini atas dasar alasan jabatan, persatuan umat ataukah karena memilih
mana yang mudaratnya paling kecil? tentu hanya elit-elit di Majelis Syuro yang tahu.
Hanya saja perlu diketahui bahwa PKS memiiki rambu-rambu yang telah ditetapkan
Dewan Syariah Pusat (DSP), Berkoalisi bisa dengan sesama Muslim dan adakalanya
dengan berbeda agama. Bentuk koalisi dengan Muslim disebut koalisi ideologis,
sedangkan kebolehan koalisi dengan non Muslim ukurannya adalah kemashlahatan
umat.
35

Setelah mengetahui bentuk-bentuk wujud keterbukaan PKS, penulis ingin mengulas
lebih dalam tentang sejauh mana non Muslim berkiprah dalam kepengurusan partai dan
bagaimana pula hak-hak pembinaan yang akan mereka dapatkan sebagai anggota. Dari
penjelasan para elit PKS baik di liqo maupun yang dikutip media, diketahui bahwa non
Muslim bisa menjadi pengurus DPC atau DPD dan bisa menjadi anggota legislatis di
daerah minoritas. Mereka hanya diikat dengan kontrak politik dan tak wajib taklim.
Menurut pandangan penulis, tak wajib taklim lebih disebabkan belum adanya kurikulum
khusus buat mereka. Sebagaimana kurikulum bagi kader yang Muslim seperti manhaj
Tarbiyah. Bisa dibilang, ini salah satu kelemahan PKS dalam memberikan hak pembinaan
dan pendidikan politik bagi non Muslim. Non Muslim tak cukup diberikan training
orientasi partai (TOP), melainkan juga pembinaan moral. Supaya mereka punya integritas
dan komitmen kuat ketika berkiprah di dunia politik yang kini serba pragmatis. Penulis
juga melihat, PKS hanya menyediakan dua jenjang keanggotaan: anggota terdaftar dan

31
Sapto Waluyo, Kebangkitan politik Dakwah, (Bandung: Syamil, 2005), hal 161-162
32
Ibid. hal 328
33
Kesediaan PKS berkoalisi dengan SBY ditungakan dalam Nota Kesepahaman Untuk Sebuah Kebersamaan
dalam Melaksanakan Perubahan Menuju Indonesia Madani. Lihat Sapto Waluyo, Ibid, hal 372-373.
34
Syafiq Hasyim, Meramu Dakwah dan Politik: Studi kasus pada PKS dalam Darwis Khudori (ed),
Maraknya Gerakan politik Berbasis Agama, (Jogjakarta: Universitas Sanata Dharma, 2009), hal 227
35
Lihat Dewan Syariah Pusat PKS, Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Pusat PKS, (Bandung: Harakatuna
Publisihing, 2006), hal 188.
anggota aktif. Ada kesan kuat, posisi non Muslim bagai warga kelas dua di tubuh PKS.
Berarti posisi mereka hanyalah alat Jamaah (PKS), bukan penentu kebijakan dalam arti
yang strategis.
Jika di daerah minoritas mereka bisa mendapat hak dan kesempatan seperti itu, lantas
apakah non Muslim bisa mendapat kesempatan menapaki karir politik di daerah mayoritas
Islam? dari jawaban para elit PKS, rasanya sulit bagi non Muslim untuk menjadi pengurus
dan caleg di mayoritas Muslim karena harus melewati jenjang kaderisasi dan ikut taklim.
Untuk DPC saja minimal dia harus kader madya. Bapak Ahmadi juga menegaskan bahwa
PKS pasti mendahulukan kader ketimbang non Muslim.
Jika ada 2 kandidat, satu Muslim dan satunya non Muslim. Saya kira non Muslim
takkan mengalahkan kualitas kader muslim. Karena tadi di subtansi, PKS itu adalah
parpol dan partai dakwah. Termaktub disana, perintah Allah beramar maruf nahi
munkar. Itu yang mendasari bergeraknya kader dalam beramal. Itu yang secara
subtansi jelas membedakan kualitas. Implementasi keterbukaan tergantung
kondisinya dilapangan, kalau di daerah yang mayoritas islam, caleg hampir pasti
berasal dari kader.
36

Keterangan Ahmadi kurang lebih sama dengan penjelasan bapak Djoko purnomo,
kepada penulis beliau mengatakan Non Muslim maksimal hanya bisa menjadi Ketua DPD
dan Caleg di daerah minoritas musim akan tetapi di daerah mayoritas Islam mereka
mustahil memperoleh kesempatan tersebut.
37
Dari sini bisa disimpulkan bahwa
keterbukaan PKS dalam konteks mengakomodasi non Muslim sebagai caleg dan pengurus
hanya diberlakukan di daerah minoritas. Sedangkan di daerah mayoritas Islam anggota
non Muslim sukar memperoleh akses.
38
Otomatis juga non Muslim mustahil menjadi
bagian dari Majelis Syuro; walau mekanisme untuk menjadi anggota Majelis Syuro harus
terpilih melalui pemilihan raya PKS dan harus menjadi anggota PKS minimal lima tahun.
Inilah sejatinya yang membedakan PKS dengan partai terbuka lainnya seperti PKB dan
PAN. Di PKB seorang pengusaha Tionghoa bisa menjadi bendahara partai, sedangkan di
PAN, seorang nashrani keturunan batak pun bisa menjadi Ketua DPP PAN dan tokoh
tionghoa seperti Alvin lie pernah juga menjadi anggota DPR 2004-2009.
Mengapa PKS menjadi partai terbuka?
Sekarang beralih kepada pertanyaan mengapa PKS menjadi partai terbuka? dari
pemahaman para elit PKS di Malang, ada 2 alasan mengapa PKS bertranformasi menjadi
partai terbuka, Yaitu alasan teologis dan alasan sosial politik. Pertama, alasan teologis

36
Ahmadi, wawancara (Malang 15 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai Partai Terbuka:
Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN Maliki, 2013)
37
Percakapan informal dengan Kader Inti PKS bapak Djoko Purnomo 14/6/2012 di Gasek, Malang
38
Anggota non muslim tetap bisa masuk PKS, tapi untuk terlibat dalam pembinaan yang khusus dalam hal
ini liqa syarat mutlaknya harus Muslim. Keikutsertaan dalam pembinaan khusus tadi juga menjadi pra-
syarat untuk mencapai posisi-posisi strategis di PKS. Mereka hanya akan berhenti pada sekedar menjadi
anggota dewan untuk daerah-daerah minoritas muslim, atau menjadi pengurus partai pada daerah
minoritas tadi.
yakni ajaran Islam yang rahmatal lilalamin yang menghargai atau menaungi pluralitas.
Dalam rahmatal lilalamin yang ingin PKS tonjolkan adalah nilai-nilai universal islam;
seperti keadilan, kesejahteraaan dan kejujuran. Ini merupakan nilai-nilai Islam yang
semua orang mengakui itu dan bisa menerimanya. Kedua, alasan sosial politik seperti
realita Indonesia yang majemuk, kepentingan target 3 besar di pemilu 2014, desakan UU
Pemilu yang tidak membolehkan keanggotaan partai untuk kalangan tertentu sehingga
PKS ingin melegalformalkan keanggotaan kalangan non-Muslim dan PKS berupaya
melepaskan diri dari bayang-bayang kesan ekslusif. Terakhir karena terinspirasi
keberhasilan AKP Turki.
Menaungi pluralitas sudah diwujudkan oleh PKS dengan menaungi seluruh elemen
masyarakat, baik agama dan ras, suku dan kekuatan politik. Elemen masyarakat dirangkul
PKS dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bergabung dengan partai baik
menjadi kader, anggota dan relawan. Sedangkan menaungi kekuatan politik diwujudkan
PKS dngan kesediaan berkoalisi untuk membangun negara secara bersama-sama. Hanya
saja menaungi pluralitas atau kemajemukan di internal partai, PKS masih gagap.
Contohnya ketika PKS dikritisi kadernya sendiri. Ini bukanlah mencari kesalahan qiyadah,
tetapi merupakan bentuk koreksi terhadap partai. Sayangnya, kultur partai justru tidak
menghendaki suara-suara kritis atau berbeda yang muncul dari kader tertentu. Elit partai
yang disorot malah balik menuduh itu fitnah atau haus kekuasaan. Dalam konteks wacana
partai terbuka inilah penulis menemukan dinamika internal partai dimana kader-kader
yang idealis dan mengkritisi keputusan terbuka itu bukannya diakomodasi pendapatnya
melainkan dimarginalkan dan dicurigai sebagai agen intelijen.
Perlakuan seperti itu menimpa kader senior seperti Yusuf supendi, Mashadi, Daud
Rasyid dan Ihsan Tanjung. Yusuf supendi mengkritisi penyimpangan elit PKS mulai dari
soal poligami ilegal, pemberhentian paksa Hidayat Nurwahid sebagai presiden PKS,
hingga penggelapan dana partai. Akhirnya beliau didepak dari tubuh partai dengan alasan
yang tidak jelas. Sedangkan para assatidz seperti Ustadz Mashadi dan kawan-kawan juga
mengalami hal yang sama di marginalkan. Bermula dari keberanian beliau-beliau itu
menasehati Hilmi aminuddin pasca Mukernas di Bali yang sempat menimbulkan gejolak
internal. Para kader tersebut menyampaikan beberapa pokok permasalahan dalam Jamaah
seperti: Masalah kesalahan dalam penerapan manhaj tarbiyah, Ketidak-konsistenan ketika
ditanya dalam beberapa isu; misalnya ketika plin-plan dalam kebijakan soal isu terbuka
pasca Mukernas Bali, Pelanggaran-pelanggaran atau pencederaan terhadap Syuro dan
merosotnya kepercayaan masyarakat kepada PKS.
39
Masalah ini jika ditinjau dari fungsi
parpol sebagai sarana pengatur konflik,
40
sangat tidak baik bagi masa depan partai. Kader
yang dimarginalkan akan membuat sebagain kekuatan dan mesin partai berkurang. Ini
terbukti dari menurunnya perolehan suara PKS di basis-basis yang dulunya menjadi

39
http://tarbiyahbukanpks.wordpress.com/2011/04/19/surat-untuk-ustadz-hilmi-aminuddin/
40
Miriam budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008)
lumbung suara seperti di Jakarta, Bandung, Bekasi dan Medan.
41
Penulis menduga pola
pemahaman politik yang kental dengan nuansa tsiqoh dan samina watokna kepada
pimpinan itulah yang membuat kader yang kritis tidak mendapat tempat yang layak.
Alasan kedua yang membuat PKS memutuskan menjadi partai terbuka adalah karena
desakan UU Pemilu. Penulis memandang karena aturan sistem kepartaian ini, mau tidak
mau partai harus berkompromi dengan aturan yang ada agar bisa lolos verifikasi. Dalam
pasal 8 ayat 2, point b, partai politik baru dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi
persyaratan salah satunya harus memiliki kepengurusan di seluruh provinsi.
42
Untuk
mengantisipasi aturan tersebut PKS mengakomodasi keanggotaan non Muslim khususnya
di Indonesia bagian Timur. Jika tidak membuka diri kepada non Muslim tentu PKS akan
kesulitan seperti PPP yang keanggotaanya masih sebatas untuk Muslim. Partai ini
kabarnya mengalami kesulitan verifikasi pemilu 2014 seperti pemenuhan syarat kartu
tanda anggota (KTA) parpol sebanyak 1/1.000 dari jumlah penduduk atau 1.000 KTA di
Papua dan NTT.
43
Alasan ini semakin membenarkan fenomena pos Islamisme. Ciri-ciri
umum pos-Islamisme di mana-mana memang sama: kompromi dengan kenyataan politik,
pragmatisme dalam menjalankan program pemerintah, dan sikap toleran terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda.
44

Alasan berikutnya karena target meraih posisi 3 besar dalam pemilu 2014. Hanya dua
elit PKS yang membenarkan alasan ini. Sedangkan elit PKS yang lain menampik
keterbukaan adalah strategi politik untuk posisi 3 besar. Bagi penulis sikap PKS ini
bukanlah hal aneh mengingat PKS adalah sebuah partai politik yang mana definisi partai
politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk-bentuk dan
karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis
tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam
pemilihan.
45
Jadi tujuan utama partai politik apapun haluannya baik partai sekuler maupun
partai agama adalah kekuasaan!. Sehingga, strategi apapun yang dilakukan partai-partai
politik adalah dalam rangka meraih simpati masyarakat.
Hemat penulis, langkah PKS menjadi partai terbuka tidak lepas sama sekali dari
orientasi kekuasaan yakni posisi 3 besar Pemilu di pemilu mendatang. Saat Ini PKS
melakukan beberapa langkah untuk mewujudakan ambisi 3 besar tersebut. Pertama, PKS
akan memperbaiki kerja dan kinerja para pejabat publik yang berasal dari PKS. Kedua,

41
Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS. hal 48; Lihat juga Warjio, Pragmatisme Partai Dakwah dalam
pemilu, 2009, Jurnal Politeia Vol 2 No 2 Juli 2010, hal 100-101
42
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal 7;
Diunduh dari www.depdagri.go.id
43
Donny Andika, PPP Khawatir Tidak Penuhi Syarat di 3 Provinsi mediaindonesia.com Kamis, 13
September 2012
44
Tentang Pos-Islamisme, Lihat Asef bayat, Pos-Islamisme, (Yogyakarta: LkiS, 2011)
45
Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, edisi kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012).
Hal xv
Memaksimalkan kinerja kader dan struktur di daerah. Ketiga, bekerjasama dengan tim dan
insan media yang membantu kami memberitakan hal-hal yang positif terkait partai.
46

Melepaskan diri dari bayang-bayang kesan ekslusif juga menjadi alasan mengapa partai
ini menjadi partai terbuka. PKS dalam perjalanannya tak sepi dari citra atau atribusi
negatif, termasuk kesan Fundamentalis yang kerap diidentikkan dengan Ikhwanul
Muslimin dan Wahabi dalam bentuk anti maulid dan tahlil yang sangat tidak
menguntungkan PKS, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
pendek, PKS akan kesulitan menambah suara, apalagi untuk menjadi partai terbesar di
Indonesia, karena pada dasarnya masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk
dan multikultural. Dalam jangka panjang, citra semacam itu bisa menimbulkan
ketegangan-ketegangan sosial serta politik antara PKS dan kelompok-kelompok
masyarakat yang lain.
47
Namun terkadang untuk menghilangkan kesan ekslusif atau kesan
fundamentalis yang kerap diidentikkan dengan Ikhwanul Muslimin tersebut PKS
menghalalkan segala cara. Misalnya Menjelang pemilu 2009, PKS berani menayangkan
iklan kontroversial dengan menyatakan mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan dan
guru bangsa. Menurut politisi PKS Agus Purnomo, lewat iklan itu PKS ingin
berkomunikasi bahwa tidak betul PKS itu ekslusif. Akan tetapi di satu sisi, seorang
petinggi partai ini menngatakan iklan tersebut sejak awal diniatkan sebagai bagian dari
proyek berdamai dengan militer agar tidak selalu diianggap sebagai ancaman keamanan
nasional karena kerap di identikkan dengan Ikhwan.
48

Menghilangkan kesan ekslusif sangat mudah, tinggal kader-kader di bawah membaur
dengan masyarakat. Aktif di kegiatan PKK atau arisan seperti yang dijalankan salah satu
kader inti, Febriana rismayanti. Kader PKS berlatar belakang NU hendaknya didorong
untuk aktif ke dalam kegiatan jamaah tahlilan, diba, majelis maulid, ziaroh wali dan
yasinan. Sudah saatnya juga elit partai mendorong kader Inti mereka agar tak cenderung
menikah dengan sesama kader saja. Menikah dengan non kader juga merupakan bentuk
sikap inklusif, dan berguna pula bagi ekspansi dakwah.
Dan alasan terakhir adalah terinspirasi keberhasilan Partai Keadilan dan Pembangunan
Turki atau Adelet ve Kalkinma Partisi (AKP) Turki. Alasan ini dikemukakan oleh bapak
Ahmadi. Menurut sepengetahuan beliau, AKP itu pendukungnya masyarakat yang plural
termasuk non muslim, kenapa AKP dapat menuai banyak dukungan? karena mereka
memperjuangkan aspirasi dan hak-hak mereka. Itulah yang sedikit banyak menginspirasi
PKS. Namun beliau tidak menjelaskan dengan lengkap apa faktor AKP Turki bisa menuai
banyak dukungan. Keterbukaan Ideologinya, strategi kampanye, regenerasi kepemimpinan
di AKP ataukah kelengkapan organisasi partai yang dimiliki AKP.

46
http://www.berita99.com/berita/1469/ini-modal-pks-untuk-raih-3-besar-pemilu-2014
47
Muhammad Qodari, Mencari Wajah Baru PKS Jawapos 2 Februari 2008.
48
Majalah Tempo, Iklan Pahlawan Partai Dakwah, edisi 23 November 2008. Hal 32.
Pada Februari 2012, AKP berkunjung ke markas PKS. Kehadiran pengurus AKP ke
PKS merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya sejumlah pengurus PKS sudah
melakukan kunjungan ke kantor pusat AKP, baik di Ankara maupun Istanbul. Bahkan
PKS sempat mengirimkan tim observer dalam Pemilu Turki beberapa waktu lalu. Salah
satu kegiatannya adalah mempelajari manajemen kampanye AKP. Selain dengan AKP,
PKS juga menjalin hubungan dan komunikasi dengan Partai Komunis Cina (PKC), Partai
Buruh Australia, Partai Buruh dan Partai Konservatif di Inggris dan sejumlah partai
lainnya di Eropa, Asia, dan Afrika.
49

Dalam disertasinya Sitaresmi S. Sukanto, AKP sebagai pemenang pemilu sejak 2001 di
Turki memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh PKS. Kelebihan itu diantaranya:
pertama, jumlah anggota mencapai 5 juta. Besarnya julmlah keanggotaan tersebut
dikarenakan AKP memberikan peluang yang sangat luas bagi setiap warga negara Turki
untuk bergabung dengannya baik sebagai relawan, anggota maupun pengurus. Di setiap
stand atau gerai baik di musim kampanye maupun tidak AKP selalu membuka pendaftaran
bagi mereka yang ingin menjadi anggota dan relawan AKP serta data-data diri mereka ke
dalam database anggota dan relawan yang setiap saat akan mendapatkan informasi
peristiwa, kegiatan dan temu tokoh AKP.
50

Kedua, Struktur organisasi AKP yang memiliki struktur sayap organisasi berupa
women branch dan youth branch, membuat peran perempuan dan pemuda menjadi luar
biasa besar karena diberikan independensi dan keleluasaan berkiprah. AKP juga memiliki
Pusat Informasi AKP serta lembaga-lembaga yang membantu para penyandang cacat dan
para lansia yang menjadi wadah pembinaan para anggota.
51
Ketiga, dari segi rekrutmen
anggota, AKP memang jauh lebih terbuka dibandingkan dengan Saadet Partisi. Anggota-
anggota Saadet Partisi bersikap seolah-olah paling memahami ajaran Islam. Sementara di
AKP walaupun bukan anggota AKP, ia bisa kapan saja ikut dalam berbagai aktivitas yang
diselenggarakan AKP, sesuatu yang tidak bisa dilakukannya di Saadet Partisi karena
sistem rekrutmen keanggotaannya yang ketat dan kaku
52
Keempat, proses regenerasi
kepemimpinan yang berjalan dengan baik di AKP. Figur Erdogan yang sedemikian kuat
daya tariknya baik bagi para konstituen AKP maupun rakyat Turki ternyata tidak
menghalangi proses penyiapan pemimpin. Proses kaderisasi kepemimpinan di AKP
berlangsung dengan sangat baik karena generasi muda di AKP pada umumnya memiliki
keberanian dan kepercayaan diri untuk menjadi pemimpin.
53


49
PKS Pelajari Kemenangan ala Partai Keadilan dan Pembangunan Turki Republika.co.id diakses pada
24 Februari 2012
50
Sitaresmi S. Soekanto, Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di Indonesia 1999-2009 dan
Adelet Ve Kalkinma (AKP) Di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan, (Depok: Universitas Indonesia, 2012),
hal 196.
51
Ibid. hal 197-198
52
Ibid. hal 198.
53
Ibid. hal 209
Mungkinkah PKS bisa meniru langkah AKP Turki? Menurut Pengamat Politik
Burhanuddin muhtadi, PKS sulit meniru AKP karena faktor sosial poltik. AKP
mengalami kesuksesan setelah mereka mengurangi warna Islamisme. Saat menjadi
pememang Pemilu, AKP lebih banyak mengeksplorasi dua isu yakni ekonomi serta
integrasi warga Turki dengan Uni Eropa. Isu ini cukup populis, karena setidaknya dengan
membawa Turki ke Uni Eropa memiliki hak untuk mengintervensi jika militer melakukan
kudeta terhadap AKP. Masih menurut Burhanuddin muhtadi, dua isu itu agak sulit
diwujudkan oleh PKS, karena PKS hingga saat ini belum berkuasa. Dari sisi manapun,
PKS belum berhasil menjual citra seperti soal ekonomi. Masyarakat melihat PKS teralu
berkutat pada isu agama. Kalau kita membuat spektrum idoelogi partai, seperti dalam
survei LSI September 2009 dan Februari 2010, sebagaian besar menilai PKS paling
Islami, sementara PDIP pancasilais. Artinya, secara umum publik belum melihat, sodoran
alternatif dalam soal ekonomi oleh PKS. Padahal masalah ekonomi menjadi deferensiasi
AKP dengan partai lainnya.
54

Penutup
Menutup tulisan ini, kajian mengenai Partai terbuka jangan terbatas kepada PKS saja,
idealnya harus membandingkan dengan Partai Islam lainnya di luar negeri yang telah
membuka diri. Misalnya PAS Malaysia, Partai Keadilan dan Pembebasan (FJP) di Mesir
termasuk pula Partai el-Nahda di Tunisia. Pertama, boleh jadi motif dan implementasi
keterbukaan Partai Islam di negara-negara tersebut berbeda antara satu sama lain. Kedua,
bagaimana juga tingkat keberhasilan dari Partai terbuka mereka ketika dijadikan
amunisi politik di masa kampanye.
Kembali ke PKS, pada tahun 2013 PKS dinahkodai oleh Anis Matta; sosok yang
penulis yakini sebagai pencetus ide Partai Terbuka. Di masa kepemimpinannya, Anis yang
kabarnya berlatar belakang Muhammadiyah memperlihatkan sikap inklusif dan moderat
terhadap tradisi warga NU. Misalnya, sebelum pilgub Jawa tengah pernah berziaroh dan
tahlilan ke makam Sunan Kalijogo.
55
Tak hanya itu, Anis matta juga menyempatkan diri
berziaroh ke makam KH. Hasyim Asyari ditemani oleh Gus sholah.
Yang terbaru adalah ketika Anis Matta mau berjabat tangan dengan presenter wanita di
acara Primetime News Metro TV. Soal berjabat tangan di kalangan PKS, pernah menjadi
bahan perbincangan media baik di dalam negeri maupun luar negeri. Berawal dari
peristiwa Tifatul Sembiring berjabat tangan dengan Istri Barrack Obama. Selain pada diri
Anis Matta, penulis mendapati di beberapa kepengurusan PKS di daerah yang
menunjukkan sikap inklusif dan menjaga pluralitas bangsa. Misalnya sikap inklusif yang
ditunjukkan oleh DPW PKS Jawa tengah ketika Taufik Kiemas meninggal dunia, mereka
pun menggelar dzikir dan Tahlilan.
56


54
Burhanuddin Muhtadi: PKS Sulit Tiru AKP Turki Waspada.co.id diakses pada 23 Juni 2010
55
Presiden PKS Tahlilan di Makam Sunan Kalijaga Tempo.co 3 April 2013 diakses pada pk 21.50 wib
56
PKS Jateng Gelar Tahlilan Untuk Taufiq Kiemas pksjateng.or.id diakses pada 9 Juni 2013
Bagi penulis, fenomena PKS di era Anis Matta ini hendaknya dijadikan bahan kajian
tersendiri mengenai inklusifitas PKS jelang pemilu 2014. Mengapa sikap-sikap seperti itu
juga bertepatan dengan malapetaka kasus kuota impor daging yang menimpa mantan
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, sehingga citranya sebagai partai dakwah ternodai.
Luthfi didakwa kasus korupsi dan pencucian uang. Selain Luthfi dan Fathonah, kasus
kuota impor daging juga menyeret nama-nama politisi gaek seperti Hatta radjasa dan
Setya novanto. Nama dua politisi tersebut muncul dalam BAP Petinggi PT Indoguna
Utama, Juard Effendi. Petinggi PT Indoguna Utama itu divonis hukuman 2 tahun 3 bulan
penjara dengan denda Rp150 juta subsider tiga bulan penjara. Vonis ini lebih rendah dari
tuntutan jaksa.
57

Dampak kasus ini membuat struktur DPP PKS pusat mengalami perombakan terutama
untuk posisi Presiden PKS dan Sekjen PKS. Akhirnya Anis matta pun ditunjuk
menggantikan Luthfi sebagai presiden PKS yang baru, sedangkan posisi sekjennya dijabat
oleh Taufik Ridho. Wakil Sekjen PKS dipegang oleh Fahri Hamzah. Sedangkan Juru
bicara PKS adalah Mardani ali. Meski jadi bulan-bulanan media dalam kasus kuota impor
daging, ajaibnya PKS makin solid bahkan berhasil memenangkan Pilgub Jawa Barat
dengan satu putaran.
58
Tidak hanya itu saja, PKS juga memenangkan Pilgub Sumatera
utara dengan satu putaran. Perlu diketahui, PKS ini dengan kekuatan mesin politiknya,
mampu mengantarkan orang Jawa untuk memimpin daerah; dimana masyarakatnya
mayoritas suku Batak. Baru-baru ini PKS telah mengantarkan Ridwan Kamil-Oded Danial
sebagai pemenang dalam pilwali kota Bandung tahun 2013 dan Pasangan Hendri Anis-
Mawardi yang meraih suara 42,5 persen di Pilkada Padang Panjang.
59
Wallahuallam
bishowwab





57
Net 17 news pk 17.08 wib tgl 1/7/2013; Kompas Petang pk 17.15 wib tgl 1/7/2013; Kabar Malam TV One
Penyuap Luthfi Divonis 2,3 tahun Penjara tgl 1/7/2013.
58
Lihat Fadh Ahmad Arifan, Tiga Dampak Jika Ahmad Heryawan Menang Pilgub Jabar, (Kompasiana.com)
59
KPU Kota Bandung Tetapkan Kemenangan Ridwan Kamil-Oded danial merdeka.com tgl 28 Juni 2013;
Tandri Eka Putra Hendri Anis-Mawardi Samah Unggul Padang-today.com tgl 4/7/2013

You might also like