You are on page 1of 11

1

PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Ganda Sigalingging1, Heru Santosa 2, Fauzi 3 Dosen di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan 2 Ketua Departemen Biostatistik & Kependudukan FKM-USU, Jl. Sivitas Akademika, Medan 3 Staf Pengajar S2 IKM FKM-USU, Jl. Sivitas Akademika, Medan
1

ABSTRACT With the increasing number of elderly population, the government has formulated various health service policies to improve their health status and quality of life that they can live a happy old age and their existence is still effective for their family and community. When providing health service to the elderly, it is important to know the social-cultural background of the community where they live in because the social-cultural background of the community will have influence on their behavior when they are looking for the suitable service to maintain their health. The purpose of this survey study with cross-sectional design was to analyze the social-cultural and socioeconomic influence of the elderly family on the use of the elderly posyandu in Puskesmas Darussalam Medan. The populations of this study were the families having the elderly of 60 or older than 60 years old. The total number of the elderly found was 1489 and 137 of them were selected through systematic random sampling technique to be the sample for this study. The data for this study were obtained through questionnaire distribution, interviews, ad documentation study. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests. The result of multiple logistic regression test showed that the variable which had the most significant influence on the use of the elderly posyandu in the working area of Puskesmas Darussalam Medan was habit with or OR= 4,385 The management of Puskesmas Darussalam Medan as the basic service facility directly facing the community is suggested to facilitate and support the activities done by the elderly posyandu and to create a model for the elderly posyandu service which is adjusted in accordance with the need of the elderly and where they live. Keywords: Use, Service, Posyandu, Elderly PENDAHULUAN Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya. Lanjut usia (lansia) adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari kejadiannya (Depkes RI, 2005) . Biasanya bila suatu negara makin maju, akan terjadi pergeseran struktur penduduk. Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa ( 1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1.2 milyar. Negara maju populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak abad ke XX. Tidak heran bila masyarakat dinegara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangan. Namun saat ini dinegara berkembangpun mulai menghadapi masalah yang sama. (Nugroho, 2008)

Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Sekalipun tidak tersedia data khusus, berdasarkan data kemiskinan yang ada di Indonesia, diduga banyak penduduk lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagai gambaran, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk lansia miskin hingga Maret 2007 sebanyak 37, 17 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar yaitu 63,52 persen, penduduk miskin berada di perdesaan. Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan sebagai landasan menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan dan UU No 13/1998 tentang Kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang dimasudkan adalah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan: penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia, upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik, pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal. Upaya kesehatan melalui puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Menurut. Departemen Kesehatan, Departemen dalam Negeri serta Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang diselenggarakan oleh

masyarakat untuk masyarakat secara rutin tiap bulanya ( Dep.Kes RI, 2001) Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat posyandu lansia, pelayanan kesehatan di tingkat dasar puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut rumah sakit. (Depkes RI, 2005) Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Adapun kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat. (www.depkes.go.id, 28 Juni 2008.) Pelaksanaan pembinaan posyandu di puskesmas perlu dilakukan dengan manajemen yang baik. Keberhasilan pemantauan program harus dimulai dari kegiatan masukan, proses dan keluaran dengan aspek teknis dan manajerial termasuk penyediaan sarana, prasaran dan informasi yang digunakan untuk perencanaan lebih lanjut, (Dep. Kes. RI, 2005). Program dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia, dapat diterima dan sesuai budaya masyarakat yang menerima pelayanan. (Adam, 1999) . Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi kesehatan fisik, biologis, mental, sosial budaya, sosial ekonomi. Mengingat lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan keberadaanya. Querindo (1959) dalam memberikan pembinaan dan pelayanan kesehatan, perlu mengetahui latar belakang sosial dan emosional pasien merupakan yang faktor menentukan bagi proses penyembuhan penyakit di pelayanan kesehatan. Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah

dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Keyakinan budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri secara kultural dengan penyebab penyakit yang rasional, aturan dalam mengekpresikan gejala, norma, interaksi, strategi mencari pertolongan dan menentukan hasil yang di inginkan (Harwood, 1998) Kuatnya tradisi keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. (Geersten,1975). Pola-pola tingkah laku yang sudah terlembagakan dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia. Menurut penelitian Connie (1984) status sosial keluarga lansia dan sosial budaya masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dan berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas kesehatan yang memadai untuk kesehatan lansia. Seirama dengan meningkatnya jumlah dan angka kesakitan lansia diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan dan perawatanya, baik yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti PUSAKA (Pusat Santun dalam Keluarga), Posyandu Lansia, Panti Sosial Tresna Werdha, Sasa Tresna Werdha maupun yang dilaksanakan disarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (Primer), sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut (tertier), (Notoatmojo, 2007) Keberadaan Posyandu lansia beserta kader sebagai penggeraknya telah memberikan dampak positif terhadap pembangunan

khususnya di bidang kesehatan. Adapun tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Meningkatnya pelayanan kesehatan maupun kesejahteraaan sosial di masyarakat diharapkan terciptanya lansia mandiri dalam proses penuaan. Proses penuaan hendaknya diiringi dengan kemampuan dan kesadaran lansia dalam menampilkan peranan untuk terlibat secara aktif dalam pemanfaatan posyandu. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan posyandu lansia Suryati (2003) menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia sangat rendah. Kunjungan oleh lansia sakit sebanyak 17,9% dan lansia tidak sakit 2,1%. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda. Posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Hasil survey pendahuluan di lapangan yang dilakukan pada bulan Nopember 2010 bahwa jumlah posyandu lansia di Puskesmas Darusalam Medan ada 4 (empat) Posyandu yaitu kelurahan Sei Sikambing 2 (dua) posyandu dan kelurahan Sei Putih Barat 2(dua) posyandu. Adapun jumlah populasi lansia digolongkan atas 3 golongan yaitu Pralansia umur 45-59 tahun sebanyak 1676 orang , Madya umur 60-69 sebanyak 1339 orang dan lansia risiko tinggi diatas 70 tahun sebanyak 150 orang . Berdasarkan data diatas bila dilihat dari jumlah populasi lansia sebanyak 3165 orang tetapi yang datang ke posyandu lansia hanya berkisar 230 orang dengan distribusi kelompok berdasarkan umur. Umur 45-59 tahun sebanyak 24 orang, umur 60 69 tahun sebanyak 122 0rang, umur diatas 70 tahun sebanyak 84 orang (Puskesmas Darusalam Medan,2011 ). Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan 70 % .

TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sosial budaya keluarga lansia (pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan) dan sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan) terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan tahun 2011 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Puskesmas Darusalam Medan hasil penelitian ini memberikan sumbangan pikiran dalam pembinaan lansia melalui pemberdayaan posyandu lansia 2. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan, dalam menetapkan kebijakan dan strategi intervensi tentang pemanfaatan posyandu lansia. 3. Bagi petugas kesehatan dan kelompok lansia yang ada di wilayah kerja puskesmas penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai posyandu lansia, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia secara mandiri . 4. Bagi peneliti hasil penelitian ini merupakan khasanah ilmu yang dapat menambah bahan informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang penelitian khususnya tentang pemanfaatan posyandu lansia. KERANGKA KONSEP PENELITIAN Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Pengaruh Sosial Budaya yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Berdasarkan hasil uji statistik maka sosial budaya yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia yaitu kebiasaan dan kepercayaan, sehingga dapat disimpulkan dari keseluruhan variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Darussalam Medan adalah 2 (dua) variabel. Dari 2 variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah kebiasaan/tradisi a. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,608>0,05. Hal ini memberi arti bahwa tidak selalu keluarga yang mengetahui tentang posyandu lansia mau memanfaatkan posyandu lansia. Ada faktor lain yang menyebabkan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia misalnya faktor budaya masyarakat menganggap bahwa pelayanan di posyandu lansia tidak menguntungkan untuk kesehatannya atau tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan lansia. Perilaku keluarga lansia dan keluarga tidak memberikan pemahaman untuk bertindak atau ada pengalaman yang dilihat, didengar tentang kegiatan posyandu tidak memuaskan. Hal ini selaras dengan pendapat Notoatmojo (2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang sesuai setelah seseorang melakukan panca inderanya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar seseorang maka semakin tinggi pengetahuanya. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008) menyebutkan bahwa unsur-unsur budaya adalah pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang tentang pandangan terhadap sakit dan penyakit

demikian juga tentang cara pemeliharaan kesehatanya. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoadmojo (1993) dalam Iqbal (2009) dalam mempelajari perilaku sakit dan penyakit perilaku mencari pengobatan (health seeking behavior), misalnya pengobatan sendiri, dukun, dokter, puskesmas. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan/ pengalaman seseorang sedangkan tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang untuk selalu berobat ke pelayanan kesehatan. Pada situasi tertentu, orang lebih percaya kepada pengobatan alternatif. Rosenstock (1974) seseorang tidak mencari pertolongan bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relepan dengan kesehatan, bila mereka memandang tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis dan melihat adanya beberapa kesulitan dalam melakukan perilaku kesehatan yang disarankan. Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga mengetahui tentang posyandu lansia dan kebutuhan lansia, mereka mengharapkan petugas kesehatan memberikan waktu untuk memberikan pengajaran kepada keluarga lansia bagaimana cara merawat dan menangani lansia. Sehingga lansia yang membutuhkan pertolongan dalam keperluan sehari-hari dapat diberikan anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan lansia. Keluarga juga mengatakan tidak mempunyai waktu untuk mengantar lansia ke Posyandu. Jika dilihat dari sisi manfaat pelayanan keluarga lansia mengatakan pengobatan herbal dan terapi Nuga,Ceragem yang lebih cocok untuk kesembuhan lansia disamping lansia dapat mengikuti kegiatan terapi sesuai kondisi kesehatannya.

b.

Pengaruh Kebiasaan/Tradisi terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel kebiasaan (p=<0,05) mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia untuk menjelaskan model tersebut dengan Exp(B) atau OR= 4,385 pada confidence interval 1,9879,677 (confidence level 95%). Nilai confidence interval tersebut bersifat positif artinya dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa kebiasaan atau tradisi keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Geersten,(1998) mengatakan kuatnya tradisi keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pola-pola tingkah laku yang sudah terlembagakan dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia. Kebudayaan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Normanorma itu mengenai kebiasaan- kebiasaan hidup, adat istiadat dan tradisi- tradisi hidup yang dipakai turun-temurun. (Soekanto,2005) artinya kebiasaan berperilaku hidup sehat sudah merupakan tradisi yang melekat pada sekelompok orang yang berlaku secara turun temurun.

Kebiasaan sosial budaya masyarakat di dunia timur sampai sekarang masih menempatkan orang-orang usia lanjut pada tempat terhormat dan penghargaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan lansia dan kedudukan lansia dalam keluarga perlu di perhatikan dan dihargai sehingga lansia yang berada dalam keluarga tetap merasakan kebahagiaan bersama dengan keluarga. Berbeda dengan pendapat Brojklehurst dan Allen ( 1987) lansia sering dianggap lamban, baik dalam berfikir maupun dalam bertindak. Anggapan ini bertentangan dengan pendapatpendapat zaman sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap penting dan meyakinkan. Contohnya dalam bidang pendidikan lansia masih tetap butuh melanjutkan pendidikanya, sehingga dapat meningkatkan inteligensi dan memperluas wawasanya. Hal ini merupakan suatu dukungan bagi lansia dalam menghadapi masalah yang terjadi. Latar belakang budaya mempengaruhi hubungan antara kelompok sosial dengan orientasi medis (Suchman, 1965). Artinya bilamana pelayanan itu menurut kebiasaan keluarga bermanfaat untuk kesehatan anggota keluarga maka pelayanan tersebut akan dimanfaatkan dengan optimal karena itu akan berpengaruh kepada kebahagiaan lansia. Selaras dengan itu Adam (1990) dalam Anderson (2007) mengatakan program dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia, dapat diterima dan sesuai dengan budaya masyarakat yang menerima pelayanan. Kompetensi budaya menuntut para praktisi dan sistem pelayanan untuk memahami persepsi klien keluarga dan masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan mereka. Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga lansia berpendapat anak berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan tradisi orang timur bahwa hormat kepada orang tua adalah kunci kesehatan lansia baik secara fisik terutama secara mental dengan tindakan nyata dari anggota keluarga bukan harus dibawa ke posyandu lansia. Disamping penyakit lansia adalah penyakit karena faktor usia sehingga dalam pemilihan pengobatan harus lebih hatihati. Menurut mereka bahwa terapi yang paling

sesuai dengan lansia adalah kebutuhan secara kejiwaan maka mereka lebih diaktifkan mengikuti kegiatan bersama (arisan, pengajian, piknik) kegiatan silaturahmi antar lansia atau di ikutkan dalam acara hari besar dan berkumpul dengan anak cucu, dituakan dalam adat dan sewaktu-waktu dibawa rekreasi kemudian perlu di ikutkan dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Untuk kesehatan fisik tetap diperhatikan apabila sakit tentu menggunakan jasa pelayanan kesehatan itu pun melihat kondisinya karena lansia yang sakit tidak harus mengkonsumsi obat medis dapat juga mengkonsumsi jamu, obat herbal yang sifatnya alami karena obat alami tidak mempunyai efek samping untuk kesehatan lansia. c. Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kepercayaan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,998>0,05. Keyakinan budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri secara kultural dengan penyebab penyakit yang rasional, aturan dalam mengekpresikan gejala, norma, interaksi, strategi mencari pertolongan dan menentukan hasil yang di inginkan (Harwood, 1998) Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Menurut teori Andersen mengemukakan bahwa pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh individu-individu dari berbagai kelompok usia, yang berbeda menurut jenis serta frekuensi kejadian penyakit, oleh keluarga yang berbeda menurut struktur dan gaya hidup, fisik, lingkungan sosial dan pola perilaku; dan oleh variasi kepercayaan mengenai keberhasilan pelayanan medis (misalnya, keluarga yang sangat percaya terhadap keberhasilan suatu cara pengobatan penyakit maka mereka akan segera mencari jenis pertolongan tersebut dan lebih sering

memanfaatkannya). Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena karismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat diwilayahnya dan tidak mempunyai karismatik. Model keyakinan kesehatan menurut Rosenstoch (1974) menyatakan bahwa hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan memberikan cara bagaimana keluarga akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi pelayanan kesehatan yang diberikan. Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga percaya dan meyakini bahwa lansia dalam keluarga wajib untuk dilindungi baik kesehatan fisik maupun mentalnya, Keluarga juga percaya dengan keberadaan posyandu dan kepada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan hanya saja bahwa kebutuhan lansia berbeda-beda sesuai dengan keadaanya. Keluarga berpendapat agar kegiatan yang dilakukan di posyandu ini lebih menekankan partisipasi lansia itu sendiri dan melibatkan secara aktif lembaga yang sudah ada misalnya mesjid, gereja, tokoh masyarakat, sekolah dan pemerintahan desa, karena masyarakat, keluarga lebih percaya kepada mereka . Kondisi ini berkaitan dengan budaya yang dianut bahwa tokoh masyarakat, pemuka agama dan yang lainnya dianggap menjadi panutan dimasyarakat dan dianggap menjadi pemimpin sekaligus teladan bagi lansia dan warga sekitarnya. Disamping lembaga yang sudah disiapkan pemerintah yaitu Puskesmas, Pustu dan Polindes lebih memberikan perhatiannya kepada lansia dalam memberikan informasi yang benar dan mampu memberikan pelayanan khusus untuk semua masyarakat yang sudah lansia. Begitu juga dengan pemberi pelayanan, keluarga lebih percaya kepada perawat dan dokter yang menggunakan baju putih dibandingkan dengan kader sebab persepsi mereka kader tidak jauh berbeda pengetahuanya terhadap kesehatan dibanding lansia itu sendiri.

d.

Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,346 >0,05 Artinya keluarga dengan pendidikan rendah perilaku upaya pemeliharaan kesehatan biasanya merupakan kebutuhan yang terakhir. Oleh karena itu mereka perlu diberikan pendidikan kesehatan yang lebih menarik dan mengena, yang disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan lingkungan mereka. Pemanfaatan posyandu lansia akan bertambah besar/meningkat apabila ditingkatkan variabel pendidikan. Dari hasil diatas dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan posyandu lansia akan meningkat apabila tingkat pendidikan keluarga lansia mempunyai jenjang yang lebih tinggi yang berpengaruh terhadap pemahaman terhadap pentingnya hidup sehat. Sutanto ( 2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan dalam fokus ini pemanfaatan posyandu lansia karena pendidikan sangat mempengaruhi cara berpikir dan membawa perubahan perilaku yang positif dalam meningkatkan kesehatanya. Tingkat pendidikan juga merupakan hal penting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Makin tinggi tingkat kematangan intelektual seseorang akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya hidup sehat dan pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan (Tukiman, 1994) Biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan dan semakin mendapatkan informasi yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi permintaan/kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat pula, semakin rendah tingkat pendidikan maka hal ini akan

menyebabkan seseorang sulit untuk menerima penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan (Hardywinoto,2007) e. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dimana dijumpai p= 0,357>0,05. Hal ini diasumsikan bahwa keluarga lansia yang memanfaatkan posyandu lansia adalah keluarga yang tidak punya pekerjaan tetap dan berpenghasilan rendah. Kemiskinan secara langsung berhubungan dengan pekerjaan yang tidak tentu atau upah yang rendah. Karena penghasilan yang rendah atau yang tidak tentu terdapat rasa tidak aman yang besar terhadap ketersediaan makanan, tempat tinggal, pelayanan kesehatan. Selaras dengan itu menurut Kartasaputra (2005) dalam melangsungkan kehidupanya manusia melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan fisik yang memerlukan energi. Selaras dengan itu menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto, (2007), pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional. f. Pengaruh Penghasilan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat penghasilan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dimana dijumpai p= 0,161> 0,005. Keluarga dengan sumber ekonomi yang tidak memadai menunjukkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Perilaku keluarga yang status ekonominya relatif rendah biasanya belum memperioritaskan perilaku pencegahan penyakit karena masih banyak kebutuhan yang

mendasar yang harus dipenuhi. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam Tukiman, (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Individu akan lebih mudah memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya (Marr dan Giebing, 2001) Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Selaras dengan itu Yuliani (2004) keluarga harus dilihat sebagai suatu sistem interaktif antara individu yang secara timbal balik akan mensosialisasikan diri saling mengatur para anggotanya. Karenanya agar dapat mengkaji kecukupan ekonomi tidak hanya tingkat penghasilan yang harus diperkirakan tetapi juga pengeluaran yang berfokus pada alokasi sumber yang memadai. Karenanya, agar dapat mengkaji kecukupan ekonomi, tidak hanya tingkat penghasilan yang harus diperkirakan tetapi juga pengeluaran. Buruknya kondisi sosial ekonomi sebagian besar keluarga lansia, akan memengaruhi rendahnya derajat kesehatan dan ketidak mandirian lansia secara ekonomi, kondisi ini akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (PKBI, 2001). Pada umumnya jaminan ekonomi dihari tua diusahakan melalui keanggotaan asuransi, sedangkan dalam negara berkembang asuransi merupakan akar sosial dalam masyarakat yang membantu secara gotong royong. Akan tetapi kenyataan yang ada sering kali pendanaan tidak mencukupi untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dihadapi lansia. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan penelitian Connie (1984) status sosial keluarga lansia dan sosial budaya masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dan berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas kesehatan yang memadai untuk kesehatan lansia. Status sosioekonomi mempunyai pengaruh yang menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang heterogen, dan kompleks,

menyebabkan perbedaan dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga, juga merupakan pembentuk kekuatan nilai keluarga. Artinya makin rendah penghasilan seseorang akan berpengaruh kepada pembentukan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa pandangan keluarga tentang sehat sakit sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi dalam fokus penelitian ini penghasilan keluarga. Oleh karean itu respon individu/keluarga terhadap rasa sehat sakit sangat bervariasi. KESIMPULAN

3.

4. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara statistik terdapat pengaruh kebiasaan/tradisi terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, kepercayaan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan 3. Hasil uji regresi logistik variabel yang paling dominan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan adalah kebiasaan/tradisi SARAN 1. Berdasarkan hasil penelitian disarankan: Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang program Posyandu Lansia perlu disesuaikan dengan kebiasaan/tradisi masyarakat dimana lansia berada dan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga yang sudah ada diberdayakan untuk menyebarkan informasi tentang posyandu lansia di masyarakat . Puskesmas sebagai sarana pelayanan dasar yang berhadapan langsung dengan masyarakat agar dapat memotivasi dan memfasilitasi masyarakat menjalin kerjasama dengan instansi terkait, lintas sektoral untuk menunjang pelayanan yang

5.

terbaik dalam kegiatan posyandu lansia misalnya pengadaan tempat, finansial, pemikiran yang dapat mendukung dalam memperhatikan kesehatan lansia. Kepada petugas kesehatan Puskesmas Darusalam Medan dan lurah agar bekerjasama dalam pembinaan melalui pelatihan kepada kader untuk meningkatkan kemampuan diri dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dimana lansia berada serta memotivasi kader untuk tetap melaksanakan tugas pengabdianya dan berperan serta untuk mensukseskan kegiatan posyandu lansia. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang program Posyandu Lansia perlu disesuaikan dengan kebiasaan/tradisi masyarakat dimana lansia berada dan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga yang sudah ada diberdayakan untuk menyebarkan informasi tentang posyandu lansia di masyarakat . Puskesmas sebagai sarana pelayanan dasar yang berhadapan langsung dengan masyarakat agar dapat memotivasi dan memfasilitasi masyarakat menjalin kerjasama dengan instansi terkait, lintas sektoral untuk menunjang pelayanan yang terbaik dalam kegiatan posyandu lansia misalnya pengadaan tempat, finansial, pemikiran yang dapat mendukung dalam memperhatikan kesehatan lansia sehingga kegiatan posyandu lansia dapat meningkatkan ilmu dan keterampilan untuk lansia.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, 2003, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rhineka Cipta. Andersen, R., A, 1968, Behavioral Model of Families Use of Health Services (Chicago: Center for Health Administration Studies, University of Chicago). Andersen, R; Newman, J,1973, Societal and Individual Determinants of Medical Care Utilization in the United Stated. The Milbank Memorial Fund Quarterly; Health and Society, Vol 51.

2.

10

Anderson, T, Elisabeth: McFarlane, Judith, Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik, Jakarta: EGC. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Jakarta, Rhineka Cipta. Azwar, Azrul, 2002, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta, Binarupa Aksara Berg, Alan, 1986, Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional, Jakarta, Rajawali Biro Pusat Statistik, 1999, Sensus Penduduk Indonesia, Jakarta, EGC British Medical Journal (BMJ), 2001, Maintaning the Dignity and Autonomy of Older People in Health Care Setting. Vol 332 Brubaker, T, 1990, Families in Later Life: A Beginning Area of Research, Journal of Marriage and the Family, Vol 4 Brunner dan Suddart,2002,Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC. Bustan. M.N, 2002, Epidemiologi Penyakit tidak Menular, Jakarta, Rineka Cipta ______. M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit tidak Menular, Jakarta, Rineka Cipta, Connie, Evashwick: Rowe, Genevieve: Diehr, Paula,1984, Factor Explaining the Use of Health Care Services by the Elderly, Health Services Research, 19 (3) Dalimunthe, R.F,1995, Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Bekas Pemilik Lahan di Kawasan Industri Medan, Tesis Hasil Penelitian Pascasarjana USU, Medan. Darmojo, R.B, 2004, Teori Proses Menua, Jakarta, FK UI Depkes RI. 2001, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta __________, 2003, Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta __________, 2005, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta __________, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga , 2003, Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta

Dever, A., 1984, Epidemiology in Health Services Management, United Stated of America: An Aspen Systems Corporation Geersten, R., Klauber, M.R., Rindflesh, M., Kane, R.L., dan Gray, R., 1975, A Reexamination of Suchmans Views on Social Factors in Health Care Utilization, Journal of Health and Social Behavior, 16 Hardywinoto, Setiabudhi, 2007, Panduan Gerontologi, Jakarta, Pustaka Utama, Hutapea, Ronal, 2005, Sehat dan Ceria di Usia Senja, Jakarta, Rineka Cipta Hutauruk, Agustina, 2005, Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Posyandu Lansia, Medan, Tesis Program Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat. Junaidi, 1995, Pengantar Analisis Data, Jakarta, Rhineka Cipta Lansia Masa Kini dan Masa Mendatang, http;//www.kementeriankoordinator Bid.kesra.co.id. 2007 Lemeshow, S., Hosmer. Jr. and D.W. Lwanga. S.K.1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.Yogyakarta. UGM Press Maramis, Willy, 2002, Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Mariam, Siti,R, 2010, Buku Panduan bagi Kader POSBINDU Lansia, Jakarta TIM Marylin, M, Fredman, 2010, Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Jakarta EGC Mubarak, Iqbal, Wahit, 2009, Sosiologi untuk Keperawatan Pengantar dan Teori, Jakarta, Salemba Medika Mucha, M. 2000, It is Cool to be Gery. Journal of Geriatric & Gerontology, vol 9 Mujaham, Fauji, 1995, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Jakarta, UI Press _____________, 2007, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Jakarta, UI Press Noorkasiani, Tamher, S, 2009, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika Notoatmojo, Soekidjo, 2002, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka Cipta

11

__________________, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta __________________, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka Cipta Nugroho, W, 2000, Keperawatan Gerontik, Jakarta, EGC. Nursalam, 2000, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Pujiastuti, Utomo, 2000, Fisioterapi pada Lansia, Jakarta, EGC Querido, A.,An Investigation into the Clinical, Social and Mental Factors Determining the Results of Hospital Treatmen British Journal of Preventive and Social Medicine Rosidawati, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya, Jakarta, Salemba. Rubin. R dan Neiswiadomy, M,1995, Economic Adjustments of Hous Seholds on Entry into Retirement, Journal of Aplied Gerontology. Santosa, Budi, Purbayu dan Ashari, 2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi Sarwono, Solita, 2004, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press: Sastroasmoro, Sudigdo, 2008, Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto. Setiadi, Elly, 2010, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta, Kencana. Soeleman, Munandar, 1992, Ilmu Budaya Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung, Eresco. Sudarma, Momon, 2008, Sosiologi Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika. Sudaryanto, Agus, Indrawati. 2008, Persepsi Lansia terhadap Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Prambanan Yogyakarta, Jurnal Kesehatan, Vol 1. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administratif, Bandung: Alfabeta. Sumaatmaja, Nursid,1986, Perspektif Study Sosial, Bandung. Supariasa, I.D.N ,2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta, EGC.

Universitas Sumatera Utara, 2010, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis, Medan, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. Wang, Huali : Xiong, Qian: E, Sue: Yu, Xin, 2004, Social Support, Health Service Use and Mental, Health Among Caregivers of the Elderly in Rural Cina, Care Management Journal, Vol 5.

You might also like