You are on page 1of 15

ASET TETAP

Definisi
Sesuai PSK 16, aset tetap adalah aset berujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai umur terbatas.

Pembelian Aset Tetap


Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi untuk menempatkan aset tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan (PSAK 16). Biaya-biaya tersebut, seperti biaya pengiriman, bongkar muat, biaya pemasangan, biaya profesional, bea masuk, PPN Masukan yang tidak boleh direstitusi dan lain-lain ditambahkan ke dalam harga perolehan. PEMBELIAN DI DALAM NEGERI Contoh. Tanggal 1 Januari 2007 PT Xixi membeli aset tetap seharga Rp. 200.000,- belum termasuk PPN 10%. Dengan demikian jurnal yang di buat PT. Xixi adalah sebagai berikut:

Jika PT. Xixi adalah PKP


1 Jan 2007

Jika PT. Xixi adalah non-PKP

PEMBELIAN DI LUAR NEGERI Contoh. Tanggal 1 Januari 2007 PT. Xixi mengimpor aset tetap dari Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar Rp. 150.000.000,- dan PPN sebesar 10%. Jurnal yang dibuat oleh PT Xixi adalah sebagai berikut:
Jika PT. Xixi adalah non-PKP yang mempunyai API 1 Jan 2007 Jika PT. Xixi adalah PKP Yang mempunyai API Jika PT. Xixi adalah PKP Yang tidak mempunyai API

Penyusutan Aset Tetap


Menurut PSAK 16 jumlah yang disusutkan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa aset tetap. PSAK 17 menyebutkan bahwa penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat.

Metode penyusutan adalah berikut:


1. Berdasarkan waktu: a. Metode

Garis Lurus (straight line method)

b. Metode pembebanan yang menurun; 1). Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) 2). Metode

Saldo Menurun/Saldo Menurun Ganda (declining/double

declining method) 2. Berdasarkan penggunaan: a. Metode jam jasa (service hours method) b. Metode unit peroduksi (productive output method) 3. Berdasarkan kriteria lain: Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)

Tabel Kelompok masa manfaat dan tarif penyusutan harta berujud (Pasal 11 ayat 6 UU PPh)

Tarif Depresiasi Kelompok Harta Berwujud I. Bukan bangunan kelompok I kelompok II kelompok III kelompok IV Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun

25% 12.5% 6.25% 5%

50% 25% 12.5% 10%

II. Bangunan
Permanen Tidak Permanen 20 tahun 10 tahun 5% 10%

Contoh: Sebuah gedung dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp. 600.000.000,-. Estimasi masa manfaat gedung tersebut menurut akuntansi adalah 30 tahun, sedangkan menurut pajak adalah 20 tahun. 31 Des 2006

(Rp. 600.000.000,- / 30) Penyusutan tahun 2006 menurut pajak adalah 5% x Rp. 600.000.000,- = Rp. 30.000.000,-. Atas perbedaan tersebu perusahaan tidak perlu membuat jurnal jurnal penyesuaian. Perbedaan estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu temporer antara pajak dan akuntansi. Dengan demikian, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT sebesar Rp. 30.000.000,- dikurangi Rp. 20.000.000,- = Rp. 10.000.000,-

Penjualan Aset Tetap


Contoh 1: Sebuah mobil box diperoleh perusahaan pada tanggal 12 Juli 2005 dengan harga Rp. 48.000.000,-. Estimasi masa manfaat menurut akuntansi 6 tahun, sedangkan menurut pajak adalah 8 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2006, mobil box ini dijual dengan harga Rp. 40.000.000,-. Metode penyusutan menurut akuntansi dan pajak adalah metode garis lurus. Pertanyaan: 1. Hitunglah laba atau rugi atas penjualan mobil box, baik secara akuntansi maupun pajak? 2. Buatlah jurnal atas penjualan aset tersebut? 3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT? Jawab: 1. Laba atau rugi atas penjualan mobil box
Perhitungan akumulasi penyusutan:

2. Jurnal Penjualan mobil box 31 Des 2006 Saat penjualan

15 Jan 2007

Saat pengkreditan PPN

3. Besarnya koreksi fiskal Terlihat ada perbedaan pengakuan laba penjualan aset yang terjadi pada akunansi dan pajak. Atas perbedaan tersebut perusahaan tidak perlu membuat jurnal jurnal penyesuaian. Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap/permanen antara pajak dan akuntansi. Dengan demikian, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT sebesar Rp. 4.000.000,- dikurangi Rp. 1.000.000,- = Rp. 3.000.000,-

Contoh 2: PT Asia adalah PKP yang mempunyai API. Pada tanggal 17 Maret 2005 PT Asia mengimpor sebuah mesin dengan harga faktur sebesar US $10.000. Biaya asuransi dan biaya angkut masing-masing sebesar 2% dan 4% dari harga faktur. Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Mesin tersebut juga dikenakan PPN sebesar 10%. Kurs menteri keuangan pada saat itu adalah US $1 = Rp 10.000. Menurut akuntansi, mesin tersebut mempunyai estimasi umur lima tahun, Sementara estimasi umur menurut pajak adalah empat tahun. Metode penyusutan menurut akuntansi maupun pajak adalah metode garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2006 perusahaan memutuskan untuk menjual aset tetapnya dengan harga Rp 100.000.000,-. Pertanyaan: 1. Buatlah jurnal yang dibuat PT Asia untuk perolehan aset tetap. 2. Buatlah jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2005 oleh perusahaan dan tentukan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan. 3. Hitunglah laba rugi atas penjualan aset tetapnya, baik secara akuntansi maupun pajak. 4. Buatlah jurnal atas penjualan aset tetap tersebut. 5. Tentukan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan.

Jawab: Perhitungan harga perolehan mesin

1. Jurnal yang dibuat PT Asia saat perolehan aset tetap 17 Maret 2005

2. Jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2005 oleh perusahaan dan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan 31 Des 2005

Beban penyusutan menurut akuntansi adalah Rp. 137.800.000,- /5 x 9/12 = Rp. 20.670.000,- , sementara menurut pajak adalah 25% x Rp. 137.800.000,- x 10/12 = Rp. 28.708.333,- , Atas perbedaan tersebut perusahaan tidak perlu membuat jurnal jurnal penyesuaian. Perbedaan estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu temporer antara pajak dan akuntansi. Dengan demikian, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT sebesar Rp. 28.708.333,dikurangi Rp. 20.670.000,- = Rp. 8.038.333,3. Laba atau rugi atas penjualan aset tetap
Perhitungan penyusutan

4. Jurnal atas penjualan aset tetap.

31 Des 2006

15 Jan 2005 5. Besarnya koreksi fiskal Atas perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset antara akuntansi dan pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap/permanen antara pajak dan akuntansi. Dengan demikian, perusahaan harus melakukan koreksi positif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT sebesar Rp. 25.358.333,- dikurangi Rp. 10.430.000,- = Rp. 14.928.333,-

Sewa
Menurut PSAK 30 (2004), jenis-jenis sewa adalah sebagai berikut: 1. Financial Lease Dalam finance lease (sewa pembiayaan), pihak yang membiayai penyediaan barang modal adalah lessor dan pihak lesse biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan atas nama perusahaan sewa, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek transaksi sewa. 2. Operating Lease. Dalam operating lease (sewa menyewa biasa), lessor membeli barang modal dan selanjutnya disewakan kepada lesse. 3. Sales Type Lease. Dalam sales type lease (sewa penjualan) merupakan transaksi pembiyaan sewa secara langsung (direct finace lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa. 4. Leverage Lease. Sewa ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yaitu: penyewa guna usaha, perusahaan sewa, dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa.

SAMPAI DI SINI

Nelly Nur Apandi

You might also like