You are on page 1of 51

Asuhan pada Keperawatan Kebutuhan Eliminasi

By. Parlind S, S.Kep

Konsep dasar Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa2 metabolisme tubuh. Pembuangan dpt melalui urine ataupun bowel Proses pengeluaran sangat bergantung pd fungsi2 organorgan eliminasi urine spt ginjal, ureter, bladder dan uretra. Gijal memindahkan air dari darah dlm bentuk urine. Ureter mengalir urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas ttt yg yg kmd dikeluarkan melalui uretra.

Fungsi utama ginjal: Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan obat2an Mengatur jumlah dan zat2 kimia dalam tubuh Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam2 serta asam dan basa Menghasilkan renin, enzim utk membantu pengaturan TD Menghasilkan hormon eritropoitin yg menstimulusi pembentukan sel2 darah merah di sumsum tulang Membantu dalam pembentukan vit D

Pola eliminasi urine normal sgt tergantung individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangu tidur. Normalnya dalam sehari sekitar 5 kali Karakteristik urine normal : Warna urine nornal adl kuning terang/jernih krn adanya pegmen urochrome. Warna urine tergantung pd intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya menjadi lbh pekat dan coklat

Bau urine normal adalah khas amoniak yg merupakan hasil pemecahan urea dan bakteri. Pemberian obat2an mempengaruhi bau urine. Jumlah urine yg dikeluarkan tergantung usia, intake cairan dan status kes. Pd org dewasa sekitar 1200 1500 ml/hari atau 150 600 ml per kali miksi

Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urine : 1. Pertumbuhan dan perkembangan 2. Sosiokultural 3. Psikologis 4. Kebiasaan seseorang 5. Tonus otot 6. Intake cairan dan makanan 7. Kondisi penyakit 8. Pembedahan 9. Pengobatan 10. Pemeriksaan diagnostik


1. 2. 3.

Masalah-masalah eliminasi Urine: Retensi urine Inkontinensia urine Eurisis ; ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yg diakibatkan ketdkmampuan utk mengendalikan spinter eksterna( biasanya terjadi pada anak2 atau pada orang jompo)

Perubahan Pola Berkemih 1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yg meningkat, biasanya terjadi pd cystitis, stres dan wanita hamil 2. Urgency : Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pd anak2 krn kemampuan spinter utk mengontrol berkurang 3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan berkemih mis; pd infeksi saluran kemih, trauma

4. Polyuria (diuresis) : Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan mis; pasien DM 5. Urinary Suppression : Keadaan dimana ginjal tdk memproduksi urine scr tiba2. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam) Olyguria (urine berkisar 100 500 ml/24 jam)

Asuhan Keperawatan
Pengkajian 1. R/ Keperawatan
a. b.

c.

Pola berkemih Gejala dari perubahan berkemih Faktor yg memengaruhi berkemih

2. Pemeriksaan fisik a. Abdomen: pembesaran, pelebaran darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus b. Genitalia Wanita : Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina c. Genitalia laki2 : Kebersiha, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum

3. Intake dan output cairan a. Kaji intake dan output cairan dlm sehari (24jam) b. Kebiasaan minum c. Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT d. Kaji perubahan volume utk mengetahui ketdkseimbangan cairan e. Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi f. Karakteristik urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan

4. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan urine (urinalisis) : Warna (N : Jernih Kekuningan) Penampilan (N: Jernih) Bau (N : beraroma khas) pH (N : 4,5 8,0 ) Berat Jenis (N : 1,005 1,030) Glukosa (N : negatif) Keton (N : negatif) b. Kultur urine (N : kuman patogen Negatif)

Diagnosa Kepeawatan
Ggn pola eliminasi urine : inkontinensia Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine Kemungkinan sehubungan dengan: a. Ggn neuromuskuler b. Spasme bladder c. Trauma pelvic d. Infeksi saluran kemih e. Trauma medulla spinalis
1.

Kemungkinan data yg ditemukan : a. Inkontinensia b. Keinginan berkemih yang segera c. Sering ke toilet d. Menghindari minum e. Spasme bladder f. Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml

Tujuan yang diharapkan : a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam b. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine c. Klien berkemih dalam keadaan rileks

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.

INTERVENSI Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi Kolaborasi dalam bladder training

RASIONAL Membantu mencegah distensi atau komplikasi Meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder Menguatkan otot dasar pelvis

Hindari faktor pencetus inkotenensia Mengurangi/menghindari inkontenensia urine seperti cemas Kolaborasi dgn dokter dlm pengobatan dan kateterisasi Jelaskan tentang : -Pengobatan -Kateter -Penyebab -Tindakan lainnya Mengatasi faktor penyebab Meningkatkan pengetahuan dan diharapkan pasien lebih kooperatif

2. DX : Retensi urine Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas Kemungkinan sehubungan dengan : a. Obstruksi mekanik b. Pembesaran prostat c. Trauma d. Pembedahan e. Kehamilan

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Tidak tuntasnya pengeluaran urine b. Distensi bladder c. Hipertropi prostat d. Kanker e. Infeksi saluran kemih f. Pembedahan besar abdomen

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

INTERVENSI Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan kolaborasi Kurangi minum setelah jam 6 malam

RASIONAL Menentukan masalah Memonitor keseimbangan cairan Menjaga defisit cairan Mencegah nokturia

Kaji dan monitor analisis urine elektrolit Membantu memonitor keseimbangan dan berat badan cairan Lakukan latihan pergerakan Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih Meningkatkan fungsi ginjal dan bladder Relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih

Ajarkan tehni latihan dengan kolaborasi Menguatkan otot pelvis dokter/fisioterapi Kolaborasi dalam pemasangan kateter Mengeluarkan urine

Tujuan yang diharapkan : a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada

Eliminasi Bowel Konsep dasar Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus

Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu: 1. Refleks defekasi interinsik Refleks ini berawal dari feses yg masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum,kmd menyebabkan rangsangan pd fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, scr sistematis spinter interna relaksasi terjadilah defekasi

2. Refleks defekasi parasimpatis Feses masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yg kmd diteruskan ke spinal cord kmd dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yg menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi

Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Defekasi : 1. Usia 2. Diet 3. Intake cairan 4. Aktivitas 5. Fisiologi 6. Pengobatan 7. Gaya hidup 8. Prosedur diagnostik 9. penyakit

10. Anestesi dan pembedahan 11. Nyeri 12. Kerusakan sensorik dan motorik ; kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi

1. 2.

3.

Masalah-masalah umum pada eliminasi Bowel : Konstipasi Fecal imfaction : masa feses yg keras di lipatan rektum yg diakibatkan o/ retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Disebabkan konstipasi, intake cairan kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, kelemahan tonus otot. Diare

4. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot utk mengontrol pengeluaran feses dan gas yg melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persyarafan di daerah anus. 5. Kembung 6. hemoroid

Asuhan Keperawatan
Pengkajian 1. R/ Keperawatan a. Pola defekasi : Frekuensi, pernah berubah b. Perilaku defekasi : Penggunan laksatif, cara mptahank pola c. Deskripsi feses : Warna, bau, dan tekstur d. Diet : Makanan yg memengaruhi defekasi, makanan yg biasa dimakan, makanan yg dihindari, dan pola makan yg teratur atau tidak

e. Cairan : Jumlah dan jenis minuman/hari f. Aktivitas : Kegiatan sehari-hari g. Kegiatan yang spesifik h. pgunaan medikasi : Obat2an yg memengaruhi defekasi i. Stres : Stres berkepanjangan atau pendek, koping utk menghadapi atau bagaimana menerima j. pembedahan/ penyakit menetap

2. Pemeriksaan fisik a. Abdomen : Distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pd perut, tenderness b. Rektum dan anus : Tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid, adanya massa, tenderness 3. Keadaan feses: a. konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir

4. Pemeriksaan diagnostik : a. Anuskopi b. Protosigmoidoskopi c. Rontgen dengan kontras

Diagnosa Keperawatan
Ggn eliminasi bowel : konstipasi (aktual/risiko) Definisi : Kondisi dimana sseorg malami perubahan pola yg normal dlm berdefekasi dgn karakteristik menurunnya frekuensi BAB dan feses yg keras.
1.

Kemungkinan berubungan dengan : a. Imobilitas b. Menurunnya aktivitas fisik c. Ilues d. Stres e. Kurang privasi f. Menurunnya mobilitas intestinal g. Perubahan atau pembatasan diet

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Menurunnya bising usus b. Mual c. Nyeri abdimen d. Adanya massa pd abdomen bagian kiri bawah e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar


a. b. c. d. e. f. g.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : Anemia Hipotiroidisme Dialisa ginjal Pembedahan abdomen Paralisis Cedera spinal cord Imobilisasi yang lama


a.

b.

Tujuan yang diharapkan : Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel Terjadi perubahan pola hidup utk menurunkan faktor penyebab konstipasi

NO
1.

INTERVENSI
Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar Kaji dan catat pergerak usus Jika terjadi fecal impaction: Lakukan pengeluaran Lakukan gliseril klisma Konsultasikan dgn dokter ttg : -Pemberian laksatif -Enema -pengobatan Berikan cairan adekuat

RASIONAL
Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel Deteksi dini penyebab konstipasi Membantu mengeluarkan feses

2. 3.

4.

Meningkatkan eliminasi

5.

Membantu feses lebih lunak

6.

Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yg byk mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif

Menurunkan konstipasi

7.

Meningkatkan pergerakan usus

8.

Berikan pendidikan kesehatan tentang : -Personalhygiene -Kebiasaan diet -Cairan dan makanan yang mengandung gas -Aktivitas -Kebiasaan BAB

Mengurangi/ menghindari inkontenensia

2. Dx Kep : Ggn eliminasi : diare Definisi : Kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan BAB dgn karakteristik feses cairan Kemungkinan sehubungan dengan : a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi b. Pola makan yang salah c. Perubahan proses pencernaan d. Efek samping pengobatan

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Feses berbentuk cair b. Meningkatnya frekuensi BAB c. Meningkatnya peristaktik usus d. Menurunnya nafsu makan


a. b. c.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : Peradangan bowel Pembedahan saluran pencernaan bawah Gastritis/enteritis

Tujuan yang diharapkan : a. Pasien kembali BAB ke pola normal b. Keadaan feses berbentuk dan lebih keras

NO
1.

INTERVENSI
Monitor / kaji kembali konsistensi, warna, bau feses, pergerakan usus, cek BB setiap hari Monito dan cek elektrolit, intake dan output cairan Kolaborasi dgn dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak Berikan antidiare, tingkatkan intake cairan Cek kulit bagian perineal dan jaga dari gangguan integritas Kolaborasi dgn ahli diet tentang diet rendah serat dan lunak Hindari stres dan lakukan istirahat cukup Berikan penkes tentang : cairan, diet, obat-abatan, perubahan gaya hidup

RASIONAL
Dasa memonitor kondisi

2. 3. 4. 5.

Mengkaji status dehidrasi Mengurangi kerja usus Mempertahankan status hidrasi Frekuensi BAB yg meningkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus Menurunkan stimulus bowel Stres meningkatkan stimulus bowel Meningkatkan pengetahuan dan pencegahan diare.

6. 7. 8.

3. DX Kep : Gangguan eliminasi bowel : inkontinensia Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola dalam BAB dgn karakteristik tidak terkontrol pengeluarannya. Kemungkinan sehubungan dengan : a. Menurunnya tingkat kesadaran b. Ggn spinter anus c. Ggn neuromuskuler d. Fecal impaction

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses b. Baju yg kotor oleh feses Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Injuri spinal cord b. Pembedahan anus c. Pembedahan ginekologi d. Stroke e. Trauma pada daerah pelvis f. Usia tua

Tujuan yang diharapkan : a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses b. Pasien kembali pada pola eliminasi normal

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

INTERVENSI Tentukan penyebab inkontinensia Kaji penurunan masalah ADL berhub dgn masalah inkontinensia Kaji jumlah dan karakteristik inkontensia Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya BAB Lakukan bowel training dengan kolaborasi fisioterapis Lakukan latihan otot panggul Berikan pengobatan dgn kolaborasi dengan dokter

RASIONAL Memberikan data dasar utk memberikan asuhan keperawatan Pasien terganggu ADL karena takut BAB Menentukan pola inkontinensia Membantu mengontrol BAB Membantu mengontrol BAB Menguatkan otot dasar pelvis Mengontrol frekuensi BAB

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI LANJUTKAN SENDIRI SESUAIKAN DILAPANGAN DAN PERKEMBANGANNYA..


TERIMA KASIH.

You might also like