You are on page 1of 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kata reflux dalam bahasa Latin berasal dari kata Re yang berarti kembali atau balik dan fluere yang berarti aliran. Jadi, secara literatur refluks laringofaring berarti aliran balik yang berisi isi lambung menuju ke tenggorokan dan pada akhirnya menuju ke laringofaring Refluks laringofaring (LFR adalah jejas pada laringofaring yang

diakibatkan aliran balik isi lambung ke daerah laringofaring, dengan karakteristik gejala suara serak, throat clearing, sekret di belakang hidung, kesulitan dalam proses menelan, batuk setelah makan atau berbaring, tersedak, batuk kronik dan perasaan mengganjal di tenggorokan. !stilah refluks laringofaring sebenarnya merupakan manifestasi klinik penyakit refluks gastroesofagus di luar esophagus yang menimbulkan manifestasi penyakit"penyakit oral, faring, laring, dan paru. Refluks laringofaring pertama kali diperkenalkan pada tahun #$%# oleh Kaufman. !stilah ini memliki beberapa sinonim seperti refluk eskstraesofageal, refluks laringitis, dan laringitis posterior. )*). 2.2. Anatomi dan fisiologi Laringofaring 2.3. E idemiologi Refluks laringofaring diderita oleh &' juta +arga amerika. ,ekitar -"#'( juga memiliki penyakit refluks gastroesofagus dan sekitar .'"/'( orang yang menderita RLF juga memiliki gejala"gejala 0R12. RLF kebanyakkan dialami oleh +anita dengan usia onset rata"rata &/ tahun. Refluks laringofaring diketahui berperan dalam &'( keluhan pada daerah laring yang dilaporkan oleh para ahli

2.!. Patofisiologi RLF merupakan aliran balik isi lambung yang menuju ke laring, faring, dan saluran erodigestif atas. 0ada indi3idu yang normal, spingter esofagus atas dan spingter esofagus ba+ah bekerja secara bersama"sama untuk mencegah aliran balik ke arah esofagus. 0roses patologis utama pada RLF terjadi akibat disfungsi dari sfingter esofagus atas. L!4) 54*46 4J261.

2. " Etiologi

2.#. $anifestasi Klini% dan &e'ala 0asien dengan LFR sering dating dengan keluhan yang tidak spesifik, tetapi ada beberpa kelompok gejala yang biasa ditemukan pada kelompok pasien dengan LFR. 1ejala tersebut adalah disfagia ser3ikal, globus pharingeus, throat clearing, batuk kronik, suara serak, disfoni, nyeri tenggorokan, dan refluks yang sering terjadi pada siang hari. 1ejala"gejala tersebut bisa bermanifestasi dengan gejala lain seperti eksaserbasi asma, otalgia, mucus tenggorokan yang berlebih, halitosis, nyeri leher, odinofagi, post nasal drip, dan keluhan gangguan pada suara. ,alah satu aspek yang paling penting untuk membedakan etiologi pasien yang memilki keluhan dengan LFR adalah keluhan klasik yang dibedakan dari keluhan 0R12. 0R12 secara tipikal memiliki manifestasi seperti heartburn, regurgitasi, dan reluks yang terjadi saat berbaring. 1ejala"gejala tersebut biasanya intermiten atau kronik intermiten. 7anifestasi klinik yang juga biasa terjadi pada LFR adalah refluks laringitis dengan atau tanpa granulasi atau formasi granuloma. Keluhan tambahan yang dilaporkan oleh penderita refluks berhubungan dengan stenosis subglotis, karsinoma laringeal, degenerasi polipoid, laringospasme, gerakan pita suara yang paradoks, dan nodul fokal. 7anifestasi lain pada kepala dan leher yang telah

dilaporkan meliputi asma, sinusitis, dan otitis media. 8iduga, hampir sebagian besar pasien dengan gangguan laring dan gangguan pada suara mengalami refluks. 0asien dengan RFL biasanya tidak memiliki rasa terbakar pada epigastrik pada substernal dan gejalanya biasanya tidak memburuk setelah makan dan saat berbaring. 0ada suatu studi didapatkan rasa terbakar, tetapi hampir /&( pada pasien LFR menderita esofagitis. Ta(el 1. &e'ala dan manifestasi %lini% )ang (er*+(+ngan dengan L,1ejala 8isfonia kronik 8isfonia intermiten Kelelahan 3ocal ,uara serak 7ukus berlebih pada tenggorokan 0ost nasal drip 5atuk kronik 8isfagia 1lobus 9bstruksi jalan napas yang intermiten 9bstruksi jalan napas kronik :hee;ing Kondisi Refluks laringitis ,tenosis subglotis Karsinoma laring Jejas akibat intubasi endotrakeal ,tenosis glottis posterior Fiksasi aritenoid Laringospasme paroksismal 1erakan pita suara yang paradoks 1lobus pharingeus 6odul 3okal 8egenerasi polipoid Laringomalasia, pachydermia laringis, leukoplakia yang berulang, sinusitis, otitis media, sleep apnea, eksaserbasi asma. 2... Diagnosis

8iagnosis refluks laringofaring dibuat berdasarkan< #. 4namnesis 0asien anamnesis, gejala yang berhubungan dengan laringitis non spesifik adalah suara serak. Laringitis non spesifik berhubungan dengan inflamasi laringeal yang disebabkan oleh LFR. Kebanyakan gejala ringan dan dapat sembuh secara spontan tetapi saat gejala persisten, laringitis harus secara lebih jauh dijelaskan sebagai faktor etiologi yang mungkin mempengaruhi seperti infeksi 3irus atau bakteri, alergi, trauma 3okal, sekret post nasal, atau LFR. LFR harus dicurigai ketika ada ri+ayat klinis. 5erdasarkan laporan kasus terhadap %$$ pasien, throat clearing dikeluhkan oloeh /'( pasien LFR, rasa terbakar pada ulu hati dikeluhkan oleh .'( pasien. .. 0emeriksaan Fisik 0ada pemeriksaan laringoskopi dapat ditemukan adanya tanda"tanda inflamasi pada laring dan faring, eritema posterior, ditemukan perubahan jaringan pada laring, dan pseudosulkus 3okalis. ,elain itu dapat juga ditemukan gejala dari laringitis posterior. =. 0emeriksaan 0enunjang 8iagnosis pada LFR dapat dipastikan melalui< a. ,tudi imunohistochemical ,tudi imunohistochemical dari hasil biopsi spesimen laring yang menunjukkan konsentrasi dari pepsin dan deplesi karbonik anhidrase isoen;in !!! pada kasus"kasus LFR. b. Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring 5aku emas pada diagnosis LFR ditegakkan berdasarkan Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring. )es double probe p* )es diagnosis digunakan untuk menge3aluasi efikasi obat"obatan.

lainnya seperti barium esografi atau esofagoskopi lebih kurang sensitif untuk LFR meskipun tidak biasa digunakan.

You might also like