You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPOID ABDOMINAL DI RUMAH SAKIT SYUHADA HAJI

DISUSUN OLEH : Atikah Fahrunnisa Moh.hidayat Sukriani Wilda mukhlis (04.11.) (04.11.2831) (04.11.28) (04.11) (04.11)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2013

LAPORAN PENDAHULUAN TIFUS ABDOMINAL

1) PENGERTIAN TIFUS ABDOMINAL Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985) Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).

2) ANATOMI FISIOLOGI Usus halus Adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi 3 bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum dan bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak di bagian bawah kanan duodenum ini disebut sekum Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian kolon sigmoid dan rektum. Rektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal di atur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal. Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus : 1. Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang

menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk. 2. Peristaltik Karbohidrat usus mendorong isi usus halus tersebut dan ke arah kolon. Protein

dipecahkan

menjadi

disakarida

monosakarida.

dipecahkan menjadi asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi menjadi monogliserida dan asam lemak.

3) ETIOLOGI Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

4) PATOFISIOLOGI a. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredarahan darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya. b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu. c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

5) TANDA DAN GEJALA Demam lebih dari seminggu Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naikturun. Mencret Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar. Mual Berat

Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening. Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Muntah Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa diistirahatkan. Lidah kotor Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. Lemas, pusing, dan sakit perut Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan. Tidur pasif Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah pucat.

6) TEST DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis a. Pemeriksaan darah tepi Terdapat gambar leukoperia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. b. Pemeriksaan sumsum tulang Teradapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis a. Biakan empedu Basil salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah penderita biasnya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama.

Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturt-turut digunakan untuk memnentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak menjadi pembawakman (karier). b. Pemeriksaan lidah Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typii. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi.

c. Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menengakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

7) KOMPLIKASI Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam : Komplikasi intestinal 1. Perdarahan usus 2. Perforasi usus 3. Ileus paralitik Komplikasi ekstraintetstinal 1. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis. 2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik. 3. Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis. 4. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis. 5. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. 6. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis. 7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

8) PENULARAN a. Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman penyebab penyakit tifus. b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat akan memudahkan penularan. c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan. d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau air yang tercemar tersebut diepergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa direbus atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap, ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus. e. Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat menemari air, makanan dan minuman atau lingkungannya. f. Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang lain dan lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak putus putusnya. g. Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan makan yang tercemar ini.

9) PENCEGAHAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C). 2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan. 3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

DIRI SENDIRI

1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga.

Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi. 2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktuwaktu penyakitnya akan kambuh.

Untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: Saat merawat penderita, baik di rumah maupun RS, harus lebih seksama dan ekstra hati-hati kala membersihkan tubuhnya maupun benda-benda perlengkapannya, terutama yang mungkin tercemar tinjanya. Jangan lupa, selalu mencuci bersih-bersih tangan dengan sabun atau cairan antiseptik setelah mencebokinya. Jangan pernah ijinkan anak duduk atau main-main di lantai kamar mandi, karena sisa kotoran yang mungkin tercecer di lantai kamar mandi dapat menularkan penyakit. Meski tak ada penderita, sering-seringlah membersihkan lantai kamar mandi dengan banyak air dan cairan antiseptik; apalagi bila telah digunakan penderita. Ajarkan cara cebok yang baik dan benar pada anak yang sudah agak besar maupun pengasuhnya. Begitu pula cara menyiram WC dan lantai kamar mandi. Selalu cuci tangan dengan sabun setiap kali bersentuhan dengan penderita.

Sementara pencegahan penyakit ini dapat dilakukan, antara lain dengan cara: Saat menyiapkan makanan dan minuman, jangan gunakan tangan secara langsung, tapi pakailah alat bantu semisal sendok, garpu, atau penjepit makanan. Kala hendak sekolah, bekali makanan lengkap dengan sendok-garpu dari rumah yang lebih terjaga kebersihannya ketimbang jajan sembarangan. Hindari atau minimal waspadai warung makanan. Tak ada salahnya untuk memperhatikan kebiasaan cuci tangan juru masak atau pelayannya maupun pencucian alat-alat makan bekas pakai, sebelum memutuskan makan di kedai tersebut. Tanamkan kebiasaan hidup bersih pada anak dan pengasuhnya. Jangan pernah lelah atau menyerah untuk memberi penjelasan, contoh nyata, maupun saat mengawasi pelaksanaannya.

Gunakan air yang mengalir dari kran untuk mencuci tangan, bukan dari ember atau bak penampung yang jarang dikuras dan dicuci. Begitu juga untuk mencuci bahan makanan, alat masak maupun perlengkapan makan. Untuk mencuci lalap mentah dan buah segar, sebaiknya gunakan air matang.

Bila mungkin, sediakan sabun untuk masing-masing anggota keluarga. Usahakan pula sumber air bersih sebaiknya terpisah minimal 10 meter dariseptic-tank.

10) PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Medis Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan

kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.

Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon. (Darmowandowo, 2006)

Penatalaksanaan Keperawatan Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Diet harus mengandung 1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein. 2. Tidak mengandung banyak serat. 3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

11) PROGNOSIS Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti: 1. Panas tinggi (hipperpereksia) atau kontinua. 2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium. 3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia dll. 4. Keadaan gizi penderita buruk.

Pathway

Melalui 5 F :Food, finger, fomitus, fly, feses, finger

Terpapar salmonella

Masuk ke lambung Sebagian dimusnahkan asam lambung

Dx. hipertermi

Masuk ke usus halus

Produksi keringat

Di jaringan limpoid

Mual, muntah

berkembang

Dx. Kekurangan volume cairan

Masuk kedalam darah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Dx. Kekurangan volume cairan

Mencapai reticulum endotial Melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah

diare limfa Masuk ke usus besar Usus halus


Kandung empedu

Menyebar keseluruh tubuh

Menimbulkan bakterimik

nyeri

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS TYPES DI RUMAH SAKIT SYUHADA HAJI TANGGAL 29 JANUARI 2013

1. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identifikasi klien Nama Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku bangsa Agama Alamat Tanggal masuk : Tn. J : 43 thn : Laki-laki : SD : wiraswasta : Jawa Indonesia : Islam : Gembongan RT 2 / RW 2 : 29 januari 2013

Tanggal pengkajian : 29 Januari 2013 Diagnosa Medis : types RM : 137495

I.

Identitas penanggung jawab Nama Umur : Ny. T : 39 thnj

Hubungan dengan pasien : istri Pekerjaan Alamat : Ibu rumah tangga : Gembongan RT 2 / RW 2

2. Status kesehatan a. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan utama Pasien megeluhkan panas tinggi, mual muntah, pusing, dan mengeluhkan sering BAB cair 2) Alasam masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pasien mengeluhkan panas tidak turun-turun selama 3 hari meskipun diberi parasetamol, pusing mual muntah 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Minum obat parasetamol obat dagang. Kemudian datang kerumah sakit

b. Status kesehatan masa lalu 1) Penyakit yang pernah dialami Types 2) Pernah dirawat Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit 3) Alergi Pasien mengatakan tidak ada alergi 4) Kebiasaan (merokok, Kopi, Alkohol, dll) Pasien mengatakan suka mengkonsumsi kopi dan rokok. Kopi 2 x sehari : pagi dan malam. Rokok : biasaya 1 bungkus habis dalam 1 hari.

c. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada riwayat penyakit keluarga

d. Diagnosa Medis dan terapi Types Terapi : Tirah baring Diet : memberikan makanan yang mudah dicerna Pemberian antibiotik

3. Pola kebutuhan dasar (data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan Pasien mengatakan, jika sakit dibawa kerumah sakit b. Pola nutrisi-metabolik

Sebelum sakit : pasien makan dengan porsi banyak. 1 piring habis bahkan lebih Saat sakit: pasien makan 3 kali sehari, hanya saja tidak sebanyak biasanya karena mual

c. Pola eliminasi 1) BAB Sebelum sakit :BAB lancar 2 x sehari Saat sakit : pasien tetap BAB namun konsistensi cair

2) BAK Sebelum sakit : bak lancar 5x sehari Saat sakit : bak lancar 5x sehari

d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas Kemampuan perawatan diri Makan minum mandi toileting berpakaian berpindah dan 0 1 2 3 4

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total. 2) Latihan Sebelum sakit : dapat beraktivitas bebas dan mandiri Saat sakit : dibantu orang lain

e. Pola kognitif dan persepsi Pasien menganggap penyakitnya mudah dan cepat untuk sembuh.

f. Pola persepsi-konsep diri Harga diri: tidak ada gangguan Ideal diri: tidak ada gangguan Identitas diri: tidak ada gangguan

g. Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit : dapat tidur dengan nyaman apalagi pada malam hari Saat sakit : sering terbangun karena kondisi yang tidak nyaman dan pola tidur tidak teratur. h. Pola peran-hubungan Pasien seorang ayah yang tinngal bersama istri dan ke 2 anaknya yang sudah menikah dan memiliki 1 cucu laki-laki

i. Pola seksual reproduksi Sebelum sakit : pasien bisa melakukan hubungan sexsual Saat sakit : pasien mengalami disgungsi seksual karena sakit

j. Pola toleransi stress-koping Tidak ada, karena pasien tidak pernah mengalami stress.

k. Pola nilai-kepercayaan Kegiatan agama yang sering dilakukan yaitu ibadah/sholat,dzikir dan berdoa. Kepedulian terhadap hidup karena keluarga yang selalu mendorong dan selalu bernegosiasi bersama untuk mengambil keputusan.

4. Pengkajian fisik a. Keaadaan umum Lemah Pusing Mual Muntah Panas tinggi Nyeri kepala pucat

b. Tanda-tanda Vital TD Nadi : 140/ 80 mmhg : 87 x / menit

Suhu RR

: 390C : 26 x / menit

c. Keadaan fisik a. Kepala dan leher Palpasi: Kepala : simetris antara kiri dan kanan Mata : tidak terdapat benjolan Pipi Hidung Telinga : simetris : simetris, bersih : simetris, bersih

Leher : tidak terdapat inflamasi, dan dapat digerakan

Inspeksi: Mata : konjungtiva anemis

b. Dada I : simetris, tidak ada peradangan P : tidak ada nyeri ketok P: tidak ada nyeri tekan A: vesikuler

c. Payudara dan ketiak Inspeksi : simetris antara keduanya

d. Abdomen I: tidak ada peradangan, perut kembung A: bising usus 10x/menit P: tidak ada obstruksi, nyeri saat ditekan P: Hipertimpani.

e. Genetalia Tidak terdapat benjolan atau erubahan pada kelamin

f. Integumen

Kembali dalam 2 detik

g. Ekstremitas

h. Neurologis Status mental dan emosi Pengkajian saraf kranial Pemeriksaan refleks i. Pemeriksaan penunjang 1. Data laboratorium yang berhubungan Pemeriksaan laboratorium (spesimen darah)

2. Pemeriksaan radiologi 3. Hasil konsultasi 4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain DATA FOKUS Data subjektif pasien mengeluhkan panas tidak turun-turun selama 3 hari pasien mengeluhkan pusing dan mual pasien megeluhkan sering BAB, frekuensi 6 x sehari, dengan konsistensi cair.

Data objektif mukosa bibir kering kulit kering urin kurang lidah kotor KU : Lemah hasil lab Basil salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah. TTV : TD Nadi Suhu RR : 140/ 80 mmhg : 87 x / menit : 390C : 26 x / menit

ANALISA DATA no 1 symptomp etiologi problem cairan Kekurangan volume cairan

-DS:pasien megeluhkan Kehilangan sering BAB cair -DO: pucat, klien mukosa terlihat bibir

aktif terhadap diare

kering, lidah kotor, TD 140/80mmhg, n.87x/mnt, 2 DS:pasien mengeluhkan tidak panas proses inflamasi Hipertermi

turun-turun T: 390C, TD

selama 3 hari -DO:

140/80 mmhg. 3 -DS:pasien mengeluhkan dan mual DO: klien terlihat pucat, mukosa bibir kering Faktor biologis, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pusing mual dan muntah

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif terhadap diare ditandai dengan DS: pasien megeluhkan sering BAB cair DO: klien terlihat pucat, mukosa bibir kering, lidah kotor, TD 140/80mmhg, n87x/mnt. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan -DS:pasien mengeluhkan panas tidak turun-turun selama 3 hari DO: T: 390C, TD 140/80 mmhg. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan DS:pasien mengeluhkan pusing dan mual , Faktor biologis, mual dan muntah DO: klien terlihat pucat, mukosa bibir kering.

Perencanaan keperawatan
NO DX 1 PERIORITAS DIAGNOSA Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif terhadap diare Setelah tindakan selama dilakukan keperawatan 3x24 jam Fluid management - Monitor vital sign -Kaji adanya tandatanda syok hipovelomik mukosa -Monitor intake dan output dan output -Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari - kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan intravena -mengetahui keadaan umum klien - mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan umum pasien terutama untuk mengetahui adakah tanda-tanda syok hipovolemik - membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan -Untuk memenuhu kebutuhan cairan yang hilang NOC NIC RASIONAL PARAF

didapatkan krieria hasil: -TD normal -membran basah -intake

cairan seimbang

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Setelah tindakan selama

dilakukan keperawatan 3x24 jam

- Berikan kepada keluarga peningkatan tubuh -

penjelasan klien dan tentang suhu

-agar

klien

dan

keluarga mengetahui sebab dari

didapatkan krieria hasil: -Klien badannya lagi Pemeriksaan tubuh normal 36,5-37,5 antara celcius --Bibir tampak lembab tdk pecah -- Trombosit dalam batas normal (150.000450.000 sel/U --suhu mengatakan tdk panas

peningkatan suhu dan membantu

Anjurkan

klien

mengurangi kecemasan timbul. -Anjurkan menggunakan pakaian tipis dan klien yang

menggunakan pakaian tipis dan menyerap

keringat -Observasi TTV tiap 4 jam sekali - Anjurkan pasien

menyerap keringat -Dapat mengurangi

untuk banyak minum, minum ? 2,5 liter / 24 jam - -Berikan mandi axila, kompres pada atau

demam. Axila, leher atau lipatan paha

terdapat darah besar.

pembuluh yg lebih

hangat leher

lipatan paha. -kolaborasi dokter dan

-peningkatan suhu tubuh dengan tim mengakibatkan penguapan perlu dan 5. dengan A -Antipiretik digunakan untuk tubuh diimbangi asupan meningkat sehingga

kesehatan lain untuk pemberian: antipiretik antibiotic (kloramfenikol)

cairan yang banyak

mengurangi demam dengan aksi sentral pada hypothalamus. Antib iotic untuk digunakan mengatasi

penyebab inflamasi (bakteri S.Typii). 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan - Setelah selama dilakukan 3x24 jam krieria jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.

tindakan keperawatan didapatkan

-Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi

tubuh

hasil: kebutuhan nutrisi - Napsu meningkat makanan sesuai porsi - keadaan umim baik -menunjukan peningkatan badan

2. 3.

- Kaji adanya alergi makanan - Monitor tipe dan

- mampu mempertahan makan

2. jumlah aktifitas yang


biasa dilakukan berat badan klien setiap 2 hari

-Mampu menghabiskan 4. - Timbang

5. berat

- Beri

3. makanan

dalam porsi kecil dan frekuensi sering

6. - Kolaborasi Ahli gizi : Beri nutrisi lembek, mengandung serat, dengan diet

4. tidak
banyak tidak

merangsang, maupun menimbulkan banyak

5. gas dan dihidangkan


saat masih hangat. Dokter : berikan

6. antasida dan nutrisi


parenteral.

sehingga motivasi untuk makan meningkat. -Alergi makanan dapat mempengaruhi status nutrisi pasien -Latihan dapat membantumempe rtahankan tonus otot atau berat badan dan melawan depresi - untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan. - untuk menghindari mual dan muntah. - Kolaborasi: ahli gizi : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan dan mencegah perdarahan/perfor asi usus dokter : antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang

No dx 1

Hari/t gl 29012013

jam

implementasi

respon

paraf

16.00

a. Mengukur tanda-tanda vital a. klien seperti nadi, suhu,

DS: DO: - 140/ 80 mmhg - Nadi - Suhu - RR : 87 x / menit : 390C : 26 x / menit

tekanan darah,dan respirasi

b. mengkaji tingkat kesadaran b. klien, kondisi kulit, banyak urin, membran mukosa kering

DS: DO:- Apatis (acuh tak acuh), kulit mukosa pasien menampung pispot kering, kering, membran keluarga membantu urin dalam

c. memonitor banyak nya urin, c. konsistensi feses, banyak nya keringat yang keluar. Monitor banyak nya cairan yang telah masuk, konsumsi cairan

DS : keluarga mengatakan mau membantu

memasukkan urin kedalam pespot DO : - keluarga klien mengatakan minum tidak

banyak dan sering - Klien tidak banyak

berkeringat - Konsistensi bab cair d. menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari d. DS : keluarga pasien akan

mengatakan

mengingatkan pasien untuk banyak minum DO : - klien sering minum namun dalam jumlah sedikit

e.

memberian

terapi

cairan e.

DS: DO : pasien sudah terpasang infus (RL)

intravena (RL)

29012013

16.30

a.

memberikan

penjelasan a.

DS : klien dan keluarga mengatakan paham tentang peningkatan suhu tubuh

kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh diakibat oleh

yang dialami klien

terinfeksi virus salmonela (demam typoid) b. menganjurkan klien b.

DO : -

DS : klien mengatakan lebih nyaman dengan memakai pakaian tipis DO : klien sudah

menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

menggunakan pakaian yang tipis seperti dianjurkan c. mengukur TTV (Suhu, Nadi, c. respirasi, tekanan darah) DS: - DO: 140/ 80 mmhg - Nadi - Suhu - RR d. menganjurkan pasien untuk d. banyak minum, minum 2,5 liter / 24 jam DS : : 87 x / menit : 390C : 26 x / menit keluarga pasien akan yang sudah

mengatakan

mengingatkan pasien untuk banyak minum DO : - klien sering minum namun dalam jumlah sedikit

e.

memberikan

kompres e.

DS: DO : - keluarga memberikan kompres hangat pada Axila dan lipatan paha

mandi hangat pada axila, leher atau lipatan paha oleh keluarga f. memberikan untuk penurun antipireik f. panas,

DS : DO : klien sudah meminum obat yang diberikan

antibiotik (kloramfenikol) untuk menjinakkan bakteri 3 29012013 16.30 a. menjelaskan pada klien dan a. keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi dan

DS : Klien dan keluarga mengatakan paham dan akan memenuhi makanan klien DO : klien tampak mau makan tapi dalam jumlah sedikit DS : klien mengatakan tidak ada alergi makanan DO : kebutuhan

kerugian jika nutrisi tidak terpenuhi termasuk dalam penyembuhan typoid b. menanyakan kepada klien b. dan keluarga apakah klien ada alergi makanan c. menanyakan keluarga dan kepada c. klien deman

DS

klien

mengatakan

kegiatan keseharian adalah

mengenai tipe dan jumlah aktifitas dilakukan yang biasa

menjaga toko dan berbelanja untuk barang yang dijual DO : klien tampak

berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan d. Beri makanan dalam porsi d. kecil dan frekuensi sering dan lembut DS : klien mengatakan

sudak ada makan tapi tidak banyak DO : klien sudah makanan bubur

e.

memberi diet

nutrisi lembek,

dengan e. tidak

DS : sudah banayak

klien makan

m,engatakan tapi tidak

mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat f. memberikan antasida dan f. nutrisi parenteral untuk

DO : klien sudah makanan bubur

DS : DO : klien sudah diberikan antasida parenteral dan nutrisi

mengatasi asam lambung

evaluasi No dx 1 Hari/tgl/jam Evaluasi S: pasien mengatakan sudah merasa membaik dengan diberikan terapi intravena O: pasien nampak rileks, tidak gelisah dan sudah banyak mengeluarkan keringat. TTV: TD: 130/80 N: 90x/menit Ku : lemah A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi :
- Monitor vital sign -Monitor intake dan output -Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8

gelas sehari - kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan intravena

2.

S: klien mengatakan panas tubuhnya sudah menurun O: pasien nampak lebih rileks, tidak gelisah dan sudah banyak mengeluarkan keringat. TTV: TD: 130/80 N: 90x/menit S : 37,50C Ku : lemah A: masalah teratasi P: intervensi :

S: klien mengatakan mual berkurang dan sudah bisa makan dalam jumlah sedikit tapi sering. O: ku membaik. TTV: TD: 130/80 N: 90x/menit S : 37,50C Ku : membaik A: masalah teratasi sebagian P: intervensi :

You might also like