Professional Documents
Culture Documents
INDUSTRI KARAGENAN BIOETANOL LIGNOCELLULOSE ACID , CONCENTRATED & ENZYMATIC HYDROLYSIS EFFECT OF SHAKING SAKARIDA
SPEKTROFOTOMETER
HARGA DAN PEMBUATAN BAHAN REFERENSI
SHAKING BATH
http://www.polyscience.com.cn/lab/shake.html Temperature Range Temperature Uniformity Orbital Motion Diameter Reciprocal Stroke Length Ambient +5 to 100C 0.2C 2 to 12 mm 2 to 12 mm
Agitation Speed
30 to 180 rpm
http://www.classicscientific.net/Constant_Temperature_Water_Bath.htm
Models Capacity Working Size External Size Inner Chamber External Range
CS 23a 15 ltrs 30 X 25 X 20 68 X 35 X 35
Cs 23b 26 ltrs 35 X 30 X 25 73 X 40 X 40 Stainless Steel 22 swg. 304 quality. Mild Steel Powder coated / Stainless Steel 50C above ambient to 99.90C
CS 23c 47 ltrs 45 X 35 X 30 83 X 45 X 45
Controller
Sensor Accuracy Uniformity Heat Up Time Stirring Motor Insulation Top Lid Insulation Safety device Low Water Level Timer Capacity (Watts) Power Consumption Net Weight, apporx
http://news.thomasnet.com/fullstory/10468
Lab-Line MaxQ 7000 has 18 x 18 in. stainless steel platform that accepts deep well plates, flasks, beakers, centrifuge tubes, test tube racks, and gel trays. Bath temperature is controlled to .2C by PID temperature controller. Easy-access drain system with quick disconnect offers convenient draining and disinfecting. Speed range for analog models is 40 to 400 rpm and digital models is 15 to 500 rpm
http://news.thomasnet.com/fullstory/490044
With EchoTherm(TM) Model HS40, programming is done through front panel membrane switch and full-function LCD. Measuring 8 x 8 in., ceramic glass heater plates offer chemical resistance and can be heated from ambient to 450C in less than 3 min. Plate surface or solution temperature can be controlled using PID control loop to 1C of target, and accuracy is 1% of reading using platinum RTD circuitry. Controlled by optical coupler to 10 rpm, stirring speed ranges from 100-1,500 rpm.
Hidrolisis Residu
Pengaduk
Mortar Lumpang
INDUSTRI KARAGENAN
(Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput Laut Melalui Model Klaster Bisnis)
Harga rumput laut Rp. 3.500-5.000 per kilogram Ekspor rumput laut Sulawesi Selatan telah menembus 21 negara di seluruh benua di dunia selama semester I/2006,dengan total volume 12.900 ton senilaian agribisnis rumput laut dengan US$4,8 juta Agroindustri Karagenan Indonesia diperkirakan akan menguasai 31% pangsa pasar rumput laut (eucheuma dan gracilaria) dunia pada 2007. Sampai dengan 2010, kontribusi Indonesia akan terus meningkat meski tidak terlalu menonjol. Pada 2008, diprediksikan kontribusi Indonesia yaitu sekitar 32%, 2009 sekitar 34% dan 2010 sekitar 35%, (Achmad Zatnika, 2004 di WWW.Jasuda.net) Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk produk olahan rumput laut yaitu karagenan, Indonesia mampu menguasai pasar dunia sekitar 13% pada 2007, pada 2008 sekitar 13,7%, 2009 sekitar 14% dan 2010 sekitar 15%.
Kebutuhan pasar lokal mencapai 22.000 ton per tahun (Ekon. Neraca 2 Juni 1999 Ekspor Karagenan pada tahun 1998= 4.425.798 kg ( US $ 2.911.996)
Impor karagenan Indonesia sangat besar. Pada tahun 2003 impor
Jumlah dan Keadaan Pabrik Pengolahan Rumput Laut di Indonesia (1994) Produk Kapasitas Agar Produksi (ton/tahun) (ton/tahun) 800 900
Lokasi
Jumlah Pabrik 9
Jawa
Sumatra
Sulawesi Total
1
1 11
70
70 770
60
120 980
180
120 1,200
450
728 7,170
Ampas rumput laut yang tidak terpakai merupakan limbah pencemar lingkungan. Dimana volume ampas bisa mencapai 70% dari total produksi. Untuk satu pabrik besar industri rumput laut dengan kapasitas produksi 80 ton/bulan akan menghasilkan 56 ton ampas yang terbuang.( Mudzakir, 2006)
BIOETANOL
BIOETANOL= Etanol (alkohol) yang terbuat dari sumber daya hayati Etanol kering/absolut saling larut dengan bensin pada segala perbandingan (tetapi tidak dengan solar). Komponen pencampur bensin berangka oktan tinggi (high Octane Mogas Component, HOMC) ; Angka oktan ratarata : sendiri 118 ; pada campuran dengan bensin 104, Angka oktan bensin premium = 87. Gasohol = campuran bioetanol kering/absolut terdenaturasi dan bensin pada kadar alkohol s/d sekitar 22%volume. Contohnya = gasohol berkadar bioetanol X %volume Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi)
Total hidrokarbon yang memicu bahaya gangguan kecerdasan, kesehatan reproduksi, dan gejala sakit, pada bioetanol hanya 0,33 g, premium 0,38 g, dan pertamax 0,40 g per km. Etanol absolut alias 99% memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan premium hanya 87-88. Campuran bensin dan 10% etanol atau gasohol E-10 memiliki ON 92 setara pertamax. Nilai itulah yang membuat bioetanol terkenal sebagai oktan paling ramah lingkungan sehingga menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE), pengganti timbel pada bensin.
Dari segi kinerja, gasohol E10 tak kalah dengan bahan baku fosil. Kekuatan yang dihasilkan E10, 41,23 kw, sedangkan premium hanya 30,97 kw. Daya tarik mesin berbahan bakar gasohol E10 sebanyak 25% lebih tinggi yaitu sebesar 1856,1 N, premium 1393,8 N. Laju konsumsi/jam, gasohol E10 pun lebih hemat, hanya 30,39 liter dan premium 31,03 liter/jam. Penyebabnya, bioetanol mengandung 35% oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran. Produksi bioetanol dari tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan menciptakan keseimbangan siklus karbondioksida, yang berarti akan mengurangi laju pemanasan global. Pembakaran bensin yang lebih sempurna ketika dicampur bioetanol 10 % saja akan memperbaiki kualitas udara di kota-kota padat lalu lintas.
BIOETANOL INDONESIA
Pemerintah Indonesia selama 3 tahun (2007-2010) memerlukan rata-rata 30.833.000 liter bioetanol per bulan. Dari total kebutuhan itu cuma 137.000 liter bioetanol setiap bulan yang terpenuhi atau 0,4%. Itu berarti setiap bulan pemerintah kekurangan pasokan 30.696.000 liter bioetanol untuk bahan bakar. Produksi bioetanol pada 2002 mencapai 180-juta liter. Itu diperoleh dari empat pabrik di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Para produsen antara lain PT Aneka Kimia Nusantara 18,5-juta liter, PT Indo Acidatama 78-juta liter, PT Indo Lampung Distillery 50juta liter, PT Molindo Raya 24-juta liter, dan PTPN XI 4-juta liter per tahun.
Untuk tanaman berpati dan bergula, dengan produktifitas rata-rata bioetanol 5.000 liter/ha per- tahun, konsumsi seluruh bensin sebesar 16 juta kilo per-tahun (tahun 2005) dapat diproduksi dengan budidaya bahan baku seluas 3,2 juta hektar saja (1,7% dari luas daratan Indonesia). Jika dalam waktu dekat ini, bahan baku serat selulosa (jerami dan sejenisnya) dapat bersaing dengan pati-patian dan gula, jumlah lahan yang digunakan menjadi lebih sedikit. 30 Agustus 2005, ketika harga minyak mentah US$69,81/barel, harga bensin Rp 6.500,-/liter dan bioetanol Rp 5.600,-/liter (asumsi 1US$1 = Rp10.000). Kebutuhan bensin nasional mencapai 17,5- miliar per tahun , 30% dari total kebutuhan itu impor Peraturan Pemerintah No 5/2006 dalam kurun 2007-2010, pemerintah menargetkan mengganti 1,48-miliar liter bensin dengan bioetanol lantaran kian menipisnya cadangan minyak bumi.
Meskipun yield menggunakan enzim lebih besar akan tetapi secara ekonomi hidrolisis asam lebih baik (material konstruksi yang lebih murah dan mengurangi biaya operasional
CONCENTRATED ACID Meskipun yield cukup besar, tapi membutuhkan recovery asam dan biaya material konstruksi yang lebih besar
PENGARUH PENGADUKAN
Pengadukan dapat menghomogenisasi antara substrat dengan katalis asam sehingga menaikkan transfer massa dan panas. Mukataka,et al 1983: Pengadukan tinggi yang berlebihan (>200rpm) menyebabkan konversi selulosa yang rendah Pengadukan sedang (100-200rpm) menyebabkan laju hidrolisis awal yang cepat dan konversi yield yang tinggi
Ingesson, et al 2001 : Hidrolisis -selulosa dengan enzim selulase ( 72 jam , 45 oC menggunakan rotary shaking bath)
Enzymatic hydrolysis of cellulose under various shaking regimes using : (a)2.5%(w/v) substrate concentration (b)7.5%(w/v) substrate concentration
HEKSOSA
MONOSAKARIDA
D-Glucose(an aldose)
-D-Glucose
-D-Glucose
GALAKTOSA
FRUCTOSE
MANNOSA
PENTOSA
XILOSE
ARABINOSA
RIBOSA
D-ALDOHEKSOSA
DErythrose
D-Threose D-Ribose
DArabinose
D-Xylose
D-Lyxose
D-Gulose D-Idose
D-KETOHEKSOSA
DISAKARIDA
SELOBIOSA MALTOSA
LAKTOSA
SUKROSA
POLISAKARIDA
CH2OH H OH H OH O H OH H
1 6CH OH 2 5 O 4 OH 3
CH2OH H O H H OH O H OH H H O H
CH2OH O H OH H H H OH O H
CH2OH O H OH H H H OH OH
H O H
H 1
2
OH
cellulose
SELULOSA
KLASIFIKASI SELULOSA:
- Selulosa : Selulosa dengan Bilangan Molekul (BM) tinggi yang tidak dapat terlarut dalam NaOH 17,5 % ( Derajat Polimerisasi = >90 ) - Selulosa : Selulosa yang terlarut sebagian dalam NaOH 17,5 % dan sebagian lagi mengendap ( Derajat Polimerisasi = 15 90 ) Selulosa : Selulosa yang terlarut dalam NaOH 17,5 % ( Derajat Polimerisasi = < 15 ) DERAJAT POLIMERISASI SELULOSA = Jumlah kesatuan berulang dalam polimer BM SELULOSA DP BM GLUKOSA
STARCH ( PATI )
GLIKOGEN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Spektrofotometer UV-VIS adalah sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi(panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Alat ini bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawasenyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultreaviolet (200-400nm) atau daerah sinar tampak (400-800 nm) Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium dimana, A = log (Io/I) = c l. A=Absorbansi I = intensitas berkas cahaya keluar Io = intensitas berkas cahaya masuk/datang = molar absorbsitivitas untuk panjang gelombang tertentu/koefisien ekstinsif (l mol-1 cm-1) c = konsentrasi molar (mol l-1) l = panjang/ketebalan dari bahan/medium kuvet yang dilintasi cahaya (cm)
Buat larutan fenol 5% yaitu dengan memasukan 5 gram fenol kedalam gelas ukur dan ditambahkan akuades hingga 100 ml. Dan campuran tersebut diaduk hingga padatan terlarut seluruhnya. Pipet 1 ml larutan gula yang akan dianalisa kedalam gelas ukur 250 ml dan tambahkan akuades hingga volumenya mencapai 250 ml. Aduk sampai merata. Pipet 1ml akuades dan 1 ml larutan dari point b ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke dalamnya tambahkan 5 ml H2SO4 98% dan 1 ml larutan fenol 5% secara bersamaan. Kocok, tutup dengan aluminium foil dan diamkan hingga dingin. Buat larutan blanko yaitu dengan memasukan 2 ml akuades ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke dalamnya tambahkan 5 ml H2SO4 98% dan 1 ml larutan fenol 5% secara bersamaan. Kocok, tutup dengan aluminium foil dan diamkan hingga dingin. Setelah dingin tuangkan larutan point c dan d ke dalam kuvet sampai tanda batas. Nilai spektrofotometer hingga nol, kemudian atur panjang gelombang 490 nm, lalu masukan blanko dalam kuvet ke dalam spektrofotometer dan atur nilai absorbansi hingga maksimum. Keluarkan kuvet blanko dan masukkan kuvet berisi sampel. Kemudian baca panjang absorbansinya.
Absorbansi
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 20 40 60 80 100 120 Kadar Glukosa, mg/L y = 0,0114x + 0,0215 R2 = 1
Contoh perhitungan: Dik : Dari kurva standar glukosa didapatkan persamaan linier y 0,0114x 0,0215. Faktor pengenceran = 500 Absorbansi = 0,730 Dit : Kadar glukosa sampel ? Jawab : Dimana, y = Absorbansi x = Kadar glukosa, mg/L Kadar glukosa sampel :
0,730 0,0215 500 31,075 0,0114
g/L
Wulandari,Annisa. 2007: Studi Awal Fermentasi Air Perasan Jerami Padi Menjadi Bioetanol dengan Ragi Komersial
Untuk Hidrolisis pada konsentrasi H2SO4 50 % degradasi terlalu cepat dan sulit dikontrol, gula dapat terhidrolisis lanjut menjadi karbon yang menyebabkan warna hitam
Kondisi Hidrolisis Asam yang digunakan: Ukuran potongan jerami : 0,5 - 1 cm Banyak sampel : 1 gram Konsentrasi H2SO4 : 10% Waktu : 1-2 jam Temperatur : ~ mendidih Alat : Hot plate Perlakuan Pendahuluan dengan NaOH : Ditambahkan NaOH 1-1,5 % selama 12 jam kemudian jerami dicuci dengan air hangat untuk menghilangkan sifat kebasaan. Dengan perlakuan pendahuluan kadar gula lebih kecil dibandingkan perlakuan tanpa pretreatment , kemungkinan ada sebagian materi yang hilang dan berkurang hingga 60%
Larsson, Simona, et al. 1999 : Comparison of Different Methods for the Detoxification of Lignocellulose Hydrolyzates of Spruce Kondisi hidrolisis: Ukuran : 10 mm H2SO4 encer : 0,5 % Temperatur : 222oC Waktu : 7 menit
Kondisi hidrolisis asam standar untuk ikatan glikosida membutuhkan : Heksosa : 1M H2SO4 , 100oC selama 4 jam Pentosa : 0,25 M H2SO4 , 70oC selama 4 jam
Taherzadeh, et al
Acid Based Hydrolysys Processes for Ethanol From Lignocellulose Material : Concentrated Acid Yield glukosa 90% ; H2SO4 30-70 % Temperatur rendah 40oC Dilute Acid H2SO4 0,5% ; t = 7 menit ; T = 188-234oC
HARGA Bahan :
H2SO4 96 % = Rp. 220,- / ml Akuades = Rp. 1500,- / L Glukosa = Rp. 1710,- / gram Fenol = Rp. 1300,- / gram (Sumber: Gudang bahan FMIPA UNILA)
Lab Instrumen Kimia UNILA = Rp. 42.500,- / sampel UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung= Rp. 5.000,- / sampel
H2SO4 7% Larutan H2SO4 pekat yang tersedia di laboratorium biasanya konsentrasinya berkisar antara 96-98% b/b ( lihat tabel yang tercantum dalam kemasan) densitas H2SO4 96% =1,84 g/mL Misal volum H2SO4 96% yang diambil = 10 mL , maka : massa larutan H2SO4 96% massa H2SO4 massa air = volume x densitas = 10 mL x 1.84 g/mL = 18,4 g = massa larutan x konsentrasi = 18,4 g x 96% = 17,664 g = massa larutan - massa H2SO4 = 18,4 g 17,664 = 0,736 g
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 7 % maka rumus yang digunakan adalah 7% =
Massa H 2 SO4 Massa H 2 SO4 Massa air dari laru tan Massa air tambahan
7% =
17 ,664 18 ,4 x
1,288 + 0,07x = 17,664 x = 233,94 g Apabila kita asumsikan bahwa densitas air adalah 1 g/mL maka air yang ditambahkan untuk membuat larutan H2SO4 7% dari larutan H2SO4 pekat 96% adalah sebanyak 233,94 mL untuk setiap 10 mL larutan H2SO4 pekat 96%.
Membuat Fenol 5 % yaitu dengan memasukan 5 gram fenol kedalam gelas ukur dan ditambahkan akuades hingga 100 ml. Campuran tersebut kemudian diaduk hingga padatan terlarut seluruhnya.