You are on page 1of 17

Pendahuluan Kecelakaan kerja dapat terjadi pada setiap bidang pekerjaan.

Walaupun dapat dicegah dengan beberapa langkah tertentu seperti pelaksanaan instrumen K3 ( Kesehatan dan keselamatan kerja ) , namun angka kecelakaan kerja masih banyak terjadi pada saat ini. Kecelakaan yang sama seharusnya dapat dielakkan pada waktu mendatang apabila kecelakaan kerja dianalisis dan dicari penyebab-penyebab berlakunya kecelakaan kerja dan seterusnya upaya pencegahan dapat direncanakan bagi mengelakkan berlakunya kejadian kecelakaan kerja berulang pada waktu akan datang. Skenario 1 Suatu kelompok kerja diberi tugas untuk memasang kabel transmisi tegangan rendah, mereka meminta tangga dan berbagai peralatan lain dari petugas gudang. Pada saat melaksanakan pekerjaan, seorang teknisi memanjat tangga tersebeut dan menginjak pada bagian yang cacat, dan bagian tersebut patah, teknisi tersebut tidak menggunakan sabuk pengaman tersebut jatuh. Ternyata tangga yang diberikan petugas gudang adalah sebuah tangga yang cacat pada anak tangga ketiga dari bawah. Tangga tersebut disimpan di gudang perusahaan. Petugas gudang saat itu tidak mengetahui tangga tersebut cacat, karena itu ia menyerahkan tangga tersebut kepada pimpinan kelompok untuk digunakan. Pengawas gudang sudah mengetahui bahwa tangga tersebut cacat, tapi ia lupa memasang tanda peringatan atau member tanda perintah agar tangga tersebut diperbaiki. Kecelakaan Kerja Sebelum meneliti penyebab yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja, maksud kecelakaan kerja haruslah diketahui terlebih dahulu. Secara umum, kecelekaan kerja dapat diartikan sebagai: Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan

Kecelakaan Kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda

Dari definisi di atas, menunjukkan tiga hal utama yang terjadi pada kecelakaan kerja yaitu : 1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda. 3. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh. Analisis Kecelakaan Kerja Setiap kecelakaan kerja dapat dianalisis untuk melihat dan mencari faktor-faktor sama ada yang dominan atau yang kecil yang menyumbang kepada kecelakaan. Analisis kecelakaan akibat kerja dapat dimulai dari hasil akhir yaitu kecelakaan dan semua kejadian dikumpulkan dan disusun membentuk suatu diagram seperti pohon penyebab atau diagram fishbone ( tulang ikan ). Klasifikasi ini dapat disusun mengikut jenis peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.

Faktor manusia

Fasilitas kerja dan manajemen

Kecelakaan di tempat kerja (cedera)

Material dan bahan

Instalasi (Peralatan )

Contoh Analisis Kecelakaan Di Tempat Kerja Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :1-3

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory) Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Belaka (Accident Phone Theory) Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.

3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors Theory) Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor Utama (Two Main Factors Theory)

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan atau perbuatan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory) Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. (Azmi, 2008).

Penyebab kecelakaan kerja diberbagai negara tidak sama, namun ada beberapa kesamaan umum. Menurut Matondang yang dikutip oleh Salawati (2009), kecelakaan kerja disebabkan oleh :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition) a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain b. Lingkungan kerja c. Proses kerja d. Sifat pekerjaan e. Cara kerja 2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik b. Kurang pengetahuan dan keterampilan c. Cacat tubuh yang tidak terlihat d. Keletihan dan kelesuan Menurut Sendjun Manulang (2001), ada 4 faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain :2,3,6

1. Faktor manusia

Kecelakaan kerja yang disebabkan faktor manusia meliputi kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian, stress, motivasi yang tidak cukup atau salah.

2. Faktor material/bahan/peralatan

Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih murah dibuat dari bahan lain sehingga dengan mudah menimbulkan kecelakaan.

3. Faktor bahaya/ sumber bahaya, ada dua sebab : a. Perbuatan berbahaya Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya.

b. Kondisi/keadaan berbahaya Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.

4. Faktor yang dihadapi

Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

Kecelakaan kerja dapat terjadi dalam proses interaksi ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material dan lingkungan dimana pekerja berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya.

Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperi ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Selain itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Faktor Kecelakaan Kerja 1. Faktor manusia Faktor manusia mempunyai peran paling penting dalam setiap kecelakaan kerja yang terjadi sehinggakan terdapat teori faktor manusia yang menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. Faktor manusia dapat dibagikan kepada dua garis besar yaitu1,3,5,6 a. Faktor internal Faktor internal dapat diartikan sebagai faktor yang bermula dari dalam diri pekerja itu sendiri. Antara bagian yang penting dalam faktor internal adalah : Perilaku manusia Perilaku manusia merupakan antara perkara vital dalam keselematan bekerja dan dalam mengelakkan terjadinya kecelakaan. Perilaku manusia yang sering mengabaikan unsur keselamatan dalam melakukan sebarang bentuk pekerjaan akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Setiap pekerja harus diterapkan dengan perilaku kerja aman atau dipanggil behavior based safety yaitu berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program behavior based safety akan mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja. Menurut Scott Geller (2001), behavior based safety adalah program dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan beberapa prinsip, yaitu :

a. Mendorong pekerja agar memiliki perilaku aman pada saat bekerja.

b. Melakukan perbaikan secara terus-menerus jikalau pekerja belum dapat untuk berperilaku aman. c. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan. Beberapa perilaku manusia yang bisa menyumbang kepada kecelakaan waktu bekerja adalah : a. Tidak mengikuti standar prosedur (SOP) pekerjaan yang ditetapkan Standard operating procedure (SOP) adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam standard operating procedure biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. Dalam Anonim (2007), secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada dalam standard operating procedure terdiri atas : 1,3,6 o SOP harus spesifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan. o SOP dapat menggambarkan semua resiko pekerjaan yang akan dilaksanakan. o Identifikasi semua resiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan ergonomi yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan. o Menentukan alat pelindung diri yang sesuai untuk menghindari terkena resiko keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. o Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan. o Menggambarkan aturan, tanggung jawab maupun kewenangan untuk semua karyawan.

o Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan. o Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan job safety analysis. o Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan jika terjadi perubahan. o Menjelaskan tanggapan keadaan darurat dan prosedur pelaksanaan shutdown.

b. Melakukan pekerjaan walaupun mempunyai kurang ketrampilan dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan seperti :1,2 Kurang pengalaman Kurang orientasi Kurang latihan memahami alat Kurang latihan memahami data Salah pengertian terhadap suatu perintah

c. Perilaku tidak aman pada saat bekerja lain adalah :4 Menggunakan mesin secara tidak benar, menggunakan metode pendukung yang tidak aman, serta metode transportasi yang tidak benar. Melakukan tindakan berbahaya tanpa memberi tahu orang

lain,misalnya menghidupkan mesin atau kendaraan secara mendadak. Salah memilih mesin yang diperlukan, atau menggunakan mesin yang tidak memenuhi spesifikasi atau rusak. Meninggalkan tempat kerja pada saat mesin masih beroperasi, atau menempatkan mesin atau bahan di tempat yang tidak aman. Merusak atau melepaskan instalasi keselamatan, misalnya peralatan penjaga mesin. Menggunakan peralatan yang tidak tepat sewaktu bekerja.

Menolak penggunaan APD atau mengenakannya secara salah,atau mengenakan pakaian kerjayang tidak sesuai. Bekerja di bawah pengaruh obat / alkohol, atau bermain-main sewaktu bekerja.

Emosi Faktor emosi juga berperan besar dalam meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Manusia dengan emosi yang tidak stabil atau buruk bisa melakukan kerja dengan tidak benar lalu menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Gangguan emosi akan menyebabkan ketrampilan kerja menurun secara tidak langsung dan mengakibatkan berkurang produktivitas pekerjaan yang dilakukan.1,3

Stress Stress pada manusia dapat disebabkan oleh masalah peribadi atau pun oleh masalah kerja berlebihan ( work overload ). Manusia sebagai makhluk hidup hanya dapat melakukan pekerjaan secara optimum dalam jangka waktu tertentu dan jumlah waktu 8 jam bekerja adalah waktu yang paling sesuai bagi rata-rata pekerjaan. Beban kerja yang berlebihan dnat terlalu berat baik waktu kerja yang berlebihan atau dalam waktu optimum bekerja akan menyebakan stress kepada pekerja dan akan meningkatkan risiko berlakunya kecelakaan akibat kerja. Stress pada pekerja dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu : 1. stress mental, antara lain: Emosi berlebihan Beban mental berlebihan Pendiam dan tertutup Problem dengan suatu yang tidak memahami Frustasi Sakit mental

2. stress fisik, antara lain: Tidak sehat Beban tugas berlebihan

b. Faktor eksternal

Kelelahan sensori Terpapar bahan bahaya Terpapar panas yang tinggi Kekurangan oksigen Gerakan terganggu Gula darah menurun

Faktor eksternal dapat didefinisikan sebagai faktor yang bukan berpunca dari pekerja itu sendiri namun dapat mengakibatkan pekerja tersebut untuk melakukan kesalahan dalam bekerja yang bisa mengakibatkan kecelakaan. Faktor eksternal sering berpunca dari manajemen seperti:1,4,6 a. Instruksi yang diberikan tidak jelas b. Kurangnya orientasi yang diberikan kepada pekerja c. Kurang latihan yang diberikan kepada pekerja d. Pemberian data tentang peralatan dan proses kerja yang tidak lengkap kepada pekerja e. Kurangnya latihan praktik yang diberikan kepada pekerja. 2. Faktor bahan dan material Bahan dan material termasuk dalam faktor fisik yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Dalam setiap pekerjaan, setiap bahan dan material yang digunakan untuk menyempurnakan suatu pekerjaan haruslah diteliti sifat dan komposisi bahan itu sama ada bersesuaian dengan pekerjaan yang ingin dilakukan atau pun tidak. Sifat umum bahan seperti diameter dan dimensi bahan juga penting untuk mengurangkan risiko terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan. 4 Mengambil contoh dari skenario yang diberikan, bahan atau material yang digunakan adalah kabel tegangan rendah. Kabel tegangan rendah merupakan kabel yang megnalirkan listrik dengan yang bersifat tegangannya di awah 1kV. Seperti kabel pengaliran listrik yang lain, kabel ini terdiri dari dua komponen utama yaitu konduktor yang mengalirkan listrik dan insulator yaitu bagian paling terluar untuk menghambat pengaliran listrik. Jadi, adalah sangat penting untuk memastikan komponen utama kabel

listrik ini dibuat dari material yang benar untuk menghindarkan kecelakaan seperti pengendali dan pemasang kabel terkena kejutan listrik. Selai itu, sifat bahan yang digunakan harus diteliti sama ada berada dalam keadaan yang sempurna atau cacat. Kabel listrik walaupun yang mempunyai tegangan yang rendah jika berada dalam keadaan cacat seperti robeknya insulator (penghambat aliran listrik) dapat mengakibatkan kecelakaan pada pekerja instalasi. 5 3. Faktor instalasi ( peralatan ) Faktor peralatan juga penting dalam menyebabkan kecelakaan kerja selain faktor manusia. Walaupun hanya menyumbang kepada sedikit kasus kecelakaan kerja jika dibandingkan dengan faktor manusia, interaksi antara manusia dan peralatan yang salah dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Oleh itu, alat kerja yang digunakan haruslah sentiasa berada dalam keadaan yang baik dan terawat. Apabila pekerja menggunakan peralatan yang tidak selamat, maka pekerja tersebut dapat cedera seperti jatuh dari tangga yang patah.1,4,6 Dalam mengawasi peralatan kerja agar sentiasa aman digunakan, perkara berikut penting untuk dilaksanakan : 2,6 1. Melakukan inspeksi alat secara berkala. Inspeksi alat secara berkala dapat memberikan input tentang kondisi alat sama ada aman atau tidak untuk digunakan. Selain itu, alatan kerja yang rusak dapat dikenal pasti dan dapat diberikan perhatian selanjutnya seperti diperbaiki atau diberikan tanda amaran agar tidak terjadi kecelakaan dari penggunaan alat tersebut. 2. Melakukan pemeliharaan pada setiap alatan bekerja Pemeliharaan alat adalah amat penting untuk memperpanjang usia alat selain memastikan alatan pekerjaan berada dalam keadaan terbaik untuk digunakan. Seperti diketahui umum, alat yang berada dalam kondisi baik akan melancarkan pekerjaan. Jadi kondisi terbaik alatan pekerjaan haruslah dipelihara semaksima mungkin bagi mengelakkan terjadinya kecelakaan pada waktu proses pekerjaan. Apabila alatan rusak dan proses pemeliharaan alatan tidak dapat dilakukan lagi, maka tindakan terbaik adalah memperbaiki atau menggantikan peralatan tersebut dengan alatan pekerjaan baru.

3. Mengorganisasikan/ pengendalian/ perencanaan penggunaan alat Pengoranisasian dan perencanaan penggunaan alatan pekerjaan adalah amat penting bagi mengelakkan terjadinya kecelakaan pekerjaan. Setiap alatan haruslah dilengkapi dengan tata cara penggunaan (operational standard), selain data-data lain seperti kondisi alat, pekerjaan yang bersesuain dengan kegunaan alatan, usia alatan, pihak yang berwenang untuk memelihara alatan, prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kerusakan alat dan langkahlangkah keselamatan sewaktu penggunaan alatan pekerjaan. Langkah ini dapat mengurangkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, selain memudahkan pihak manajemen untuk mengendalikan alatan. Alat-alatan juga harus disimpan dalam klasifikasi tertentu, bersesuaian dengan kepentingan dan kesesuaian penggunaan. Alatan yang rusak dan tidak aman digunakan juga harus diasingkan atau diberi tanda peringatan atau dirujuk kepada pihak berwenang untuk diperbaiki. Dalam skenario ini, kejadian kecelakaan kerja ini adalah akibat kelalaian pengawas gudang karena tidak memasang tanda peringatan atau member perintah agar tangga tersebut diperbaiki. Melalui skenario ini, alatan utama yang digunakan adalah tangga. Jadi, beberapa instruksi penggunaan tangga yang tepat haruslah diberikan seperti :4,5 1. Pilih tangga yang mantap dengan ketinggian yang sesuai. Tangga harus memenuhi standar keselamatan yang berlaku. 2. Gunakan tangga berinsulasi apabila mengangkut benda-benda yang bermuatan listrik. 3. Pastikan tangga diletakkan pada permukaan yang kuat dan datar. 4. Apabila menggunakan tangga lurus, jagalah posisinya pada sudut 75 derajat dari tanah. 5. Jika tingga tidak disangga atau dikencangkan, perlu ada orang lain yang membantu memegangi tangga. 6. Apabila menggunakan tangga lipat, tangga harus dilengkapi dengan engsel tangga dan lipatan dibuka sepenuhnya.

7. Sebelum mendaki tangga, selalu periksa apakah tangga mantap dan stabil. 8. Buatlah "kontak tiga-titik" apabila memanjat tangga, yaitu Anda harus bersentuhan dengan tangga dengan sedikitnya 3 anggota badan pada setiap saat. 9. Peralatan tangan harus ditempatkan di dalam kantung alatdi pinggang apabila memanjat tangga. 10. Kenakan alas kaki yang sesuai, misalnya sepatu anti-selip. 11. Apabila berdiri pada tangga, selalu sediakan jarak sedikitnya dua anak tangga dari puncak tangga agar tangan dapat menjangkaunya. 4. Fasilitas kerja & manajemen Faktor terakhir yang menyumbang kepada kecelakaan kerja adalah fasilitas kerja dan manajemen. Fasilitas kerja mencakupi ketersediaan peralatan pekerjaan dan juga lingkungan kerja yang sesuai yang diberikan kepada pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam fasilitas kerja, peralatan yang diberikan adalah amat penting selain lingkungan yang kondusif dan aman bagi pekerja untuk melakukan pekerjaannya. Peralatan utama yang penting untuk diberikan kepada pekerja adalah alat pelindung diri (APD). Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya (Cahyono, 2004). Menurut Sumamur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut : 1,2,4,6

1. Alat Pelindung Kepala (Head Cover) Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahanbahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala

misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di sekitar konduktor energy yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastik, topi plastik berlapis asbes, topi aluminium, dan topi logam. 2. Alat Pelindung Mata (Eye Protection) Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau terkena radiasi gelombang

elektromagnetik. 3. Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection) Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam sehari. Alat pelindung telinga terdiri dari 3 macam, yaitu : o Kapas. o Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB. o Tutup telinga (Ear Muffs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 1015 dB lebih besar dari sumbat telinga. o Canal Caps 4. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection) Alat pelindung pernapasan diperlukan di tempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu : a. Respirator atau Purifying Respirator. Alat ini berfungsi untuk membersihkan udara yang akan dihirup oleh pekerja. Alat ini digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya penapasan debu, kabuut, asap, gas dan uap. b. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator

Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada pekerja yang menggunakannya. 5. Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves) Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang paling pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada. Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi : a. Sarung tangan biasa (Gloves) b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan di lengan. c. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus. 6. Alat Pelindung Kaki (Foot Cover) Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda-benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet, sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu dengan sol kayu/gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki. 7. Alat Pelindung Tubuh Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan berbentuk overalls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian tubuh. Lingkungan kerja Selain peralatan, fasilitas kerja juga meliputi lingkungan kerja yang aman dan kondusif untuk pekerja melakukan pekerjaannya. Lingkungan yang aman ini harus disediakan oleh manajemen dan pihak manajemen juga harus memastikan bahawa lingkungan pekerjaan tidak mempunyai tempat-tempat berbahaya yang meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor lingkungan yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja adalah :1,2,6 1. Tidak memasang rambu-rambu keselamatan pada tempat berbahaya atau tempat yang mudah terjadinya kecelakaan di tempat kerja

2. Lingkungan kerja yang tidak ergonomic untuk pekerja 3. Beberapa faktor bahaya seperti lantai yang basah dan licin, cahaya yang tidak mencukupi, suhu yang tidak bersesuaian dengan pakaian dan tubuh pekerja, bising yang keterlaluan, keadaan udara dan tempat kerja yang kotor dan kondisi lain yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja. Manajemen Manajemen juga berperan penting dalam memastikan keselamatan pekerja sentiasa terjamin. Manajemen haruslah memastikan segala keperluan yang dibutuhkan bagi seorang pekerja dipenuhi agar pekerja itu dapat melakukan pekerjaannya dengan aman dan tidak mengalami cedera. Beberapa sikap menajeman yang bisa mengundang kecelakaan pada saat bekerja adalah :

Tidak memadainya persiapan pelaksanaan pekerjaan Tidak memadainya pengecekan/pengujian peralatan Tidak memadainya atau tidak tepat metode, prosedur, dan instruksi kerjanya Memperkerjakan tenaga kerja yang tidak memenuhi syarat keahlian/keterampilan Tidak memadai pengawasan terhadap pekerjaan

Dalam faktor manajemen, manusia adalah faktor yang bereperan bagi memastikan sistem manajemen itu untuk beroperasi secara benar. Dalam skenario ini, pihak manajemen yang diwakili oleh pengawas gudang telah lupa memasang tanda peringatan atau member perintah agar tangga yang cacat tersebut diperbaiki merupakan salah satu dari kelalaian dari manajemen yang menyebabkan kecelakaan kerja ini.

Kesimpulan Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja pada teknisi listrik dalam skenario ini. Teknisi listrik tersebut tidak melakukan pekerjaannya dengan mengikut SOP yang benar yaitu menggunakan sabuk pengaman ketika bekerja selain tidak menggunakan tangga dengan selamat yaitu tidak memastikan anak tangga yang bakal dipijak stabil. Faktor manusia lain adalah pengawas gudang yang tidak memasang tanda cacat pada tangga yang cacat selain tidak memerintahkan agar tanda yang cacat itu diperbaiki.

Daftar Pustaka 1. Dr.Suryadi, Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja, Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2010 2. John Ridley, John Canning. Safety at Work. Workplace safety. Roetledge. United Kingdon. 2011. 3. Phil Hughes, Ed Ferret. Introduction to International Health and Safety at Work. London. Butterworth- Heinamenn Elsevier. 2010. 4. Occupational Safety and Health Council ( OHSA ). Buku panduan dan keselamatan kerja. OHSA Hong Kong. 2010. 5. Occupational Safety and Health Council ( OHSA ). Stairways and ladders, a guide to OSHA rules. United States. 2010. 6. David Koh, Ken Takahashi. Occupational Medicine Practice. World Scientific. London. 2010. 7. USU. Program keselamatan dan kesehatan kerja. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32420/4/Chapter%20II.pdf, 10 Oktober 2012.

You might also like