You are on page 1of 4

AUTOREGULASI

Autoregulasi adalah kemampuan pembuluh darah untuk mempertahankan tekanannya agar selalu dalam keadaan normal.Hal tersebut terlaksana dengan bantuan mediator-mediator kimia lokal yang berikatan dengan sfingter prakapiler yang mengatur membuka dan menutupnya pembuluh darah. Mediator-mediator kimia tersebut ialah Adenosin,CO2,histamin,asam laktat,Kalium dan hidrogen.

Ada juga beberapa mediator-mediator lain seperti :

Nitrat Oksida

Sel endotel menghasilkan nitrat oksida yang kemudian berdifusi ke otot polos dibawahnya dan menyebabkan relaksasi endotel-dependen pada otot polos

Endotelin

Endotelin merupakan vasokonstriktor poten yang pelepasannya distimulus oleh AT2,ADH,Trombin,sitokin, dan ROS.Sedangkan prostasiklin dan nitrat oksida bersifat menghambat pelepasan endotelin.

Serotonin

Serotonin dihasilkan oleh trombosit,sedangkan fungsi serotonin sebagai vasokonstriktor atau vasodilatator tergantung pada tempat pelepasan.Contoh kerja serotonin sebagai vasokonstriktor ialah pada saat terjadi perdarahan,ia mengurangi/menekan perdarahan.

Bradikinin

Bradikinin dihasilkan oleh plasma atau cairan interstisial,ia berefek sebagai vasodilatator,meningkatkan aliran darah lokal dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Penderita hipertensi di Amerika Serikat saat ini mencapai kurang lebih 50 juta orang dan di seluruh dunia jumlahnya mencapai hampir 1 miliar orang. Data dari Framingham Heart Study menunjukkan pada individual dengan normotensi, saat berusia 55 tahun sembilan puluh persen (90%) diantaranya mempunyai risiko terjadi hipertensi (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia karena menjadi faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskuler dan stroke. Insidensi hipertensi di Amerika Serikat mencapai 29-31% atau sama dengan 58 sampai 65 juta pada populasi di atas 18 tahun (Fields et al., 2004). Diperkirakan bahwa jumlah penderita hipertensi akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya populasi geriatri dan peningkatan insidensi obesitas (Kaplan, 2006). Definisi hipertensi saat ini adalah menggunakan definisi yang dikemukakan dalam laporan Joint

National Committee ke-7 (JNC 7). Dengan pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali atau lebih pada 2 kunjungan atau lebih yang berbeda, maka tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut: (1). Tekanan darah normal atau normotensi adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg; (2). Prehypertension adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg; (3). Hipertensi: stage 1 adalah tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 9099 mmHg; stage 2 adalah tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 160 mmHg atau diastolik lebih dari atau sama dengan 100 mmHg (Chobanian et al., 2003). Dimasukkannya kriteria pre-hipertensi menunjukkan adanya hubungan positif antara risiko kejadian kardiovaskuler fatal dan tingginya tekanan darah, yaitu terjadi peningkatan insidensi kejadian kardiovaskuler fatal seiring dengan peningkatan tekanan darah. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi atas: (1).Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut hipertensi primer atau hipertensi esensial, yang merupakan sebagian besar hipertensi (95%), (2).Hipertensi yang diketahui penyebabnya atau hipertensi sekunder (5%) (Braunwald et al., 2001). Hipertensi esensial secara klasik didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Secara klinis, hipertensi biasanya terjadi pada penderita dengan kelebihan berat badan, sindroma metabolik, hiperuricemia, atau seseorang dengan hiperaktif sistem saraf simpatis. Gambaran lain adalah terdapatnya riwayat keluarga, ras hitam, dan riwayat berat badan lahir rendah (Kanellis et al., 2003). Hipertensi sekunder adalah keadaan hipertensi yang diakibatkan oleh keadaan atau penyakit lain. Keadaan atau penyakit tersebut antara lain: primary renal disease, kontrasepsi oral hormonal, pheokromositoma, hiperaldosteronisme primer, penyakit renovaskuler, sindroma Cushing, sleep apnoe syndrome, koarktasio aorta, gangguan endokrin lain yaitu hipotiroidisme, hipertiroidisme dan hiperparatiroidisme (Kaplan, 2006). Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum dijumpai pada penderita hipertensi adalah: (1). Jantung, hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium dan gagal jantung, (2). Otak, stroke atau transient ischemic attack, (3). Ginjal, penyakit ginjal kronis, (4). Penyakit arteri perifer, (5). Retinopati (Yogiantoro, 2006). Kecenderungan terjadinya komplikasi tersebut bervariasi tergantung dari tekanan darah, di mana diketahui bahwa risiko komplikasi sudah dimulai pada saat tekanan darah meningkat di atas 110/75 mmHg atau pada tekanan darah berapapun tergantung ada tidaknya faktor risiko yang lain (PastorBarriuso et al., 2003). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, stroke, perdarahan intracerebral, meningkatkan risiko gagal jantung, insufisiensi dan gagal ginjal, serta dapat merupakan kegawat daruratan yang dapat mengancam jiwa (Kaplan, 2006). Hasil Framingham Heart Study menunjukkan bahwa tekanan darah 130 mmHg sampai 139/85 mmHg sampai 89 mmHg berhubungan dengan peningkatan 2 kali risiko relatif kejadian kardiovaskuler dibanding individu dengan tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Vasan et al., 2001). Hipertensi dan penyakit jantung koroner merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang utama di banyak negara di dunia. Angka di Amerika Serikat menunjukkan kejadian 500.000 ribu kematian

oleh karena penyakit jantung koroner dan hipertensi dan menyebabkan pengeluaran yang sangat tinggi (Fields et al., 2004). Hipertensi bersama-sama diabetes melitus, resistensi insulin, dislipidemi, dan obesitas, diketahui merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang paling sering terjadi dan penting untuk terjadinya penyakit ginjal kronik, yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal terminal. Penelitian tentang hipertensi menunjukkan pengobatan terhadap hipertensi yang intensif akan mengurangi insidensi stroke hingga 50%; infark miokard 2025%; gagal jantung hingga lebih dari 50% (Kaplan, 2006). Terdapat beberapa karakter yang menjadi faktor risiko untuk progresifitas kelainan ginjal pada penderita hipertensi esensial. Faktor risiko yang menyebabkan progresifitas kelainan ginjal pada hipertensi esensial adalah terdapatnya hiperuricemia atau gout. Sebelum terapi gout dikembangkan, angka kematian mencapai 25% akibat gagal ginjal. Tabel dibawah ini menggambarkan faktor risiko yang menjadi sebab progresifitas kelainan ginjal pada penderita hipertensi esensial (Johnson et al., 2005).

1.Mekanisme Autoregulasi Lokal

ertahankan aliran darah yang konstan bila terdapat perubahan tekanan perfusi

2. Mekanisme Regulasi Sistemik

Epinefrin dan Norepinefrin Vasopressin vasokonstriktor

Bahan Vasokonstriktor (angiotensin II) Bahan Vasodilator (bradikinin, serotonin, histamin, prostaglandin)

1. Ion sebabkan vasokontriksi (ion kalsium) 2. Ion sebabkan vasodilatasi (K, Mg, Na, H, asetat & sitrat)

You might also like