You are on page 1of 7

BAB VII.

METODE PEMULIAAN TANAMAN PENYERBUK SILANG

1.

DASAR GENETIK Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah heterozigot dan heterogenus. Satu individu dan

individu lainnya genetis berbeda. Karena keragaman genetis yang umumnya cukup besar dibanding dengan tanaman penyerbuk sendiri dalam menentukan kriteria seleksi diutamakan pada sifat ekonomis yang terpenting dulu, tanpa dicampur aduk dengan sifat sifat lain yang kurang urgensinya. Pengertian yang bertalian dengan keseimbangan Hardy-Weinberg pengertian mengenai silang dalam, macam macam gen dan sebagainya sangat membantu memahami sifat sifat tanaman penyerbuk silang dan metode metode seleksinya.

Keseimbangan Hardy-Weinberg Banyaknya genotipe suatu keturunan hasil perkawinan bisa diduga dan diperhitungkan, hanya ketepatan peramalan sangat tergantung pada beberapa faktor misalnya jumlah lokus serta allele yang dimiliki, genotipe orang tua serta banyaknya gamet yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keturunan keturunan tersebut semakin banyak, akan merupakan suatu populasi genetis yang semakin berkembang karena adanya persilangan antara individu individunya. Dalam perkembangannya, mungkin suatu populasi akan menjadi lebih baik atau sebaliknya, sesuai dengan perubahan komposisi gen yang dimilikinya. Dalam populasi kita hanya bisa mengerti genotipe dan menduga genotipenya. Dari sini bisa dihitung frekuensi gen dalam populasi tersebut. Frekuensi gen A = P H = 0,25 (0,10) = 0,30 = p Frekuensi gen a = a H = 0,65 (0,10) = 0,70 = q Apabila dalam populasi terjadi kawin acak maka perbandingan genotipe pada generasi berikutnya yaitu : AA = p2 Aa = 2pq Aa = q2 = (0,3)2 = 0,09

= 2(0,7)(0,3) = 0,42 = (0,7)2 = 0,49

Frekuensi gen A = 0,09 (0,42) = 0,30 Frekuensi gen a = 0,49 (0,42) = 0,70 Dari contoh di atas ternyata frekuensi genotipe berubah sedangkan frekuensi gennya tetap. Ini disebabkan populasi tersebut belum ada dalam keseimbangan (equilibrium), tetapi pada generasi selanjutnya frekuensi gen dan genotipenya akan selalu konstan.

Frekuensi gen pada generasi keturunan tidak tergantung dari frekuensi genotipe orang tuanya tetapi tergantung dari frekuensi gen orang tuanya.

Perubahan Frekuensi Gen Pada uraian di atas populasi bisa mencapai equilibrium bila tak ada gaya gaya yang dapat mengubah frekuensi gen. Faktor faktor yang penting yang mengubah equilibrium adalah seleksi, mutasi dan migrasi. Bagi pemulia tanaman faktor seleksi adalah penting. Seleksi ini dapat terjadi secara alamiah maupun buatan (dilakukan oleh manusia). Secara alam, misalnya, suatu individu mempunyai keturunan yang lebih sedikit dibandingkan ratarata individu yang lain sehingga frekuensinya semakin berkurang atau keadaan lingkungan mempengaruhi individuindividu yang akan disidangkan atau dibuang. Kecepatan perubahan gen ini tergantung dari : 1. Intensitas seleksi (banyaknya individu yang diseleksi) 2. Frekuensi gen yang diseleksi 3. Sifat gen yang diseleksi, dominan atau resesif Seleksi dengan intensitas tertentu akan lebih efektif bila sifat yang diseleksi banyak terdapat dalam populasi dan tidak efektif bila sifat tersebut jarang. Sering dikatakan bahwa kemajuan seleksi mula mula tepat tetapi kemudian menurun pada generasi yang lebih lanjut. Ternyata hal ini tidak demikian. Apabila suatu sikap yang disukai jarang terdapat dalam populasi (frekuensi rendah), kemudian diseleksi dengan intensitas yang tetap dari generasi ke generasi maka generasi permulaan kemajuan seleksi amat lambat. Tetapi pada generasi yang lebih lanjut frekuensi gen yang diseleksi dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi makin cepat sampai mencapai maksimum kemudian menurun lagi.

2.

SILANG DALAM DAN HETEROSIS Silang dalam adalah hasil persilangan antara individu yang ada hubungan keluarga atau pembuahan

sendiri dan mengarah ke peningkatan homozigot. Silang dalam memberikan akibat buruk dari individu individu dalam suatu populasi. Efek silang dalam lebih dikenal dengan istilah depresi silang dalam. Pada tanaman penyerbuk silang : seperti jagung maka akibat silang dalam (yakni dipresi = tekanan silang-dalam) sangat nyata sekali. Tanaman menjadi lebih rendah, ketegapan fekunditas yang menjadi turun serta bertambahnya sifat sifat yang mengakibatkan kelemahan tanaman secara keseluruhan. Dengan demikian silang dalam sebaiknya dihindari, kecuali kalau prosesnya terkontrol dengan tujuan penciptaan hibrida, dengan memanfaatkan heterosis sebesar besarnya.

Silang dalam yang paling tepat adalah dari proses silang diri. Setiap kali proses silang diri berjalan maka 50% dari heterozigot akan terhambur, sehingga pada generasi silang diri ke 7 dan ke 8, maka populasi tanaman praktis akan mewakili oleh individu individu homosigous pada sesuatu lokal. Besar kecilnya dipresi silang dalam pada berbagai tanaman tidak sama besarnya. Contoh, bawang mengalami silang dalam yang lebih ringan dibanding jagung. Pada tanaman penyerbuk sendiri dipresi silang dalam tidak ada artinya. Heterosis atau ketegapan (vigor) hibrida biasanya diukur sebagai superioritas (keunggulan) hibrida di atas rata rata tetuanya. Ini telah dilaporkan pada banyak tanaman, baik pada species penyerbuk sendiri maupun penyerbuk silang.

Ada

3 hipotesis genetik untuk heterosis.


Heterosis Dominan, heterosis disebabkan oleh pengaruh kumulatif allele dominan pada banyak loci yang mempengaruhi sifat.

1.

2. 3.

Heterosis Overdominan, genotipe yang superior adalah menguntungkan pada kondisi heterozigot. Heterosis Epistasi, terutama yang menyangkut pengaruh gen dominan, dapat juga menimbulkan heterosis.

3.

METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SILANG

Dibedakan atas dasar : a. Cara Pemotongan Populasi Dasar 4. 5. b. Fenotipe Individu Tanaman Keturunan dari Tanaman

Kontrol Terhadap Persilangan 6. 7. 8. Tanpa Kontrol terhadap Persilangan Sebagian Kontrol terhadap Persilangan Kontrol Penuh terhadap Persilangan

c.

Model Peran Gen dalam Populasi Menentukan Cara Pemotongan Populasi Dasar 9. Additif

10. Dominan

11. Epistasis d. Tipe Uji Keturunan 12. Tanpa Uji Keturunan 13. Uji Daya Gabung Umum 14. Uji Daya Gabung Khusus e. Macam Varietas Komersiil yang Akan Dibentuk 15. Varietas Menyerbuk Bebas/Terbuka 16. Varietas Sintetik dsb 17. Hibrida Tunggal/Ganda 18. Perbaikan Hibrida

Seleksi Berulang Fenotipis Tujuan : Mencari individuindividu yang baik pada setiap siklus seleksi dan dengan perkawinan acak di dalam individuindividu baik tersebut. Persyaratan : a. b. c. d. e. Cara pemotongan populasi dasar berdasarkan fenotipe individu tanaman Terdapat kontrol penuh terhadap persilangan Model peran gen dalam populasi aditif Tipe uji keturunan tanpa uji keturunan Varietas komersiil yang akan dibentuk varietas menyerbuk terbuka.

Individu-individu baik yang terpilih Persalinansecara acak di antaraindividu-individu terpilihdipanenbijinya dicampur

Metode :

Biji dicampurjumlah biji dari setiapindividu terpilih sama

dst

Individu-individu baik yangterpilihdiadakan persilangan secaraacak diantara individuindividu terpilih

Dipanen

Dicampur dst

SELEKSI MASSA Individu yang dipilih dipanen biji dicampur tanpa uji keturunan untuk generasi berikutnya.

Seleksi hanya berdasarkan pada tetua betina tanpa ada kontrol persilangan suatu bentuk populasi kawin acak dengan seleksi

Tujuan dari seleksi massa : Meningkatkan genotip superior dalam populasi

Efektivitasnya tergantung pada :

-Banyaknya gen, dan - Heritabilitasnya

Efektiv meningkatkan frekuensi gen

Karakter yang mudah diukur dan diamati Pada jagung : Warna biji Tinggi tanaman Ukuran tongkol Letak tongkol pada batang % minyak dan protein Umur masak / panen

You might also like