Professional Documents
Culture Documents
Rosi Hariani1, Dewi Lena SK2, Riyoko2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganya1,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar2
ABSTRAK
Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam pembayaran pelayanan kesehatan di rumah sakit, peran perekam medis sangat menentukan terutama penentuan kode penyakit maupun kode tindakan yang menentukan biaya pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien, maka akan muncul biaya yang harus ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Penulisan kode tindakan medis di BRSD RAA Soewondo Pati tertulis di formulir resume pasien pulang (Lembar Resume Keluar).Tujuan Penelitian untuk mengetahui keakuratan kode 10 besar tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009. Jenis Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi dokumentasi. Metodologi observasi, dengan populasi kode tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang khususnya dari 10 besar jenis tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009 sebanyak 444 formulir. Sampel berupa quota sampling pada 88 formulir, menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis keakuratan dari 88 lembar formulir resume pasien pulang pasien rawat inap terdapat 66 kode (75%) tindakan operasi yang akurat dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebesar 22 kode (25%). Faktor ketidakakuratan kode tindakan operasi dikarenakan pemilihan kode yang salah, tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan operasi dan tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi. Disarankan dibuat protap tentang penggunaan ICD-9-CM sebagai pedoman dalam pengkodean tindakan operasi, digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Kedokteran dalam membantu melakukan pengkodean tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM, Perlunya pelatihan bagi petugas koding dan dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam formulir laporan operasi. Kata kunci :Keakuratan Kode, 10 Besar Tindakan Operasi, ICD-9-CM Kepustakaan : 21 (1974-2009)
PENDAHULUAN
Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam
ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Oleh karena itu sangat diperlukan tenaga perekam medis yang
pembayaran pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka peran perekam medis sangat menentukan terutama dalam hal penentuan kode penyakit maupun kode tindakan yang pada akhirnya akan menentukan biaya
mampu dan mempunyai kompetensi dalam menentukan International kode penyakit berdasarkan of
Statistical
Classification
Diseases and Related Health Problems Tenth Revision kedokteran (ICD-10) dan kode tindakan
pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi kesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien maka akan muncul biaya yang harus
berdasarkan
International
Classification of Diseases Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9-CM) dengan tepat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga
11
dalam
pelaksanaan
sistem
pembayaran
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rekam Medis Pengertian rekam medis menurut
berdasarkan INA DRGs akan berjalan sesuai dengan harapan pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. (Kristiyono E, 2009). BRSD RAA Soewondo Pati terletak di Jalan Dr. Soesanto Pati merupakan rumah sakit tipe B, berdasarkan Surat Keputusan Menteri tanggal Kesehatan 30 Januari Republik 1995 Indonesia Nomor kode 2
Permenkes 269/MenKes/Per/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. (Depkes RI, 2008) Manfaat rekam medis menurut Permenkes no. 269/MenKes/ Per/III/2008 dan yaitu :
95/MENKES/I/95.
Penulisan
yang
digunakan di BRSD RAA Suwondo Pati sudah menggunakan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Tenth Revision (ICD-10) dalam menentukan kode diagnosis penyakit dan International Classification of Diseases Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9-CM) dalam menentukan kode tindakan medis. Penulisan kode tindakan medis di BRSD RAA Soewondo Pati tertulis di formulir resume pasien pulang (lembar resume keluar). Lembar resume keluar (clinical resume discharge summary record) atau RL 1a adalah catatan singkat (summary record) dari penderita apabila telah keluar dari rumah sakit. Data identitas dan kesimpulan data-data klinis harus dilengkapi yang kemudian ditanda tangani dan ditulis nama jelas jawab. dari dokter B, yang 1974).
pemeliharaan
kesehatan
pengobatan
pasien; alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi; keperluan pendidikan dan penelitian; dasar pembayar biaya
pelayanan kesehatan; data statistik kesehatan. (Depkes RI, 2008) B. Bagian Koding Indexing Dalam
Pelayanan Rekam Medis 1. Tugas Pokok Bagian Koding Indexing a. Mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode operasi dari tindakan medis yang ditulis dokter, kode operasi dari
tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehatan lainnya dan kode sebab kematian yang ditetapkan dokter. b. Mencatat hasil pelayanan ke dalam lembar indeks penyakit, indeks operasi atau tindakan medis, indeks sebab kematian dan indeks dokter sesuai dengan ketentuan mencatat indeks. c. Menyimpan indeks tersebut sesuai dengan ketentuan menyimpan indeks.
bertanggung
(Shofari
Sepuluh besar tindakan operasi merupakan salah satu kegiatan yang dibuat sebagai pelaporan intern yang berguna bagi
12
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
d. Membuat
laporan
penyakit
Revision
(ICD-
9)
dirancang morbiditas
untuk dan
penggolongan
keadaan
informasi angka mortalitas untuk tujuan statistik, dan untuk indexing arsip rumah sakit oleh penyakit dan operasi, untuk penyimpanan data dan perolehan kembali. ICD-9-CM adalah suatu modifikasi klinis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
penyakit, indeks operasi dan indeks sebab kematian. (Shofari B, 2002). 2. Peran dan Fungsi Bagian Koding Indexing a. Pencatat dan peneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode operasi atau tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehatan lainnya, kode sebab kematian dari sebab kematian yang ditetapkan dokter. b. Pencatat dan penyimpan indeks
penggolongan penyakit internasional, revisi ke 9 (ICD-9). Istilah " klinis" digunakan untuk menekankan tujuan modifikasi, untuk
bertindak sebagai suatu alat yang bermanfaat di dalam area penggolongan data keadaan morbiditas untuk indexing catatan mengenai kesehatan, tinjauan ulang perawatan medik, dan program lain perawatan medik, seperti halnya untuk statistik kesehatan basis dasar. Untuk menguraikan gambaran klinis pasien, kode harus lebih tepat dibanding yang hanya perlu untuk analisis kecenderungan dan pengelompokan statistik.Karakteristik ICD-9CM a. ICD-9-CM diterbitkan sebagai tiga volume yaitu : 1) Volume 1 _ Diseases : Tabular List 2) Volume 2 _ Diseases : Alphabetical List 3) Volume 3 _ Prosedures : Tabular dan Alphabetical List. b. Penggolongan Prosedur ICD-9-CM 1) Disusun dalam volume tersendiri, berisi Tabular List dan Alphabetic Index. 2) Merupakan modifikasi dari Fascicle V Surgical Procedures of ICD 9 Classification of Procedures in Medicine.Prosedur operasi
penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian dan indeks dokter dan c. Penyedia informasi nomor-nomor
rekam medis yang memiliki jenis penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian yang sama berdasarkan indeks yang bersangkutan untuk
keperawatan), d. Pembuat laporan penyakit dan laporan kematian berdasarkan indeks penyakit, operasi dan sebab kematian. (Shofari B, 2002). C. International Classification of Disease 9 th Revision Clinical Modification (ICD-9CM) 1. Pengenalan ICD-9-CM International Classification of Disease Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9CM) didasarkan pada versi World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia revisi ke 9, ICD-9. International Statistical Classification of Diseases Ninth
13
system) Operasi pada sistem lymfe dan hemic (Operations on the hemic and lymphatic system) Operasi pada sistem pencernaan (Operations on the digestive system) Operasi pada sistem perkemihan (Operations on the urinary system) Operasi pada organ genital pria (Operations on the male genital organs) Operasi pada organ genital wanita (Operations on the femal genital organs) Prosedut Kandungan(obstetrical procedures) Operasi pada sistem otot dan rangka (Operations on the musculoskelatal syste) Operasi pada sistem kulit (Operation on the intergumentary system)
anatomi
daripada spesialisasi operasi 3) Hanya (numeric). Berbasis pada struktur 2 digit dengan tambahan 2 digit desimal bila di perlukan (perluasan model 3 digit dalam ICD 9 menjadi 4 digit dalam ICD-9-CM). (HCIA, 1992) 2. Isi dari Prosedur Pembedahan Pada ICD-9CM Pada ICD-9-CM kelompok kode 01-86 adalah rubrik prosedur tindakan pembedahan yaitu : Tabel 1 daftar Kelompok Kode Rubrik Prosedur Tindakan Pembedahan Pada ICD-9-CM N Kelompok Topografi operasi: o. Kode a. 01-05 Operasi pada sistem syaraf (Operations on the nervous system) b. 06-07 Operasi pada sistem endokrin (Operations on the endocrine system) c. 08-16 Operasi pada mata (Operations on the eye) d. 18-20 Operasi pada telinga (Operations on the ear) e. 21-29 Operasi pada hidung, mulut dan kerongkongan (Operations on the nose, mouth, and pharynx) f. 30-34 Operasi pada sistem pernafasan (Operations on the respiratory system) g. 35-39 Operasi pada sistem jantung dan pembuluh darah (Operations on the cardiovascular o. 85-86 n. 76-84 m. 72-75 l. 65-71 k. 60-64 menggunakan angka j. 55-59
(HCIA, 1992) 3. Dasar Hukum Penggunaan ICD-9-CM di Indonesia Pengkodefikasi prosedur diagnosis dan tindakan di rumah sakit tidak bisa terlepas dari Diagnosis Related Group (DRG). Diagnosis Related Group adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan kesehatan pada
diagnosa penyakit. Diagnosis dalam DRG sesuai dengan International Classification Disease Ninth Edition Clinical Modification (ICD-9-CM) untuk kode prosedur tindakan dan International Statistical Classification Of Disease and Related Health Problem Tenth
14
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
a. Identifikasi prosedur diagnostic yang akan dikode. b. Cari lead term yang tepat c. Lihat lead term pada buku indeks alphabet. d. Lihat pada beberapa lokasimodifiers. e. Koreksi kode yang didapat pada buku Tabular list. f. Lihat/koreksi juga pada Inclusion and Exclusion terms. g. Tetapkan kode. 5. Tujuan digunakan ICD-9-CM a. Digunakan sebagai informasi
sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur/
tindakan pelayanan disuatu rumah sakit dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan terhadap pasien. Indonesia mengadopsi sistem DRG pada awal September tim 2005 dari dengan
didatangkannya
Universitas
Kebangsaan Malaysia dengan didampingi tim dari UGM dan UI diminta Depkes untuk mensupport perencanaan Depkes dengan uji coba pada 15 RSUP di Indonesia dan Pilot Project INA-DRG dimulai sejak tahun 2006 dengan dasar hukum : a. Keputusan Nomor : Menteri Kesehatan RI
klasifikasi morbiditas dan mortalitas untuk statistik. b. Dasar untuk memasukkan jenis
tindakan/operasi dalam indeks penyakit dan operasi. c. Sebagai laporan diagnosis oleh dokter. d. Mempermudah untuk penyimpanan
989/Menkes/SK/IX/2007
tanggal 3 September 2007 tentang Penetapan Tarif Kelas III RS diseluruh Indonesia berlandaskan Indonesia
dan pengambilan data. e. Digunakan sebagai pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas. f. Dasar dalam pengelompokkan penyakit pada sistem Diagnosis Related Group
Related Group (INA-DRG). b. Undang Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
(DRG). g. Digunakan dalam membantu kompilasi dan pelaporan data sebagai evaluasi pelayanan. h. Sebagai sumber dalam pola pelayanan kesehatan. (Garmelia E, 2009) 6. Pembentukan Kelas Penyakit dalam INADRG Setiap kelas dalam sistem INA-DRG disebut sebagai Diagnosis Related Groups (DRGs). Empat belas variabel untuk setiap
MENKES/SK/XII/2005
Ujicoba Penerapan Sistem Diagnostic Related Group (DRG) Case Mix di 15 rumah sakit di Indonesia. d. Dirjen Bina Pelayanan Medik NO HK.00.006.1.1.214 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Centre For CaseMix. (Husain F, 2008). 4. Langkah-langkah pengkodean tindakan
15
kelas didapat dengan mengisi data dari sebagai berikut : a. Identitas pasien (Identification) b. Tanggal masuk RS (Admit Date) c. Tanggal keluar RS (Discharge Date) d. Lama hari rawatan (Length of Stay) e. Tanggal lahir (Birth Date) f. Umur (tahun) ketika masuk RS (Admit Age In Years) g. Umur (hari) ketika masuk RS (Admit Age In Days) h. Umur (hari) ketika keluar RS
dsb)
untuk
mengetahui
keadaan
yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dsb); penjabaran sesudah dikaji sebaik-baik nya; pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
1991) Akurasi atau ketelitian yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan sama atau mendekati angka atau nilai sumber data yang sama. (Wijono D, 1999) Akurasi adalah ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Akurasi adalah kecermatan,
(Discharge Age In Days) i. Jenis Kelamin (Gender) j. Status Keluar Rumah Sakit (Discharge Disposition) k. Berat Badan Baru Lahir (Birth Weight in Grams) l. Diagnosis Utama (Principal Diagnosis) m. Diagnosis Keluar (Secondary
ketelitian, ketepatan. (Depdiknas, 2001). Kode adalah sandi, tanda yang disetujui secara konvensional yang mempunyai maksud
tertentu. (Kamisa, 1997). Kode adalah tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita pemerintah dsb); kumpulan peraturan yang bersistem; bersistem. kumpulan prinsip yang
(Surgical Procedures) (Depkes RI, 2007). D. Analisis Operasi 1. Pengertian Analisis Akurasi Kode Akurasi Kode Tindakan
(Depdiknas,
2001).
Tindakan
adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan; tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. (Depdiknas, 2001). Kode tindakan dapat didefinisikan sebagai tanda (kata-kata,
tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu untuk menjamin kerahasiaan berita berupa tindakan medis yang dilakukan. (Depdiknas, 1991). Operasi adalah setiap tindakan yang dilakukan dengan instrument atau dengan tangan seorang ahli bedah(Danis D, 2005). Operasi adalah bedah atau bedel (untuk mengobati penyakit); pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan. (Depdiknas, 2001).
penguraian terhadap suatu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya; proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. (Kamisa, 1997) Analisis data adalah penelaahan dan
penguraian
hingga
menghasilkan
16
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
Dari berbagai pengertian diatas disimpulkan bahwa analisis keakuratan kode tindakan operasi adalah penelaahan dan penguraian data yang menghasilkan kesimpulan dan ketepatan dalam penulisan kode tindakan yang dilakukan oleh seorang ahli bedah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi kode diagnosis /tindakan a. Kelengkapan diagnosis, banyak
tidak dianjurkan), ICD-9-CM, kamus bahasa inggris dan kamus kedokteran. f. Sarana komunikasi ditempat kerja juga perlu dipertimbangkan. Apakah
tersedia kemudahan telepon, intercom atau sejenisnya agar petugas koding mudah berkonsultasi dengan dokter penulis diagnosis. g. Masih perlu dipertimbangkan juga kemampuan petugas koding untuk berkomunikasi efisien terutama dengan dengan secara efektif dan pihak, penulis
diagnosis yang tidak bisa langsung dikode untuk mendapatkan kode yang akurat. Diagnosis Diabetes Mellitus (DM), informasi misalnya tambahan membutuhkan tentang jenis
berbagai dokter
diagnosis. (Rano Center, 2008). Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan kesalahan pengkodean, selain faktor diatas, antara lain: a. Pemilihan kode yang salah Ketidakakuratan kode
kelamin, umur, kehamilan, riwayat DM, komplikasi dan lain-lain. Jadi untuk mengkode DM tidak bisa hanya melihat diagnosis yang tertulis di RM1 saja (Formulir Ringkasan Masuk
Keluar). b. Kemampuan petugas koding untuk membaca diagnosis dan tindakan medis yang ditulis dokter dengan benar, jika petugas salah baca diagnosis dan tindakan maka kode yang dihasilkan akan salah juga. c. Kemampuan petugas koding untuk memahami terminologi medis,
diagnosis/tindakan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian jenis diagnosis /tindakan dengan kode, hal ini terjadi karena kesalahan dalam pemberian kode pada diagnosis dan tindakan oleh petugas koding. b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan rekam medis Sumber kesalahan utama yang
misalnya penggunaan istilahsingkatan dan simbol dalam rekam medis. Dalam hal ini, pendidikan dan pengalaman (jam terbang) bisa berpengaruh. d. Beban kerja petugas koding. e. Sarana kerja yang tersedia, misalnya buku ICD-10 (ada rumah sakit yang membagi-bagi ICD-10 per bab, ini
ditemukan dalam pengkodean pada umumnya adalah statement keputusan diagnosis dan tindakan, biasanya pada lembar tinjauan medis. awal, ulang daripada melakukan rekam
keseluruhan
Kemungkinan
kesalahan
disebabkan oleh pengkodean yang sering dilakukan pada dokumen yang tidak lengkap.
17
c. Tidak dilakukan pengkodean pada jenis diagnosis dan tindakan Kesalahan yang disebabkan karena tidak dilakukan pengkodean pada
Dokumen yang dianalisis adalah Dokumen Rekam Medis khususnya formulir resume pasien pulang berupa kode tindakan dari 10 besar jenis tindakan operasi pada triwulan I tahun 2009. Observasi yaitu melakukan deskripsi terhadap fenomena ataupun kejadian yang ditemukan tanpa mencoba melakukan analisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. (Arif M, 2003). Observasi dilakukan pada Dokumen
diagnosis dan tindakan yang ditulis dokter oleh petugas koding. d. Pengkodean diagnosis atau tindakan tidak dibenarkan oleh isi catatan Kesalahan mungkin juga disebabkan karena diagnosis memasukkan dan kode untuk yang
tindakan
Rekam Medis khususnya formulir resume pasien pulang dengan hasil kode tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009. B. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan
seharusnya tidak dikode atau diagnosis dan tindakan yang seharusnya dikode akan tetapi tidak dikode. e. Kesalahan juru tulis pada data base atau rekening Kesalahan dapat disebabkan oleh
kelompok subyek dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lainlain yang ciri-cirinya akan diteliti. (Arief M, 2008). Populasi yang digunakan dalam
kekeliruan dari juru tulis, misalnya suatu kode yang benar mungkin salah dimasukkan ke dalam index elektronik.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif adalah
yang terdapat pada formulir resume pasien pulang khususnya 10 besar besar tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009. Jumlah populasi yang ada adalah sebanyak 444 lembar formulir resume pasien pulang. Sampel atau populasi studi merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik
penelitian yang hasilnya berupa diskripsi (penggambaran) keadaan obyek penelitian tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi). (Arif M, 2008). Metode penelitian ini menggunakan studi dokumentasi dan dibantu dengan metode observasi. Studi dokumentasi yaitu suatu tehnik pengambilan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. (Arif M, 2003).
populasi. (Arief M, 2008). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dengan teknik non random (non probability sampling) yaitu dengan teknik quota sampling adalah pengambilan sampel secara quota yatu dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan.
18
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
Dalam
data,
peneliti
menghubungi persyaratan
yang
memenuhi tanpa
populasi,
menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang penting diperhatikan disini adalah
menetapkan sampel yang digunakan sebanyak 88 formulir resume pasien pulang. C. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data : 1. Data Primer Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian. Contoh: data reseach design, survei, observasi dan eksperimen. (Chandra B, 1995). Data primer penelitian ini adalah dari pengisian kuisioner terbuka kepada petugas koding mengenai alat yang digunakan dalam pengkodean observasi penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini adalah data sekunder internal yaitu data yang berasal dari lingkungan sendiri seperti hasil penelitian sebelumnya atau data di rumah sakit berupa medical records, kapasitas tempat tidur dan lain-lain. (Chandra B, 1995). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari jenis dan kode 10 besar tindakan operasi yang tertulis pada formulir resume pasien pulang sebanyak jenis secara tindakan langsung operasi pada dan obyek
penyakit dan tindakan pembedahan di BRSD RAA Soewondo Pati. Dalam susunan
organisasinya, Bagian Koding bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Sistem Informasi Manajemen dan Rekam Medis. Ruang untuk bagian koding di Unit Rekam Medis BRSD RAA Soewondo Pati menjadi satu bagian dengan petugas Assembling, Analising, Entri data dan petugas bagian pelaporan. Proses koding dilakukan setiap hari sesuai jam kerja. Bagian koding di unit rekam medis BRSD RAA Soewondo Pati di laksanakan oleh satu petugas berpendidikan D3 rekam medis. Petugas koding bertugas sejak tahun 2001 sehingga dalam melakukan pengkodean tidak mengalami kendala. Petugas koding bekerja sesuai dengan Juklak yang ada di rumah sakit. Petugas koding dalam menentukan diagnosis penyakit berdasarkan ICD-10 dan kode
tindakan medis berdasarkan ICD-9-CM. ICD9-CM digunakan sebagai buku pedoman dalam pengkodean tindakan medis di BRSD RAA Soewondo Pati sejak bulan Agustus tahun 2008. Di BRSD RAA Soewondo Pati belum ada prosedur tetap tentang penggunaan
19
ICD-9-CM sebagai pedoman pengkodean jenis tindakan medis. Buku/ perlengkapan yang digunakan oleh petugas koding dalam membantu melaksanakan pekerjaan sebagai berikut: a. Buku ICD-10 volume 1, volume 2 dan volume 3 yang digunakan untuk
d. Memberi kode sebab kematian penyakit pasien pada lembar Sebab Kematian (RM B1), apabila pasien meninggal. e. Dokumen Rekam Medis yang sudah diberi kode diserahkan ke petugas bagian indeks. Sepuluh besar jenis tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang di BRSD RAA Soewondo pati periode triwulan I tahun 2009. Tabel 2. Daftar 10 besar Tindakan Operasi di BRSD RAA Soewondo Pati Triwulan I Tahun 2009.
No 1 2 3 Nama tindakan Curettage SCTP Vacuum extraction Herniorrh aphy Scrotalis / Inguinalis Orif Radius Manual assisted delivery Mastecto my Simple Unilateral Placenta Manual Orif Ankle/Leg Prostatect omy Jumlah Kode ICD9-CM 69.52 74.4 72.79 Jumlah 152 133 29 % 34,23 29,95 6,53
untuk mengkode jenis tindakan medis yang diberikan kepada pasien. c. Kamus ICD-10 dan ICD-9-CM dari RSUP Karyadi yang merupakan buku bantu untuk mengkode diagnosis
penyakit dan jenis tindakan medis pasien. d. Buku bantu berupa kertas HVS
5 6 4
53.00
23
5,18
bertuliskan diagnosis penyakit dari kode ICD-10 yang sering ada di rumah sakit. Petugas koding bertanggung jawab pada pengisian kode penyakit, kode tindakan pembedahan/operasi dan kode sebab kematian (apabila pasien meninggal dunia). Pedoman dalam penulisan dan pemberian koding sesuai lampiran 4 adalah : a. Menerima dokumen rekam medis yang sudah lengkap dari petugas Assembling dan Analising. b. Memberi kode penyakit berdasarkan ICD-10, pada lembar resume pasien pulang (RM B1). c. Memberi kode tindakan Pembedahan berdasarkan Buku Pedoman ICOPIM, pada lembar resume pasien pulang (RM B1).
79.32 73.59
22 18
4,95 4,05
7 8 9 10
18 17 17 15 444
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tindakan operasi terbesar di BRSD RAA Soewondo Pati pada triwulan I tahun 2009 adalah tindakan Curettage sebanyak 152 tindakan operasi (34,23%), dan tindakan operasi terkecil adalah Prostatectomy
sebanyak 15 tindakan operasi (3,37%). Tata cara penentuan kode tindakan operasi oleh petugas koding, petugas koding dalam
20
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
mempermudah
pemberian
kode
tindakan
tersebut. Pelaksanaan pengkodean tindakan medis dilaksanakan dengan menggunakan buku ICD-9-CM. Hasil pengkodean tindakan operasi
operasi menggunakan buku bantu yang berisi jenis operasi/ tindakan medis beserta kodenya berdasarkan ICD-9-CM yang disusun secara alphabetic. Jenis operasi/tindakan medis yang ada dalam buku bantu merupakan jenis operasi/tindakan medis yang sering dilakukan di BRSD RAA Soewondo Pati. Buku bantu tersebut adalah buku yang terdiri dari
berdasarkan ICD-9-CM pada formulir resume pasien pulang yang diambil dari sampel sebanyak 88 lembar formulir resume pasien pulang dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil rekapitulasi akurasi kode tindakan operasi tersebut terdapat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Rekapitulasi Akurasi Kode 10 Besar Tindakan Operasi berdasarkan ICD9-CM pada Formulir Resume Pasien Pulang di BRSD RAA Soewondo Pati periode Triwulan I tahun2009 N Keakuratan Penulisan Kode o Berdasarkan ICD-9-CM 1 Akurat 2 Tidak Akurat Jml (%)
beberapa kertas HVS yang berisikan namanama jenis operasi yang sering dilakukan di BRSD RAA Soewondo Pati beserta kodenya berdasarkan buku ICD-9-CM. Petugas koding dalam menentukan kode tindakan operasi yang tidak ada pada buku bantu tersebut maka mencari kode tindakan operasi dengan tahapan sebagai berikut: Membaca jenis tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang pasien rawat inap yang akan dikode, mencari kode dengan mencari kata kunci/lead term pada indeks di ICD-9CM dari tindakan tersebut, setelah diperoleh kode dari indeks, petugas koding membuka di tabular list untuk menentukan kode tindakan yang ditulis dokter tersebut, petugas koding menulis kode tindakan di kolom yang tersedia pada formulir resume pasien pulang. Hasil Analisis Keakuratan Kode Tindakan 10 Besar Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang triwulan I tahun 2009.
66 22
75 25
25% 75%
Akurat
Penulisan kode tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati dilaksanakan oleh sub bagian koding unit rekam medis. Kode tindakan operasi diisikan kolom operasi /tindakan pada formulir resume pasien pulang sesuai dengan jenis tindakan operasi yang dituliskan oleh petugas medis pada kolom
Tidak Akurat
Dari tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 88 lembar formulir resume pasien pulang pasien rawat inap
21
terdapat 66 kode (75 %) tindakan operasi yang akurat dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebesar 22 kode (25%). Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang. Di BRSD RAA Soowondo Pati, faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode tindakan operasi pasien rawat inap pada formulir resume pasien pulang antara lain : a. Pemilihan kode yang salah Ketidakakuratan kode tindakan operasi yang disebabkan oleh ketidaksesuaian jenis operasi dengan kode tindakan
4 Orif Radius 1 79.3 1 79.3 2 3 Orif Radius 1 79.3 3 79.3 2
fractur e site 79,33 diguna kan untuk kode tindak an Orif carpals and mataca rpals 79.31 diguna kan untuk kode tindak an Orif Humer us
operasi. Ada 4 formulir resume pasien pulang yang tidak akurat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Ketidakakuratan Kode Tindakan Operasi yang disebabkan oleh Pemilihan Kode yang Salah
N o. Jenis Tindakan Operasi Jmlh Kode berdasarkan Petu gas Kod ing ICD -9CM Ket.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kode tindakan operasi yang tidak akurat disebabkan pemilihan kode yang salah, terbesaradalah pada jenis tindakan operasi Orif Radius yang seharusnya diberi kode
Tidak ada kode 73.53 pada ICD-9CM 79.62 diguna kan untuk kode tindak an Debrid ement of open
79.32 sebanyak 3 formulir resume pasien pulang. Tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan/ penulisan kode
1.
Manual aid
73.5 3
73.5 9
tindakan operasi terhadap jenis operasi. Terdapat 13 kode tindakan operasi yang tidak akurat disebabkan tidak
dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan / penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan operasi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel 4. Tabel 4. Ketidakakuratan yang disebabkan Tidak dilakukannya Tinjauan Ulang
Orif Radius
79.6 2
79.3 2
22
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
tomy
60.2
60.6 9
60.5
60.6 9
60.6 2
SC Low cervical
74.4
74.1
85.4 1
85.4 5
60.69 diguna kan untuk kode tindak an Other Prosta tectom y 74.4 diguna kan untuk kode tindak an Cesare an Sectio n of other specifi ed type 85.41 diguna kan untuk kode tindak an Unilat eral Simple Mastec
53.0 0
53.4 1
60.6 9
60.3
53.0 0
53.2 1
74.4 diguna kan untuk kode tindak an Cesare an Sectio n of other specifi ed type 60.69 diguna kan untuk kode tindak an Other Prosta tectom y 53.00 diguna kan untuk kode tindak an Inguin al hernio rrhapy 60.69 diguna kan untuk kode tindak an Other Prosta tectom y 53.00 diguna kan untuk kode tindak an Inguin al hernio rrhapy
23
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kode tindakan operasi yang tidak akurat disebabkan tidak dilakukannya tinjauan ulang penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan operasi, terbesar adalah pada tindakan operasi SC Low Cervical yang seharusnya dikode 74.1 sebanyak 3 formulir resume pasien pulang. Tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi Terdapat 5 kode tindakan operasi yang tidak akurat disebabkan tidak dilakukannya
s kodin g Curettage 2 69.5 Tidak 2 dikode oleh 4 petuga s kodin g Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir Resume Pasien Pulang
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kode tindakan operasi yang tidak akurat disebabkan tidak dilakukannya
pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi, terbesar adalah pada tindakan operasi Curettage yang seharusnya diberi kode 69.52 sebanyak 2 formulir resume pasien pulang.
pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel 5. Tabel 5. Ketidakakuratan Yang DisebabkanTidak Dilakukannya Pengkodean Pada Beberapa Jenis Tindakan Operasi
Kode berdasarkan No . Jenis Tindakan Operasi Jmlh Petu gas Kodi ng ICD -9CM 74.4 Ket.
PEMBAHASAN
1. Jenis 10 besar tindakan besar operasi di BRSD RAA Soewondo pati periode triwulan I tahun 2009 Dari tabel 4.1 daftar 10 besar tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati periode triwulan I tahun 2009 dapat kita lihat bahwa:
SCTP 1.
SC 2
74.9 9
Manual aid
73.5 9
Tidak dikode oleh petuga s kodin g Tidak dikode oleh petuga s kodin g Tidak dikode oleh petuga
tindakan operasi (34,23%). Data ini ditunjukkan dengan informasi pada indeks operasi selain pada lembar formulir resume pasien pulang. Hal ini terjadi karena banyak diagnosis penyakit misalnya :Blighted Ovum, Abortus Incompletus, Classical Mole dilakukan dengan tindakan Curettage.
24
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
b. Tindakan terkecil adalah Prostatectomy sebesar 15 tindakan operasi (3,37%). Data ini ditunjukkan dengan informasi pada indeks operasi selain pada lembar formulir resume pasien pulang. Hal ini terjadi karena beberapa
berpengaruh karena kode tindakan operasi menjadi tidak spesifik yang berdampak pada penukaran
tindakan Prostatectomy selalu dikode dengan menggunakan bahwa kode yang 60.69 dikode
penyakit pada organ prostat tidak hanya di berikan tindakan bedah namun banyak yang diberikan terapi obat-obatan sehingga dan tindakan chemotheraphy Prostatectomy
disebutkan
seharusnya dikode 60.62. b. Terjadinya ketidakakuratan pada kode tindakan operasi yang berdampak pada pengumpulan data yang salah sehingga informasi yang dihasilkan menjadi
2. Tata cara penentuan kode tindakan operasi oleh petugas koding Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tata cara pengkodean di BRSD RAA
tidak akurat. Contoh pada tindakan Orif Radius yang dikode 79.33 dimana seharusnya kode tersebut digunakan untuk kode tindakan Orif Carpals and Metacarpals. c. Apabila kode yang dipilih oleh petugas koding digunakan sebagai klaim dalam pembiayaan kesalahan pelayanan. 3. Analisis Keakuratan Kode Tindakan akan dalam berakibat besaran pada tarif
Soewondo Pati belum sesuai dengan tata cara pengkodean tindakan operasi Dalam petugas
berdasarkan pengkodean
koding kurang memperhatikan petunjuk see yang terdapat dalam indeks. Dalam menetapkan kode tindakan operasi,
petugas koding juga belum memperhatikan inclusion dan exclusion term untuk mendapatkan kode tindakan operasi yang akurat berdasarkan ICD-9-CM pada
Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang Hasil penelitian keakuratan kode tindakan operasi dari 88 lembar formulir resume pasien pulang di BRSD RAA Soewondo Pati, ditunjukkan adanya 66 lembar
formulir resume pasien pulang. Akibat dari penentuan kode tindakan operasi yang belum sesuai berdasarkan ICD-9-CM adalah : a. Pemilihan point 9 pada digit ke 4 tindakan operasi berdasarkan ICD-9 CM sering dilakukan. Hal ini dapat
formulir (75 %) kode tindakan operasi yang akurat dan 22 lembar formulir (25 %) kode tindakan operasi yang tidak akurat. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat keakuratan kode tindakan operasi yang
25
petugas koding mengira bahwa petugas Entri Data hafal dengan kode dari jenis tindakan operasi tersebut (jenis
keakuratan 100%. 4. Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang a. Ketidakakuratan kode tindakan operasi disebabkan pemilihan kode yang salah. Hal ini berarti bahwa ketidakakuratan kode tindakan operasi disebabkan
tindakan operasi yang tidak dikode adalah jenis tindakan operasi yang sering ada di BRSD RAA Soewondo Pati). Contoh, pada jenis tindakan operasi Curettage tidak dikode oleh petugas koding yang seharusnya diberi kode 69.52.
karena penulisan kode yang tidak tepat untuk suatu jenis tindakan operasi. Terdapat 4 dokumen rekam medis, hal ini disebabkan petugas kurang
KESIMPULAN
Jenis 10 besar tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009 adalah tindakan terbesar adalah Curettage dengan 152 tindakan (34,23 %) dan tindakan terkecil adalah Prostatectomy dengan 15 tindakan (3,37%). Tata cara penentuan kode tindakan operasi oleh petugas koding di BRSD RAA Soewondo Pati belum sesuai dengan tata cara pengkodean prosedur
tindakan Orif Radius yang seharusnya 79.32, tetapi dikode 79.62. b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan/ penulisan
terhadap kode terhadap jenis operasi. Terdapat 13 kode tindakan operasi yang tidak akurat, hal ini disebabkan oleh petugas koding hanya menghafal kode tindakan operasi yang ada pada buku bantu. Contoh pada jenis tindakan operasi Prostatectomy yang sudah
tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM. Hasil penghitungan keakuratan kode 10 besar tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM pada formulir resume pasien pulang sebanyak 88 lembar diperoleh kode tindakan operasi yang akurat sebanyak 66 lembar (75%) dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebanyak 22 lembar (25%).Faktor ketidakakuratan kode tindakan operasi adalah pemilihan kode yang salah, tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan operasi dan tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi. Dibuatnya protap tentang penggunaan ICD-9-CM sebagai pedoman dalam
identik dengan kode 60.69 dimana sebenarnya adalah bahwa jenis tindakan
Prostatectomy
Transuretral,
sehingga sedetail apapun penulisan jenis tindakan operasi kodenya tetap sama. c. Tidak dilakukan pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi. Terdapat 4 kode tindakan operasi yang tidak akurat, hal ini disebabkan karena
26
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
pengkodean
tindakan
operasi
dan
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta : Sebelas Maret University Press, hal 8, 43, 53-4.
digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Kedokteran dalam membantu melakukan berdasarkan pengkodean ICD-9-CM. tindakan operasi
Dilakukannya Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Cetakan Ke XIII. PT. Rineka Cipta, hal : 15159.
tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam formulir laporan operasi yang didalamnya tercantum jenis tindakan operasi yang
selanjutnya akan diberi kode dari tindakan operasi tersebut. Petugas koding disarankan senantiasa berusaha untuk meningkatkan Candra, B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: Cetakan I. EGC, hal : 7.
kemampuan, ketekunan, ketelitian dengan cara mengikuti seminar / pelatihan mengenai ICD-9-CM sehingga dapat menghasilkan kode tindakan yang akurat. Dalam pembuatan buku bantu yang digunakan dalam membantu pengkodean tindakan operasi disarankan lebih memperhatikan tata cara pengkodean Depdiknas. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Edisi ke3. Jakarta : Balai Pustaka, hal: 25, 43, 578, 7999, 1195. Depdiknas. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, hal : 24, 316. Danis, D. 2005. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta : Gita Media Press, hal : 454.
berdasarkan ICD-9-CM dengan format pada tabel 6. Tabel 6. Format pembuatan Buku Bantu N o 1 Nama Operasi Prostatectomy Perineal (any Radical Punch 60.69 60.62 60.5 60.3 60.2 Tindakan Kode
approach)
Depkes RI. 1991. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis/ Medical Record Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal: 50.
Depkes RI. 2007. Buku Daftar Tarif Indonesia DRG Rumah Sakit Umum dan Khusus Kelas B.. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal: 4.
Garmelia E. 2009. Pelatihan Klasifikasi Penyakit dan Tindakan dengan ICD-10 dan ICD-9-CM. Jakarta : PORMIKI, hal : 3-4.
classical - low cervical HCIA. 1992. International Classification of Diseases 9thRevision Clinical
27
Husain, F. 2008. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JAMKESMAS) di Rumah Sakit Berlandaskan Indonesia Diagnosis Related Groups (INA-DRG). Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, hal: 7. 50
Sugeng. 2006. Statistik Kesehatan dan ICD10. In: Training of Trainers (TOT). PORMIKI. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Hal : 2.
Wijono, D, H, M.S. Dr. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press, hal : 123554.
__________. 2008. Indonesia Diagnosis Related Groups sebagai Tarif Kelas III. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, hal: 10. Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika, hal : 24, 36-37, 316.
Kristiyono, E. 2009. Kompetensi Perekam Medis Dalam Mendukung Pelaksanaan INA DRGs. Diakses : 21 Maret 2009. http:://rekamkesehatan.wordpress.com/ 2009/02/2007/kompetensi-perekammedis-dalam-mendukung-pelaksanaanina-drg%E2%80%99s/.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, hal: 88-9.
Rano Center. 2008. Keakuratan Pengkodean. Diakses pada 20 Maret 2009. http://ranocenter.net/modules.php?nam e=News&file=article&sid=139.
Shofari, B. 2002. PSRK 01. Modul Pembelajaran Sistem dan ProsedurPelayanan Rekam Medis Buku 2. Semarang : PORMIKI, hal : 47-62.
28
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28