You are on page 1of 10

1

BAB 1 PENDAHULUAN Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.1 ati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi se!ara permanen (mati klinis). "engan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi se!ara buatan.1 #embusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. #embusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Clostridium welchii. $akteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa %&', %(), dan **. 1 #roses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak setelah kira-kira &+ jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa ,arna kehijauan (%b') di daerah perut kanan bagian ba,ah yaitu dari sekum (caecum). -alu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.1 Telaah ilmiah ini sendiri berusaha untuk membahas mengenai pembusukan dan aspek-aspek yang mempengaruhinya. #enulis berharap telaah ilmiah ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan akademis ataupun pengamat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi #embusukan (disebut juga dekomposisi atau putrefaksi) adalah suatu proses penghan!uran jaringan lunak dari tubuh oleh aktifitas mikroorganisme (bakteri, jamur, dan proto.o) dan berakibat pada katabolisme jaringan menjadi gas, !airan, dan molekul-molekul sederhana. Tanda pertama dari terjadinya pembusukan adalah diskolorasi kehijauan pada kulit akibat dari pembentukan sulfahemoglobin pada darah.& 2.2 Tafonomi Tafonomi adalah suatu disiplin ilmu yang mengin/estigasi dan

menginterpretasi segala hal yang terjadi pada tubuh setelah kematian. 'tudi a,al mengenai tafonomi berasal dari !abang ilmu paleontologi dan arkeologi.0 'tudi mengenai lingkungan, aspek biologis, kimia,i, dan bahkan budaya dapat mempengaruhi proses pembusukan, menjelaskan se!ara tepat bagaimana ke!epatan proses pembusukan terjadi dapat membantu dalam menentukan inter/al post mortem, yang berupa informasi yang sangat penting dalam konteks forensik. #enilaian yang akurat mengenai inter/al post mortem dapat membantu mempersempit data orang hilang yang harus diperiksa dan dapat membantu penentuan ,aktu yang jelas untuk suatu kasus se!ara keseluruhan.+ 2.3 Dekomposisi #roses dekomposisi mengikuti beberapa tingkatan yang berurutan dan dapat diprediksi, ,alaupun dengan jangka ,aktu yang ber/ariasi karena adanya pengaruh kondisi dari luar. *proksimasi ,aktu sejak kematian sendiri masih dapat diperkirakan dengan mengobser/asi kondisi dari tubuh dan bentuk pembusukan yang terjadi. 0,+ Tingkatan spesifik dari dekomposisi menggambarkan suatu kondisi yang berkelanjutan dengan durasi tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai ma!am /ariabel.

2.3.1 A.

Fresh Stage (Fase Se a!" #i o! mo!$is 1igor mortis adalah suatu proses dari pengkakuan otot yang berasal dari

penumpukan asam laktat di jaringan setelah kematian. 2tot-otot mulai menjadi kaku dan kemudian akan terfiksasi dan tidak dapat digerakkan lagi. #roses ini dimulai &-+ jam setelah kematian, men!apai pun!aknya pada 1& jam post mortem, mulai berkurang pada jam ke-&+ dan menghilang se!ara total setelah 03 jam post mortem. %al ini membutuhkan ,aktu untuk terjadi karena kematian sel dan pengumpulan sisasisa metabolisme tidak terjadi se!ara instan dan membutuhkan ,aktu. 'etelah proses ini menghilang, tubuh akan terasa lemas dan fleksibel.+ B. Li%o! mo!$is Ketika sel mulai rusak dan aktifitas sirkulasi berhenti, darah akan turun sesuai dengan arah gaya gra/itasi dan tertinggal pada titik terendah pada tubuh, membentuk suatu daerah kemerahan yang terlihat dari kulit. #roses ini, ,alaupun dipengaruhi oleh berbagai /ariabel, umumnya terjadi dalam sejam post mortem dan membutuhkan sekitar delapan jam untuk selesai. 4ika tubuh digerakkan setelah periode ini, lebam akan menetap dan terlihat pada daerah original dari kontak. 5enangan darah tidak akan berpindah dan dapat berguna untuk menentukan posisi primer ataupun sekunder post mortem.+ &. A' o! mo!$is *lgor mortis adalah suatu proses penurunan temperatur tubuh post mortem yang terjadi se!ara bertahap dan dipengaruhi oleh temperatur sekitar dan aktifitas bakterial.+ #roses-proses ini dapat digunakan untuk menentukan ,aktu kematian se!ara akurat, namun teknik-teknik ini akan berkurang keefektifannya setelah 03 jam pas!a kematian.+

2.3.2 A.

Decomposed Stage (Fase Dekomposisi" A($o'isis #ada fase dekomposisi, dimana tubuh tidak lagi dianggap segar, autolisis

terjadi. *utolisis adalah suatu proses dimana terjadi kematian sel se!ara masif yang berujung pada hilangnya integritas seluler se!ara total dan nekrosis yang luas. %ilangnya aktifitas kardio/askuler dan habisnya !adangan adenosine triphospate (*T#) menyebabkan pembengkakan dinding sel dan pen!ampuran matriks ekstraseluler dan jaringan sel-sel disekitarnya. #roses ini menyebabkan penurunan p% dari sitoplasma, sehingga en.im-en.im dalam sitoplasma menjadi aktif dan kemudian merusak organel seluler. 'e!ara eksternal, perubahan ,arna yang signifikan terjadi se!ara jelas pada kulit yang menjadi semakin pu!at dan semakin mudah lepas dan ter!abut. #erubahan ,arna menjadi kehijauan juga sering terlihat pada daerah abdomen oleh karena adanya aktifitas bakterial.+ B. P($!efaksi *utolisis akan menyebabkan terjadi putrefaksi, yang terjadi +6-7& jam pas!a kematian. #ada fase ini, bakteri internal mulai merusak jaringan. 'eiring dengan menurunnya !adangan oksigen pada sel-sel dalam tubuh, bakteri-bakteri destruktif yang bersifat anaerob semakin aktif dan bertanggung ja,ab menyebabkan proses putrefaksi. Kebanyakan bakteri tersebut terkonsentrasi pada daerah sekitar !ae!um, sehingga tanda-tanda eksternal dari putrefaksi terlihat pertama kali pada daerah abdomen. %asil dari aktifitas bakteri ini termasuk produksi hidrogen dan gas-gas lainnya dalam jumlah besar yang menyebabkan distensi dari !a/um abdomen. #erubahan ,arna yang terjadi kemudian menyebar ke area lainnya dari tubuh sejalan dengan penyebaran bakteri melalui jaringan. #erubahan ,arna yang terjadi sendiri terkadang tidak konsisten dan menyebabkan suatu gambaran marbling pada tubuh. Tahapan spesifik dari proses dekomposisi ini adalah yang paling dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kelembaban, suhu, dan bakteri lain semuanya bisa mempengaruhi lamanya proses ini terjadi. *pabila semua gas telah dikeluarkan dan jaringan han!ur se!ara berterusan, distensi tubuh akan berkurang. 'ebelum distensi

tubuh berkurang sepenuhnya, skeletalisasi inisial akan bermula. #roses ini sering mulanya dari ,ajah. *pabila distensi telah berkurang sepenuhnya, jaringan lunak yang tersisa di tubuh akan han!ur se!ara berterusan. #ada tahapan ini, kebanyakan rambut di kepala dan di tubuh telah menjadi longgar dan akan mudah di!abut, dan kulit juga bisa tertanggal dari jaringan di ba,ahnya. #roses ini juga sangat ber/ariasi dalam durasi, tergantung keadaan lingkungan dan kondisi internal.+ #roses ini dapat diper!epat oleh berbagai hal, seperti panas, sepsis, diabetes, demam, ataupun !adangan sel lemak dalam jumlah besar. 'epsis menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme dibandingkan dengan yang ditemukan dalam tubuh yang sehat. Ke!epatan putrefaksi yang diper!epat pada penderita diabetes sendiri diper!epat oleh tingginya kadar gula dalam darah, yang mana berperan menjadi !adangan nutrient untuk bakteri-bakteri anaerob pengurai.8 Ketika sel-sel tidak lagi menerima oksigen dari sel-sel darah merah, sel-sel akan mengubah system metabolismenya menjadi jalur metabolis fermentati/e, yang mana akan men!iptakan suatu lingkungan anaerob yang mendukung proliferasi bakteri di usus besar, dimana 93-99: dari seluruh bakteri kolon adalah anaerob. elanjutkan proses autolisis yang melepaskan !adangan karbohidrat, protein, dan lipid, bakteri-bakteri ini kemudian mulai menghan!urkan struktur-struktur organik tersebut, yang kemudian menghasilkan gambaran-gambran perubahan makroskopis dari putrefaksi.8 $akteri-bakteri ini kemudian akan terlibat dalam proses yang disebut ;bacterial carbohydrate fermentation< dan melepaskan berbagai ma!am gas dan asam organik yang bertanggung ja,ab atas penurunan p% tubuh setelah kematian. (lark et al. sendiri menyatakan bah,a proses produksi dan akumulasi gas-gas ini menyebabkan perubahan fisika dan kimia pada tubuh yang terdekomposisi yang memperburuk tanda-tanda yang mun!ul pada proses autolisis. 5as-gas yang diproduksi terakumulasi didalam usus dan diantara lapisan jaringan melalui system sirkulasi, dan menghasilkan suatu artifak pas!a kematian yang disebut sebagai ;bloating<. Bloating pertama kali dapat dilihat pada ,ajah dan menyebabkan protrusi pada bibir, diikuti pembengkakan pada bagian perut. #ada pria, skrotum juga akan ikut membengkak.8

'ebelum rigor mortis terjadi, tubuh akan mengeluarkan hasil eksresinya berupa feses dan urin sebagai akibat dari hilangnya tonus otot. 'ebagian isi segmen traktus digesti/us akan berpindah se!ara pasif, dan ketika !airan empedu berpindah dari duodenum ke lambung, dinding lambung akan ter-autodigesti oleh !airan tersebut. Traktus gastrointestinal dan isi lambung kemudian mengalami dekomposisi dari proses autolisis dan putrefaksi dan menghasilkan suatu artifak yang disebut sebagai ;purge fluid<. 5as yang dihasilkan oleh proses putrefaksi kemudian mendorong !airan ini keluar dari tubuh melalui hidung dan mulut.8 #ada tubuh yang hidup, limpa akan menghan!urkan sel-sel darah merah yang sudah rapuh dan membantu hati untuk menghasilkan pigmen. 'etelah kematian, kehan!uran sel-sel pan!reas oleh proses autolisis melepaskan !airan empedu dan pigmen-pigmen tersebut ke dalam sirkulasi dan jaringan abdominal. $agian depan dari abdomen kemudian menjadi ber,arna kehijauan. Kemudian degenerasi dari hemoglobin sendiri menghasilkan perubahan ,arna yang luas pada seluruh jaringan tubuh.8 $akteri intestinal ekstrinsik se!ara normal akan men!erna protein melalui proses yang disebut dekarboksilasi, yang akan menghasilkan berbgai ma!am produk, termasuk gas hidrogen sulfida., putres!ine dan !ada/erine. #utres!ine dan !ada/erine sendiri bertanggung ja,ab atas bau pembusukan. %idrogen sulfida akan men!erna asam amino yang mengandung sulfur dengan keberadaan sel-sel darah merah yang sedang dalam proses lisis. 'ulfur akan berikatan dengan hemoglobin menghasilkan suatu senya,a sulfhemoglobin yang ber,arna hijau keunguan. #roses ini menyebabkan terjadinya perubahan ,arna pada daerah yang dile,ati oleh pembuluh darah superfisial, termasuk daerah yang terkena lebam mayat, akan mengalami perubahan ,arna dari hijau menjadi ungu dan kemudian hitam. #roses ini dikenal dengan nama ;marbling< dan bertanggung ja,ab atas perubahan ,arna makroskopis pada tubuh. #roses perikatan ini dipengaruhi oleh temperature lingkungan dan lapisan lemak subkutan dari tubuh.8

*da 17 tanda pembusukan, yaitu ,ajah dan bibir membengkak, mata menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang

lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gra/id), badan gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu /ena superfisialis kulit ber,arna kehijauan, pembuluh darah ba,ah kulit melebar, dinding perut pe!ah, skrotum atau /ul/a membengkak, kuku terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya lar/a lalat.3 2rgan dalam yang !epat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gra/id, uterus post partum, dan darah. 2rgan yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. 2rgan yang paling lambat membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non gra/id.3 &. Decay 'tadium decay terdiri dari dekomposisi internal yang meningkat dan intensif. Kulit akan merekah dan seterusnya mengalami disintegrasi bersamaan jaringan lunak yang lain.3 4aringan internal akan menjadi lebih terpapar kepada lingkungan, yang akan memberi jalan untuk masuknya oksigen. %al ini akan meningkatkan aktifitas bakteri aerobik, dan memper!epat dekompisisi jaringan. 1ambut yang masih ada pada tubuh akan jatuh dan membentuk suatu ;hair mat<, suatu massa dengan rambut yang terkumpul di ba,ah kepala. (airan tubuh akan meresap keluar dari tubuh, yang akan menyebabkan tulang terpapar ke udara dan mula mongering. *pabila proses ini bermula, lebih banyak tulang yang terpapar udara, yang seterusnya mengakibatkan terjadinya stadium ;kering<. 3 2.3.3 A. Dry Stage (Fase )ke!in *" Skeletonization 'tadium terakhir dari proses dekomposisi melibatkan sedikit atau tidak adanya jaringan lunak sama sekali, dengan skeletalisasi luas yang tampak pada seluruh tubuh. *pabila tubuh telah men!apai stadium ini, penentuan ,aktu meninggal mangsa agak susah ditentukan, karena kea,etan tulang lebih tergantung pada keadaan lingkungan berbanding pembusukan alami. #engaruh he,an pemangsa, kondisi !ua!a, keasaman tanah, dan faktor lain bisa mempengaruhi keadaan tulang pada saat ditemukan.3 2.+. Fak$o!,Fak$o! -an .empen a!(/i P!oses Pem0(s(kan

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembusukan, termasuk faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.7 Faktor intrinsik merupakan sifat alami daripada mayat itu tersebut, antaranya=1,7 >sia= $ayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan. Konstitusi tubuh= Tubuh gemuk lebih !epat membusuk daripada tubuh kurus. Keadaan tubuh= Tubuh yang luka akan !epat mengalami pembusukan karena masuk bakteri-bakteri melalui luka. $ila anggota tubuh dipotong terutama ,aktu darah masih segar, maka bagian yang terpotong (kaki atau tangan) akan lambat membusuk dibandingkan bagian tubuh yang lain. Ini disebabkan hilangnya darah pada bagian tersebut.
-

#enyebab kematian= 1adang, infeksi, dan sepsis memper!epat pembusukan. *nemia dan penyakit kronis memperlambat pembusukan karena kurangnya darah di otot-otot dan jaringan tubuh. Kematian oleh ra!un arsen, stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.

Faktor ekstrinsik merupakan lingkungan eksternal sekitar, termasuk=1,7 Temperatur lingkungan= temperature optimum di mana bakteri-bakteri mudah berkembang adalah &8-08?(. di daerah tropis, abdomen akan berubah dalam 0 hari dan sesudah 18 hari jaringan lunak akan menjadi han!ur. -ingkungan yang kering dan berangin bisa menyebabkan proses mummifikasi yang mengganggu aktifitas dekomposisi oleh mikroorganisme. %umiditi= Kelembaban udara yang tinggi memper!epat pembusukan. @entilasi dan pakaian= ayat yang terletak di alam terbuka membusuk lebih

!epat. $auju yang ketat, perut di ba,ah korset, ikat pinggang, kaus atau sepatu yang dipakai memperlambat pembusukan di daerah tersebut. Kadang-kadang, predator hai,an, ber/ariasi dari lalat ke mamalia seperti anjing ku!ing, burung, tikus, mempunyai peran yang penting juga dalam pengaruh proses dekomposisi mayat. *rtropoda merupakan serangga yang memakan mayat dan sangat

sensitif terhadap pembebasan gas putrefaksi. *rtropoda akan tertarik oleh bau gas pembusukan pada proses dekomposisi. 6 Terdapat dua golongan artropoda mayor yang sering dijumpai, yaitu Diptera (lalat) dan Coleoptera (kumbang). -ar/a lalat Calliphoridae dan Muscidae merupakan yang pertama di mayat, disusul oleh Sarcophagidae. Tempat meletakkan telur yang sering dijumpai adalah pada mata, nasal hidung, mulut, telinga, dan bagian genitalia( skrotum dan /agina).6 'etelah mayat mulai mengalami pembusukan dan mengeluarkan bau mengundang lalat untuk meletakkan telur (Calliphoridae) atau meletakkan lar/a ke!il(Sarcophagidae), telur akan menetas menjadi lar/a instar I setelah 16-&+ jam. -ar/a instar I dengan ukuran 8mm dalam 1-& hari kemudian menjadi lar/a instar II dengna ukuran di ba,ah 1?mm, dan seterusnya ke lar/a instar III berukuran 1817mm dalam ,aktu 1-& hari, yang ,arnanya makin gelap, gerakan sangat aktif dan telah didapati adanya internal skeleton. 'etelah stadium ini ukuran lar/a kembali memendek yang dlkenali sebagai lar/a instar III post feeding dengan ukuran 1?1&mm, gerakan mulai lambat, dan bentuk ini bisa ditemukan 6-1& hari sejak telur diletakkan. #ada tahap ini mulai menjauhi jaringan busuk men!ari tempat yang kering unutk kemudian berubah menjadi prepupa dengan ukuran 6-9mm, ber,arna kemerahan, berbentuk bulat seperti bantal guling, yang dalam beberapa hari menjadi pupa dengan ,arna !oklat kehitaman, dan dalam 1-& hari kemudian akan menetas menjadi lalat. 1 #eran serangga ini dapat membantu untuk menentukan lamanya kematian, didasarkan pada siklus hidup serangga, berdasarkan kenyataan bah,a lalat akan meletakkan telur segera setelah terjadi proses pembusukan yang mengundang datangnya lalat, maka umur lar/a yang didapat akan sama dengan lama kematian.1 BAB 3 KESI.PULAN #embusukan yang disebut juga dekomposisi atau putrefaksi adalah suatu proses penghan!uran jaringan lunak dari tubuh oleh aktifitas mikroorganisme (bakteri,

10

jamur, dan proto.o) dan berakibat pada katabolisme jaringan menjadi gas, !airan, dan molekul-molekul sederhana.& #roses dekomposisi mengikuti beberapa tingkatan yang berurutan dan dapat diprediksi, aproksimasi ,aktu sejak kematian sendiri masih dapat diperkirakan dengan mengobser/asi kondisi dari tubuh dan bentuk pembusukan yang terjadi. 0,+ #roses degradasi dimulai dari resh Stage (rigor mortis, li/or mortis, dan algor mortis), kemudian Decomposed Stage (autolisis, putrefaksi, dan decay), dan diakhiri oleh !dry" stage (skeletoni#ation).+ Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembusukan, yaitu faktor intrinsik yaitu faktor usia, konstitusi tubuh, keadaan tubuh, dan penyebab kematianA dan faktor ekstrinsik yaitu temperatur lingkungan, humiditi, /entilasi dan pakaian, predator hai,an dan artropoda.7 #eran artropoda dapat membantu untuk menentukan lamanya kematian, didasarkan pada siklus hidup serangga, berdasarkan kenyataan bah,a lalat akan meletakkan telur segera setelah terjadi proses pembusukan yang mengundang datangnya lalat, maka umur lar/a yang didapat akan sama dengan lama kematian.1

You might also like