You are on page 1of 14

IMPLIKASI KURIKULUM 2013 TERHADAP PENDIDIKAN MATEMATIKA

Oleh: Shelanisya Chanenda NIM: 1384202065 Tingkat 1 / B

PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PACITAN 2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapak pada junjungan kita nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah pengantar pendidikan . Makalah ini membahas mengenai implikasi kurikulum 2013 tarhadap pendidikan matematika. Makalah ini disusun dari beberapa beberapa sumber yang membahas tentang kurikulum 2013 dan implikasinya. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kendala yang kami hadapi. Tetapi karena pertolongan Allah SWT, makalah ini dapat terselaikan dengan baik. Semoga maklah ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi kritria tugas pengantar pendidikan yang diberikan. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf kareana manusia tidak luput dari kesalahan. Akhir kata, Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL ...................................................................................i KATA PENGANTAR ................................................................................ii DAFTAR ISI ...............................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................2 BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................3 2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 .................................................3 2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 ........................................4 2.3 Kurikulum 2013 ....................................................................................6 2.4 Implikasi Kurikulum 2013 terhadap Pendidikan Matematika ..............9 BAB 3 PENUTUP ......................................................................................10 3.1 Kesimpulan ...........................................................................................10 3.2 Saran .....................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................11

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Alenia ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memiliki beberepa pokok pikiran salah satunya tentang tugas dan tujuan bangsa indonesia yang berbunyi Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesua dengan Pembukaaan UUD tersebut pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dalam pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, UndangUndang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali perubahan. Usaha tersebut dilakukan demi terciptakan generasi masa depan berkarakter, memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, dan mampu bersaing di dunia internasional. Kurikulum sifatnya dinamis atau berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia internasional menuntut Indonesia agar dapat bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara maju di dunia. Banyak wacana yang berkembang tentang kurikulum 2013 ini. Ada berbagai persepsi dan kritik yang berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Selama era reformasi, ini

adalah ketiga kalinya kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional setelah rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakan tersebut, maka rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini yaitu, 1) Apa perbedaan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, dan Kurikulum 2013? 2) Bagaiman implikasi kurikulum 2013 dalam pendidikan matematika? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1) Dapat mengetahui perbedaan antara KBK 2004 KTSP 2006 dengan kurikulum 2013. 2) Dapat mengetahui tentang kurikulum 2013 serta implikasinya terhadap pendidikan matematika.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan bahwa KBK itu dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik (siswa) memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang mampu dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Dalam arti, melalui penerapan KBK tamatan sekolah diharapkan memiliki kompetensi atau kemampuan akademik yang baik, keterampilan untuk menunjung hidup yang memadai, pengembangan moral yang terpuji, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup yang sehat, semangat bekerja sama yang kompak dan apresiasi estetika yang tinggi terhadap dunia sekitar. Sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar dikelas.Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. Ranah kompetensi yang terdapat dalam KBK,antara lain: kompetensi akademik(academic competency), kompetensi kehidupan(life competency),dan kompetensi karakter nasional(national character competency).Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka pembelajaran ditekankan pada bagaimana siswa belajar tentang belajar(learning how to learn).KBK itu sendiri Cakupannya ialah standar kompetensi , standar isi (content standard) dan standar penampilan (performance standard). Kelebihan/Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut: 1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri. 2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena fokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masingmasing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). 3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan kemampuankemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspekaspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. 4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat
3

5. 6.

7.

8.

dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalamanpengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan katrampilan

Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut: 1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan. 2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan. 3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented. 4. memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal kompetensi merupakan a complex combination of knowledge,attitudes, skills and values displayed in the context of task performance . ( Gonczi,1997), sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak. 2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban
4

belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan kurikulum. Dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Kelebihan / Keunggulan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat diungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi. 2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan dan dapat tercapainya pendidikan karakter. 3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa. 4. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun secara umum,KTSP bias diandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan peserta didik. 5. Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan membahas masalah masalah yang kontekstual ,yang dalam kenyataanya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari- hari. 6. Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. 7. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen. 8. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya. 9. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum. 10. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan peserta didik dan kondisi daerahnya masing-masing. 11. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya. 12. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. 13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik 14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
5

15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik. 16. kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan 17. Menggunakan berbagai sumber belajar. 18. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar. 19. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa. Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah. 2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP . 3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan 4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi. 5. pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru. 6. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP. 7. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina perkembangan peserta didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan dibawah rata rata.Kenyataan membuktikan ,kondisi social,dan ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru. 8. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi dengan prtofolio.karena ketidakpemahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes tes dan ulangan ulangan yang cognitive based semata. 2.3 Kurikulum 2013 Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah: (1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD). (2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
6

(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu. (4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum. (5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan disciplinarybased curriculum atau content-based curriculum. (6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran. (7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung. (8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan). Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler. 1. Pembelajaran intrakurikuler a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru. c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted). 2. Pembelajaran ekstrakurikuler Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka. Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) namun mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
7

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas: 1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu: Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII 2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 2015 Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK. 3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 2014 Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta didik. Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru. 4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari Desember 2013 5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 2016 Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut: Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016 Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum. Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuanpendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran. 1. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya. 2. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL).
8

Kelemahan Kurikulum 2013 1. kurikulum 2013 ditetapkan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya,
katanya di Yogyakarta, Senin lalu.

2. Semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. 3. tak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. 4. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan. 5. Banyak guru yang belum siap dengan adanya kurikulum 2013. 6. Sosialisasi mengenai kurikulum 2013 belum dilakukan secara merata. Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya terletak pada cara pengajaran, tambahan dan penguranggan jam, penggabungan dan pengurangan mapel, serta penggunaan teknologi informasi. Cara pembelajaran di kurikulum 2013, siswa ditintut lebih aktif. Beberapa mata pelajaran juga akan mengalami penambahan dan pengurangan. Contohnya seperti pelajaran matematika di SD mengalami pengurangan jam sedangkan di SMP mengalami penambahaan jam. Beberapa pelajaran juga digabung dan ada pula yang dihapus dari kurikulum. Salah satu contohnya adalah pelajaran TIK dan Bahasa Inggris. Di kurikulum 2013 ini teknologi informasi akan sering dimanfaatkan. 2.4 Implikasi Kurikulum 2013 terhadap Pendidikan Matematika Perbandingan alokasi waktu KTSP dengan kurikulum 2013. Jenjang KTSP Kurikulum 2013 I SD 5 VII SMP 4 X SMA 4 II 6 III 6 VIII 4 XI 4 IV 6 V 6 IX 4 XII 4 VI 6 IV 5 X 4 VII 5 XI IPA/IPS 4 I II III IV 5 V 5 XI 5 XII IPA/IPS 4 VI 4

Sesuai data diatas pada kurikulum 2013 pembelajaran matematika mengalami penambahan dan pengurangan waktu kegiatan pembelajaran. Pada jenjang SD terjadi pengurangan jam pelajaran yaitu pada kelas IV-VI. Di jenjang SMP dari kelas VII-XI mengalami peningkatan jam pelajaran. Sedangkan SMA tetap, tidak ada penambahan maupun pengurangan jam pelajaran.
Kurikulum 2013 memerlukan guru matematika yang kreatif dan baik dalam menyiapkan kegiatan atau pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. 9

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya terletak pada cara pengajaran, tambahan dan penguranggan jam, penggabungan dan pengurangan mapel, serta penggunaan teknologi informasi Masih ditemukannya beberapa kendala menenai kurikulum 2013. Implikasi kurikulum 2013 terhadap pelajaran matematika terletak pada penambahan dan pengurangan alokasi waktu serta cara pembelajarannya. 3.2 SARAN Perlu diadakan peninjauan ulang terkait adanya kurikulum 2013. Perlu diadakan sosialisai yang merata mengenai kurikulum 2013 dan pelaksanaanya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2012. DOKUMEN KURIKULUM 2013 Sari, Noor Eka Indah. Kelemahan dan Kelebihan KBK dan KTSP. (online) http://noorekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html. Diakses tanggal 6 Januari 2014 Kompas. Ini Kelemahan-Kelemahan Kurikulum 2013. (Online). http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/19/12564532/Ini.Kelemahankelemahan.Kurikulum.2013. Diakses 7 Januari 2013

11

You might also like