You are on page 1of 5

INTERNATIONAL JOURNAL ON ALGAE Editor-in-Chief: Solomon P.

Wasser Aims and Scope The algae are heterogeneous assemblage of phytosynthetic organisms, one of the most vast and diverse groups of ancient photoautotrophic pro- and eukaryotic organisms (about 30 000 known species). They are micro- and macroscopic, unicellular, colonial, or multicellular, mobile and immobile, attached and free-living. Algae are widespread in water and soil habitats, at different geographic latitudes, and on all continents. They occur in waters with different degrees of salinity, trophicity, organic matter, and hydrogen ions, and at various temperatures. They include planktonic, periphytonic and benthic organisms. Algae are unique model organisms in evolutionary biology and also are used in various genetic, physiological, biochemical, cytological, and other investigations. Algae have practical significance as edible or poisonous plants, as indicator organisms in the monitoring of ecological systems, as agents of selfpurification of polluted waters and in the purification of sewage, as the primary producers in the trophic chains of hydrobionts in marine and freshwater, and also as organisms for biotechnology. The quarterly International Journal on Algae (IJA) publishes selected papers translated from the first Russian language phycological journal, Algologia, founded in 1991 in the former Soviet Union. The aim of Algologia is to present recent advances in algology. The journal covers both fundamental and applied aspects in algology, including papers based on the results of wide range of field and experimental studies, as well as reviews and surveys and procedure papers. The journal is intended for specialists in theoretical, experimental, and applied algology, hydrobiology, microbiology, all scientists using algae as a model organisms for research, and all those interested in general problems of biology. The aim and scope of IJA is to inform the western scientific community, especially algologists, about original studies by scientists of the former Soviet Union and Eastern Europe in the following subjects: General Problems of Algology; Morphology, Anatomy, Cytology; Reproduction and Life Cycles of Algae; Genetics; Physiology, Biochemistry and Biophysics; Ecology, Cenology and Conservation of Algae and their Role in Nature; Flora and Geography; Fossil Algae; Systematics, Phylogeny and Problems of Evolution of Algae; New Taxa and Noteworthy Records; and Applied Algology.

International Journal on Algae Editor-in-Chief: Salomo P. Wasser Tujuan dan Ruang Lingkup Ganggang adalah sekumpulan heterogen organisme phytosynthetic, salah satu kelompok yang paling luas dan beragam photoautotrophic kuno organisme pro-dan eukariotik (sekitar 30 000 spesies yang dikenal). Mereka adalah mikrodan makroskopik, uniseluler, kolonial, atau multiseluler, mobile dan bergerak, melekat dan hidup bebas. Alga tersebar luas di habitat air dan tanah, di lintang geografis yang berbeda, dan di semua benua. Mereka terjadi di perairan dengan derajat yang berbeda salinitas, trophicity, bahan organik, dan ion hidrogen, dan pada berbagai suhu. Mereka termasuk plankton, organisme periphytonic dan bentik. Ganggang adalah organisme model unik dalam biologi evolusioner dan juga digunakan dalam penyelidikan genetik, fisiologis, biokimia, sitologi, dan berbagai lainnya. Alga memiliki signifikansi praktis sebagai tanaman dimakan atau beracun, sebagai organisme indikator dalam pemantauan sistem ekologi, sebagai agen pemurnian diri dari perairan tercemar dan dalam pemurnian limbah, sebagai produsen utama dalam rantai trofik dari hydrobionts di laut dan air tawar , dan juga sebagai organisme untuk bioteknologi. International Journal triwulanan pada Algae (IJA) menerbitkan makalah dipilih diterjemahkan dari bahasa Rusia phycological pertama jurnal, Algologia, didirikan pada tahun 1991 di Uni Soviet. Tujuan Algologia adalah untuk menyajikan kemajuan terbaru dalam algology. Jurnal ini mencakup baik aspek fundamental dan diterapkan dalam algology, termasuk makalah berdasarkan hasil berbagai studi lapangan dan eksperimental, serta ulasan dan survei dan kertas prosedur. Jurnal ini dimaksudkan untuk spesialis di algology teoritis, eksperimental, dan diterapkan, Hidrobiologi, mikrobiologi, semua ilmuwan menggunakan alga sebagai organisme model untuk penelitian, dan semua mereka yang tertarik pada masalah umum biologi. Tujuan dan ruang lingkup IJA adalah untuk menginformasikan komunitas ilmiah barat, terutama algologists, tentang studi asli oleh ilmuwan dari Uni Soviet dan Eropa Timur dalam mata pelajaran berikut: Masalah Umum Algology, Morfologi, Anatomi, Sitologi, Reproduksi dan Kehidupan Siklus dari Algae, Genetika, Fisiologi, Biokimia dan Biofisika, Ekologi, Cenology dan Konservasi Algae dan Peran mereka di Nature, Flora dan Geografi, Algae Fosil, Sistematika, Filogeni dan Masalah Evolusi Algae, Taksa Baru dan Catatan perlu diperhatikan, dan Terapan Algology .

ALGAE SYNEDRA Kloroplas genom lengkap dari diatom alga Synedra Acus memiliki struktur quadripartite kanonik dengan dua mengulangi terbalik mengandung lokus gen ribosomal RNA yang terpisah kecil dan besar satu copy daerah. Kloroplas genom peta sebagai molekul melingkar dari 116 251 bp. Ia mengkodekan 27 tRNA, rRNA tiga, dua kecil RNA gen, dan 128 protein-coding gen. Perbandingan fitur genic di seluruh genom kloroplas diatom mengungkapkan tidak adanya tumpang tindih antara atpD dan urutan gen atpF coding yang hadir dalam genom plastid lain asal diatom. Fitur ini adalah synapomorphy jelas genom Acus S. plastid yang mungkin akibat dari kendala baik santai atau pasukan pilihan yang luas yang bekerja pada gen atpF. Kami juga ditandai nuklir-encoded asilpembawa gen protein dengan penargetan chloroplastic di S. Acus. Pemindahan gen acpp ke dalam genom inang nuklir diduga telah terjadi secara independen dalam garis keturunan beberapa diatom.

JURNAL NASIONAL MANFAAT GANGGANG HIJAU Sejak ratusan tahun, orang Jepang sudah mengkonsumsi ganggang dalam menu sehari-harinya. Sushi yang dibalut ganggang laut, atau sop ganggang laut kini sudah menjadi makanan internasional. Para peneliti makanan dan energi di negara barat, kini juga mulai berpaling ke ganggang ini. Jika sebelumnya ganggang makro yang menjadi pusat perhatian, namun kini juga ganggang mikro mulai dilirik. Penelitian ilmiah membuktikan, ganggang ibaratnya memiliki seribusatu macam fungsi dan khasiat. Ganggang memproduksi vitamin, asam lemak tak jenuh unsur aktif untuk obat-obatan, pembersih air limbah serta penghasil energi. Kini di Jerman, makanan eksotis dari timur itu juga pelan-pelan mendarat di meja makannya. Orang Jepang memang pintar memilih makanan sehat dan berkhasiat, seperti misalnnya ganggang laut. Selain enak, ganggang laut juga mengandung vitamin dan mineral dalam konsentrasi tinggi. Budidaya ganggang laut sebetulnya juga tidak sulit. Ganggang hanya membutuhkan air, cahaya matahari, karbondioksida dan unsur makanan, yang dapat diperoleh dengan mudah dan melimpah di lautan di kawasan tropis. Namun jika berbicara budidaya dalam skala industri, banyak kendala yang muncul. Di Jerman, kini terutama dibudidayakan ganggang mikro dari jenis gangang hijau air tawar, Chlorella vulgaris. Prof. Walter Trsch dari Institut Fraunhofer untuk proses bioteknik di Jerman mengatakan, masalah utama dalam budidaya ganggang adalah pemasokan cahaya. Ganggang menyerap cahaya pada permukaan air tempat budidaya. Dengan begitu beberapa sentimeter di bawah permukaan kondisinya gelap total. Lapisan ganggang di bawah permukaan biasanya tidak mendapat cahaya dan tidak tumbuh atau mati. Karena itulah, di seluruh dunia hanya terdapat sedikit instalasi produksi ganggang yang dioperasikan. Salah satunya terletak di kota kecil Kltzen di negara bagian Sachsen-Anhalt di bagian timur Jerman. Di instalasi budidaya ganggang hijau di Kltzen, sejak bulan Mei tahun 2000 dibudidayakan ganggang hijau Chlorella vulgaris secara industrial. Rancang bangun pabriknya juga amat unik. Ganggang hijau mikro dibudidayakan dalam sistem pipa gelas tertutup, yang terdiri dari sekitar 80.000 pipa gelas berdiameter kecil sepanjang seluruhnya 500 kilometer. Instalasi hidraulik untuk memproduksi ganggang secara biologis, berada dalam pabrik berupa rumah kaca yang bersih seluas 12 ribu meter persegi. Di pabrik budidaya ganggang hijau di kota Kltzen, setiap harinya diproduksi 350 kilogram ganggang hijau Chlorella vulgaris. Pabrik milik Altmark GmbH

memasok ganggangnya untuk pabrik roti di kawasan tsb, untuk dibuat menjadi roti istimewa yang mengandung 5 persen ganggang hijau. Trend menunjukan, warga Jerman kini semakin banyak yang mencari produk pertanian ekologis. Ganggang menjadi alternatif utama, karena khasiat dan kandungan unsur berharganya. Para ahli mengatakan, 100 gram ganggang hijau kering, mencukupi kebutuhan protein harian seorang manusia dewasa Dewasa ini para peneliti dari Institut Fraunhofer mengembangkan teknik lain, yang disebut efek lampu blitz, untuk meningkatkan efisiensi budidaya ganggang hijau mikro. Dalam apa yang disebut Photo-bio-reaktor sifat khas ganggang dimanfaatkan seoptimal mungkin. Diketahui, ganggang hijau Chlorella vulgaris cukup disinari secara periodik dengan cahaya kuat, untuk dapat tumbuh dengan baik. Dalam reaktor, ganggang yang tumbuh dalam air, secara periodik dibubuhi karbondioksida, sehingga terjadi arus yang bergerak secara periodik pula. Dengan begitu, ganggang secara periodik muncul dari bagian dasar reaktor yang gelap ke permukaan, untuk mendapatkan cahaya yang dibutuhkan. Yang menarik adalah, fase gelap berlangsung 10 kali lebih lama dari fase mendapat cahaya. Walaupun begitu, ganggang tetap dapat tumbuh baik dengan fase imbuhan cahaya yang lebih pendek dibanding fase gelap. Jrg Degen pakar biologi dari Institut Fraunhofer mengatakan, photo-bioreaktor berbasis pada prinsip sirkulasi angkutan beban. Dalam hal ini, sirkulasi air dalam pipa reaktor mengangkat ganggang dalam siklus tertentu ke sumber cahaya. Keunggulan lain dari reaktor tsb adalah, gas karbondioksida yang dibutuhkan ganggang, dapat disebarkan secara merata. Dengan metode yang dikembangkan Institut Fraunhofer, kebutuhan energi untuk budidaya ganggang hijau tsb hanya sepersepuluhnya, dibanding budidaya konvensional dengan sistem pencampuran secara hidraulik. Artinya, biaya produksi dapat ditekan. Degen juga mengatakan, selain itu investasi untuk pembuatan fabriknya dapat ditekan. Karena bagian komponen reaktor dapat dibuat dari pipa plastik PVC yang harganya cukup murah. Selain itu, metode yang dikembangkan Institut Fraunhofer terbukti amat efektif. Dalam percobaan di laboratorium, para ahli dapat memanen sekitar setengah gram ganggang hijau dari setiap liter air. Dengan hasil panen sejumlah itu, diperhitungkan hasil panen sekitar 90 ton per tahunnya dari setiap hektar lahan budidaya. Setelah sukses dengan ujicoba reaktor sistem efek lampu blitz, Institut Fraunhofer mendirikan perusahaan sendiri, bernama Subitec GmbH yang diharapkan mulai beroperasi tahun 2003 mendatang. Potensi ganggang memang amat besar. Namun potensi itu baru dapat bermanfaat secara ekonomi, jika dapat dibangun instalasi pabrik budidaya yang murah dan efisien. Diramalkan, di masa depan ganggang akan menjadi menu makanan sehari-hari.(muj)

You might also like