You are on page 1of 26

STUDI UNTUK PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK AKTIVITAS DAN STRATEGI BISNIS PADA UMKM BATIK

(STUDI KASUS PADA KOMUNITAS BATIK LAWEYAN, KOTA SOLO) Ahmad Budi Setiawan Pusat Litbang Aplikasi Telematika dan Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika ahmad.budi@depkominfo.go.id ABSTRACT This research aims to study the solutions about the use of Information and Communication Technology (ICT) in Micro Small Medium Enterprises (MSMEs) batik entrepreneurs business activity of Community Laweyan. This research also described a portrait of the conditions in the utilization of ICT from latest business activities of SMEs batik industry in Laweyan Community. Besides it will also be described as portraits of ICT in Solo city, Surakarta and the readiness of the ICT infrastructure that was provided by government. The final results of this study concluded that by utilizing ICT, expected business activity in batik entrepreneurs of Laweyan Community become more effective and efficient. Keywords : Information and Communication Technology, utilization, Micro Small Medium Enterprises (MSMEs), business activity ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari solusi tentang pemanfanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas bisnis para pengusaha batik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Komunitas Laweyan. Dalam penelitian ini juga dideskripsikan potret kondisi pemanfaatan TIK dalam aktivitas bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan terkini. Disamping itu juga akan dideskripsikan potret TIK kota Solo, Surakarta beserta kesiapan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Hasil akhir dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan memanfaatkan teknologi informasi, diharapkan aktivitas bisnis para pengusaha batik Komunitas Laweyan menjadi lebih efektif dan efisien. Kata kunci : Teknologi Informasi dan Komunikasi, pemanfaatan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, aktivitas bisnis.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perhatian dan inisiatif ditujukan untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun lembaga swasta. Peran UMKM dalam perekonomian sebuah negara, termasuk Indonesia, memang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh karena sektor UMKM di Indonesia terbukti telah memebantu menyerap tenaga kerja,

berdasarkan data BPS DAN KEMENTERIAN kukm TAHUN 2005, Sebanyak 99,9% pelaku usaha di Indonesia adalah UKM bahkan proporsi penyerapan tenaga kerja sebesar 99,49%. Selain itu mempunyai andil terhadap pertambahan nilai ekspor dan Produk Domestik Bruto (PDB)1. Meskipun peran UMKM sangat strategis, namun ketatnya kompetisi, terutama menghadapi perusahaan besar dan pesaing modern lainnya telah menempatkan UMKM dalam posisi yang tidak menguntungkan. Di Indonesia, sebagian besar UMKM menjalankan usahanya dengan cara-cara tradisional, termasuk dalam produksi dan pemasaran. Permasalahan seperti inipun juga menjadi kendala yang dihadapi oleh para pengusaha pelaku UMKM dan juga Pemerintah kota Surakarta yang berperan membina para pelaku UMKM dalam memberdayakan sektor usaha kerakyatan yang startegis tersebut. Faktor-faktor yang dominan membatasi perkembangan usaha UMKM antara lain yaitu: persaingan (persaingan klaster, persaingan domestik dan persaingan luar negeri), penyelundupan, kebjakan ekonomi, kebijakan harga, permodalan dan manajerial, penguasaan teknologi, termasuk penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam upaya pengembangan bisnis pada usaha UMKM. Kota Solo, Surakarta merupakan daerah penghasil dan pengolahan batik terkenal di Indonesia. Sebagian besar industri batik di kota Solo, Surakarta masih dikategorikan dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tingkat pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah Batik di kota Solo, Surakarta seusai pengakuan UNESCO, mencapai 35 hingga 50 persen. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk mendorong sektor perekonomian rakyat. Salah satu Komunitas industri batik terkenal dari Kota solo adalah Komunitas Laweyan yang berada di Kelurahan Laweyan. Komunitas ini menghasilkan banyak pelaku bisnis UMKM industri batik yang potensial untuk mendorong perekonomian rakyat melalui sektor UMKM bahkan industri ini sangat potensial untuk menjadi besar dan bertaraf internasional. Agar dapat berkompetisi dalam persaingan bisnis secara sehat maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dan menjawab tantangan yang dihadapi. Peningkatan mutu produk dan layanan akan menjadi focus utama guna meningkatkan kualitas kepuasan konsumen sebagai tolok
1

Yan Rianto, Budi Triono, Chichi Shintia L, Studi Faktor-Faktor Determinan Kemampuan Inovasi UKM, LIPI Press, 2006. hal 1-2

ukur pencapaian keberhasilan bisnis. Selain itu peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan perusahaan akan meningkatkan laba disisi perusahaan serta pengurangan biaya yang akan membawa manfaat pada harga jual produk dan jasa yang lebih kompetitif. Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan peluang-peluang baru yang dapat mengatasi sebagian masalah UMKM tersebut terutama UMKM industri batik. Meskipun bukan merupakan permasalahan yang utama, namun peluang yang dibawa oleh TIK sangat besar, dan berdasarkan kenyataan yang ditemukan, menunjukkan bahwa adopsi TIK oleh sektor UMKM masih belum maksimal dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Melalui pemahaman peran strategis yang dapat dimainkan oleh TIK, terkait dengan pendekatan baru pemasaran, berinteraksi dengan konsumen, dan bahkan

pengembangan produk dan layanan, diharapkan dapat membantu pemberdayaan serta pengembangan usaha UMKM dengan adopsi TI oleh UMKM di Surakarta. Pemanfaatan TIK dapat memfasilitasi perkembangan aktivitas perekonomian. Dalam sektor perekonomian, khususnya aktivitas bisnis/usaha, dengan pemanfaatan TIK, pengetahuan tentang bagaimana berkompetisi secara sempurna dan informasi tentang siapa yang terbaik sudah tersedia. Kreativitas yang efektif, penggunaan dan diseminasi pengetahuan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan serta perkembangan sosial yang saling menguntugkan. Kemajuan di bidang TIK juga mendukung perkembangan teknologi internet. Dalam pemanfaatan TIK untuk pengembangan usaha, teknologi internet dapat dimanfaatkan untuk pertukaran informasi, katalog produk, media promosi, surat elektronik, bulletin boards, kuesioner elektronik, dan mailing list. Pemanfaatan TIK juga dapat digunakan untuk berdialog, berdiskusi, dan konsultasi dengan konsumen secara on-line, sehingga konsumen dapat dilibatkan secara proaktif dan interaktif dalam perancangan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan produk. Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Pemasaran di Internet cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang baku. Sedangkan pemasaran konvensional, barang mengalir dalam partai-partai besar,

melalui pelabuhan laut, pakai kontainer, distributor, lembaga penjamin, importir, dan lembaga bank. Pemasaran konvensional lebih banyak yang terlibat dibandingkan pemasaran lewat internet. Pemasaran di internet sama dengan direct marketing, dimana konsumen berhubungan langsung dengan penjual. Pemanfaatan TIK dapat memfasilitasi perkembangan aktivitas perekonomian. Dalam sektor perekonomian, khususnya aktivitas bisnis/usaha, dengan pemanfaatan TIK, pengetahuan tentang bagaimana berkompetisi secara sempurna dan informasi tentang siapa yang terbaik sudah tersedia. Kreativitas yang efektif, penggunaan dan diseminasi pengetahuan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan serta perkembangan sosial yang saling menguntungkan. Dengan demikian pemanfaatan TIK merupakan kata kunci kemampuan berkompetisi secara global2.

B. Permasalahan Sejauh ini pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya pemanfaatan internet atapun intranet untuk menunjang aktivitas bisnis dan strategi bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan, masih terbilang cukup minim. Secara garis besar, dalam sebuah organisasi bisnis atau usaha, internet biasa digunakan untuk komunikasi keluar dengan pihak ketiga sedangkan intranet umumnya digunakan untuk kepentingan internal organisasi. TIK terutama internet lebih sering digunakan untuk alat pertukaran informasi. Adapun permasalah kurang maksimalnya pemanfaatan TIK untuk menunjang aktivitas bisnis dan startegi bisnis yang dihadapi, timbul karena para pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan, sebagian besar adalah kalangan tua, mereka masih kurang memahami secara mendalam mengenai pemanfaata internet bahkan komputer. Pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan yang terbilang belia pun belum sepenuhnya memanfaatkan TIK. Sebagian besar dari pelaku bisnis tersebut masih bersikap konservatif terhadap TIK sehingga penetrasinya masih sangat lamban. Berbeda dengan pelaku bisnis usaha yang besar, mereka sangat peduli terhadap pemanfaatan TIK untuk aktivitas dan strategi bisnis. Oleh karena itu, ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini, antara lain;
2

Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, Daya Saing Bangsa & Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi, Balitbang SDM. Kominfo, 2008. hal. 2

1. Bagaimana strategi dan kesiapan SDM para pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan di Solo dalam memanfaatkan TIK untuk aktivitas bisnis mereka. 2. Apa peran serta pemerintah dalam membina dan menyediakan infrastruktur TIK yang tepat untuk dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan untuk tumbuhkembang bisnis mereka.

C. Tinjauan Teori Peran Teknologi Informasi & Komunikasi Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) mempunyai 5 (lima) peran utama, antara lain untuk meningkatkan; (1) efisiensi, (2) efektivitas, (3) komunikasi, (4) kolaborasi dan (5) kompetitif. Teknologi Informasi & Komunikasi digunakan untuk pengolahan transaksi atau Transaction Processing System (TPS) yang bertujuan untuk menggantikan pengolahan transaksi yang dilakukan oleh manusia dengan teknologi sistem teknologi informasi. TIK yang berorientasi ke TPS saja, lebih berperan untuk meningkatkan efisiensi. Peran TIK yang kedua, yaitu efektifitas dapat dipenuhi dengan pemanfaatan aplikasi TIK dalam berbagai proses, tidak hanya produksi tetapi juga dalam proses manajemen dan distribusi. Aplikasi ini menyediakan informasi bagi para pengambil keputusan dalam suatu organisasi bisnis untuk mengambil keputusan lebih efektip dengan dukungan sumber data yang terintegrasi hingga membentuk suatu sistem informasi pendukung dalam pengambilan suatu keputusan3. Peran ketiga dan keempat dari TIK adalah untuk komunikasi dan kolaborasi dipenuhi dengan menerapkan OAS (Office Automation System) yang

mengintegrasikan pengguna TIK secara elektronik. Dalam wujud nyata, peningkatan komunikasi dicapai dengan menggunkan e-mail dan chat, lalu peningkatan kolaborasi dicapai dengan menggunakan video conference dan teleconference. Sedangkan peran kelima dari TIK adalah untuk meningkatkan daya kompetisi yang dapat dipenuhi dengan memanfaatkan strategic information system (SIS). Dimana, sistem ini bermanfaat untuk mengimplementasikan strategi untuk keunggulan kompetisi.

Jogiyanto HM, MBA, PhD. Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal. 81

Aplikasi Teknologi Informasi & Komunikasi Sebagaimana dijelaskan, peran TIK memberi dampak luar biasa dalam globalisasi. Penggunaan TIK menghapus batas ruang dan waktu sehingga menggoyahkan paradigma lama. Serangkaian pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia, saat ini sudah dapat dibantu bahkan digantikan dengan kecanggihan aplikasi Teknologi Informasi & Komunikasi. Semuanya bertujuan untuk membuat suatu pekerjaan menjadi efektip dan efisien. Dalam suatu organisasi bisnis, fungsi-fungsi organisasi dapat diterapkan dengan menggunakan aplikasi TIK. Dalam suatu organisasi bisnis pada umumnya, terdapat beberapa fungsi, diantaranya adalah; fungsi akuntansi, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan keuangan. Fungsi-fungsi tersebut, lebih lanjut dapat diimplementasikan menggunakan fungsi-fungsi TIK yang mengadopsi pola kerja manual menjadi sebuah sistem terintegrasi dan pada pemanfaatannya dapat bergantung pada level penggunaan sistem tersebut. Dalam suatu organisasi bisnis, untuk level menengah kebawah, Sistem TIK dimanfaatkan untuk efisiensi proses, seperti contohnya; Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangan (SIAK) atau Accounting and Financial Information System, Sistem Informasi Pemasaran (SIP) atau Marketing Information System, Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) atau Human Resource Information System, Sistem Informasi Produksi (SISPRO) atau Production Information System dan lain sebagainya. Namun untuk manajemen level menengah keatas, sistem TIK dapat digunakan dengan tujuan untuk efektifitas proses, sebagai contoh, antara lain; Sistem Penunjang Keputusan (Decission Support System), Sistem Pakar (Expert System), Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) dan sebagainya 4. TIK yang diterapkan secara eksternal merupakan sistem teknologi informasi internal yang digunakan untuk menghubungkan pihak internal suatu organisasi dengan pihak eksternal organisasi seperti konsumen atau pihak ketiga menggunakan perangkat teknologi telekomunikasi dengan tujuan agar proses komunikasi bisnis lebih efektip. Sistem TIK yang terhubung dengan organisasi eksternal lainnya di luar organisasi tersebut secara umum di kenal sebagi interorganization system. Pada dasarnya sistem ini bertujuan untuk pertukaran dokumen secara elektronik. Dengan kecanggihan TIK, sangat memungkinkan untuk menciptakan keunggulan kompetisi.
4

Jogiyanto HM, MBA, PhD. Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal. 219

Aplikasi TIK inilah yang sering disebut dengan Sistem Informasi Stratejik (Strategic Information System).

Implemantasi Teknologi Untuk Penunjang Aktivitas Internal Bisnis Dalam sebuah industri secara umum, setidaknya ada dua aktivitas besar dalam proses produksi untuk mendukung kenggulan kompetisi bisnis, yaitu; Aktivitas Utama (Primary Activities) dan Aktivitas Pendukung (Support Activities). Dimana aktivitas utama pada proses produksi tersebut antara lain; inbound logistic (pasokan sumber daya material yang masih mentah), outbound logistic (serah terima produksi bahan jadi), production, Sales & Marketing, dan Service. Adapun aktivitas pendukung terdiri dari empat aktivitas, yaitu; Infrastruktur Perusahaan ( firm infrastructure), Sumber Daya Manusia (human resource), Pengadaan Sumberdaya (procurement) serta Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)5. Infrastruktur Perusahaan itu sendiri merupakan suatu proses manajemen dan layanan administratif (management and administrative service), dimana kegiatannya meliputi; manajemen akuntansi dan keuangan, manajemen administrasi penjualan, manajemen kepegawaian, dan lain sebagainya, semua aktivitas manajemen infrastruktur ini ditujukan untuk mendukung proses produksi dalam hal inventarisasi sumber daya perusahaan untuk memudahkan pihak pengambil keputusan dalam melakukan tindakan pengambilan keputusan yang strategis. Selain itu layanan administratif ditujukan untuk mendukung produktifitas sumberdaya manusia yang bekerja pada suatu perusahaan (industri) tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Michael Porter (1985), bahwa dalam pencapaian keunggulan dalam kompetisi bisnis, maka kedua jenis aktivitas besar yang mencakup sembilan aktivitas proses suatu perusahaan tersebut harus memiliki nilai tambah dan terus menerus ditingkatkan secara simultan dan kesembilan kegiatan tersebut harus dilakukan secara efisien dan efektif. Nilai disetiap aktivitas, dari satu aktivitas akan dibawa menuju aktivitas lainnya dan harus menambah nilai pada aktivitas berikutnya dan begitu seterusnya dilakukan secara simultan, agar hingga akhir dari seluruh aktivitas akan sangat bernilai6. Model ini merupakan mata rantai dalam proses
5 6

Porter, M.E, Competitive Advantage, The Free Press, New York USA. 1998 Jogiyanto HM, MBA, PhD. Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal. 378

aktivitas suatu perusahaan (industri) dan Michael Porter menyebutnya sebagai suatu mata rantai nilai (value chain).
Sumber Daya Manusia (human resource management) Infrastruktur (management and administrative services) Riset dan Pengembangan (technology development) Pengadaan Sumber Daya (procurement)
Penyimpahan bahan mentah (inbound logistics) operasional Penyimpanan barang jadi (outbound logistics) Pemasaran dan penjualan (marketing and sales) Servis purna jual Keunggulan kompetitif

Gambar 1: Model Supply Chain oleh Michael Porter

Setiap aktivitas dalam suatu oraganisasi termasuk organisasi industri harus memberikan kontribusi terhadap pencapaian nilai yang diharapkan. Jika dilihat secara umum pada model supply chain oleh Michael Porter, maka tiap aktivitas saling berintraksi satu dengan yang lainnya. Jika kita melihat secara keseluruhan organisasi industri, agar bisnis suatu industri dapat menjadi unggul dalam suatu kompetisi bisnis, maka industri tersebut harus memeiliki pemikiran yang startegis dan juga melakukan suatu inovasi dalam proses bisnisnya. Salah satu inovasi yang perlu dilakukan yaitu suatu inovasi teknologi.

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan pengamatan di lapangan, serta wawancara mendalam dengan menitikberatkan pada penggalian informasi terhadap data primer berupa informasi mengenai pelaku/informan, tempat dan peristiwa melalui informan terdiri dari pelaku bisnis UMKM industri batik, pemerintah, akademisi dan asosiasi serta masyarakat pecinta atau konsumen batik. Data sekunder dari berbagai referensi pustaka dan dokumen yang relevan serta data sekunder pelengkap lainnya yang berasal dari situs pemerintahan setempat.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus pemanfaatan TIK pada industri batik pada Komunitas Laweyan di kota Solo, Surakarta sebagai salah satu kampung sentra industri batik. Pembahasan penelitian diawali dengan

mendeskripsikan potret atau kondisi pemanfaatan TIK dalam aktivitas bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan terkini disamping itu juga akan dideskripsikan potret TIK kota Solo, Surakarta beserta kesiapan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Hasil akhir penelitian adalah rekomendasi mengenai pemanfaatan TIK pada pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan di kota Solo, Surakarta.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Solo, Surakarta Kota Solo, Surakarta dibagi menjadi lima kecamatan. Setiap kecamatan dibagi menjadi kelurahan, lalu setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-kampung yang kurang lebih setara dengan Rukun Warga. Kecamatan di Surakarta: Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan), Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan7. Berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 8 tahun 2006, jumlah penduduk Kota Solo, Surakarta mencapai 512.898 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,31 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Solo, Surakarta pada Tahun 2006, tingkat tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan mencapai angka 19.738. Menurut data yang didapatkan dari situs UMKM-SOLORAYA, yang berisi informasi seputar UMKM meliputi wilayah eks Karesidenan Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Subosuka Wonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri dan Klaten), Persentase UMKM di Kota Solo berdasarkan skala usaha, memiliki sebaran sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2 berikut;

7 8

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta http://www.bappeda.surakarta.go.id/populasi

Usaha Menengah 29%

Usaha Mikro 38%

Usaha Kecil 33%

Gambar 2: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan skala usaha

Adapun persentase variasi UMKM di Kota Solo berdasarkan sektor usaha ditunjukkan pada Gambar 3. dan persentase UMKM di Kota Solo berdasarkan orientasi cakupan pemasaran ditunjukkaan pada Gambar 4, berikut ini;
Industri Pengolahan
7% 13% 5% 43%

Perdagangan Jasa Pertanian

32%

Pengangkutan

Gambar 3: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan sektor usaha

14% 31% Lokal Regional Nasional 30% 25% ekspor

Gambar 4: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan orientasi pemasaran

10

Kota Solo, Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Dari sisi budaya, Solo merupakan daerah penghasil dan pengolahan batik terkenal di Indonesia. Beberapa usaha batik terkenal dari Solo adalah Batik Keris dan Batik Danarhadi. Pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer. Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas, yaitu warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, motif batik khas Solo dikenal juga dengan motif parang. Berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Solo, Febrie Roekmie mengatakan bahwa9; Tingkat pertumbuhan industri dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Batik di Solo, seusai pengakuan UNESCO, mencapai 35 hingga 50 persen. Pertumbuhan pelaku UKM tersebut tidak hanya berpusat di komunitas-komunitas Kampung Batik tertentu saja, namun juga merata di seluruh wilayah Kota Solo. Pelaku batik yang banyak bermunculan sejak 2009 hingga sekarang berkembang lebih spesifik. Koordinator Mataya Art & Hertitage, Heru Prasetya 10, mengharapkan pada saatnya akan terjadi link and match antar pelaku industri batik sebagai produsen, investor dan konsumen, yang prinsipnya saling menguntungkan, oleh karena itu, perlu adanya suatu terobosan untuk merekatkan hubungan perajin-perajin batik, UKM batik, UKM handycraft batik dengan konsumen, memberdayakan ekonomi Kota Solo serta mengokohkan Kota Solo sebagai Kota Batik dan mendorong pertumbuhan industri kreatif batik.

Potret TIK Kota Solo Melihat potret potensi TIK di kota Solo, Drs. Djoko Waskito, MM, Ka. Bid Kominfo, Dinas Kominfo Kota Solo, Surakarta mengatakan11; Infrastruktur TIK di kota Surakarta masih sangat minimal jika dibandingkan dengan kota besar lainnya seperti Yogyakarta. Pemanfaatan TIK hanya sebatas pemanfaatan internet pada umumnya. Pihak Pemerintah hanya menyediakan 16 titik hot spot dibeberapa tempat yang dianggap sebagai pusat keramaian dan aktivitas masyarakat untuk mengakses
9

Wawancara dilakukan di pada tanggal 25 Maret 2010 Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010 11 Wawancara dilakukan di pada tanggal 24 Maret 2010
10

11

internet menggunakan teknologi wi-fi. Untuk pemanfaatan infrastruktur Fiber Optic (FO), kota Solo adalah paling terdahulu dalam pemanfaatannya jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Tengah. Selain itu untuk lingkungan pemerintah kota Solo, telah dilakukan kerjasama dengan BPPT dalam instalasi aplikasi e-office kantaya, yang merupakan produk dari BPPT, namun dalam aplikasinya belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih menurut Drs. Djoko Waskito, MM, diungkapkan bahwa; Untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur perangkat keras TIK, Pemerintah Kota, dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika, bekerjasama dengan Telkom dalam instalasi hot spot dibeberapa tempat pusat aktifitas serta akses internet dan dengan APKOMINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia) berupa subsidi Perangkat Keras seperti PC Desk atau Note Book kepada UMKM dan sekolah. Dalam hal ini, pemerintah menjembatani / memfasilitasi kerjasama tersebut berikut mengeksekusi harga. Selain dalam bentuk infrastruktur fisik, Pemerintah Kota lebih memfokuskan dukungannya kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk infrastruktur non-fisik, yaitu dengan menyediakan sebuah website; www.destinationsolo.com, yang kontennya berisi tentang pariwisata dan memasarkan serta mempromosikan hasil industri UMKM masyarakat kota Solo. Seorang sumber dari kalangan akademisi, Bapak. Sutikno12, Save Access Terminal Engineer. Puskom UNS, mengatakan bahwa Pemerintah Kota Solo menggandeng pihak lain dalam pembuatan dan maintenace website resmi; www.destinationsolo.com, pihak lain tersebut adalah; Puskom UNS dan PT. PIMEKO (Piranti Media Komunika), dimana pembutan website digarap oleh Puskom UNS dan dalam hal pengelolaan dilakukan oleh PT. PIMEKO. Hal ini didasari oleh ide bahwa kedepan, website ini akan dikelola oleh pihak swasta. Dalam hal pengembangan bisnis untuk pengusaha kecil/UMKM, pihak akademisi yang dibantu oleh pemerintah setempat melalui Dinas Koperasi & UKM dan Dinas Perindutrian & Perdagangan, sering kali melakukan pelatihan (training) mengenai pengembangan usaha dan juga pelatihan pemanfaatan TIK dalam usaha, seperti pelatihan; desain grafis, web desain, e-commerce, web marketing.
12

Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010

12

Untuk

mengakses

Kota

Solo

di

mana

pun

berada

cukup

klik

www.surakarta.go.id. Kita bisa melihat mulai dari sejarah, pejabat pemerintahan, pariwisata, pendidikan, industri perdagangan, pasar tradisional, kesehatan,

kependudukan, pelayanan publik, dan situs lainnya. Begitu pula untuk melihat beberapa sudut Kota Solo secara online, bisa klik melalui www.solocityview.com. Dalam rangka mengakselerasi perkembangan potensi daerah yang dimiliki, pemerintah daerah Kota Solo, Surakarta secara bertahap membangun Solo Techno Park (STP). STP diharapkan mampu mensinergikan bidang-bidang unggulan secara terintegrasi, berbasiskan teknologi dan Bisnis dengan R&D dan inovasi terusmenerus. STP merupakan pengembangan dari lembaga diklat Surakarta Competency and Technology Center (SCTC) yang didirikan tahun 2004 oleh Pemkot Surakarta. Dengan mengemban visi menjadi pusat pengembangan SDM berstandar internasional dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatankegiatan inovatif, STP akan dikembangkan dengan mencakup 3 zona, yaitu: (1) zona R&D, (2) zona pelatihan dan inkubasi, serta (3) zona industri dan perdagangan. Pihak lokal lain yang juga turut menunjang pengembangan industri UMKM kota Solo dalam pemanfaatan TIK adalah instansi dan asosiasi-asosiasi yang bergerak di bidang TIK, seperti Telkom, APKOMINDO dan APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia). Pada dasarnya kota Solo merupakan kota besar dimana masyarakatnya sudah banyak yang mengenal TIK. Akan tetapi, dalam

menegembangakn pemanfataatan TIK bagi para pengusaha kecil/UMKM dikota Solo didapat banyak kendala. Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Ir. Andoko, Ketua APKOMINDO Kota Solo13; APKOMINDO turut berperan dalam memberdayakan pengusaha kecil dalam hal pemanfaatan TIK melalui program kerjasama dengan KADIN setempat. APKOMINDO berupaya untuk mempromosikan pemanfaatan ICT kepada pengusaha kecil pada event pameran atau pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan bekerjasama dengan pihak pemerintah dan KADIN. Meskipun menurut beliau pemanfaatan TIK bagi para pengusaha kecil/UMKM masih sangat minim, namun jika dicermati secara umum, minat masyarakat kota Solo terhadap TIK sudah cukup besar. Indikasinya adalah dari segi pembelian masyarakat terhadap perangkat keras TIK seperti notebook
13

Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Maret 2010

13

dan desktop PC sudah meningkat sebesar 100% dibanding tiga tahun lalu. Adapun konsumen perangkat TIK tersebut adalah heterogen dan alasan mereka dalam memebeli perangkat TIK tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal pemanfaatan perangkat TIK sebagai perangkat pendukung kinerja mereka. Beliau juga menyampaikan bahwa pola bisnis dibidang perangkat keras TIK adalah kapitalis dan hal ini menjadi salah satu kendala bisnis bagi para anggota APKOMINDO kota Solo dalam hal mempromosikan perangkat keras TIK kepada masyarakat. Disamping itu beberapa faktor lain yang menjadi kendala dalam memasyarakatkan TIK kepada masyarakat pengusaha kecil di kota Solo dalam memanfaatkan TIK untuk mendukung kinerja mereka antara lain; kesibukan para pengusaha anggota APKOMINDO sehingga sulit untuk dapat terjun langsung secara khusus mempromosikan pemanfaatan TIK kepada pengusaha kecil UMKM, jarang sekali diselenggarakan program promosi seperti pameran yang secara khusus ditujukan untuk para pengusaha kecil/UMKM dan kendala lainya adalah permasalahan kurangnya Sumber Daya Manusia yang mau terjun langsung memperkenalkan pemanfaatan TIK kepada para pengusaha kecil/UMKM dalam hal pemanfaatan TIK. Dari sisi penyediaan jaringan internet di kota Solo, Surakarta, salah satu perusahaan penyedia jasa internet di kota Solo yang tergabung dalam APJII, PT. Indomaya Wira Sejahtera, melalui Bapak Anton Wirawan 14 selaku Managing Director pada perusahaan tersebut menyampaikan bahwa, pihaknya telah lama bekerjasama dengan pemerintah dalam hal penyediaan jasa internet untuk keperluan pemerintahan, dan untuk mendukung kalangan usaha kecil. Adapun bandwidth yang diberikan ke kelompok UMKM yang sudah dibantu pemerintah dalam koneksi internet adalah sekitar 4 MB. Koneksi internet bagi para pelaku usaha UMKM untuk keperluan bisnis atau korporasi mereka masih sangat minim, mereka memanfaatkan internet hanya untuk keperluan pribadi. Jasa penyedia layanan koneksi internet yang umum digunkan adalah speedy, produk dari PT. Telkom. Hal ini disebabkan karena murahnya tarif koneksi menggunakan speedy. Bapak Anton Wirawan juga menyebut beberapa permasalahan yang dihadapi perusahaannya dalam melayani penyediaan jasa internet khususnya untuk para pengusaha kecil, antara lain; (1). Pihak regulator dinilai kurang mengayomi provider resmi yang tergabung dalam APJII., artinya pola bisnis
14

Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010

14

penyelenggaraan jasa internet terkesan bersifat kapitalis, (2). Aturan main penjualan bandwidth masih kurang jelas (3). Minimnya edukasi mengenai penggunaan internet untuk bisnis bagi para pengusaha kecil/UMKM. Telkom terkenal dengan produk Speedy untuk akses internet dimana konsumennya mulai dari individu hingga korporat, tidak terkecuali sektor UMKM. Narasumber kami, Bapak Rachmad Sudjito, Humas Telkom Divre IV sebagai pemilik resmi Telkom Speedy15, menyebutkan bahwa sebagai perusahaan telekomunikasi milik negara, Telkom pada tahun 2009 telah mempunyai program untuk memfasilitasi pemasangan 6.000 titik hotspot yang tersebar di seluruh wilayah kerja Kandatel Solo. Sebuah bentuk usaha mendukung pemerintah kota untuk menduniakan kota. Gerakan menduniakan Kota Solo melalui dunia maya ternyata mendapat respons positif dari berbagai kalangan. Sejak tanggal 30 Juli 2008, Kota Solo mencanangkan sebagai cybercity, kota maya. Dukungan stakeholder kota untuk menjadikan Solo sebagai cybercity juga sudah terbukti. Sebab, titik hotspot tidak hanya dipasang atas prakarsa PT Telkom dengan dukungan pemerintah kota. Namun, banyak titik hotspot yang merupakan swadaya dari masyarakat sendiri, baik dari lembaga pendidikan, lembaga sosial, pemerintahan, dan tempat hiburan (mal dan kafe) yang ada di wilayah Solo. Berbagai komunitas online pun mulai marak, seperti halnya www.pasarsolo.com. Semuanya bertujuan menduniakan Kota Solo agar lebih dikenal secara masif.

Profil Kampung Batik Laweyan Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Kampung tradisional ini terletak di sisi selatan Kota Solo, Jawa Tengah. Kampung ini istimewa bukan semata-mata karena merupakan kampung tua yang eksotis, tapi juga karena menyimpan jejak panjang industri batik di Solo. Pada abad ke-19, kampung ini pernah mengalami masa kejayaan sebagai kampung saudagar batik pribumi. Di kawasan itu pula berdiri Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh Samanhudi dan para saudagar batik pribumi, tahun 1912.

15

Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Maret 2010

15

Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat di desa Laweyan (sekarang terletak diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo. Pada jaman sebelum kemerdekaan kampung Laweyan pernah memegang peranan penting dalam kehidupan politik terutama pada masa pertumbuhan pergerakan nasional. Sekitar tahun 1911 Serikat Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Laweyan dengan Kyai Haji Samanhudi sebagai pendirinya. Dalam bidang ekonomi para saudagar batik Laweyan juga merupakan perintis pergerakan koperasi dengan didirikannya Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta pada tahun 1935.

Pemanfaatan TIK pada Komunitas Laweyan Proses bisnis dalam industri batik bukan hanya dalam hal proses pembuatan batik saja. Ada beberapa proses lainnya yang dapat dilakukan dengan

mengimplementasika suatu inovasi teknologi didalamnya, seperti contohnya; proses riset dan desain perancangan model, proses administrasi, proses kontrol inventori, proses pemasaran dan juga proses komunikasi dan integrasi dengan pihak eksternal lainnya. Meskipun dalam proses-proses tersebut pemanfaatan teknologi terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Namun, Saat ini Komunitas Laweyan sudah mulai memanfaatkan TIK dalam proses bisnisnya meskipun penetrasinya masih sangat rendah, dari 60 (enam puluh) pengausaha anggota komunitas Laweyan, hanya 10% yang sudah mengimplementasikan TIK dalam kegiatan bisnis mereka. Sebagaimana disampaikan oleh Sdr. Ahmad Badrus16; Pelaku industri batik Laweyan, tanpa memanfaatkan fasilitas TIK, pengusaha batik masih dapat survive (bertahan hidup) dan ada beberapa pengusaha yang sudah memanfaatkan fasilitas TIK, yaitu membuat website untuk usaha mereka hanya bertujuan agar tidak ketinggalan zaman saja. Implementasi TIK pada komunitas Laweyan masih seputar pemanfaatan program aplikasi komputer untuk pembuatan desain menggunakan corel draw lal u
16

Wawanvcara dilakukan pada tanggal 27 Maret 2010

16

sebagian sudah ada yang menggunakan sistem komputerisasi barcode dalam administrasi penjualan mereka dan juga menggunakan mesin cash payment untuk pembayaran dengan kartu debit atau kartu kredit. Sebagian dari mereka (sekitar 10% lebih) sudah mulai memanfaatkan koneksi internet dalam mengakses internet untuk berbagai keperluan terutama untuk bisnis mererka, sisanya asih bersifat konservatif karena minimnya pengetahuan di bidang TIK. Adapun pihak yang sudah mulai mengenai TIK adalah para generasi muda dalam komunitas tersebut. Menurut Sdr. Arif Budiman Efendi, Penanggungjawab IT Forum Batik Laweyan17, Secara garis besar, saat ini hanya sebagian kecil dari mereka (sekitar 10% lebih) sudah mulai memanfaatkan koneksi internet dalam mengakses internet untuk berbagai keperluan terutama untuk bisnis mererka, sisanya masih bersifat konservatif karena minimnya pengetahuan di bidang TIK. Adapun pihak yang sudah mulai mengenai TIK adalah para generasi muda dalam komunitas tersebut. Untuk koneksi internet, mereka menggunakan provider yang umum digunakan untuk mengakses internet, diantaranya; telkom speedy, telkomsel flash, smart, IM2, namun yang paling banyak digunakan adalah telkom speedy. Dari informasi yang kami dapatkan, pemerintah juga membantu komunitas tersebut untuk mengakses internet dengan memberikan fasilitas hot spot yang di letakkan ditengah pusat komunitas industri batik Laweyan. Fasilitas ini dinilai cukup membantu dalam akses intenet bagai anggota komunitas Laweyan, namun dikarenakan keterbatasan coverage area-nya, anggota yang lokasinya berada jauh dari pusat hot spot, maka tidak dapat memanfaatkan fasilitas tersebut karena sulitnya menangkap keberadaan sinyal. Komunitas pelaku industri kampung Laweyan pun sudah memeiliki website sendiri yang mengakomodir kegiatan bisnis para anggotanya, website mereka adalah; www.kampunglaweyan.com, namun hingga saat ini masih 5 (lima) anggota yang sudah linking (terhubung) ke website tersebut. Situs tersebut dibuat secara sederhana menggunakan bahasa pemrograman web (web programming) joomla. Tampilannya masih sederhana, belum ada fasilitas untuk tarnsaksi bisnis ( e-commerce) yang memadai berikut sistem securitynya. Adapun fasilitas e-commerce yang tersedia pada website tersebut belum memiliki content karean masih dalam proses pembuatan (under construction), dimana situs tersebut dilengakapi dengan fitur virtuemart yang
17

Wawancara dilakukan pada tanggal 27 Maret 2010.

17

dapat mengakomodir pembayaran menggunakan sistem paypal. Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa hingga saat ini pemanfaatan website hanya sebatas show room atau gerai on-line dan jika ada konsumen yang mengunjungi website tersebut, lalu ingin memesan, proses pemesanan hanya terjadi seperti pop-up di buku menu sebuah website lalu penyelesaian pembayaran dilakukan secara off-line. Kondisi seperti ini hanya bersifat sementara karena sampai saat ini pihak penanggungjawab TIK pada komunitas Laweyan masih terus mengembangkan infrastruktur non-fisik ini.

Pemanfaatan TIK Untuk Penunjang Aktivitas Bisnis UMKM Batik Laweyan Berdasarkan hasil observasi lapangan, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK pada UMKM industri batik Kampung Laweyan belum dimanfaatkan secara maksimal dan hal ini pada dasarnya tidak memberikan dampak yang signifikan pada keuntungan (profit) bisnis mereka. Namun, jika kondisi ini dihadapkan pada suatu era globalisasi, hal ini akan menjadi suatu permasalahan besar bagi para pelaku bisnis UMKM industri batik Kampung Laweyan, apabila mereka tidak mau tertinggal arus persaingan pasar global. Sebuah UMKM dikatakan memiliki daya saing global apabila mampu menjalankan operasi bisnisnya secara reliable, seimbang, dan berstandar tinggi. Oleh sebab itu, UMKM industri batik Kampung Laweyan dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya agar dapat terus berjalan dan berkembang. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan TIK pada proses bisnis Komunitas Kampung Laweyan bertujuan untuk membuat pekerjaan menjadi lebih efektip dan efisien. Sistem TIK dikatakan strategis jika dapat menciptakan nilai-nilai pada masingmasing proses unit kegiatan industri UMKM tersebut. Adapun model aplikasi TIK yang dapat diimplementasikan pada UMKM industri batik Kampung Laweyan untuk menambah nilai tersebut, antara lain; a. Computer Aided Design (CAD) yang berguna untuk poses riset dalam membantu merancang desain batik sebelum proses pembatikan di lakukan, atau apabila suatu bahan kain sudah dilakukan proses pembatikan, CAD dapat digunakan untuk mendesain model pakaian jadinya.

18

b. Sistem Informasi

Akuntansi

(SIMAK)

dan

Sistem Informasi

Keuangan (SIMKEU) yang berguna dalam membantu aktivitas akuntansi suatu perusahaan industri batik dan juga aktivitas keuangan untuk melihat rugi-laba perusahaan dan mutasi saldo keuangan serta inventarisasi aset perusahaan. c. Electronic Data Interchange (EDI), untuk menghubungkan pihak industri dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah pemasok. Sistem teknologi informasi internal perusahaan ini dihubungkan dengan sistem teknologi informasi pemasok dengan tujuan efisiensi dan efektifitas pemesanan barang. Dalam implemantsi yang sedarhana, e-mail dapat digunakan untuk menggantikan EDI. d. Inventory Control System (ICS) dapat digunakan untuk mengatur persediaan produk jadi yang berada dalam sistem inventori (gudang) dan barang jadi produksi yang siap untuk di jual kepada konsumen. e. Untuk kegiatan penyimpanan bahan mentah (inbound logistic), aplikasi sistem teknologi informasi yang dapat digunakan untuk menambah nilai adalah automated warehousing, EDI, e-mail, dan juga inventory control system.
Sumber Daya Manusia (human resource management) SIMAK (AIS), SIMKEU (FIS) Infrastruktur (management and administrative services) SIMSDM (HRIS) Riset dan Pengembangan (technology development) CAD Pengadaan Sumber Daya (procurement) SPK (DSS), Sistem Pengendalian Persediaan Penyimpahan bahan mentah (inbound logistics) Automated Warehousing, Online Inventory Control System Operasi SIMPRO (PIS) CAM, CIM Penyimpanan barang jadi (outbound logistics) Automated Warehousing Pemasaran dan penjualan (marketing and sales) SIG (GIS), SPK (DSS), SIMPEM (MKTIS) Servis purna jual, SP (ES), Computer Portable Keunggulan kompetitif

Gambar 5: Implementasi Sistem Informasi Strategis

19

Pemanfaatan Teknologi Jaringan dan Internet Untuk Bisnis Networking Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa penggunaan internet dalam bisnis industri batik sangat menguntungkan bagi para pelaku bisnis. Mereka dapat bertransaksi menembus batas ruang dan waktu, menekan biaya-biaya yang biasanya dikenakan pada perusahaan, seperti: biaya sewa gedung, biaya operasional gedung, dan lain-lain, mereka juga dapat berinteraksi secara langsung antara pembeli dan penjual. Penggunaan internet dalam bisnis batik di kota Solo memang belum mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi secara elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Namun, untuk sebuah solusi agar industri batik Solo dapat Go International, pemanfaatan teknologi Internet dapat dijadikan sebuah solusi inovasi teknologi dalam memanfaatkan TIK. Internet mendukung komunikasi dan kerja sama global antara pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet memungkinkan konsumen atau pemasok (supplier) dari lokasi yang berbeda dapat mengakses secara langsung para pengusaha atau pebisnis batik. Dan antar sesama pebisnis batik dapat bekerja sama sebagai satu tim virtual untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan memelihara produk atau pelayanan. Dengan memanfaatkan teknologi internet, pemasaran terhadap produk batik dan pelayanan dapat menjadi proses yang interaktif. Situs Web perusahaan bukan hanya sekedar menyajikan katalog produk dan media promosi, melainkan digunakan untuk berdialog, berdiskusi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-line, pemesanan produk secara elektronik, mailing lists, dan pengiriman surat elektronik. Keuntungan yang diperoleh dari berbisnis lewat internet dapat disebabkan karena aplikasi yang diterapkan pada teknologi internet lebih murah untuk dikembangkan, dioperasikan, dan dirawat, jika dibandingkan dengan sistem tradisional. Adapun keuntungan yang dapat diraih, antara lain: a. Menarik konsumen baru melalui pemasaran dan periklanan Web. b. Memperbaiki pelayanan konsumen yang sudah ada melalui fungsi pelayanan dan dukungan Web konsumen.

20

c. Mengembangkan saluran pemasaran dan distribusi berdasarkan Web yang baru untuk produk yang sudah ada. d. Mengembangkan informasi baru dari produk yang dapat diakses lewat Web.

Aplikasi berdasarkan internet dapat memberi keunggulan strategi bisnis UMKM batik untuk memenangkan kompetisi dalam: a. Global Dissemination. Hal ini akan memberi keuntungan strategi bisnis bagi para pelaku bisnis industi batik Komunitas Laweyan untuk dapat Go International dan jangkauan pasarnya pun menjadi global . b. Interaction. Komunikasi interaktif untuk pemesanan, feedback, dan dukungan teknis e-mail untuk menjawab permintaan dan komentar secara on-line. c. Customization. Kemampuan untuk mengotomatisasi penyediaan informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing konsumen. Informasi dapat diakses dan disebarkan dari server jaringan, tergantung pada kebutuhan pemakainya. d. Collaboration. Internet mungkin memudahkan dan mengefisienkan akses data, hardware dan software yang ada pada jaringan secara bersama. e. Electronic Commerce. Internet menghubungkan pelaku bisnis batik dengan konsumen dan penjualnya. f. Integration. Pelaku industri batik yang bekerja menggunakan internet dapat mengintegrasikan aktivitas di luar dengan proses bisnis di dalam perusahaan secara online.

Dengan memanfaatkan teknologi jaringan internet, keuntungan yang dapat diperoleh dari berbisnis lewat internet adalah penghematan biaya, pelayanan konsumen secara online, peningkatkan penghasilan, pemasaran, dan lain-lain sebagainya. Sedangkan keunggulan strategi bisnis dalam memenangkan kompetisi yang dapat diperoleh adalah komunikasi global dalam bisnis menjadi benar-benar hidup, lebih cepat, murah, dan mudah; komunikasi interaktif sebagai sarana untuk menunjukkan perhatian perusahaan kepada konsumennya; menyediakan informasi

21

dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen; mengingkatkan kerja sama antara pelaku bisnis batik; e-commerce memungkinkan untuk membuka pasar, produk, atau pelayanan baru; dapat mengintegrasikan aktivitas di luar dan proses bisnis di dalam perusahaan secara on-line.

Tahapan Pemanfaatan TIK Untuk Strategi Bisnis UKM Batik Laweyan Untuk meningkatkan daya saing bisnis bagi para pengusaha UKM batik Laweyan melalui pemanfaatan TIK, ada beberapa tahapan dalam pemanfaatan TIK yang dapat dijadikan langkah strategis untuk dapat mengembangkan pemanfaatan TIK. Tahapan tersebut dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu: Tahapan Pertama. Persiapan Pemanfaatan TIK, meliputi: Penyiapan Sumber Daya Manusia, melalui pendidikan dan pelatihan serta memperkenalkan TIK. Peyiapan sarana dan prasarana TIK, berupa perangkat keras komputer serta jarigan dan akses internet. Sosialisasi mengenai pemanfaatan TIK untuk mendukung daya saing bisnis. Tahapan Kedua Pematangan Pemanfaatan TIK, meliputi: Pembuatan situs informasi untuk mensosialisasikan produk UKM batik Pembuatan situs informasi yang interaktif dengan antarmuka (interface) keterhubunngan dengan berbagai pihak yang terkait. Tahapan Ketiga Pemantapan Pemanfaatan TIK, meliputi: Pembuatan situs yang dapat mengakomodasi transaksi bisnis dan pelayanan konsumen Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan pihak pelaku bisnis lain atau dengan pemangku kepentingan (stakeholder) Tahapan Keempat Pemanfaatan TIK, meliputi: Pembuatan aplikasi bisnis terintegrasi untuk mendukung aktivitas bisnis yang memiliki keterhbungan antar berbagai pihak baik internal

22

maupun eksternal; Enterprise Resource Program (ERP), Customer Relationship Management (CRM), Content Management System (CMS) dan lain sebagainya.

Adapun target penguasaan TIK bagi sumber daya manusia yang akan mengelola infrastruktur TIK dalam aktivitas bisnis , dijelaskan pada Gambar 6 berikut ini:
Target Pengetahuan Pemanfaatan TIK bagi SDM UKM Batik Laweyan

Basic Level

Intermediate

Advance

Mengetahui cara mengoperasikan komputer Mengetahui konsep dasar komputer Mengetahui cara mengoperasionalkan sistem operasi dan aplikasi perkantoran Memahami operasi aplikasi perangkat lunak dasar yang terkait dengan aktivitas bisnis

Mahir dengan penggunaan komputer Dapat mengoperasikan perangkat keras dasar dengan baik Mengetahui dan memahami internet Mengetahui pemrograman database dasar

Mengusai komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak dengan lancer. Mengetahui cara mengintegrasikan hardware Dapat melakukan troubleshooting Dapat menghasilkan pemrograman komputer Kemampuan menggunakan internet dengan pemahaman tingkat lanjut

Output pada aktivitas bisnis: Efektif Meningkatkan daya saing Dapat menjual produk dengan cara yang lebih baik Memudahkan komunikasi & interaksi Layanan lebih prima Bersifat global

Gambar 6. Target Penguasaan TIK bagi sumber daya manusia

23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat sudah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan merubah pola kerja dan usaha. Meskipun memiliki sisi negatif namun jika kita cermati, sisi positif TIK sangat besar jika dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya semaksimal mungkin. Akan tetapi tidak semua masyarakah yang memahami besarnya potensi tersebut. Hal ini disebabkan oleh paradigma yang sangat konservatif terhadap pemanfaatan TIK sehingga ditengah-tengah majunya pemanfaatan TIK secara global, masih banyak masyarakat terutama pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan di kota Solo yang belum memahami dan memanfaatkan potensi besar pemanfaatan TIK. Saat ini, pemanfaatan TIK pada UMKM industri batik Komunitas Laweyan belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini memang tidak memberikan dampak pada keuntungan (profit) bisnis mereka. Artinya, tanpa kehadiran TIK pun, bisnis mereka dapat terus berjalan (survive), namun hal ini akan menjadi kendala besar jika para pelaku bisnis industri batik dihadapkan pada suatu pasar global, dimana persaingan yang muncul adalah persaingan yang global dan bisnis mereka dituntut agar menjadi go internasional, mereka akan bersaing bukan hanya dengan para pelaku bisnis lokal akan tetapi juga pelaku bisnis yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Mereka akan kehilangan kesempatan untuk meraih pasar yang global, informasi yang mereka dapatkan pun akan tertinggal, lalu mereka akan kehilangan sisi keuntungan bisnis yang bersifat global dan pada akhirnya mereka akan sulit untuk bertahan (survive). Salah satu cara bagi mereka agas tidak kalah dalam suatu kompetisi global adalah dengan memulainya saat ini dalam mengenal serta memanfaatkan TIK dalam proses bisnis mereka. Adanya infrastruktur TIK yang memadai dapat membantu mendorong penerapan TIK pada UMKM industri batik Komunitas Laweyan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan kemudahan-kemudahan berupa bantuan teknis dan non-teknis. Selain itu, program pengenalan TIK dan program pelatihan tentang pemanfaatan TIK dalam proses bisnis merupakan salah satu cara yang tepat untuk bisa menumbuhkan minat para pelaku industri batik, mengingat pentingnya peranan TIK pada proses bisnis untuk meningkatkan; (1) efisiensi, (2)

24

efektivitas, (3) komunikasi, (4) kolaborasi dan (5) kompetitif. Selain itu, dengan memanfaatkan TIK, industri batik nasional, khususnya industri batik di Kota Solo, Surakarta dapat meraih konsumer melaui pasar internesional. Sehingga industri batik nasional menjadi go internasional dengan memanfaatkan jaringan global yang ditunjang oleh TIK.

Saran Untuk menerapkan pemanfaatan TIK secara keseluruhan pada komunitas pengusaha batik Laweyan, perlu dilakukan analisa SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity and Threatment) terlebih dahulu agar implemtasi TIK yang diterapkan dapat berdayaguna. Dimana dalam analisa ini akan dilihat dan diuji pemanfaatan TIK apa saja yang sangat dibutuhkan dan dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dan juga kemampuan finansial yang mereka miliki, mengingat investasi TIK memerlukan anggaran ( budget) yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pemanfaatan TIK, pemerintah setempat juga perlu mendukung para pengusaha batik komunitas Laweyan dengan mengembangkan lingkungan (environment) yang kondusif untuk melakukan inkubasi bisnis yang berkaitan dengan pemanfaatan IT dalam bisnis UMKM pada umumnya. Salah satu inisiatif yang sedang giat dikejar pemerintah kota Solo adalah program Solo Techno Park. Dengan adanya Solo Techno Park, diharapkan mampu mensinergikan bidang-bidang unggulan secara terintegrasi, berbasiskan teknologi dan Bisnis dengan R&D dan inovasi terus-menerus. Kerjasama antara UMKM industri batik, Pemerintah dan perguruang tinggi (akademisi) perlu lebih ditingkatkan. Untuk dapat memanfaatkan TIK, UMKM Industri batik membutuhkan SDM yang mempunyai kemampuan dibidang TIK, akan tetapi dalam suatu oranisasi bisnis UMKM pada umunya, jumlah SDM yang ada tidaklah besar. Untuk itu dibutuhkan bantuan dari perguruan tinggi (akademisi) untuk menghasilkan SDM industri batik yang handal dalam bidang TIK dengan cara memberikan pelatihan TIK kepada para pelaku bisnis UMKM dalam memanfaatkan TIK. Selain dengan memanfaatkan fasilitas TIK yang modern, pemerintah setempat dapat mengembangkan semaksimal mungkin pemanfaatan TIK yang populer dimata

25

masyarakat, contohnya dengan memanfaatkan televisi dan radio. Dengan siaran televisi lokal yang ada, pemerintah dapat menayangkan siaran yang bermuatan edukatif untuk dapat membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan industri mereka. Melalui pemanfaatan radio, juga dibuat suatu radio komunitas. Dimana, Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Melalui radio komunitas, selain dapat mempererat komunikasi antar pelaku bisnis, tetapi juga dapat diisi dengan muatan pendidikan kepada para pelaku bisnis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yan Rianto, Budi Triono, Chichi Shintia L, Studi Faktor -Faktor Determinan Kemampuan Inovasi UKM, LIPI Press, Jakarta. 2006. 2. Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, Daya Saing Bangsa & Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi, Balitbang SDM. Kominfo, Jakarta. 2008. 3. Cronin, Mary. Doing More Business on the Internet. 2nd edition. New York: Van Nostrand Reinhold. 1995 4. Jogiyanto HM, MBA, PhD. Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2002. 5. Porter, Michael.E, Competitive Advantage, The Free Press, New York USA. 1998. 6. Witarto. Memahami Sistem Informasi. Jakarta: Penerbit Informatika. 2006

26

You might also like