You are on page 1of 2

Latih Anak Disiplin, Mudah, kok!

Hindari pemikiran bahwa anak masih terlalu kecil mengenal disiplin. Disiplin perlu, lho, diterapkan sejak usia dini. Mulai usia 1-2 tahun atau biasa disebut dengan masa toddler, anak butuh batasan dan lingkungan yang jelas strukturnya. Di usia 1-2 tahun anak sedang ingin mencoba sejauh mana ia bisa menguasai, mengatur atau memanipulasi lingkungan sekitarnya. Jika tidak ada batasan, anak akan belajar melepas keinginan sesuka hati. Jadi percayalah bahwa batasan atau aturan itu perlu, bahkan sejak dini. nak perlu tahu, ada batasan yang tidak boleh ia lewati, ada aturan yang harus ia ikuti. !ni juga nanti akan berdampak ketika anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Dengan adanya aturan, anak juga akan merasakan adanya kepastian, dan ini akan memberikan rasa aman dan nyaman. "elain penerapan aturan konsisten, tentu diperlukan juga langkah-langkah disiplin lainnya yang pas untuk anak seusia ini. #erikut di antaranya$ - Time-out, prinsipnya adalah menghentikan atau mengeluarkan anak dari akti%itasnya karena perilaku kurang baik yang ia lakukan. Mengingat anak balita cenderung sulit diam, untuk kelancaran time-out nda perlu menghentikan akti%itas nda sendiri untuk menemani anak di sudut time-out selama waktu ditentukan. #erapa lama& 'aktu yang dianjurkan adalah satu menit untuk setiap tahun usia anak, misalnya 2 tahun, ya, 2 menit. nak perlu merasakan time-out ini dengan diam di sudut dan tidak melakukan apa-apa. (emani anak dengan memunggunginya agar anak tidak merasa justru nda menemani dan mengajaknya bermain. )akukan ini secara konsisten dan anak pun akan mengerti konsep time-out ini. Jangan lupa lakukan segera setelah perilaku negati* anak muncul. nda juga bisa melakukan sebaliknya, misalnya anak membanting mainan sehingga rusak, nda bisa memberikan timeout pada mainan tersebut artinya anak tidak boleh memainkan mainan tersebut selama waktu yang ditentukan. - Pengalihan perhatian. +ntuk anak yang masih sangat belia, terkadang lebih mudah menghentikan perilaku negati*nya dengan cara mengalihkan perhatiannya pada hal lain.

Misalnya, ketika anak ingin memegang barang elektronik yang dikhawatirkan akan berbahaya, alihkan perhatian anak ke hal lain seperti mainan *a%oritnya. nda juga bisa membawa anak berjalan keluar sehingga ia lupa akan tujuan awalnya. - Mengabaikan perilaku tantrum. !ni terkadang agak sulit dilakukan para orangtua mengingat tantrum pasti hadir dalam bentuk emosional sehingga orangtua juga bisa ikut terpancing emosinya. ,endati sulit, anak perlu belajar bahwa dia tidak bisa mendapatkan keinginan dengan cara tantrum. - Memberikan ketegasan positif pada anak. -ara ini seringkali lebih e*ekti* daripada memberikan hukuman terhadap perilaku negati* anak. nak nda sebenarnya sedang berusaha .mendata. mana saja dari perilakunya yang mendapatkan perhatian dari nda. /leh karena itu, berikan perhatian berupa pujian ketika anak melakukan sesuatu positi*, maka kelak perilaku ini juga akan cenderung diulang anak karena dia tahu nda akan memberikan perhatian padanya.

You might also like