You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang Masalah Perdagangan orang khususnya bagi kaum perempuan dan anak, bukan merupakan

masalah yang baru di Indonesia serta bagi negara-negara lain di dunia. Telah banyak yang mengawali sejarah lahirnya konvensi-konvensi sebagai upaya dari berbagai Negara untuk menghilangkan penghapusan Perdagangan Orang dan Penyelundupan Manusia terutama perempuan dan anak se ara lintas batas Negara untuk tujuan prostitusi. !ebagai perbandingan bahwa Perdagangan Orang dan Penyelundupan Manusia merupakan kejahatan dengan nilai keuntungan terbesar ke-" #tiga$ setelah kejahatan Penyelundupan !enjata dan Peredaran Narkoba. Perdagangan orang #tra%%i king$ menurut de%inisi dari pasal " Protokol P&& berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan an aman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, pen ulikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. 'ksploitasi termasuk paling tidak eksploitasi untuk mela urkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh. (Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah,

Menekan dan Menghukum Trafiking Manusia, Khususnya Wanita dan Anak-Anak, ditandatangani pada ulan !esem er "### di Palermo, $isilia, %talia&' !edangkan de%inisi Perdagangan Orang (trafficking& menurut (ndang-(ndang Nomor )* tahun )++, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yaitu - Pasal * #ayat *$ . Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan seseorang dengan an aman kekerasan, penggunaan kekerasan, pen ulikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau man%aat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Pasal * #ayat )$ . Tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsurunsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang ini. ($u stansi hukum ersifat formil karena erdasar pem uktian atas tu(uan ke(ahatan trafiking, hakim dapat menghukum seseorang&' &erdasarkan pengertian dari berbagai de%inisi di atas, perdagangan orang dipahami mengandung ada " #tiga$ unsur yang menjadi dasar terjadinya tindak pidana Perdagangan Orang. /pabila dalam hal ini yang menjadi korban adalah orang dewasa #umur 0 *1 tahun$ maka unsur-unsur tra%iking yang harus diperhatikan adalah P2O!'! #Pergerakan$, 3/2/, dan T(4(/N #'ksploitasi$. !edangkan apabila korban adalah /nak #umur 5 *1 tahun$ maka unsur-unsur tra%iking yang harus diperhatikan adalah P2O!'! #Pergerakan$ dan T(4(/N #'ksploitasi$ tanpa harus memperhatikan 3/2/ terjadinya tra%iking. Penjelasan unsur-unsur tra%iking yang dimaksud adalah apakah ada P2O!'! #pergerakan$ seseorang menjadi korban dari tindak perdagangan orang melalui 6irekrut, 6itransportasi, 6ipindahkan, 6itampung, atau 6iterimakan ditujuan, 7/ atau TI6/8,

sehingga seseorang menjadi korban tra%iking. !edangkan unsur 3/2/ apakah seseorang tersebut mengalami tindakan 6ian am, 6ipaksa dengan ara lain, 6i ulik, menjadi 8orban Pemalsuan, 6itipu atau menjadi 8orban Penyalahgunaan 8ekuasaan, 7/ atau TI6/8, sehingga seseorang menjadi korban tra%iking. 8emudian dilihat dari unsur T(4(/N #'ksploitasi$ apakah korban tereksploitasi seperti dalam bidang Pela uran, &entuk lain dari eksploitasi seksual, 8erja Paksa, Perbudakan, Praktek-praktek lain dari perbudakan #misaltugas militer paksa$, atau Pengambilan organ-organ tubuh, 7/ atau TI6/8, jika memenuhi semua unsur tersebut maka seseorang dipastikan menjadi korban perdagangan orang. 6i Indonesia, proto ol P&& tentang Trafficking diadopsi dalam 2en ana /ksi Nasional #2/N$ Penghapusan Perdagangan (Trafficking& Perempuan dan /nak. 2/N dikuatkan dalam bentuk 8eppres 2I Nomor 11 tahun )++),

disebutkan Trafficking Perempuan dan /nak adalah segala tindakan pelaku trafficking yang mengandung salah satu atau tindakan perekrutan antar daerah dan antar Negara, pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan, dan penampungan sementara atau ditempat tujuan, perempuan dan anak. 6engan ara an aman, penggunaan kekuasaan verbal dan %isik, pen ulikan, penipuan, tipu muslihat, meman%aatkan posisi kerentaan #misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain$, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang, memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pela uran dan eksploitasi seksual #termasuk phaedofilia$, buruh migrant legal maupun illegal, adopsi anak, pekerjaan %ormal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornogra%i, pengedaran obat terlarang, penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Pelaku trafficking diartikan sebagai seorang yang melakukan atau terlibat dan menyutujui adanya aktivitas perekrutan, transportasi, perdagangan, pengiriman, penerimaan atau

penampungan atau seorang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk tujuan memperoleh keuntungan. Orang yang diperdagangkan #korban trafficking$ adalah seseorang yang direktur, dibawa, dibeli, dijual, dipindahkan, diterima atau disembunyikan, sebagaimana disebutkan dalam de%inisi trafficking pada manusia termasuk anak, baik anak tersebut mengijinkan atau tidak. Inti dari trafficking anak adalah adanya unsur eksploitasi dan pengambilan keuntungan se ara sepihak. 'ksploitasi disini diartikan sebagai tindakan penindasan, pemerasan, dan peman%aatan %isik, seksual, tenaga, dan atau kemampuan seorang oleh pihak lain yang dilakukan sekurang-kurangnya dengan ara sewenang-wenang atau penipuan untuk mendapatkan keuntungan lebih besar pada sebagian pihak. 6alam dunia perdagangan orang (trafficking& banyak sekali mitos dan kenyataan yang perlu kita pahami agar lebih waspada terhadap berbagai modus penipuan dari perdagangan orang, misalnya (M%T)$ * )rang-orang yang pindah secara legal tidak akan men(adi kor an trafficking' +AKTA * ,alaupun kor an-kor an trafficking di a,a masuk ke se uah -egara secara illegal, yang lainnya isa mempunyai dokumentasi yang legal atau masuk dengan visa kerja yang valid.& (M%T)$ * $eseorang pasti ditipu tentang (enis peker(aannya apa' +AKTA * anyak kor an yang sadar akan (enis peker(aan yang dita,arkan, tetapi mereka tidak tahu kondisi peker(aannya' Misalnya ,anita-,anita itu tahu ah,a mereka akan eker(a se agai P.T, tetapi mereka tidk tahu keadaan-keadaan yang lain (misalnya/ tidak oleh keluar rumah, tidak mendapat makan yang cukup, (am ker(a erle ihan, ds &' (M%T)$ * 0anya ,anita dan anak-anak yang diperdagangkan untuk tu(uan eksploitasi seksual' +AKTA * ,alaupun e erapa orang diperdagangkan untuk

eksploitasi seksual, ada anyak yang diperdagangkan karena alas an lain, termasuk ker(a paksa (di pa rik atau perke unan& atau disuruh erperang' 1aki-laki (uga ra,an untuk diperdagangkan dalam entuk eksploitasi yang lain&' (M%T)$ * Trafficking hanya ter(adi di Per atasan sa(a' +AKTA * selain anyak kor an yang ditrafik lintas atas internasional, anyak kor an yang mengalami

trafiking domestik, misalnya dari kota ke kota, antar pro2insi, di dalam negeri&' (M%T)$ * hanya orang yang tidak trafficking' +AKTA * meskipun erpendidikan dan miskin yang mengalami

e erapa kor an rentan karena hidup dalam agian

kemiskinan, semua tipe orang dapat ditrafik' $e agai contoh di e erapa dunia ini perempuan erpendidikan tinggi

eresiko tinggi ditrafik karena hanya

sedikit lapangan peker(aan yang tersedia di kampong halaman mereka dan mereka akan mencari kesempatan ditempat lain, salah satunya sekarang sudah ada modus trafficking dengan dalih pem erian easis,a pendidikan dan pelatihan pemain ola agi anak-anak yang erpretasi, padahal sesampai ditu(uan mereka langsung ditrafik dan diper(akan diperke unan atau (adi nelayan dan yang le ih er ahaya lagi

dipeker(akan se agai peker(a dipa rik narko a&'#!umber - International Organi9ation %or Migration #IOM$ Indonesia, )+**$. Penyelundupan Manusia ($muggling&, menurut de%inisi Pasal " Protokol P&& Tahun )+++ tentang Penyelundupan Manusia, berarti men ari untuk mendapat, langsung maupun tidak langsung, keuntungan %inansial atau materi lainnya, dari masuknya seseorang se ara illegal ke suatu bagian Negara dimana orang tersebut bukanlah warga Negara atau memiliki i9in tinggal. Masuk se ara illegal berarti melintasi batas Negara tanpa mematuhi peraturan:perijinan yang diperlukan untuk memasuki wilayah suatu Negara se ara legal.

Penyelundupan Manusia memiliki unsur yang hampir sama dengan Perdagangan Orang, yaitu ada unsur P2O!'!, 3/2/ dan T(4(/N. (nsur P2O!'! adalah aktivitas pemindahan seseorang #sama sepeerti dalam perdagangan orang$. (nsur 3/2/ adalah tidak ada unsur penyelewengan persetujuan kehendak pribadi maupun dengan penggunaan kekerasan, umumnya alon migrant men ari dan memulai kontak dengan penyelundup

sendiri dengan menyadari tujuannya, yaitu untuk melintasi batas suatu Negara se ara illegal. !edangkan unsur T(4(/N yaitu selalu ada nilai mendapatkan keuntungan berupa %inan ial dan pelaksanaannya untuk tujuan melintasi perbatasan Negara yang dilakukan se ara illegal. Perbedaan mendasar yang bisa kita lihat antara Perdagangan Orang dengan Penyelundupan Manusia, adalah dari si%at dan kualitas persetujuannya, dimana perdagangan orang persetujuan diperoleh karena kekerasan, paksaan, penipuan dsb. !edangkan Penyelundupan Manusia selalu ada persetujuan untuk pemindahan. 6ari 8epentingan, dimana perdagangan orang tujuannya selalu eksploitasi sedangkan penyeleundupan manusia tujuannya pemindahan orang se ara illegal. 6ilihat dari si%at hubungan antara individu dengan %asilitator:pihak yang mengekploitasi, dimana perdagangan orang antara #korban ; tra%iker$ terjadi hubungan jangka panjang, berkesinambungan, hingga korban berada di Negara tujuan hubungan ini masih berlangsung. !edangkan penyelundupan manusia antara #pembeli ; pemasok$ hubungan jangka pendek dan putus setelah kegiatan pemindahan ke suatu negara ter apai. 6ari segi kekerasan dan intimidasi, dimana perdagangan orang selalu menggunakan kekerasan dan intimidasi, guna mempertahankan korban tetap berada dalam situasi tereksploitasi, sedangkan untuk penyelundupan manusia tidak selalu menggunakan kekerasan dan intimidasi. 6ari segi Otonomi dan 8ebebasan, untuk perdagangan orang dimana korban selalu dalam posisi lemah sedangkan untuk penyelundupan manusia korban biasanya tidak

terlalu lemah ke uali jika dibutuhkan agar pemindahan berhasil. 6ari /spek <eogra%is, perdagangan orang terjadi se ara internal dan lintas batas Negara, sedangkan penyelundupan manusia terjadi se ara lintas batas Negara. 6ari segi dokumen, perdagangan orang bias legal maupun illegal, sedangkan penyelundpan manusia biasanya selalu illegal. 7ang terakhir dari segi kejahatan, dimana untuk perdagangan orang selalu terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan si%at dari kejahatannya dilakukan terhadap individu. !edangkan untuk penyelundupan manusia bersi%at kejahatan terhadap Negara. 4adi apapun bentuk dan modus tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh para sponsor atau agen pen ari kerja dengan berbagai iming-iming pekerjaan yang menjanjikan haruslah diwaspadai, apalagi bentuk dan kejahatan tersebut dapat mengan am masa depan anak-anak kita. /papun bentuk kejahatannya baik perdagangan orang maupun

penyelundupan manusia tidak ada satupun yang menguntungkan hanya akan membawa penderitaan dan merugikan berbagai pihak baik Negara, masyarakat, keluarga:orang tua, terlebih lagi terhadap diri individu yang menjadi korban dan anak-anak.
I.2.

Tujuan Penelitian !e ara garis besar, penulisan artikel ini dilakukan dengan tujuan, antara lain seperti

yang akan dipaparkan di bawah ini *. (ntuk mengetahui gambaran tentang makna tar%%i king anak dan perempuan. ). (ntuk mengetahui gambaran tentang bentuk dan ma am-ma am tra%%i king.

I.3 Manfaat Penelitian &erdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan seperti tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan memberikan man%aat antara lain -

1. .1 Aka!e"is =asil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk teori sosiologi yang berkaitan dengan masalah sosial tar%%i king. 1. .2 Praktis 6ari hasil penulisan ilimiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran untuk para peneliti selanjutnya sehingga dapat memperluas ilmu pengetahuan, khususnya konsep tentang tra%%i king. !elain itu juga berman%aat bagi masyarakat luas pada umumnya yang ingin mengetahui berbagai konsep dan bentuk-bentuk tra%%i king. 1. #erangka Te$ritik Pers%ektif &en$"en$l$gi &erbeda dengan =obbes seorang teoritisi individualis yang per aya mengenai hakekat manusia universal yang tidak terpengaruh oleh kekuatan sosial pandangan modern yang standar berpikiran sebaliknya. Masyarakat adalah sebuah %enomena yang diandaikan oleh kegiatan-kegiatan dan iri- iri manusia individual yang berproses se ara terus menerus, sehingga tidak bisa direduksikan ke dalam tingkah laku kodrati manusia. !ebab, para individu menemukan keper ayaan-keper ayaan, emosi-emosi dan perilaku individu yang semuanya itu >menguasai? individu #3ompbell, *@@A$.

6urkheim dalam beberapa hal setuju dengan pernyataan =obbes, bahwa masyarakat berkaitan dengan kontrol atas para individu yang dilakukannya melalui proses alamiah. =al ini mengindikasikan kesadaran kolekti% mun ul mendahului tingkah laku individu. &ukan manusia #individu$ yang membentuk masyarakat, melainkan masyarakat yang membentuk manusia. Pandangan holistik ini melihat masyarakat sebagai seperangkat ara tingkah laku yang saling berkait yang telah ada sebelumnya, yang menyatu ke dalam psikologi dan tingkah laku manusia individual, dan mengontrol semua yang khas bersi%at manusiawi dari mereka. &ahasa, moralitas, agama, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mereka semuanya adalah produk sosial #3ompbell, *@@A$. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku individu memerlukan pemahaman yang baik tentang masyarakat dan tempat mereka dalam masyarakat tersebut. !tudi 6urkheim tentang suicide menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan #bunuh diri$ yang tampaknya sangat #dan paling$ personal sebenarnya adalah ungkapan dari %aktor-%aktor sosial dan bukannya %aktor-%aktor individual. &unuh diri, kata 6urkheim, tidak bisa dijelaskan dengan moti%-moti% individual, melainkan ditentukan oleh tipe dan tahap masyarakat yang bersangkutan, khususnya oleh ma am solidaritas yang mengikat orang-orang bersama #3ompbell, *@@A$.

&/& II P'M&/=/!/N Pengertian 'traffi(king) !i"asa lalu Pada masa lalu, istilah Btra%%i kingC sejauh menyangkut manusia, biasa dikaitkan se ara ekslusi% dengan prostitusi. /da empat perjanjian internasional menyangkut tra%%i king yang dikembangkan pada awal abad duapuluh, yakni- *@+A D International /greement %or the !uppression o% the Ehite !lave Tra%%i #Persetujuan Internasional bagi Penghapusan Perdagangan Pela ur$, *@*+ D International 3onvention %or the !uppression o% Ehite !lave Tra%%i #8onvensi Internasional bagi Penghapusan Perdagangan Pela ur$,

*@)* D International 3onvention %or the !uppression o% Tra%%i in Eomen and 3hildren #8onvensi Internasional bagi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan /nak$, dan *@"" D International 3onvention %or the !uppression o% Tra%%i in Eomen o% Full /ge #8onvensi Internasional bagi Penghapusan Perdagangan Perempuan 6ewasa$. 8eempat konvensi menyangkut perdagangan manusia tersebut semuanya merujuk pada perpindahan #movement$ manusia umumnya perempuan dan anak perempuan se ara lintas batas negara dan untuk tujuan prostitusi. /da beberapa hal yang melatar-belakangi persepsi seperti itu, antara lain - Pertama, kepedulian umum yang berkembang pada masa itu ter%okus pada kemerosotan akhlak yang diakibatkan oleh perpindahan perempuan dalam rangka prostitusi. 6engan demikian, B onsentC tidak menjadi isyu karena pemerintah pada umumnya tidak mempertimbangkan apakah perempuan yang bersangkutan setuju untuk menjadi pekerja seks atau tidak.

6engan mengabaikan unsur BconsentB, persetujuan-persetujuan internasional pada waktu itu mengabaikan elemen hak #khususnya hak kaum perempuan$ untuk memilih pelayanan jasa seks sebagai suatu pro%esi, kedua, si%at lintas batas negara menjadi penekanan utama karena masalah prostitusi pada umumnya sudah di akup oleh hukum #pidana atau moral$ domestik. 6alam kaitan ini, pantas untuk di atat bahwa istilah B sla2eryC #yang se ara literer berarti BperbudakanC$ telah digunakan dalam konvensi-konvensi awal menyangkut BtraffickingB. Ini karena si%at perbudakan pada masa itu yang ber orak lintas batas negara, serta kekejiannya yang dike am se ara internasional, sehingga akan memudahkan upaya memasukkan masalah Btra%%i kingC kedalam akupan hukum internasional. Hak asasi "anusia !an 'traffi(king) Ealaupun keempat konvensi awal menyangkut Btra%%i kingC diatas dikategorikan sebagai konvensi =/M, namun semuanya sebenarnya ber%okus pada kepedulian untuk memberantas pergerakan pela uran antar batas negara. !edangkan hak asasi dari mereka yang menjadi korban tra%%i king tidak menjadi perhatian utama. 6eklarasi (niversal =ak /sasi Manusia pada tahun *@A1 meletakkan dasar bagi perlindungan terhadap =/M. 6inyatakan dalam 6eklarasi #Ps. ";A$ bahwa Bsetiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamanan perseoranganC dan bahwa Btak seorangpun akan diperlakukan sebagai budak atau hamba sahaya. perbudakan dan perdagangan budak dalam segala bentuknya akan dilarang.C Pada tahun berikutnya, *@A@, 3on2ention for the $uppression of the Traffic in Persons and of the 45ploitation of the Prostitution of )thers #8onvensi Penghapusan Perdagangan Manusia dan 'ksploitasi atas Pela ur$ disetujui oleh Majelis (mum P&&. 8onvensi ini sebenarnya menggabungkan A konvensi mengenai perdagangan perempuan dan anak-anak yang telah disetujui pada masa sebelumnya.

!ekalipun demikian, 8onvensi *@A@ ini masih mengabaikan elemen B onsentC, sebagaimana ditunjukkan pada rumusan pasal * yang mewajibkan Negara Peserta untuk menghukum siapapun yang membeli, membujuk atau menjerumuskan orang lain kedalam pela uran, bahkan jika yang bersangkutan menyetujuinya. atau yang melakukan eksploitasi atas pemela uran orang lain, bahkan bila yang bersangkutan menyetujuinya. 6iadopsinya 3on2ention on the 4limination of All +orms of !iscrimination Against Women (34!AW& pada tahun *@,@ sebagai salah satu dari empat instrumen =/M P&& yang utama, memberi unsur baru dalam wa ana Btra%%i kingC. Ealaupun 3'6/E tidak memberikan de%inisi mengenai Btra%%i kingC, namun 8omite yang dibentuk berdasarkan pakta ini mengehendaki pemerintah agar memberikan penjelasan menyangkut masalah prostitusi dan BhakC kaum perempuan dalam konteks tersebut. 'lemen BhakC berhubungan dengan masalah B onsentC, persetujuan yang diberikan se ara sadar. #6alam Fowler ; Fowler #ed$, The 3on ise OG%ord 6i tionary o% 3urrent 'nglish, OG%ord (niversity Press, *@HA. onsent diartikan sebagai voluntary agreement: omplian e: permission$. Pen!ekatan terha!a% %r$stitusi &erhubungan dengan masalah B onsentC dan mengingat bahwa hingga kinipun belum ada konvensi =/M yang memberikan de%inisi Btra%%i kingC se ara lebih memadai, maka perlu pula kiranya melihat bagaimana pendekatan resmi yang ada mengenai prostitusi. <//TE #*@@,$ mengidenti%ikasi empat pendekatan terhadap prostitusi yang diterapkan di seluruh dunia, yakni-

*. 8riminalisasi. 6alam pendekatan ini, prostitusi dianggap sebagai tindak pidana dan dilarang oleh hukum. &eberapa negara mengkriminalisasikan semua pihak yang terlibat dalam prostitusi, baik penjajanya, pembelinya maupun pihak ketiga yang memperoleh keuntungan dari transaksi seks. ). 6ekriminalisasi. Transaksi seks tidak dianggap sebagai kejahatan. !ekalipun begitu, eksploitasi atau perilaku aniaya atas pekerja seks bisa jadi dilarang oleh hukum. 6ekriminalisasi ini tidak se ara otomatis akan membuat pemerintah melakukan regulasi atas prostitusi. ". 2egulasi. !emua pekerja seks dida%tar, biasanya melalui rumah bordil tempat mereka beroperasi. Penda%taran ini biasanya berguna untuk mengontrol pemeriksaan kesehatan para pekerja seks. Pekerja seks yang tidak terda%tar dian am dengan hukuman dan karenanya mereka rawan eksploitasi. A. Iegalisasi. =ukum perburuhan diberlakukan bagi pekerja seks dan penghasilan mereka dikenai pajak. Perke"*angan !efinisi 'traffi(king) 6ewasa ini, kata Btra%%i kingC dide%inisikan se ara bervariasi oleh badan-badan internasional dan nasional, baik badan antar-pemerintah maupun non-pemerintah, dalam =uman 2ights Eorkshop yang diselenggarakan oleh <//TE pada bulan 4uni *@@H, para peserta men oba mengidenti%ikasi beberapa aspek dalam Btra%%i kingC. /da tiga elemen yang didiskusikan, sebagai berikut - *. menyangkut B onsentC. Pertanyaan pokoknya ialah apakah keberadaan atau ketiadaan onsent misalnya akibat penipuan, paksaan, an aman, ketidaan in%ormasi, ketiadaan kapasitas legal untuk bisa memberikan persetujuanDperlu

diperhitungkan bagi terjadinya tra%%i king, ). menyangkut tujuan migrasi. Pertanyaannya

ialah apakah hanya migrasi untuk prostitusi yang bisa diklasi%ikan sebagai tra%%i king, atau apakah termasuk juga jenis kerja eksploitati% lainnya, ". menyangkut perlu tidaknya garis perbatasan dilewati. /pakah de%inisi tra%%i king hanya diberlakukan khusus bagi kasus penyeberangan perbatasan. !e ara umum, disepakati bahwa B onsentC perlu menjadi elemen kun i yang harus diperhitungkan bagi terjadinya tra%%i king. bahwa tra%%i king tidak selalu untuk prostitusi. dan bahwa perbatasan internasional tidak perlu dilewati. 4ika elemen B onsentC diperhitungkan, maka sebagai konsekuensinya, berbagai situasi Btra%%i kingC yang disetujui oleh BkorbanC harus dike ualikan. Implikasinya, tidak semua pekerja migran bisa dikuali%ikasikan sebagai korban tra%%i king, terutama mereka yang tidak menjadi korban penipuan, paksaan, an aman, atau kekurangan in%ormasi atas situasi pekerjaan yang hendak mereka jalani. &egitu pula, pekerja seks yang memang se ara sadar memilih prostitusi sebagai pro%esi tidak bisa dikuali%ikasikan kedalam kategori tra%%i king. Menyangkut tidak perlunya garis perbatasan dilewati, beberapa argumen menyatakan bahwa tra%%i king pada dasarnya sudah terjadi jika transportasi dimaksudkan oleh tra%%i ker untuk tujuan mengeksploitir tenaga kerja #atau jasa$ dari mereka yang diperdagangkan. 6isinilah letak perbedaan antara Btra%%i kingC dengan BsmugglingC #penyelundupan$. 6alam kasus BsmugglingC, harus terkandung unsur ilegalitas transportasi dan harus melewati tapal batas negara, sementara mereka yang menyelundupkan manusia pada kenyataannya tidak mengambil keuntungan dari eksploitasi tenaga kerja setelah mereka berhasil diselundupkan. Isu "en+angkut '($nsent) !an k$nse% tentang hak anak 8onvensi =ak /nak #*@1@$ membawa perubahan revolusioner atas persepsi sosial dan yuridis terhadap anak. 8onvensi ini memberikan pengakuan legal terhadap anak sebagai

manusia, sekaligus merevitalisasi anggapan universal bahwa mereka tidak mempunyai kapasitas legal untuk bisa memberikan #atau menerima$ in%ormed onsent. Merupakan %akta dalam sistim hukum di seluruh dunia bahwa anak, karena umurnya bukan karena jenis kelaminnya, harus dianggap tidak mampu memberikan persetujuan se ara sadar terhadap berbagai hal yang dianggap membutuhkan kematangan %isik, mental, sosial dan moral bagi seseorang untuk bisa menentukan pilihannya. &egitulah, dikenal konsep mengenai batas usia legal bagi kemampuan untuk mempertanggung-jawabkan tindakan kriminal, batas usia legal untuk memilih atau dipilih #dalam pemilu$, batas usia legal untuk seksual onsent, batas usia legal untuk menandatangani kontrak, dst. !ebagai konsekuensi dari konsep ini maka elemen B onsentC yang bisa menjadi unsur penge uali dalam de%inisi Btra%%i kingC, sejauh menyangkut anak-anak, haruslah dihilangkan. 6engan kata lain, konsep BvoluntaryC tidak boleh dikenakan bagi semua varian yang terkandung dalam aspek tujuan pada de%inisi Btra%%i kingC, apalagi jika Bthe worst %orms o% hild labourC sebagaimana diatur dalam 8onvensi IIO No. *1).

&/& III 8'!IMP(I/N Pertama, yang harus dilakukan oleh pemerintah, se ara administrasi, agar se epatnya (( itu diberi nomor supaya bisa diakti%kan oleh !ekretariat Negara dan diumumkan kepada publik sehingga menjadi (( se ara ansional. !etelah itu pemerintah dan 6P2 se epatnya melakukan amandemen terhadap (( yang belum memasukkan mengenai ketentuan mengkriminalisasi pelaku eksploitasi anak, terutama (( No.)" tahun )++). 8edua, seharusnya hal itu dimasukkan ke dalam ran angan 8itab (ndang-(ndang =ukum Pidana #8(=P$ karena 8(=P menjadi panduan bagi semua penegak hukum. 4ika tidak masuk dalam 8(=P maka (( kita akan menjadi lemah dalam memberantas perdagangan anak dan eksploitasi seks terhadap anak. Mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa tindakan-tindakan yang diadopsi demi tujuan men egah dan memberantas perdagangan anak tidak berdampak merugikan =ak /nak dan martabat anak, termasuk yang telah diperdagangkan, Memberikan perhatian khusus guna menjamin bahwa isu-isu diskriminasi berbasis gender diamanatkan se ara sistematika pada saat tindakan penghapusan perdagangan anak diusulkam dengan pandangan demi menjamin bahwa tindakan sema am ini tidak diterapkan dalam ara- ara diskriminati%.

DA&TA, PU-TA#A
Ritzer,George, dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori sosiologi Modern. Prenada Media: Jakarta. Suyanto,Bagong. Tentang masalah sosial anak yang dilacurkan. tt!:""kom!asindonesia" artikel !em#a asan tentang tar$$i%king.

tt!:""&urnaluni'ersitas!endidikanindonesia""

T,A&&I.#IN/ PADA ANA# DAN PE,EMPUAN

A,TI#EL

Disusun $leh 0 Nur #usu"a 1ar!ani NIM 0 232412212

P,5/,AM -TUDI

0 -5-I5L5/I

&A#ULTA- ILMU -5-IAL DAN ILMU P5LITI# UNI6E,-ITA- AI,LAN//A Tahun 221272213

/&!T2/8 /2TI8'I T2/FFI38IN< /N/8 dan P'2'MP(/N Penulisan ini berjudul BTra%%i king /nak dan Perempuan dimana hingga saat ini banyak sekali kaum anak yang ditindas dan diperdagangkan sampai ke luar negeri. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kualitati%, dimana mendeskripsikan apa yang ada pada %akta di lapangan. Paradigma yang digunakan yaitu %enomenologi dimana =obbes seorang teoritisi individualis yang per aya mengenai hakekat manusia universal yang tidak terpengaruh oleh kekuatan sosial pandangan modern yang standar berpikiran sebaliknya. Masyarakat adalah sebuah %enomena yang diandaikan oleh kegiatan-kegiatan dan iri- iri manusia individual yang berproses se ara terus menerus, sehingga tidak bisa direduksikan ke dalam tingkah laku kodrati manusia. !ebab, para individu menemukan keper ayaankeper ayaan, emosi-emosi dan perilaku individu yang semuanya itu >menguasai? individu #3ompbell, *@@A$. 6urkheim dalam beberapa hal setuju dengan pernyataan =obbes, bahwa masyarakat berkaitan dengan kontrol atas para individu yang dilakukannya melalui proses alamiah. =al ini mengindikasikan kesadaran kolekti% mun ul mendahului tingkah laku individu. &ukan manusia #individu$ yang membentuk masyarakat, melainkan masyarakat yang membentuk manusia. Pandangan holistik ini melihat masyarakat sebagai seperangkat ara tingkah laku yang saling berkait yang telah ada sebelumnya, yang menyatu ke dalam psikologi dan tingkah laku manusia individual, dan mengontrol semua yang khas bersi%at manusiawi dari mereka. &ahasa, moralitas, agama, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mereka semuanya adalah produk sosial #3ompbell, *@@A$.

Oleh karena itu, untuk memahami perilaku individu memerlukan pemahaman yang baik tentang masyarakat dan tempat mereka dalam masyarakat tersebut. !tudi 6urkheim tentang suicide menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan #bunuh diri$ yang tampaknya sangat #dan paling$ personal sebenarnya adalah ungkapan dari %aktor-%aktor sosial dan bukannya %aktor-%aktor individual. &unuh diri, kata 6urkheim, tidak bisa dijelaskan dengan moti%-moti% individual, melainkan ditentukan oleh tipe dan tahap masyarakat yang bersangkutan, khususnya oleh ma am solidaritas yang mengikat orang-orang bersama #3ompbell, *@@A$.

8ata 8un i - /nak dan Perempuan:Eanita, Tra%%i king.

You might also like