You are on page 1of 7

Rhinitis Alergi dan Otitis Media Supurativa Kronis

Abstrak Inflamasi alergik pada saluran napas atas dapat beraksi sebagai factor predisposisi terhadap penyakit infeksi telinga. Terdapat beberapa bukti tentang peran rhinitis alergi dalam otitis media kronis dengan efusi, tetapi perannya dalam menyebabkan otitis media supurativa kronis (CSOM belum dibuktikan dengan !elas. "# pasien de$asa yang ditetapkan mengalami CSOM, yang akan dilakukan pembedahan telinga, dan %#& orang kontrol yang sesuai usia dan !enis kelaminnya, dievaluasi terhadap adanya rhinitis alergi. 'uisioner standar diberikan kepada seluruh peserta penelitian. Seluruh pasien dan kontrol men!alani skin prick test terhadap (# aeroalergen regional, dan kadar total Ig) serum diukur menggunakan metode )*IS+. ,hinitis alergi ditetapkan bila respon positif terhadap kuisioner, skin prick test positif terhadap minimal satu allergen, dan-atau kadar total Ig) serum yang tinggi. ,hinitis alergi didiagnosis pada (. ((/.&%0 dan &% (((.(#0 pasien dan kontrol (1 2 ..(&% (O, 2 %.(#, CI 2 .."/3(.4" . +lergen luar ruangan, seperti serbuk sari rumput, merupakan allergen dengan prevalensi terbanyak diantara kelompok, tetapi allergen dalam ruangan seperti tungau dan !amur memiliki prevalensi yang rendah. 1enelitian ini tidak menun!ukkan perbedaan signifikan dalam prevalensi +, pada pasien CSOM dibandingkan kelompok kontrol. ,i$ayat intermitten alergi dan lainnya yang kurang diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi etiopatogenesis CSOM, mempersulit penentuan simpulan. Pendahuluan Otitis media supurativa kronis (CSOM merupakan salah satu penyakit infeksi tersering di dunia, yang mempengaruhi manusia tidak hanya di 5egara berkembang tetapi !uga di 5egara industri. CSOM didefinisikan sebagai inflamasi kronis telinga tengah dan mukosa mastoid yang menyertai perforasi membran timpani dan otorhea. 6al ini harus dibedakan dari otitis media kronis dengan efusi (COM) , dimana tidak terdapat perforasi atau infeksi aktif yang muncul. Meskipun penyakit ini sering ditemukan, masih terdapat banyak fakta yang belum

tereksplorasi tentang patogenesis dan mana!emen optimal yang konsekuen. 7liss dkk telah mengidentifikasi ri$ayat otitis media akut dan berulang, ri$ayat keluarga COM, dan lingkungan yang bising sebagai factor risiko yang signifikan terhadap CSOM. 5amun, alergi tidak terkait secara bermakna. Tampaknya patogenesis CSOM bersifat multifaktorial, dan faktor relevan dalam evolusi penyakit ini lebih diperkirakan karena adanya gangguan fungsi tuba eustachius. ,hinitis alergi, yang mempengaruhi %.34.0 dan mencapai &.0 orang de$asa serta anak3anak, memiliki efek bermakna terhadap fungsi tuba eustachius. 1enelitian terakhir terhadao prevalensi +, diantara populasi normal di area geografis peneliti menun!ukkan angka mencapai ((.&0. Tanda rhinitis alergi adalah reaksi hipersensitivitas tipe %, yang dimediasi Ig), yang paling sering ter!adi akibat inhalasi antigen insitan, yang mengakibatkan kaskade imunologis yang menimbulkan prensentasi klinis spectrum luas. 8i antaranya adalah gangguan fungsi tuba eustachius, rasa penuh di telinga, dan otalgia, yang merupakan ge!ala serta tanda sebagai efek dari kondisi tersebut di bagian telinga. Meskipun banyak penelitian dilakukan, tidak ada hubungan sebab3akibat yang pasti antar rhinitis dengan otitis media berulang dan OM). Sedikit penelitian telah meneliti hubungan antara +, dan CSOM, dan hal ini memotivasi peneliti untuk mencoba mengklarifikasi lebih lan!ut tentang hal tersebut. 8alam penelitian ini, peneliti mencoba menggali fakta dalam kondisi terkontrol menggunakan kriteria yang ketat bagi +, dan CSOM. Materi dan metode 1opulasi dan desain penelitian 1enelitian in merupakan penelitian prospective cross-sectional casecontrol, (9( kasus mencakup "# pasien (rerata usia 4. tahun, berkisar %.39. tahun, laki3laki-perempuan (&-&& , yang akan men!alani pembedahan telinga karena telah ditetapkan menderita otitis media supurativa kronis, dan %#& orang kontrol sehat dengan usia dan !enis kelamin yang sesuai, yang dipilih secara acak dari komunitas Mashhad (rerata usia (/ tahun, rentang usia %(3&# tahun, laki3 laki-perempuan "#-%%" , dilibatkan. Mereka tidak memiliki ri$ayat CSOM atau ge!ala telinga sebelumnya.

1enelitian ini dilakukan di rumah sakit pendidikan Imam ,e:a dan ;haem serta 1usat 1enelitian Imunologi Mashhad University of Medical Sciences (M<MS di Mashhad, Iran. 1rotokol penelitian di!elaskan sepenuhnya kepada pasien dan kelompok kontrol, dan persetu!uan tertulis telah dipenuhi. Selain itu, penelitian ini !uga telah disetu!ui oleh komite etik M<MS. ,i$ayat medis yang rinci digali dari kedua kelompok, dan pemeriksaan fisik termasuk rinoskopi anterior, otoskopi, impedance audiometry, pure tone audiometry, dan speech audiometry, dilakukan. CSOM didiagnosis dari ri$ayat otorhea kronis berbau, perforasi membrane timpani atau keluar cairan ber$arna putih karena kolesteatoma, ditentukan dari otoskopi yang berlangsung minimal % tahun. 'edua kelompok dievaluasi terhadap munculnya rhinitis alergi. 'riteria diagnosis rhinitis alergi adalah ge!ala, seperti bersin, watery rhinorrhea, hidung tersumbat (berdasarkan kuisioner standar , dan mukosa hidung pucat atau berair yang dideteksi dari pemeriksaan fisik dalam kondisi bebas flu selama %( bulan terakhir= selain itu, reaksi positif terhadap minimal satu dari (# aeroalergen regional pada skin test atau kadar total Ig) lebih dari %.. I< sangatlah bermakna untuk menentukan rhinitis alergi dari seorang pasien. 8ata tentang variable demografi, ri$ayat merokok, ri$ayat keluarga otitis media, dan penyakit alergi didaparkan dari kuisioner. 'riteria eksklusi antara lain> (% sedang mengonsumsi obat antihistamin (berdasarkan periode peralihan setiap obat , (( ri$ayat imunoterapi allergen spesifik, dan (4 respon skn test positif terhadap kontrol negatif. Skin prick test Skin prick test (ST1 dengan menggunakan ekstrak allergen regional (6ollisterStir, <S+ dilakukan pada seluruh peserta penelitian oleh dokter dan menurut panduan )ropa. +lergen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi " tumbuh3 tumbuhan, # rerumputan, # pohon, 4 !amur, ( tungau, dan % ekstrak campuran kecoa (Tabel %, ( . 6istamin hidroklorida (%. mg-ml dan gliserol salin digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. ,erata ukuran indurasi diukur setelah %9

menit, dan S1T dianggap positif dengan rerata diameter indurasi minimal 4 mm lebih lebar dari control negatif. Ig) Total 8arah vena diambil dari setiap kasus dan disentrifuge dengan kecepatan (9.. rpm selama %. menit. Sampel darah disimpan pada suhu 3(.?C sampai $aktunya dianalisis. Ig) total ditentukan dari sample serum dalam duplikasi dengan enzyme linked immunoassay kit yang tersedia secara komersial (,adim, Italy . @erdasarkan panduan kit, nilai lebih dari %.. I<-ml dianggap sebagai kadar Ig) total yang tinggi. +nalisis statistik Seluruh analisis statistic dilakukan menggunakan S1SS versi %9. <!i Chi3 kuadrat digunakan untuk membandingkan insidensi +, dalam kelompok CSOM dan kontrol. 5ilai 1 dianggap signifikan secara statistik bila kurang dari ...9.
Tabel 1. 1erbandingan frekuensi sensitivitas terhadap allergen luar ruangan antara kelompok COM dan kelompok kontrol sehat

Tabel 2. 8istribusi sensitivitas skin prick test terhadap allergen dalam ruangan.

Hasil ,hinitis alergi didiagnosis pada (. pasien ((/.&%0 dan &% kontrol (((.(#0 . Meskipun rhinitis alergi lebih sering ter!adi pada pasien CSOM dibandingkan kelompok kontrol, perbedaannya tidak signifikan secara statistic (1 2 ..(&% (O, 2 %.(#, CI 2 .."/3(.4" . +lergen luar ruangan (Tabel % , terutama serbuk sari rumput, merupakan allergen tersering dalam kedua kelompok, sedangkan allergen dalam ruangan (Tabel ( seperti tungau dan !amur lebih !arang= namun, allergen dalam ruangan lebih sering muncul pada pasien dengan CSOM dibandingkan dengan control. ,erata kadar Ig) dalam kelompok pasien dan kontrol adalah %.9 dan #( I<-ml. ,erata kadar Ig) dalam kelompok +, dibandingkan terhadap yang bukan +,s %4# dan A.. %90 pasien CSOM merupakan perokok sedangkan hanya %.0 kelompok kontrol yan gmerokok. 1eneliti menggunakan u!i regresi logistic untuk mengendalikan efek merokok sebagai factor perancu= hal ini tidak menun!ukkan perbedaan yang signifikan dalam kelompok pasien +, dibandingkan dengan lainnya (1 2 ..&4 . Bumlah sampel (9( mencapai %/0 kekuatan untuk mendeteksi !umlah efek (C ..."A. menggunakan % dera!at u!i chi3kuadrat dengan level signifikansi (alfa ...9.... iskusi Identifikasi faktor risiko dan patogenesis CSOM terus berkembang. Tampaknya patogenesisi CSOM bersifat multifaktorial. 'arakteristik anatomis dan fungsional dari tuba eustachius dianggap sebagai faktor yang paling penting. Meskipun efek +, terhadap fungsi tuba eustachius telah diketahui, masih terdapat bukti yang lemah pada efek +, dalam perkembangan CSOM. @erbagai studi epidemiologi telah mengidentifikasi alergi sebagai faktor risiko terhadap otitis media kronis dengan efusi (COM) . +lles dkk melaporkan prevalensi #/0 dari rhinitis alergi di antara pasien COM) yang meningkat secara signifikan daripada prevalensi rhinitis alergi yang dilaporkan pada populasi umum. 8alam penelitian lain, ge!ala telinga dilaporkan ter!adi pada 4(.#0 anak3 anak dengan +,. 1erbandingan ge!ala nasal dan teling menun!ukkan hubungan yang signifikan antara rhinitis alergi dan otitis media (1 D ...9 .

Meskipun dari pandangan klinis beberapa faktor risiko terhadap COM) dan +OM (otitis media akut mungkin memiliki peran dalam patogenesis CSOM, terdapat dua penelitian berbeda oleh 7liss dkk dan *asisi dkk yang tidak dapat menentukan suatu keterkaitan. Mereka menun!ukkan banyak faktor risiko tetapi bukan alergi sebagai faktor predisposisi terhadap CSOM pada anak3anak. 8alam kedua penelitian tersebut, kriteria diagnostik terhadap alergi adalah sebagai berikut> adanya ri$ayat bersin yang persisten terhadap paparan iritan, eosinofilia nasal yang menon!ol dengan atau tanpa peningkatan kadar Ig) serum. <!i pemeriksaan alergi seperti konsentrasi Ig) total dalam serum memiliki beberapa keterbatasan= kadarnya meningkat pada orang de$asa dan anak dengan +, dan asma, sedangkan banyak pasien dengan atopi memiliki konsentrasi Ig) serum lebih rendah daripada individu normal= Sehingga, hal ini bukanlah parameter yang bermanfaat untuk screening penyakit atopi. 8alam penelitian ini, Ig) !uga digunakan sebagai u!i komplementer dalam kelompok pasien yang memiliki ri$ayat rhinitis alergi. 8alam penelitian ini, kami menggunakan kriteria untuk +, sesuai dengan kuisoner standar dan u!i komplementer serta kelompok kontrol yang sesuai pada orang de$asa untuk meningkatkan validitas penelitian ini. Meskipun terdapat nilai +, yang lebih tinggi pada kelompok CSOM dibandingkan kontrol, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Salah satu perbedaan penelitian kami adalah kelompok pasien= pasien kamu merupakan orang de$asa sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan anak3anak. 1eneliti memahami bah$a sebagian besar CSOM bera$al selama masa kanak3kanak (saat +, !uga lebih sering ter!adi daripada saat de$asa , tetapi hal ini dapat muncul pada tahun3tahun akhir di masa de$asa= sehingga, dalam penelitian kami, mungkin terdapat beberapa bias recall selama penggalian ri$ayat +,= meskipun demikian, bias !uga mungkin terdapat pada kelompok kontrol= hal ini dapat disimpulkan bah$a paparan !angka pan!ang terhadap beberapa alergen dapat memiliki peran dalam perkembangan kondisi ini. Saat ini, terdapat !alan yang pan!ang untuk menggali lebih banyak faktor relevan yang dapat mencegah morbiditas dan pembiayaan akibat CSOM, dan lebih banyak pengetahuan terhadap patofisiologinya !uga memberikan kesempatan untuk pengobatan baru.

6ubungan konsumsi rokok tembakau dengan prevalensi asma dan rhinitis belum dapat diketahui dengan baik pada orang de$asa. ;ome: dkk membuktikan bah$a perokok aktif dan pasif merupakan faktor risiko terhadap asma dan rhinitis di masa de$asa. 1eneliti mengendalikan faktor perancu ini dalam penelitiannya, dan menyimpulkan bah$a merokok tidak memiliki pengaruh terhadap hasil penelitian ini. Simpulan Otitis media supurativa kronis merupakan sutau kondisi dengan kemungkinan etiologi yang berbeda3beda. 8engan menggunakan desain penelitian prospektif dan menerapkan kriteria standar diagnostik yang ketat terhadap +,, peneliti tidak mendapatkan perbedaan yang signifikan dalam prevalensi +, pada orang de$asa pada kasus ini dibandingkan kelompok kontrol.

You might also like