You are on page 1of 3

KEARIFAN LOKAL Kearifan lokal merupakan merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yakini kebenarannya dan

menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku. Kearifan lokal ini telah lama mencerminkan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Jenis kearifan lokal yang ada terdiri atas sistem tata kelola yang mengatur sistem kemasyarakatan, sistem nilai yang mengatur tentang etika penilaian baik-buruk serta benar atau salah, tata cara atau prosedur yang mengatur ketentuan waktu bercocok tanam dan perkiraan musim, serta ketentuan khusus mengenai perlindungan kawasan sensitif, kawasan suci dan bangunan-bangunan. Nilai, norma dan sistem tata kelola yang dianut masyarakat merupakan bagian dari warisan nenek moyang yang secara tidak langsung dapat membentuk karakter dan menjadi ciri khas masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Kearifan lokal yang diwariskan dari generasi kegenerasi dalam wilayah tertentu akan memberi dampak positif atas upaya pemeliharaan dan kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup. Nilai positif dari kearifan lokal ini adalah dalam upaya pengendalian tingkat kerusakan sumberdaya alam. Larang untuk menebang pohon pada hari dan bulan bulan tertentu menjadi bagian dari upaya pelestarian fungsi hutan dan perlindungan sumber mata air. Penerapan sistem pranata mangsa yang merupakan penanggalan jawa terkait masa tanam dan pola tanam agar masyarakat dapat bersiap-siap untuk melakukan aktifitas di sektor pertanian baik pada musim kemarau maupun penghujan. Larangan memancing pada bulan-bulan tertentu juga merupakan bgaian dari perlindungan ekosistem perairan, agar ikan-ikan dapat berkembang biak terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanenan pada indukannya. Aktifitas sabuk gunung juga bagian dari kearifan lokal yang merupakan bagian dari teknik pemanfaatan lahan menurut kontur sehingga dapat meminimalisisr potensi bencana longsor. Larangan-larangan untuk memasuki bangunan-bangunan kuno dan mengambil barang tertentu menjadi bagian dari pelestarian cagar budaya. Dampak positif dari kearifan lokal yang berkembang dimasyarakat itulah menjadi alasan utama untuk terus mengembangkan kearifan lokal di suatu wilayah. Keterlibatan

masyarakat lokal secara langsung dalam upaya pengelolaan lingkungan sangatlah penting, karena kearifan lokal tersebut menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga dan mengelola lingkungan sehingga sumberdaya alam yang ada di lingkungan tersebut dapat terus dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan. Keadaan lingkungan yang berkelanjutan sehingga dapat terus memberi manfaat positif baik dari segi ekonomis mapun ekologis ini harus didukung oleh berbagai pihak yakni pemerintah sebagai fasilitator, akademisi sebagai perencana/pengarah dan masyarakat selaku eksekutor. Arus globalisasi yang mendesak masyarakat lokal melalui berbagai macam tantangan seperti jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan adanya permintaan terhadap bahan pangan yang lebih besar dan berdampak pada sistem pertanian yang kemudian harus dikelola dengan pemupukan kimia, penggunaan traktor, dan obat-obatan pengendali hama. Perkembangan teknologi dan modal besar yang di manfaatkan oleh masyarakat untuk peningkatan produktifitas inilah yang kemudian menjadi kendala penerapan kearifan lokal di lingkungan masyarakat di era globalisasi. Kearifan lokal yang dianut masyarakat kemudian perlahan luntur oleh pengaruh pengaruh perkembangan. Kearifan lokal dianggap sebagai cara yang lamban untuk mendukung produktifitas dan kearifan lokal menjadi penghambat bagi berbagai pihak yang ingin memanfaatkan sumberdaya alam secara instan. Tantangan dalam pelestarian fungsi kearifan lokal yang semakin besar di lingkungan masyarakat kemudian dapat diatasi dengan beberapa cara yakni dengan menerapkan CBNRM (Community based nature resource management) atau pendekatan pengelolaan sumberdaya alam berbasi masyarakat. Hal positif dari penerapan CBNRM (Community based nature resource management) ini adalah menjadikan masyarakat sebagai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan perencanaan dilakukan untuk meminimalisir potensi terjadinya konflik sosial maupun konflik kepentingan. Pelaksanaa kegiatan pengelolaan dan monitoring adalah untuk menjamin fungsi lingkungan tetap lestari dan dilakukan sebagai bagian dari upaya pemeliharaan sumberdaya hayati. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk

menentukan upaya penanggulangan masalah-masalah dari pemanfaatan sumberdaya alam yang telah dilakukan. Optimalisasi dalam mencapai tujuan pelesatarian lingkungan seharusnya dapat dilaksanakan secara seimbang dan selaras dengan program-progran pembangunan yang ada. Penekanan yang harus dilakukan terhadap pelestarian kearifan lokal yaitu dengn menjadikan norma adat, tradisi dan budaya sebagai bagian dari muatan dalam peraturan perundang-undangan guna mendukung kepentingan berbagai pihak, misalnya Peraturan Pemerintah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang bertujuan untuk menjaga kearifan lokal daerah yang mengedepankan sudut kepentingan sosial dan budaya.

You might also like