You are on page 1of 5

MANAGEMENT AIRWAY Prioritas utama dalam management airway adalah adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar

tetap bebas. Anatomi Sistem Pernapasan a. Hidung dan mulut Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway. b. Faring Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta makanan dari mulut harus melalui faring in Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur pernapasan dan akan bersambungan dengan paru. c. Epiglotis Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak. d. Laring dan trakea Laring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi, trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway. e. Bronkus dan paru Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Sumbatan Jalan Napas Ada beberapa keadaan dimana adanya sumbatan jalan nafas harus diwaspadai yaitu: a. Trauma pada wajah yang dapat menyebabkan fraktur/dislokasi dengan gangguan orofaring dan nasofaring. Fraktur tulang wajah dapat menyebabkan perdarahan, sekresi yang meningkat serta avulsi gigi yang menambah masalah jalan nafas. b. Fraktur ramus mandibula, terutama bilateral, dapat menyebabkan lidah jatuh kebelakang dan gangguan jalan nafas pada posisi terlentang c. Perlukaan daerah leher mungkin ada gangguan jalan nafas karena rusaknya laring atau trachea atau karena perdarahan dalam jaringan lunak yang menekan jalan nafas. d. Adanya muntahan, darah, atau benda lain dalam mulut atau orofaring e. Adema laring akut karena trauma atau infeksi Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan : a. Gelisah oleh karena hipoksia b. Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug) c. Gerak dada dan perut paradoksal d. Sianosis e. Kelelahan dan meninggal

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) a. Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal. b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction. c. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi. 1. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat a. Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal b. Tujuan Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh. c. Pemeriksaan Jalan Napas L = Look/Lihat Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran Lihat apakah korban mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran, sianosis (kulit biru dan keabu-abuan) yang menunjukkan hipoksemia dapat dilihat pada kuku, lidah, telinga, dan kulit sekitar mulut. Lihat apakah terdapat retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan

L = Listen/Dengar Dengar aliran udara pernafasan, dengar adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Suara parau (hoarseness, disfonia) menunjukkan sumbatan pada faring.

F = Feel Rasakan Rasakan Tidak ada udara yang dapat dirasakan atau didengarkan dari hidung dan mulut dengan cepat menentukan apakah trakea berada di tengah Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong . Tindakan Patensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya.Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).

d.

1) Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust. a) Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu) Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Tehnik ini bertujuan membuka jalan nafas secara maksimal. Tidak disarankan pada penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai gantinya gunakan Jaw thrust dan hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. b) Head Tilt Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

c) Jaw trust (tindakan mengangkat sudut rahang bawah) Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

2) Membersihkan Jalan Nafas a) finger sweep Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

3) Mengatasi sumbatan nafas parsial Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat. Dapat digunakan teknik manual thrust a) Abdominal thrust (Manuver Heimlich) Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen). Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) b) Chest thrust Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil) Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

c) Back blow Back Blow (untuk bayi) Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae. 2. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan sempurna dan fasilitas tersedia. Peralatan dapat berupa : a) Pemasangan Pipa (tube) Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban. Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan b) Pengisapan benda cair (suctioning) Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)

Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk mencegah suction masuk ke dasar tengkorak

c) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit. d) Membuka jalan nafas Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi. e) Proteksi servikal Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher. Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak. Posisi kepala harus in line (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)

DAFTAR PUSTAKA

Hastuti Agustina Tri, 2009. Pengelolaan Jalan Nafas (airway) dan Pernafasan (Breathing). Pengelolaan Jalan Nafas. Bedah Musculoskeletal

You might also like