You are on page 1of 35

Kamis, 23 Desember 2010

SOP PERAWATAN LUKA BAKAR


PERAWATAN LUKA BAKAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGERTIAN Melakukan tindakan perawatan terhadap luka bakar TUJUAN KEBIJAKAN PETUGAS 1. Mencegah infeksi pada luka 2. Mempercepat penyembuhan pada luka Pasien yang mengalami luka bakar Perawat 1. Bak instrument yang berisi: 2. Pinset anatomis 3. Pinset chirurgis 4. Gunting debridemand 5. Kassa steril 6. Kom: 3 buah 7. Peralatan lain terdiri dari: 8. Spuit 5 cc atau 10 cc 9. Sarung tangan 10. Gunting plester 11. Plester atau perekat 12. Desinfektant 13. NaCl 0,9% 14. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant 15. Verband 16. Obat luka sesuai kebutuhan

PERALATAN

A. Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien 2. Mencuci tangan 3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga 3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan C. Tahap Kerja Menjaga privacy Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas Membuka peralatan Memakai sarung tangan Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9% 6. Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% 7. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik. (Bila ada bula jangan dipecah, tapi dihisap dengan spuit steril setelah hari ke-3) 8. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% 9. Mengeringkan luka dengan mengguanakan kassa steril 10. Memberikan obat topical sesuai order pada luka 11. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang verband dan diplester 12. Memasang verband dan plester 13. Merapikan pasien D. Tahap Terminasi 1. 2. 3. 4. 5. Mengevaluasi hasil tindakan Berpamitan dengan pasien Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1. 2. 3. 4. 5.

PROSEDUR PELAKSANAAN

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN PERAWATAN LUKA BAKAR No A ALAT Bak instrument yang berisi: ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI 0 1 2

1 Pinset anatomis 2 Pinset chirurgis 3 Gunting debridemand 4 Kassa steril 5 Kom: 3 buah Peralatan lain terdiri dari: 6 Spuit 5 cc atau 10 cc 7 Sarung tangan 8 Gunting plester 9 Plester atau perekat 10 Desinfektant 11 NaCl 0,9% 12 Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant 13 Verband 14 Obat luka sesuai kebutuhan B Tahap Pra Interaksi 1 Melakukan verifikasi program pengobatan klien 2 Mencuci tangan 3 Menempatkan alat didekat pasien dengan benar C Tahap Orientasi 1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga 3 Menayakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan D Tahap Kerja 1 Menjaga privacy 2 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas 3 Membuka peralatan 4 Memakai sarung tangan 5 Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9% 6 Mem,bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik. 7 (Bila ada bula jangan dipecah, tapi dihisap dengan spuit steril setelah hari ke-3)

1 1 1 1 1 1 1 0,5 0,5 1 1 1 0,5 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 5

8 Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% 9 Mengeringkan luka dengan mengguanakan kassa steril 10 Memberikan obat topical sesuai order pada luka 11 Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang verband dan diplester 12 Memasang verband dan plester 13 Merapikan pasien E Tahap Terminasi 1 Mengevaluasi hasil tindakan 2 Berpamitan dengan pasien 3 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 4 Mencuci tangan 5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan TOTAL

3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 50

SYOK LISTRIK 45. Dapat disebabkan oleh aliran listrik atau petir. Beratnya gejala yang timbul ter gantung dari: 1. Jenis arus arus searah (DC) kurang berbahaya. 2. Sifat arus kuat arus, tegangan dan frekwensi. 3. Tahanan tubuh-kulit yang lembab/basah sangat merendahkan tahanan setempa t. 4. Bagian tubuh yang dilakui arus sangat berbahaya bila melalui jantung. 5. Lama terkena arus. GEJALA DAN TANDA Gejala yang timbul bermacam-macam, dari yang teringan: 1. Terkejut dan terjatuh. 2. Spasme dan terjatuh. 3. Kejang. 4. Penurunan kesadaran. 5. Apnea dan fibrilasi ventrikel. Pada kulit tempat kontak dapat terjadi luka bakar yang dalamnya bervariasi; samb aran petir mugkin memberikan gambaran aborescent mark (gambaran cabang ranting p ohon). PENATALAKSANAAN 1. Putuskan hubungan aliran listrik dengan penderita: - matikan aliran listrik, atau putuskan kawat dengan alat terisolasi (misa l kapak bertangkai kayu). - jauhkan/lepaskan penderita dari sumber aliran listrik. penolong sebelumnya harus yakin bahwa dirinya terisolasi dengan baik dar i tanah (gunakan alas kaki yang kering). - gunakan benda yang tak dapat dialiri listrik, (kain, kayu kering, karet atau sabuk kulit) untuk menarik tubuh penderita/menjauhkan sumber listrik. 2. Perhatikan fungsi vital, bila perlu lakukan sesusitasi (lihat bab tentang res usitasi). 3. Cari dan atasi komplikasi lain yang mungkin ada: - luka bakar dan nekrosis jaringan. - patah tulang atau dislokasi. - perdarahan. - syok dan asidosis. SENGATAN LISTRIK PERTANYAAN Apakah pasien sadar ? Apakah pasien bernafas normal ? (Pikirkan Topik

Pernafasan) Bila sengatan dari alat rumah tangga, apakah pengering, kompor listrik atau sumber lain ? Apakah pasien masih terhubung dengan sumber sengatan ? Apakah ada cedera lain ? Bila ada, berupa apa ? KIRIM BERSAMA ALS/BLS (PPGD) Tidak sadar / tidak bernafas secara normal Penurunan tingkat kesadaran Jriteria Kejadian Kericuhan Multipel Dilaporkan DOA hingga penilaian oleh yang bertanggung-jawab Luka bakar jalan nafas, hidung, mulut Luka bakar lebih dari 20% permukaan tubuh Luka bakar akibat sumber 220 volt atau lebih INSTRUKSI PRA KEDATANGAN Hati-hati massa (tanah, lantai) yang lembab / basah Jangan sentuh pasien bila masih berhubungan dengansumber listrik Hati-hati dengan lelehan cairan dimana bisa sebagai penghantar listrik Bila aman dikerjakan, matikan sumber listrik Bila kondisi pasien berubah, hubungi kami kembali TINDAKAN SEGERA LAIN LAPORAN SINGKAT KIRIM BLS (PPGD) Sengatan listrik alat rumah tangga tanpa gejala kritis

Bila tidak sadar, lanjut ke Topik KONTROL JALAN Usia NAFAS PASIEN TIDAK SADAR / PERNAFASAN Kelamin NORMAL Bila tidak sadar, TIDAK bernafas secara normal, lanjut ke RJP kelompok usia sesuai (dewasa, anak, bayi) Apakah Damkar diperlukan ? Lokasi spesifik Keluhan utama Gejala terkait Riwayat medikal / operasi bila ada Kelompok penanggap lain Semua bahaya bagi kelompok penanggap

SINDROM TERMAL DAN SENGATAN LISTRIK


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengatan listrik (electric shock) atau yang lebih dikenal dengan kesentrum adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita. Taruma akibat sengatan listrik adalah kerusakan yang disebabkan oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam. Arus listrik yang mengalir kedalam tubuh manusia akan menghasilkan pans yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Tanda dan gejalanya meliputi luka bakar pada kulit, kerusakan organ dalam dan jaringan lainnya, aritmia, serta gagal nafas. Kejadian kecelakaan karena sengatan arus listrik pada manusia lebih sering dikarenakan arus bolak-balik (AC) dibandingkan arus searah (DC). Manusia lebih sensitif 4-6 kali terhadap arus AC dibandingkan arus DC. Arus DC menyebabkan satu kontraksi otot, sedangkan arus AC menyebabkan kontaksi otot yang kontinu dapat mencapai 40-110 kali/detik, sehingga menyebabkan luka yang lebih parah. Dalam terjadinya luka akibat arus listrik ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain yaitu : intensitas, voltase, tahanan, arah arus, waktu, jenis kelamin, berat badan dan kondisi sekitar. Angka kejadian sengatan listrik sebagian besar terjadi pada anak-anak kurang dari 6 tahun dan sisanya pada dewasa. Sengatan listrik yang terjadi pada anak-anak biasanya terjadi saat berada di rumah. Anak-anak mempunyai predisposisi untuk terjadinya luka akibat sengatan listrik yang bersumber dari tegangan rendah, seperti kabel listrik karena keterbatasan mobilitas anak. Sedangkan dewasa luka sengatan listrik biasanya bersumber dari tengangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian. Pasien yang dapat bertahan setelah mengalami sengatan listrik sekitar 3% dari 100.000 pasien. Di Amerika 1200 orang meninggal dunia karena tersengat listrik tiap tahunnya. Sengatan listrik pada anak biasanya terjadi di rumah, sedangkan pada orang dewasa lebih sering dikarenakan kecelakaan kerja. Sindrom termal adalah sekumpulan gejala gangguan pada termoregulasi manusia. Teori termal berpengaruh terhadap perpindahan panas dalam tubuh manusia, terdapat empat proses dalam

perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Terjadinya gangguan perpindahan panas dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi suhu tubuh seseorang. Terdapat tiga jenis kelainan suhu pada manusia yaitu hipertemia, hipotermia dan heatstroke, diantara ketiga kelainan diatas yang paling tinggi angka kejadian dan paling mematikan adalah heatstroke. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien sindrom termal dan sengatan listrik. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penulisan makalah asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien sindrom termal dan sengatan listrik adalah sebagai berikut : a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar dari kegawatdaruratan sindrom termal dan sengatan listrik. b. c. Mahasiswa mampu memahami penyebab dan tanda gejala dari sindrom termal dan sengatan listrik. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan kegawatdaruratan sindrom termal dan sengatan listrik. C. Metode Penulisan Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini adalah deskriptif, tim berusaha menjelaskan setiap point dalam makalah yang bersumber daru berbagai sumber seperi buku-buku dari perpustakaan, internet, konsultasi pembimbing dan diskusi kelompok. D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Sindron termal dan sengatan listirk memilki kesamaan didalam segi sifatnya, yaitu dalam segi konduktivitas, ketika seseorang mengalami sindrom termal dan sengatan listrik sering sekali mengalami manifestasi yang sama salah satunya adalah luka, terutama luka bakar, namun dengan penanganan pertama darisindrom temal dan sengatan listrik berbeda, untuk itulah sindrom termal dan sengatan listrik sering kali dibahas bersamaan untuk menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan diantara keduanya.

A. Konsep sindrom termal 1. Defenisi Menurut Ing Sihanna (2010), definisi termal dapat dirunut dari bahasa Yunani therm yang berarti kalor (penyebab dan efek, pembangkitan dan penggunaan), serta dari bahasa Latin temper yang berarti campuran (original digunakan untuk 'suhua caeli', kombinasi langit). Sistem didefinisikan sebagai suatu obyek, sejumlah materi dalam suatu daerah ruangan, yang ditetapkan dalam bahasan dan dipisahkan dari sekeliling (lingkungan) oleh batas sistem. Batas sistem dapat bersifat fisik real ataupun berupa imajiner sesuai dengan keperluan untuk membedakan elemen sistem dan elemen lingkungan. Lingkungan dinyatakan sebagai semua elemen yang bukan merupakan bagian dari sistem. Sindrom termal merupakan keadaan berlebihan, yang dititikan pada suhu, diantaranya yaitu hipotermia dan hipertermia. (Aru W, dkk. 2009).

2. Sifat Sifat termal, meliputi konduktivitas panas, temperatur kerja maksimum, koefisien ekspansi termal, difusivitas termal, dll. Konduktivitas adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Semua keramik boleh dikatakan dibuat dengan melalui pemanasan pada temperatur tinggi dan sejumlah keramik dimanfaatkan karena sifat termalnya yang unggul, seperti sifat tahan panas, hantaran panas, ketahanan terhadap kejutan termal, dan sebagainya. Sejalan denganitu titik cair tidak dapat ditentukan dari analisa sederhana pada fasa padat saja. Ada dua mekanisme dari penyerapan panas oleh kristal, yang pertama adalah oleh getaran atom yang kedua oleh pergerakan elektron. Umumnya yangpertama relatif sangat besar. Dengan mengumpamakan semua atom dalam kristal bergetar secara harmonis pada frekuensi tunggal yang sama, secara teoritis Einstein menurunkan harga kapasitas panas volum tetap sama dengan nol pada temperatur nol derajat Kelvin dan mendekati harga 3 R (5,96 kal.mol-1.der-1) pada temperatur tinggi. Debye mengumpamakan bahwa ada distribusi tertentu pada frekuensi getaran atom dan menurunkan persamaan yang menjelaskan kapasitas panas terukur lebih baik dari rumus Einstein.

3. Klasifikasi sindrom termal a. Hipotermia 1) Pengertian hipotermia

Hipotermia diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau transpirasi. Local cold injury dan frostbite timbul karena terjadihipotermia karena penurunan viskositas darah dan kerusakan intraselular ( intracellular injury). (Aru W, dkk. 2009).

2) Manifestasi klinis Manifestasi tidak seberat frostbite yang berupa luka begabung dan tidak ada jaringan yang terlepas. Trench foot diakibatkan jaringan dilingkungan yang lembab pada suhu dingin selama bebrapa jam sampai beberapa hari. Akan timbul hiperhidrosis jangka panjang dan insensitivitas dingin. Derajat pertama dan kedua frobite superficial ditandai dengan edama, luka bakar, dan eritema, serta melepuh pada derajat kedua. Derajat ketiga frostbite ditandai dengan luka yang lebih dalam timbul sedalam kutis dan jaringan subkutis. Derajat ketiga ditandai dengan luka yang mencapai jaringan subkuteneus, otot, tendon, dan tulang. Pasien datang dengan sianosis dan bias terjadi hemoragik dan nekrosis kulit. Kadang kadang jaringan menjadi seperti mumi.

Klasifikasi luka dingin menurut berat kasus Derat I Derajat II Derajat III Jaringan kutis dan otot,

1. Kulit membeku sebagian 1. Luka jaringan kulit. 1. eritema, hyperemia. 2. edema, 2. Eritema, substansial

vesikel subkutaneus,

dengan tendon, dan tulang bening membeku.

Tidak melepuh atau cairan nekosis.

melepuh merupakan 2. Edema lokal. dan 3. Awalnya luka

3.

Deskuamasi kulit jarang dekuamasi (5 sampai 10

hari jaringan kehitaman.

berwarna merah tua atau cyanosi

kemudian) Gejala Seperti sengatan dan rasa terbakar, berdenyut dan bisa timbul Gejala Mati rasa 4.

Kadang-kadang jaringan mengering,

dan hitam, seperti mumi.

gangguan vasomotor Gejala pada kasus berat Sendi nyeri

hiperhidrosi.

Table 2.1 tabel klasifikasi luka hipotermi

Mild hypothermia 32o C (89,6O F) sampai 35o C (95OF) menyebabkan timbulnya menggigil, takikardi, dan peningkatan tekanan darah. Mengigil mengakibatkan penurunan deyut jantung dan tekanan darah ketika temperature dibawah 32o C (89,60 F). Mental melambat dan kehilangan reflex menelan. Komplikasi yang umum terjadi adalah aspirasi. Dengan temperature yang sangat rendah, pasien menjadi letargi dan koma. Imobilisasi menimbulkan resiko rabdomiolisis dan gagal ginjal akut. Hemokonsentrasi dan pengurangan volume bisa menimbulkan thrombosis intravaskuler dan koagulasi intravaskuler diseminata. Hiperglikemia bisa terjadi walaupun lebih dari 40% penderita mengalami hipoglikemia. Gangguan keseimbangan asam basa bisa timbul tetapi tidak mengikuti pola tertentu. Pada EKG terlihat interval PR,QRS dan QT memanjang dan gelombang Osborn J. irama jantung takikardia sampai bradikardi juga fibrilasi atrial ventrikuler hingga bias terjadi asistolik pada temperature yang sangat rendah.

3) Diagnosis Hipotermia didiagnosis bila suhu tubuh dibawah 35o C (950F) penyakit yang menyerupai gejala hipotermia seperti : a) Defisiensi tiroid, insufisiensi adrenal , difungsi susunan saraf pusat, infeksi, sepsis, penyakit kulit, keracunan obat dan gangguan metabolism yang perlu dipertimbangan dan dievaluasi. b) Cold injury yang terlokalisir didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. b. Hipertermi Keringat dan penguapan jumlahnya cukup tinggi terjadi bila temperatur mencapai 35C (95F) atau lebih tinggi. Kelembaban mengurangi kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri sendiri melalui keringat. Ketidakmampuan respon termoregulasi dan kontrol terhadap sistem peningkatan presipitat atau depresi pusat temperatur disebabkan disfungsi organ lain, dapat menimbulkan manifestasi klinis antara lain hipertemia. Pencegahan terjadinya peningkatan suhu abnormal tergantung pada keseimbangan antara pelepasan panas dan pembentukan panas. Pakaian, ventilasi, latihan dan air serta pelepasan garam ditimbulkan oleh panas dan kesanggupan tubuh untuk mengatur temperatur tubuh.

Latihan yang berat harus disesuaikan dengan suhu udara, kelembaban udara, garam, dan yang lebih penting lagi, pelepasan air harus cukup dan diberikan sebelum timbul gangguan gejala suhu (heat illnes). Usia muda, usia lanjut, dan orang-orang dengan penyakit tertentu, umumnya penyakit kardiovaskular, kemungkinan terjadi resiko sakit akibat heat stress. Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh heat stress adalah heat stroke.

4. Patofisiologi Patofisiologi sindrom thermis menyebabkan gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit serta syock, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal / akut / syock biasanya berlangsung sampat 72 jam pertama. Dengan kehilangan kulit pada klien yang menglamai luka bakar akan menyebabkan kehilangan fungsi barier sehingga luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan, penguapan cairan ini disertai pengeluaran protein dan energi sehingga terjadi gangguan metabolisme. Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organorgan seperti hepar dan paru yang bisa menyebabkan kematian. Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat sindrom thermal menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional seperti peningkatan suhu yang berkepanjangan dan kehilangan cairan dalam tubuh yang sangat banyak. (Mansjoer Arief, 2000).

5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada kondisi pasien sindrom termal diambil contoh dari kasus hipotermi dan hipertermi sama saja, yang membedakan nya hanya terapi suhu yang diberikan. Saat menangani klien yang mengalami sindrom termal diambil contoh hipotermiMenurut Brunner & Suddarth (1996),penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah : a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk mengembalikan kekurangan cairan pada klien b. Pencairan dalam air hangat (40 C sampai 42 C) selama 10-30 menit sampai ekstremitas melunak dan kemerahan. c. Analgesik opioid parenteral (misalnya Morfin 0,1 mg/kg iv) untuk mengurangi nyeri d. Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular, dibutuhkan pemanasan yang lebih agresif (bilas lambung, kandung kemih, lavase peritoneal dan pleural). Temperatur cairan bilas bisa sampai 42 C (107 F).

e.

Pada fibrilasi ventrikular dilakukan defibrillasi sampai temperatur 30 C (86T), meskipun 3 countershock hares diukur.

f.

Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal merupakan metode pilihan pada pasien hipotermia berat dalam henti jantung. Jika perlengkapan tidak tersedia, resusitasi trakeostomi dan pijat jantung dalam dan bilas mediastinal merupakan alternatif yang dapat diterima.

g. Semua pasien dengan firosbite superficial terlokalisir atau hipotermia sedang dapat dirujuk ke RS. Pasien tidak dirawat, mereka bisa kembali pada lingkungan yang hangat.

Jika terdapat luka hal yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut : a. Luka dikaki ditangani dengan pengangkatan, penghangatan, dan pembalutan jari yang luka. Nifedipin 20 mg per oral 3 kali sehari., kortikosteroid topical prednisone, dan prostaglandin E1 (limaprost 20 mg per oral 3b kali sehari ) dapat membantu. b. Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu 42oC (1070F)selama 10-30 menit pada ekstermitas yang mengalami frobite. Pasien bisa diberi narkotik, ibuprofen, dan aloevera.

Pemberian penicillin E 500.000 u setiap 6 jam selama 48 -72 jam memperlihatkan hasil yang baik. c. Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan tromboksan dapat dibersihkan atau diaspirasi. Luka yang berdarah seharusnya dibersihkan dan dirapikan kembali. d. Teknik penghangatan termasuk penghangatan pasif, penghangatan aktif eksternal, dan penghangatan perawatan aktif. e. Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan penghangatan pasif dengan cara memindahkannya dari lingkungan dingin dan menggunakan selimut kolasi. f. g. Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pilse oxymetri Perhatikan jalan nafas, pernafasan, dan jantung. Bila tidak ada gangguan kardiovaskular, penghangatan aktif vaskular dapat diterapkan (radiasi panas, selimut hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan hangat IV dan oksigen yang dihangatkan.

B. Konsep sengataan listrik 1. Defenisi Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita.

Kesetrum adalah fenomena yang terjadi karena adanya arus yang resistansi dengan plasma darah dalam tubuh kita. Arus terjadi karena ada perpindahan elektron dan proton, pergerakan arus yang terhambat akan menghasilkan energy panas.

2. Etiologi sengatan listrik Penyebab terjadinya sengatan listrik bukan karena tegangan listrik, tetapi karena adanya arus listrik yang mengalir. Sebenarnya arus listrik pun memang sudah ada di tubuh kita sebagai pengantar informasi dari indera ke otak (seperti sensor dan prosesor). Seseorang bisa tersengat listrik karena ada banyak kemungkinan, antara lain : a. Menyentuh kabel terbuka berarus listrik b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak c. Kegagalan peralatan d. Terkena muatan listrik statis e. Disambar petir (akan dibahas khusus dalam proteksi petir.

3. Patofisiologi Ketika terjadinya kontak antarabagian tubuh manusia dengan suatu sumber tegangan listrik yang cukup tinggi, kejadian itulah yang mampu mengakibatkan arus listrik mengalir kedalam tubuh manusia tepatnya melalui. Arus listrik memiliki sifat sifat mengalir dari pontensial tinggi ke potensial rendah. Dalam kasus sehari- hari sumber tegangan listrik ini memilki potensial tinggi, sementara bumi tempat berpijak memilki potensial rendah. Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan arusnya kebumi. Pada saat terjadi kontak antara manusia dengan sumber tegangan saat manusia ini meninjak bumi, maka tubuh manusia ini akan menjadi suatu konektor antara sumber tegangan dengan bumi. Perlu diingat bahwa tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang baik, karena air merupakan konduktur yang baik. Saat terkena sengatan listrik, arus listrik menimbulkan, gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500oC. Tegangan lebih baru 500 volt merupakan reesiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan jantung (fiblilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang olh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut menimbulkan kontraksi dari otot otot jari tangan. Otot fleksor atau otot mengenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tengangan tinggi mengenai dada akan menyebabkan

gangguan pernafasan. Bila menganai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak balik. Kelancaran arus masuk ketubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan mudah masuk kedalam tubuh. Pada tempat masuk arus listrik, akan tampak luka masuk yang merupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebakan kematian jaringan. Kadang lukabakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam, luas dan berat. Kerusakan otot yang berat dapaat terlihatpada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau tergolong fatal yang merupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.

4. Manifestasi klinis tubuh terhadap sengatan listrik Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500 derajat celcius. Tegangan lebih dari 500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang oleh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau otot menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tegangan tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila mengenai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik. Kelancaran arus masuk ke tubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan mudah masuk ke dalam tubuh. Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak luka masuk yang berupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebabkan kematian jaringan.

Kadang luka bakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam luas dan berat. Kerusakan otot yang berat dapat terlihat pada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam-macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau yang tergolong fatal berupa kematian. Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.

5. Gambaran Klinis Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek langsung arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari panas yan diteruskan oleh jaringan. Energy terbesa rterjadi pada titik kontak sehingga kerusakan jaringan pada daerah tersebut harus diobservasi lebih baik. Luka keluar sengatan listrik lebih besar dari pada luka masuk. Bila sengatan listrik masuk kedalam tubuh, kerusakan terbesar terjadi pada jaringan saraf, pembuluh darah dan otot. Sengatan listrik dapat mengakibatkan nekrosis berupa koagulasi, kematiansaraf, dan kerusakan pembuluh darah. Luka yang ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis atau kerak dari pada luka bakar termal. Karena ukuran dari luka karena sengatan listrik tidak berkolerasi baik dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang dalam sangat penting. Luka traumatic sering terjadi bersamaan dengan sengatan listrik.

6. Diagnosis Sengatan listrik berdasarkan riwayat penyakit . Bila riwayat penyakit tidak jelas, ciri-ciri luka pada kulit sangat menolong. Pemeriksaan yang menyeluruh serta memperhatikan luka akibat sengatan listrik sangat penting untuk mengesampingkan adanya suatu trauma. Pemeriksaan untuk tulang patah dan dislokasi tetap dilakukan walaupun tanpa riwayat trauma. Tidak ditemukannya luka sengatan listrik pada pemeriksaan jaringan mengesampingkan sengatan listrik serius. Pemeriksaanlaboratoriumhitungdarahlengkapelektrolit, kalsium, urea nitrogen darah, kreatinin, analisa gas darah, myoglobin (MB), kreatinin kinase (CK). CK dan MB dapat meningkatkan pada kerusakan otot jantung tapi ada luka otot secara ekstensif. Fungsi hati dan amylase diperiksa bila diduga ada luka abomen. EKG dapat dilakukan bila ada indikasi ; pemeriksaan radiologis dilakukan pada sisi luka sengatan listrik. CT Scan kepala merupakan indikasi pada luka kepala yang berat, koma atau bila ada perubahan mental.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus listriknya. Bisa dengan mematikan peralatan yang menjadi sumber setruman atau langsung dari MCB. Setelah itu, segera pindahkan korban ke tempat aman serta bersirkulasi udara lancar. Baringkan korban lalu evaluasi kesadaran penderita apakah sadar atau tidak, serta periksa denyut nadi dan pernapasannya.

8. Komplikasi sengatan listrik a. Kardiovaskuler Kematian mendadak (fibrilasiventrikel, asistolik), Nyeri dada, disritonia, segmen ST-T abnormal, blok cabang berkas, kerusakan miokardial, disfungsi ventrikel, MCI, hipotensi (volume deplesi), hipertensi (pelepasan katekolamin). b. Neurologis Status mental, agitasi, koma, kejang, edema serebral, ensefalopati hipoksia, nyerikepala, afasia, lemah, paraplegia, kuadriplegia, disfungsi sumsum tulang, pheriperal neuropati, insomnia, emosilabil. c. Kulit Luka akibat sengatan listrik, akibat sekundel luka bakar. d. Vaskuler Thrombosis, nekrosiskoagulasi, DIC, rupture pembuluh darah, aneurisma sindrom kompartemen. e. Pulmonal Hentinapas (sentral atau perifermis tetanus). Pneumonia aspirasi, edema pulmonal, kontusi pulmonal, kerusakan inhalasi. f. Gastrointestinal Perforasi, tukak stress (Curling Ulcer), perdarahan GIT. g. Muscular. Mionekrosis, sindrom kompartemen. h. Skeletal Fraktur kompresi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu (anterior dan posterior), fraktur scapula. i. Optamologi Cornel burns, delayed cataract, thrombosis atau hemoragia intraocular, uveitis, frakturorbita. j. Pendengaran Hilangnya pendengaran, tinnitus, perforasi, membrane timpani, mastoiditis, meningitis.

k. Oral burns Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas fasialis, gangguan bicara, perubahan bentuk mandibula dan pembentukan gigi. l. Obstetric Aborsi spontan, kematian janin.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURAT SINDROM TERMAL DAN SENGATAN LISTRIK

Pada bab ini penulis akan menyajikan proses keperawatan kegawat daruratan yang dimulai tindakan primer dan diikuti tindakan secondary. A. Primary Survei

1. Tindakan primer sindrom termal dan sengatan listrik a. Airway 1) Memastikan ada tidaknya sumbatan jalan nafas total: pada pasien sindrom termal dan sengatan listrik apakah ada sumbatan yang menghambat nafas klien. Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut klien, keluarkan segera 2) Adanya Distress pernafasan 3) Kemungkinan fraktur servikal (sengatan listrik akibat gerakan yang terjadi saat tersetrum) 4) Telentangkan posisi klien, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah tidak menutup lubang tenggorokan.

b. Breathing Memastikan pasien masih bernafas atau sudah tidak bernafas, diantarannya dengan 3 cara: 1) LOOK: lihat ada trauma, lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak: a) Kesadaran akan menurun / agitasi Agitasi Hipoksemia Karena sumbatan jalan nafas Penurunan kesadaran Hiperkarbia yang disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan nafas.

b) Pergerakan dada dan perut Normalnya kedua bergerak sama sama, kalau ada sumbatan jalan nafas keduanya bergerak berlawanan. c) Retraksi sela iga, supra klavikula / subkostal d) Cyanosis sebagai tanda adanya hipoksemia e) Deformitas daerah yang patah 2) LISTEN: dengarkan suara nafas dengan stetoskop Adanya suara nafas tambahan yang didengar, berupa : a) Dengkuran ( SNORING ) Lidah yang menutup orofaring b) Kumuran ( GURGLING ) Sekret, darah, muntahan c) Siulan ( CROWING ) Penyempitan karena spasme, edema atau pendesakan 3) FEEL: rasakan adanya hembusan nafas dari hidung Meraba hawa ekspirasi dari hidung / mulut dan raba getaran di leher 4) Pemberian oksigen secara manual Jika Anda menemukan korban dalam keadaan tidak bernapas, segera beri napas bantuan, telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang, buka mulut dan tarik nafas , kemudian tutup

mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat, pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak keluar, amati turunnya dada kembali, faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak, karena itu 3 atau 4 kali peniupan pertama dilakukan secepat mungkin, penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali setiap menit.

c. Circulation 1) Memastikan ada tidaknya denyut nadi karotis, radialis, brakhialis, femoralis, dorsadipedis 2) Ada tidaknya perdarahan eksternal. Tutupi titik luka bakar yang terjadi akibat masuk dan keluarnya arus listrik pada tubuh karena bisa mempercepat pengurangan cairan dalam tubuh. Gunakan kain, perban atau benda apapun yang bersifat tidak mengantarkan panas. 3) Pola Nadi

B. Secondary survey 1. Penatalaksanaan sindrom termal Menurut Brunner & Suddarth (1996),penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah : a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk mengembalikan kekurangan cairan pada klien b. Pencairan dalam air hangat (40 C sampai 42 C) selama 10-30 menit sampai ekstremitas melunak dan kemerahan. c. Analgesik opioid parenteral (misalnya Morfin 0,1 mg/kg iv) untuk mengurangi nyeri d. Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular, dibutuhkan pemanasan yang lebih agresif (bilas lambung, kandung kemih, lavase peritoneal dan pleural). Temperatur cairan bilas bisa sampai 42 C (107 F). e. Pada fibrilasi ventrikular dilakukan defibrillasi sampai temperatur 30 C (86T), meskipun 3 countershock hares diukur. f. Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal merupakan metode pilihan pada pasien hipotermia berat dalam henti jantung. Jika perlengkapan tidak tersedia, resusitasi trakeostomi dan pijat jantung dalam dan bilas mediastinal merupakan alternatif yang dapat diterima. g. Semua pasien dengan firosbite superficial terlokalisir atau hipotermia sedang dapat dirujuk ke RS. Pasien tidak dirawat, mereka bisa kembali pada lingkungan yang hangat.

Jika terdapat luka hal yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut : a. Luka dikaki ditangani dengan pengangkatan, penghangatan, dan pembalutan jari yang luka. Nifedipin 20 mg per oral 3 kali sehari., kortikosteroid topical prednisone, dan prostaglandin E1 (limaprost 20 mg per oral 3b kali sehari ) dapat membantu.

b.

Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu 42oC (1070F)selama 10-30 menit pada ekstermitas yang mengalami frobite. Pasien bisa diberi narkotik, ibuprofen, dan aloevera.

Pemberian penicillin E 500.000 u setiap 6 jam selama 48 -72 jam memperlihatkan hasil yang baik. c. Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan tromboksan dapat dibersihkan atau diaspirasi. Luka yang berdarah seharusnya dibersihkan dan dirapikan kembali. d. Teknik penghangatan termasuk penghangatan pasif, penghangatan aktif eksternal, dan penghangatan perawatan aktif. e. Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan penghangatan pasif dengan cara memindahkannya dari lingkungan dingin dan menggunakan selimut kolasi. f. Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pilse oxymetri g. Perhatikan jalan nafas, pernafasan, dan jantung. Bila tidak ada gangguan kardiovaskular, penghangatan aktif vaskular dapat diterapkan (radiasi panas, selimut hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan hangat IV dan oksigen yang dihangatkan.

2. Secondary survey sengatan listrik Menurut Long, Barbara C, 1996.Penatalaksanaan awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus listriknya .Bisa dengan mematikan peralatan yang menjadi sumber setruman atau langsung dari stop kontak. Menurut Aru W, dkk. 2009 a. Airway, breathing dan sirkulasi harus diperbaiki, mobilisasi spinal harus diperhatikan karena potensial terjadi trauma spinal. b. Pemberian O2 tekanan tinggi dengan masker. c. Monitor jantung, pulse oksimetri, pemantauan tekanan darah non invasive. d. Fibrilisasi ventrikel, asistolik atau takikardi ventricular dapat diterapkan dengan protocol standar ACLS. Disritmia sering timbul tapi tidak membutuhkan tindakan langsung. e. Cairankristoloidivdengan bolus inisial 20-40 ml/kg setela hsatu jam pertama. Perbaikan cairan tergantung pada luasnya luka bakar pasien. Untuk mengukur output urine digunakan kateter Foley pada kasus berat. f. Jika terjadi rabdomiolisis, lebih banyak dibutuhkan cairan untuk mencegah gagal ginjal.

g. Profilaksis tetanus sebaiknya diberikan. h. Antibiotic profilaksis tidak penting sekali, kecuali bila ditemukan luka terbakar yang besar. i. j. Kejang diobati dengan terapi standar. Fraktur dan luksasi setepat mungkin dikurangi

k. Luka bakar pada kulit dapat diobati dengan silver sulfadiazine sesudah dibersihkan.

l.

Konsultasi dengan dokter bedah umum bila terjadi luka jaringan yang dalam dan luas. Pasien di atas membutuhkan eksplorasi luka bakar, debridemen, fasiotomi, dan perawatan cukup lama. Anak-anak dengan luka local dapat dievaluasi dengan spesialis ENT atau bedah plastic. Wanita hamil yang mengalami sengatan listrik membutuhkan konsultasikan dungan untuk penanganan dan monitor janin. Pasien dengan sengatan listrik yang berat dapat diisolasi di unit luka bakar atau pusat trauma.

m. Anak-anak yang mengalami luka local yang terlokalisir atau luka pada tangan dapat dipulangkan. Orang tuanya harus diberi instruksi untuk mengontrol pendarahan arteri labialis yang dapat timbul kemudian. n. Pasien yang mengalami sengatan listrik 110-220V tanpa gejala/luka. EKG normal dan pemeriksaan fisik normal dapat dipulangkan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. b. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera pada sengatan listrik dan sindrom thermal lebih dari 20%): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);

c. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. d. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. e. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f.

Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). g. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh sengatan listrik derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada tubuh ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; sengatan listrik dan sindrom thermal derajat tiga tidak nyeri. h. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya sengatan listrik disekitar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). i. Keamanan:

Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a.

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Sengatan listrik telah mennyebar pada daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

b.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.

Peningkatan kebutuhan: status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. d. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.

1. INTERVENSI MenurutMarylin E. Doenges. (2000), RencanaAsuhanKeperawatanpadakliendengannsindrom thermal dansengatanlistrikdalahsebagaiberikut: N Diagnosa o Keperaw atan 1 Resiko . tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif Setelahdilakukanpera1. watan 2x24 1. Takipnea, penggunaanototbantu, sianosisdanperubahan TujuandanKriteriaHasi l Intervensi Rasional

sputu

jam, Awasifreku ensi, irama, kedalaman

parudankebutuhanintervensimedik.

bersihanjalannafaske mbaliefektifdengankrit eriahasil : Bunyi nafas vesikuler RR normal x/menit) Bebas dispnoe/cyanosis. dalam

pernafasan 2. Obstruksijalannafas/distrespernafasandapatterjadisangatcepatataulamba ;perhatikan adanyapuc 3. Dugaanadanyahipoksemiaataukarbonmonoksida.

berhubun gan dengan obtruksi trakeabro nkial;ede ma mukosa dan

batas at/sianosis (18-23 dan sputum 4. Meningkatkanekspansiparu, memobilisasidandrainasesekret.

mengandu ngkarbonat aumerahm 5. uda.

Perpindahancairanataukelebihanpenggantiancairanmeningkatk

:Cederainhalasimeningkatkankebutuhancairansebanyak 35% ataulebihkar

2.

hilangnya kerja silia. Sengatanl istriktelah mennyeb arpadada erah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdata san pengemb angan dada. 3.

Auskultasip 6. aru, perhatikan stridor, mengi/gem ericik, penurunan bunyinafas, batukrejan.

O2memperbaikihipoksemia/asidosis. Pelembabanmenurunkanpengeringa Data dasarpentinguntukpengkajianlanjut status

pernafasan

PaCO2lebihbesardari 50 danpenurunan pH menunjukkaninhalasiasapdant

Perhatikan adanyapuc atatauwarn abuahceri merahpada kulit cidera yang

4. Dorongbat uk/latihann afasdalamd anperubah anposisiseri ng.

5.

Awasi 24 jamkeseim bngancaira n, perhatikan

variasi/per ubahan.

6.

Lakukan program kolaborasi meliputi :

Berikanpel embab O2melaluic ara tepat, contoh masker wajah Awasi/gam baranseri GDA 2 Resiko . tinggi kekurang an volume cairan berhubun gan denganke hilangan cairan melalui Setelahdilakukanpera 1. watan volume cairanterpenuhidenga nkriteriahasil : Tidak ada manifestasi dehidrasi, Resolusi oedema, Elektrolit serum dalam 2. batas normal, Haluaran urine di atas 2x24 Awasi 1. yang

Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon ka

jam, tanda vital, CVP. 2.

Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine

Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. 4. Awasi 5. pengeluara n urine dan 3.

pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.

Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan

Memperkirakanluasnyaoedema/perpindahancairan yang mempengaruhi

rute abnormal. Peningkat ankebutu han: status hypermet abolik, ketidakcu kupanpe masukan.

30 ml/jam.

berat

Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan memban

jenisnya. Observasi warna urine dan

Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan pengg

hemates sesuai indikasi.

3.

Timbang berat badan setiap hari

4. lingkar

Ukur

ekstremitas yang terbakar tiap sesuai indikasi hari

5.

Lakukan program kolaborasi meliputi :

Berikan penggantia

n cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin. Awasi hasil pemeriksaa n laboratoriu m ( Hb,

elektrolit, natrium ). 3 Resiko . Setelahdilakukanpera1. 2x24 Pantau 1.

Mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapk pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.

kerusakan watan pertukara n

jam, laporan GDA kadar karbon 2. dan

tidakterjadipertukaran

gas gas dengankriteriahasil : RR 12-24 x/mnt,

berhubun gan dengan cedera inhalasi -

Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri.

monoksida serum.

warna kulit normal GDA dalam renatng normal Bunyi nafas bersih 2. Tidak ada kesulitan

asap atau sindrom komparte men torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisi al dari

Berikan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. 4. Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap Pasang

bernafas

3. Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektas

5. Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kul

atau bantu dengan selang

dada atau

leher.

endotrakea l dan

temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapni a, rales,

takipnea dan perubahan sensorium).

3.

Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaa n spirometri insentif setiap 2

jam selama tirah baring.

4. Pertahanka n semi fowler, bila hipotensi tak ada. posisi

5.

Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkanpasi enuntukpe mbedahan eskarotomi sesuaipesa nan.

4 Nyeri . berhubun gan dengan

Setelahdilakukanpera1. watan 2x24

Berikan 1. Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri

jam, anlgesik narkotik yang 2.

bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dneg

nyeriberkurangatauhil angdengankriteriahasil

Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hip kehilangan panas.

kerusakan : kulit/jarin gan; Menyangkal nyeri,

diresepkan prn

dan 3. Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen ujung saraf pada aliran udara.

sedikitnya

pembentukan edema. -

Melaporkan perasaan 30 nyaman,

menit

sebelum 4.

Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan meinimalkan ketidaknyamanan.

Ekspresi wajah dan prosedur postur tubuh rileks perawatan luka. Evaluasi keefektifan nya. Anjurkan analgesik IV bila luka

bakar luas.

2. Pertahanka n kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberika n kehangatan . 3. Berikan ayunan atas temapt tidur bila di pintu

diperlukan.

4.

Bantu dengan pengubaha n setiap jam posisi 2 bila

diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat

membantu membalikk an badan

sendiri.

Diposkan 5 weeks ago oleh Ners AmmaR

Jumat, 06 Februari 2009


SENGATAN LISTRIK, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Sengatan listrik (electrocution, electrical shock) terjadi jika tubuh kita dialiri arus listrik, dan itu terjadi jika tubuh kita menjadi penghubung antara dua titik yang memiliki beda potensial listrik (dinyatakan dengan Volt). Misalnya tangan kita memegang dua kabel beda fasa (Gambar 1), atau kabel fasa dan kabel netral, atau salah satu tangan memegang kabel fasa sementara kaki telanjang kita menginjak tanah atau lantai (Gambar2). Saat itulah arus listrik mengalir dari kabel ke kabel atau dari kabel ke tanah melewati tubuh kita dan kita pun merasakan apa yang sering kita sebut sebagai "kesetrum".

Gambar 1 Gambar 2 Selain dengan cara memegang langsung kabel yang beraliran, kesetrum juga bisa terjadi jika kita menyentuh benda-benda bersifat konduktif/penghantar listrik -misalnya casing dari suatu alat listrik- yang tanpa sengaja teraliri listrik (Gambar 3). Alat-alat listrik normalnya memiliki sistem insulasi untuk mencegah mengalirnya listrik dari kabel atau sirkuitnya ke bagian lain dari alat itu. Namun terkadang sistem insulasi ini gagal menjalankan tugasnya karena mengalami kerusakan atau ketidaknormalan yang disebabkan berbagai hal, misalnya pemakaian yang kasar, umur alat yang sudah tua, atau memang kualitas insulasi dari alat itu sendiri yang memang buruk. Arus listrik yang mengalir keluar dari sirkuit alat itu disebut arus bocor. Arus bocor ini merupakan penyebab nomor satu orang kesetrum.

Gambar 3 Sistem grounding berfungsi menyalurkan arus bocor ke ground (tanah/bumi). Bagian logam atau lainnya yang bersifat konduktif dari suatu alat listrik (tetapi bukan bagian dari sirkuit dari alat itu) dihubungkan ke ground menggunakan kabel grounding. Jika ada arus bocor, maka arus itu akan mencari jalan menuju ke ground dan ia punya dua pilihan, lewat tubuh manusia yang memegangnya atau lewat kabel grounding. Dan sudah sifat alami listrik untuk mencari jalan yang paling mudah dan cepat, yaitu jalur yang tahanan listriknya paling rendah, dan itu adalah kabel grounding. Dengan demikian maka pemakai alat listrik selamat dari bahaya kesetrum karena seluruh atau sebagian besar arus bocor itu telah memilih jalan yang lain. Sistem grounding biasa masih memiliki kelemahan, yakni dia bisa rusak atau terputus tanpa terdeteksi. Hal ini disebabkan terputusnya grounding tidak berpengaruh pada arus listrik utama alat itu (tetap mengalir). Untuk itu, penggunaan GFCI (Ground Fault Circuit Interrupter) sangat dianjurkan untuk meningkatkan keamanan pengguna alat listrik. GFCI adalah semacam circuit breaker (pemutus arus). Beda GFCI dengan MCB, fuse, atau sekring biasa terletak tujuan penggunaannya. MCB dll ditujukan untuk melindungi alat listriknya dari kerusakan akibat arus berlebih (overcurrent), sedangkan GFCI ditujukan untuk melindungi manusia pemakai alat listriknya dari bahaya kesetrum arus bocor. GFCI bekerja dengan membandingkan antara jumlah arus dari sumber listrik yang masuk ke suatu alat melalui kabel fasa (hot wire/hot conductor) dengan arus yang kembali dari alat menuju ke sumber melalui kabel netral. Pada alat listrik yang normal (bagus insulasinya), jumlah keduanya akan selalu sama. Jika ada perbedaan (arus keluar lebih kecil dari arus masuk), itu artinya telah terjadi kebocoran arus. Jika GFCI mendeteksi ada perbedaan sebesar 5miliAmpere (0,005A) saja, maka ia akan memutus arus listrik dalam waktu 25milidetik (0,025detik). Mungkin pemakai alat listrik yang bocor masih sempat merasakan sengatan listrik, tapi kurang dari sekedipan mata, nggak sampe kriting rambutnya...

Gambar 4 Di Gambar 4, arus yang masuk besarnya 1,5A, tapi yang kembali hanya 1A karena ada kebocoran pada kabel fasa. Yang 0,5A mengalir ke exhaust ducting (terbuat dari seng), lalu menuju ke ground melalui kabel grounding dan tubuh orang yang memegang ducting. Saat inilah sistem grounding dan GFCI akan berjasa menyelamatkan jiwa orang tersebut. Yang harus diingat, GFCI beraksi jika ada arus yang keluar dari sirkuit. Jika kita memegang kabel fasa dan kabel netral suatu alat, maka arus akan mengalir di tubuh kita dari kabel fasa ke kabel netral itu juga, tidak ada yang keluar sirkuit. Sehingga GFCI tidak mendeteksi apa-apa karena yang terjadi bukan arus bocor melainkan short circuit (hubungan pendek, korsleting). Saat itu nyawa kita tergantung pada MCB atau fuse, bukan pada GFCI lagi. Begitu juga jika kita menyentuh kabel yang belum melewati GFCI, misalnya kabel di dalam tembok yang tanpa sengaja kita bor atau kabel dari tiang listrik, maka GFCI juga tidak bisa menolong. Tetapi paling tidak GFCI melindungi kita dari jenis kecelakaan listrik yang paling umum, yaitu kecelakaan listrik akibat arus bocor. Catatan:

1.

2.

3.

4.

Tubuh manusia bersifat penghantar listrik, tetapi kulit manusia dalam keadaan kering bukan penghantar listrik, ia akan berubah menjadi penghantar jika ada kelembaban (misalnya keringat). Karena itu sebelum memakai alat listrik, ada baiknya kita mengeringkan tangan kita. Arus listrik yang berusaha melalui tubuh kita, jika tertahan oleh kulit kita yang kering, maka energi listrik itu akan berubah menjadi energi panas. Jika energi listriknya (beda potensialnya) cukup besar, maka energi panas yang terjadi akan cukup besar untuk membakar dan merusak jaringan kulit yang menghalanginya (itu sebabnya korban kesetrum seringkali mengalami luka bakar) sehingga terbukalah jalan bagi arus listrik untuk mengalir di tubuh kita. Faktor utama yang menentukan tingkat keparahan akibat dari kejutan listrik adalah besarnya arus yang mengalir (dinyatakan dengan Ampere), lamanya tubuh korban teraliri listrik, serta organ tubuh mana saja yang teraliri listrik. Makin besar arus dan/atau makin lama listrik mengaliri tubuh korban, serta semakin vital organ yang dilalui listrik (misalnya jantung atau system syaraf tulang belakang), maka makin parah akibat yang dirasakan oleh korban. Faktor lainnya yang juga menentukan tingkat keparahan adalah besarnya beda potensial atau voltase dan juga kondisi kesehatan korban sendiri sebelum tersengat listrik.

Prosedur Pertolongan Pertama untuk Korban Sengatan Listrik Jika ada orang yang tersengat listrik, segera hubungi pertolongan medis jika tanda-tanda atau gejala-gejala di bawah ini tampak pada korban: Serangan jantung Masalah pada irama jantung (arrhythmias) Kegagalan bernafas Sakit dan kontraksi pada otot Epilepsi/ayan Kesemutan dan rasa geli Tidak sadar/pingsan

Sementara menunggu pertolongan datang, ikuti langkah-langkah ini: 1. 2. Lihat dulu! Jangan sentuh! Tubuh korban mungkin masih teraliri listrik. Menyentuh korban akan menjadikan anda korban berikutnya. Jika mungkin, matikan sumber listriknya dulu. Jika tidak bisa, jauhkan sumber listrik dari korban dan penolong dengan menggunakan benda-benda non konduktif, misalnya kayu atau plastik (pastikan benda-benda tersebut dalam keadaan kering). Cek tanda-tanda sirkulasi darah pada korban (pernafasan, batuk, atau gerakan tubuh). Jika tidak ada, segera mulai lakukan CPR(1). Cegah shock(2). Baringkan korban dan jika mungkin posisikan kepala korban sedikit lebih rendah dari pinggang, dan naikkan kakinya.

3. 4.

Perhatian! Jangan menyentuh korban dengan tangan kosong jika tubuh korban masih tersentuh arus listrik. Jangan mendekati kabel-kabel tegangan tinggi sampai aliran listrik benar-benar sudah dimatikan. Jaga jarak minimal 20 kaki (6 meter) atau bahkan lebih jauh jika kabelnya berlompatan atau mengeluarkan bunga api. Jangan memindahkan korban kecuali jika korban masih terancam bahaya bila berada di tempatnya semula.

Keterangan:

1.

CPR (Cardiopulmonary Resuscitation)

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu teknik menyelamatkan nyawa yang digunakan ketika pernafasan atau detak jantung seseorang terhenti. Idealnya, CPR terdiri dari dua unsur: Memompa jantung (chest compressions) atau disebut juga CPR tangan, dikombinasikan dengan nafas buatan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth rescue breathing). Bagaimanapun juga, apa yang harus anda lakukan sebagai penolong dalam situasi darurat benar-benar bergantung pada pengetahuan dan tingkat kenyamanan anda dalam tindakan yang anda ambil: Tidak terlatih. Jika anda tidak terlatih untuk melakukan CPR, maka lakukan CPR tangan (chest compressions) saja. Itu artinya menekan dan melepaskan dada korban sekitar dua kali tiap detik terusmenerus sampai bantuan paramedis datang (dijelaskan lebih rinci di bawah). Anda tidak perlu mencoba nafas buatan. Terlatih tapi ragu-ragu. Jika anda pernah mengikuti pelatihan CPR, tapi anda tidak percaya diri pada kemampuan anda, maka cukup lakukan seperti yang pertama (chest compressions). Terlatih dan benar-benar siap. Jika anda terlatih dengan baik, dan percaya diri akan kemampuan anda, maka anda bisa memilih salah satu dari dua cara: 1. Bergantian antara 30 kali chest compressions dan dua kali nafas buatan, atau 2. Cukup chest compressions saja (detail dijelaskan di bawah).

Sebelum mulai CPR, perhitungkan situasi-situasi di bawah ini: Apakah korban sadar atau tidak? Jika korban seperti tidak sadar, tepuk atau guncang bahunya dan tanyakan dengan lantang, "kamu tidak apa-apa?" Jika korban tidak merespon dan ada dua orang penolong, yang satu harus mencari pertolongan (menghubungi paramedis) dan yang lainnya mulai melakukan CPR. Jika anda sendirian dan membawa telepon/hp, hubungi dulu paramedis baru kemudian lakukan CPR.

Ingat prinsip ABC, pikirkan ABC Airway (Jalan nafas), Breathing (Nafas buatan) dan Circulation (Peredaran darah) agar anda selalu ingat langkah-langkah yang dijelaskan berikut. Lakukan dua langkah pertama (AB) dengan cepat agar bisa segera mulai chest compressions untuk memulihkan Peredaran darah (C). AIRWAY: Buka jalan nafas 1. 2. 3. Letakkan korban terlentang di atas permukaan yang stabil. Berlututlah di sebelah leher dan bahu korban. Buka jalan nafas korban dengan head-tilt chin-lift maneuver (mendongakkan kepala dan mengangkat dagu korban): Letakkan salah satu telapak tangan anda di dahi korban dan dengan hati-hati dongakkan kepalanya ke belakang. Lalu gunakan tangan yang lain untuk mengangkat dagu korban ke depan dengan hati-hati untuk membuka tenggorokannya. Periksa rongga mulut korban apakah ada benda-benda yang menghalangi jalan nafasnya (misalnya gigi palsu yang lepas, muntahan, sisa makanan, dll), jika ada singkirkan. Periksa dengan cepat (tidak lebih dari 5 atau 10 detik) apakah nafas korban normal: Adakah gerakan dadanya? Dengarkan suara nafasnya, dan rasakan nafas korban dengan pipi dan telinga anda. Nafas seperti orang yang terperangah kaget tidak termasuk nafas yang normal. Jika korban tidak bernafas dengan normal dan anda terlatih CPR, lakukan nafas buatan dari mulut ke mulut. Jika anda yakin korban pingsan karena serangan jantung dan anda sendiri tidak terlatih, lewati proses nafas buatan dan langsung ke proses chest compressions untuk memompa jantung dan memulihkan peredaran darah.

4. 5.

BREATHING: Berikan nafas buatan pada korban. Nafas buatan bisa dilakukan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung jika mulut korban terluka parah atau tidak bisa dibuka. 1. Dengan jalan nafas korban sudah terbuka (hasil dari langkah pertama) tutup lubang hidung korban rapat-rapat dengan jari telunjuk dan ibu jari dan tempelkan mulut anda (terbuka) ke mulut korban yang

2.

3.

terbuka sedemikian rupa sehingga tidak ada celah yang memungkinkan udara keluar dari sela-sela mulut anda dan korban saat anda meniupkan udara ke mulut korban. Bersiaplah untuk memberikan dua tiupan nafas buatan: Berikan tiupan pertama selama satu detik dan lihat apakah dada korban naik. Jika ya berikan tiupan yang kedua. Jika tidak berarti jalan nafas korban belum terbuka atau tertutup kembali. Ulangi langkah A (head-tilt chin-lift maneuver) dulu baru berikan tiupan yang kedua. Mulai chest compressions untuk memulihkan peredaran darah korban (masuk langkah C).

CIRCULATION: Memulihkan peredaran darah dengan memompa jantung (chest compressions) 1. Letakkan salah satu pangkal telapak tangan anda di atas dada korban, di antara kedua putingnya. Letakkan telapak tangan yang satu lagi di atas yang pertama. Luruskan siku anda dan posisikan bahu anda tepat di atas kedua tangan anda. Gunakan berat badan tubuh bagian atas anda (bukan hanya lengan anda) saat anda menekan dada korban. Tekan dengan keras dan cepat (sekitar 2x/detik) sampai sekitar 2 inci atau 5 cm ke bawah. Setelah 30 kali chest compressions, ulangi langkah A (head-tilt chin-lift maneuver) dan B (2 nafas buatan seperti dijelaskan di atas). Itu semua adalah 1 siklus. Jika ada orang lain, mintalah agar dia yang memberikan 2 nafas buatan setelah anda melakukan 30 chest compressions. Lanjutkan CPR sampai ada tanda-tanda pergerakan tubuh korban atau sampai tenaga paramedis mengambil alih. Jika korban mengalami shock

2. 3.

4. 5.

Ada bermacam-macam tanda-tanda seseorang mengalami shock: Kulit dingin dan berkerut. Mungkin terlihat pucat atau abu-abu. Detak jantung lemah dan cepat. Nafas korban bisa jadi pelan dan pendek (hypoventilation), atau malah cepat dan dalam (hyperventilation). Tekanan darah di bawah normal. Pandangan mata kosong dan mungkin terlihat seperti memandang sesuatu. Kadang-kadang pupil mata melebar. Korban bisa sadar bisa pingsan. Jika tidak pingsan, korban mungkin merasa kesadarannya berkurang, atau sangat lemah atau kebingungan. Shock terkadang menyebabkan seseorang menjadi terlalu bersemangat (overly excited) atau gelisah.

Jika anda mencurigai korban mengalami shock, bahkan walaupun korban nampak normal setelah kecelakaan: Cari bantuan medis. Baringkan korban di atas punggungnya dengan kaki lebih tinggi dari kepala. Tetapi jika hal itu menyebabkan rasa sakit atau cedera lebih parah, baringkan mendatar saja. Tenangkan korban. Periksa tanda-tanda adanya peredaran darah (pernafasan, batuk, atau gerakan). Jika tidak ada tanda, lakukan CPR. Jaga korban agar tetap hangat dan nyaman. Longgarkan sabuk dan pakaian yang ketat, selimuti korban. Jangan berikan minum bahkan walaupun korban mengeluh kehausan. Miringkan tubuh korban jika korban muntah atau mengeluarkan darah dari mulutnya agar muntahan atau darah tidak tertelan. Cari bagian tubuh korban yang cedera, dan berikan Pertolongan Pertama.

Oleh: Adiwijaya Indra Permana

You might also like