You are on page 1of 28

KUNJUNGAN PUSAT SARANA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (PUSARPEDAL) BATAN

Dosen Dr. Junne Meliawati (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Instrumen)

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Sutinah Nia Nurmalasari Idzni Desrifani Eka Novi Astri Beti

1110016200008 1110016200041 1110016200042 1110016200043

Semester 7 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

PRAKATA
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai harapan dengan judul Kunjungan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) BATAN. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang membawa kita semua dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang benderang akan cahaya-cahaya ilmu penuh berkah-Mu ini. Semoga kita selalu berada dalam syafaat-Nya. Amin ya robbal alamiin. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Instrumen pada semester 7 di FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami tentang Fasilitas dan Instrumen yang terdapat pada Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan di Batan. Semoga dapat menjadi pengetahuan tentang laboratorium dan instrumen yang ada sertakita menjadi lebih menjaga lingkungan dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan. Masih banyak cacat dan cela pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi perbaikan yang berarti. Segala kekurangan yang ada pada makalah ini adalah milik penulis, dan segala kelebihannya hanyalah milik Allah SWT. Penulis hanya dapat berikhtiar, berdoa, ikhlas, dan mempasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-mudahan segala bentuk partisipasi dari berbagai pihak terkait dapat menjadi berkah. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan kontribusi dan motivasi pada masyarakat tentang masalah dan lingkungan disekitar kita. Amin.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i PRAKATA.......................................................................................................................... ii DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 FASILITAS DAN PERALATAN PUSARPEDAL ........................................................... 3 PENUTUP........................................................................................................................... 25

iii

PENDAHULUAN
Masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh berbagai macam pencemaran dari tahun ke tahun semakin kompleks dan cenderung meningkat. Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan menurunnya fungsi dan kualitas lingkungan tetapi juga memberikan dampak yang serius pada kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Melalui hibah dari pemerintahan Jepang, pada 12 Agustus 1993 Pusat Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) didirikan sebagai Referensi Laboratorium

Lingkungan. Pusarpedal kompetensi sebagai laboratorium lingkungan telah terbukti ketika telah menerima sertifikat akreditasi laboratorium pengujian oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tanggal 7 Februari 2001. Yang diperkuat oleh kedua akreditasi KAN pada tanggal 29 September 2005. Selain sebagai pemilik laboratorium dan pusat pemantauan kualitas lingkungan, Pusarpedal juga telah dikembangkan untuk melakukan pelayanan masyarakat atau profesional dan independen laboratorium lingkungan. Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan, serta pelaksanaan kajian kualitas lingkungan, pelaksanaan fungsi teknis laboratorium rujukan dan pelayanan pengujian dan kalibrasi serta pengembangan laboratorium lingkungan. Dalam melaksanakan tugasnya PUSARPEDAL menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan sera pelaksanaan kajian kualitas lingkungan 2. Pelaksanaan pengelolaan laboratorium rujukan serta pengujian parameter kualitas lingkungan dan kalibrasi peralatan laboratorium lingkungan 3. Pelaksanaan pengembangan dan evaluasi laboratorium lingkungan 4. Penyusunan program dan pelaksanaan administrasi Pusat. Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan terdiri atas: 1. Bidang Program dan Administrasi Umum 2. Bidang Pemantauan dan Kajian Kualitas Lingkungan 3. Bidang Laboratorium Rujukan dan Pengujian 4. Bidang Pengembangan dan Evaluasi Laboratorium Lingkungan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan memiliki Visi dan Misi serta tujuan strategis sebagai berikut:
1

1. Visi Terwujudnya Kementerian Lingkungan Hidup yang handal dan aktif serta berperan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan menekankan pada ekonomi hijau. 2. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan peran-peran PUSARPEDAL adalah sebagai berikut: a. Menyusun kebijakan teknis sarana pengendalian dampak lingkungan b. Melakukan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan c. Melakukan pengembangan laboratorium lingkungan d. Melakukan fungsi teknis laboratorium rujukan, kajian kualitas lingkungan serta layanan jasa teknis pengujian dan kalibrasi. 3. Tujuan Strategis PUSARPEDAL adalah: a. Mengkoordinasi dan melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan b. Melaksanakan bimbingan teknis dan monev sarana pengendalian dampak lingkungan c. Melaksanakan pengelolaan laboratorium lingkungan rujukan dan

melaksanakan kajian kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup d. Melaksanakan pelayanan perkantoran PUSARPEDAL PUSARPEDAL memiliki Laboratorium Uji Kualitas Udara, Laboratorium Air dan Limbah Cair, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Tanah dan Limbah Padat, Laboratorium Kebisingan dan Getaran, Laboratorium Kalibrasi, Laboratorium LD50, Perpustakaan, Pengolahan Data dan Informasi, Auditorium, Kapasitas 300 orang, Ruang Rapat, Kantin, dan lain-lain. Peralatan yang dimililiki Pusarpedal antara lain, GC-MS, AAS, X-Ray Fluoresence Spectrophotometer, HPLC, IR-FTIR, TOC, Mercury Analyzer, Flach Point Tester, TCLP, Ion Chromatograph, Emisi Gas Analyzer, MCC (Main Center Calibration), Center AQMS, High Resolution Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry, dan lain-lain.

FASILITAS DAN PERALATAN PUSARPEDAL


A. Laboratorium Udara Laboratorium Udara Pusarpedal mempunyai kemampuan untuk melakukan sampling dan pengujian parameter-parameter udara sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengujian-pengujian tersebut adalah: 1. Udara emisi bergerak (parameter yang diuji: O2, HC, CO, CO2 ) 2. Udara emisi tidak bergerak (parameter yang diuji: Debu (isokinetik), SO2, Sox, NO2, TRS, H2S, HCl, HF, Cl2, ClO2, NH3, CO, O2, CO2, HC, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb, Cr, Tl) 3. Udara Ambien (parameter yang diuji: TSP, Pb, SO2, NO2, O3, CO, PM 2,5, PM 10, Dustfall) 4. Kebauan ( parameter yang diuji: NH3 dan H2S ) 5. Udara Ambien (Metode pasif, parameter yang diuji: SO2 dan NO2 ) 6. Deposisi Basah (parameter yang diuji: pH, Conductivity, NH4+, NO3-, SO42-, Cl-, Na+, Ca2+, K+, Mg2+ ) 7. Deposisi Kering (parameter yang diuji: NH3, SO2, HCl, HNO3, NH4+, NO3-, SO42-, Cl-, Na+, Ca2+, K+, Mg2+ ) Dalam laboratorium udara pusarpedal ini, terdapat pemantauan kualitas udara ambien melalui Air Quality Management System (AQMS). AQMS merupakan jaringan pemantauan kualitas udara ambien kontinyu yang diperlukan dalam upaya pengendalian pencemaran udara di Indonesia. Salah satu untuk mengindikasi kondisi kualitas udara ambient secara kontinyu yaitu dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Parameter yang digunakan untuk menghitung ISPU adalah seperti yang termuat didalam: Kep-45/MENLH/10/1997 dan Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 yaitu Partikulat Matter ukuruan 10 mikron (PM 10), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon (O3). Selain pemantauan ambien, terdapat pula pemantauan mengenai kualitas hujan asam. Hujan asam diakibatkan karena pengaruh pencemaran oksida-oksida sulfur dan oksida-oksida nitrogen yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari ketel di industri pembangkit tenaga listrik, dan gas buang kendaraan bermotor yang

dipancarkan ke udara atau yang dibawa angin ke atmosfer. Gas-gas tersebut bereaksi dengan uap air, oksigen, atau partikel debu dan dengan bantuan sinar matahari akan mempercepat reaksi terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Jika asam-asam yang terbentuk di udara tersebut terkena air hujan, salju es ataupun kabut yang jatuh ke bumi. Berdasarkan hal tersebut hujan asam terjadi dalam dua proses yaitu : 1. Desposisi basah Desposisi basah merupakan proses hujan asam yang terjadi karena bercampurnya asam sulfit, asam sulfat, asam nitrit, asam nitrat dengan uap air di udara menyatu ke dalam awan dan jatuh ke tanah dalam bentuk hujan, salju, dan kabut. Desposisi basah juga dapat terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam, sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Desposisi basah dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber emisi. Hujan asam terjadi bila pH air hujan lebuh rendah dari 5,6 yang akan mempengaruhi makhluk hidup maupun benda-benda lain. Sedangkan hujan normal adalah yang tidak tercemar, dengan pH air hujan 5,6 dan sedikit bersifat asam. Hal ini terjadi karena terlarutnya asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk dari gas CO2 di dalam air hujan. Asam karbonat tersebut bersifat asam lemah, sehingga tidak merendahkan pH air hujan. Jika air hujan terkontaminasi oleh asam kuat, maka pH air hujan akan turun di bawah 5,6. Desposisi asam yang dihasilkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap ekosistem air dan tanah, bangunan-bangunan bersejarah serta gedung. 2. Deposisi kering Deposisi kering, terjadi pada waktu cuaca berawan dan tidak hujan. Nitrogen oksida dan sulfur oksida masuk ke atmosfer melalui angin dan terdesposisi pada pohon-pohon, gedung-gedung dan bahkan dalam sistem pernafasan manusia. Deposisi kering ini mengacu pada proses jatuhnya asam ke bumi melalui gas dan debu atau partikel, dimana hampir setengah dari deposisi asam terjadi secara kering.

Gambar. Pengukur kadar knalpot B. Laboratoirum Toksikologi Laboratorium Toksikologi

Gambar. Pengukur kadar udara

Pusarpedal

merupakan

Laboratorium

yang

menerima pengujian pada hewan yang dilakukan secara biologi. Pengujian toksisitas yang dilakukan di Laboratorium Toksikologi Pusarpedal meliputi pengujian toksisitas akut Lethal Dose 50 (LD50) dan Lethal Concentration 50 (LC50). Uji LD50 biasanya dilakukan pada mencit atau tikus sedangkan uji LC50 dengan menggunakan hewan uji perairan, misalnya Daphnia sp. untuk air tawar dan Peneaid sp. untuk air payau/laut. Metode yang digunakan untuk pengujian toksisitas akut di Laboratorium Toksikologi Pusarpedal adalah metode yang terstandarisasi secara internasional, diantaranya dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) 425 untuk pengujian LD50, dan United States Environmental Protection Agency (US EPA) 821-R-02-013 untuk pengujian LC50. Pada Laboratorium Toksikologi Pusarpedal memiliki tujuan akhir dari pengujian setelah dilakukannya pengujian secara fisika dan kimia terhadap limbah yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup yang diujikan kepada makhluk hidup. Bahaya yang biasa terjadi ditandai dengan adanya kematian. Hal ini dapat diketahui dari akumulatif keseluruhan pengujian. Lalu hasil akhir dari pengujian ini adalah berupa organ. Organ yang diambil misalnya ginjal dan hati.

Gambar. Contoh organ mencit yang diambil, yaitu pada bagian ginjal dan hati. Pengujian limbah yang dilakukan biasanya dimasukkan kedalam tubuh makhluk hidup (mencit) melalui oral (mulut). Ada juga yang pengujiannya lewat intravena (peredaran darah) atau intramuskular (otot). Hal ini bergantung dari limbah yang diuji. Pengujian yang dilakukan melalui oral biasanya disebabkan karena limbah yang masuk kedalam tubuh manusia secara tidak sengaja termakan. Sedangkan pengujian yang melalui peredaran darah dan otot diakibatkan limbah yang biasa terjadi melalui paparan kulit, misalnya limbah tersebut masuk dan dialami oleh para pekerja disekitar pabrik. Semua sampel yang akan digunakan sebagai pengujian terlebih dahulu telah dilakukan perawatan atau penjagaan terhadap kondisi lingkungannya. Agar tidak terjadi bias pada penelitian. Sehingga dapat diketahui kelainan pada sampel tersebut disebabkan oleh limbah atau oleh kondisi sampel sendiri. Biasanya dilakukan pengujian secara klinis. Seperti pengujian motorik dan saraf. Pengamatan dilakukan selama 14 minggu. Setelah limbah dimasukkan pengamatan dapat mulai dilakukan pengamatan secara fisik. Seperti jika pada mencit, hewan mengalami meriang, mengeluarkan air liur, atau mengalami pergerakan yang tidak normal. Hal ini dapat dikatakan bahwa hewan tersebut mengalami gangguan syaraf. Sedangkan gangguan otot dapat diketahui dari pergerakan mencit yang tidak bisa melompat. Parameter yang digunakan untuk pengujian pada limbah ada 30 parameter atau lebih. Sedangkan jika pengujian untuk obat ada 50 parameter atau lebih dan pengujian biasanya berlangsung lebih lama. Karena ada pengujian lebih lanjut. Pengujian pada sub akut, akut, dan kronis. Misal pada akut menyebabkan

kematian, sub akut menyebabkan hampir kematian. Sedangkan sub kronis menyebabkan gangguan pada internal organ. Pengamatan di lakukan selama 3-9 bulan. Hal yang diamati melalui berat, perubahan, histologi, dan patologi. Juga dilihat kemungkinan sifatnya generatif, tumor atau kanker. Kasus yang diterima oleh Laboratorium Toksikologi Pusarpedal hanya untuk paparan daya singkat atau uji pendugaan awal. Serta beberapa kasus umum yang terjadi secara massal di masyarakat. Contohnya jika ada kejadian massal akibat merembesnya limbah pada pabrik ke masyarakat sekitar. Pengujian terlebih dahulu dilakukan secara fisika, kimia, dan mikro. Setelah itu diketahui kandungannya baru untuk keberlamaan dilakukan pengujian di toksik yang mampu dilihat efek, gejala, dan prediksinya saat 2-3 tahun kemudian. Kemudian dibandingkan terhadap kejadian di lingkungan. Fasilitas yang ada di Laboratorium Toksikologi Pusarpedal diantaranya adalah ruang pengujian yang terpisah untuk pengujian LD50 dan LC50, sarana kulturisasi Daphnia, dan peralatan pembuatan preparat untuk uji histopatologi. C. Laboratorium Tanah dan Limbah Padat (B3) Laboratorium tanah dan limbah padat dapat melakukan pengujian karakteristik limbah B3 seperti uji korosif, mudah menyala, Toxicity Characyeristic Leached Procedure (TCLP) di dalam contoh uji cair dan padat. Selain pengujian karakteristik limbah B3 juga mampu menganalisa parameter-parameter lain, seperti pengujian konsentrasi total logam berat, Pestisida organoklorin dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs). 1. Logam Pengujian konsentrasi total logam berat adalah untuk mengukur jumlah logam yang terkandung di dalam tanah. Sedangkan Toxicity

Characyeristic Leached Procedure (TCLP) adalah untuk mengukur jumlah logam yang terdistribusi di lingkungan. Sampel yang terdapat pada laboratorium tanah dan limbah padat berupa: a. Tanah b. Limbah padat c. Sedimen

d. Sludge Instrumen yang digunakan dalam pengukuran logam pada laboratorium tanah dan limbah padat yaitu, a. AAS flame, untuk mengidentifikasi logan dalam skala ppm b. AAS furnes, untuk mengidentifikasi logam dalam skala ppb c. Mercury analyzer, untuk mengidentifikasi logam Hg Persiapan sampel: Sampel diawetkan menggunakan HNO3 pekat (65%). Untuk sampel total logam, preparasi sampel yaitu sampel langsung diawetkan. Sedangkan untuk sampel TCLP, preparasi sampelnya disaring dahulu baru diawetkan. Alat yang digunakan untuk preparasi sampel adalah Agigator yang berfungsi untuk agitasi, lamanya 18 jam. Sampel dan ekstrak disaring kemudian didestruksi, lalu diukur. 2. Organik a. Sampel yang diukur adalah POPs (Persistant Organic Pollutant). b. Preparasi alat dilakukan di lemari asam. c. Jumlah standar yang digunakan sangat sedikit, sehingga perlu menggunakan syringe (skala microliter). d. Menghindari/mengurangi penggunaan kertas dan tissue digunakan kertas saring. e. Alat-alat lain yang digunakan untuk preparasi sampel: 1) Oven: untuk pemanasan alat (panas max 50o C) 2) Sentrifuge 3) Furness: untuk mengaktifasi 4) Homogenizer f. Perawatan alat-alat gelas menggunakan hexane atau acetone untuk organik dan HNO3 10% untuk logam.

g. Setelah preparasi sampel selesai, sampel dibawa ke ruang instrumen AAS untuk diukur keberadaan logamnya. Sampel yang akan diidentifikasi menggunakan AAS wujudnya cair. h. Sumber nyala AAS flame adalah asetilen. Sedangkan AAS furnes sumbernya argon. i. Sumber cahaya AAS menggunakan lampu katoda, lampu katoda ini berbeda-beda tergantung logam yang akan diidentifikasi. j. AAS langsung terhubung ke komputer untuk pembacaan hasil analisis. k. Untuk Quality Control (QC) ditambahkan SRM ke dalam sampel untuk memeriksa apakah kurva yang dihasilkan baik atau tidak. D. Laboratorium Air dan Limbah Cair Laboratorium Air Pusarpedal KLH mempunyai kemampuan untuk melakukan pengambilan contoh uji air di lingkungan dan pengujian parameter-parameter lingkungan yang tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair dan Kriteria Mutu Air, sesuai dengan metoda Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar internasional seperti Standard Methods, US EPA, dan JIS. Pengujian parameter lingkungan tersebut adalah logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn, Mn, Co, Ni, Hg, Ag, Cr, Cr6+, Se, As, Fe, Mg, Ca, Na, K, Sb); non logam (pH, DHL, TDS, Salinitas, Clorin bebas, TSS, TS, Minyak Lemak, Nitrat, Nitrit, Amoniak, Amoniak bebas, Asiditas, Alkalinitas, Sulfat, Total Organic Carbon, BOD, COD, Oksigen Terlarut, Sianida, Ortho posphat, Total Pospat, Total Nitrogen, Sulfida, Kesadahan, Fenol, Bahan Organik, Fluorida, Deterjen, dan Klorida). Laboratorium Air Pusarpedal dilengkapi dengan peralatan seperti pH meter, DHLmeter, Turbidimeter, Spektrofotometer UV-VIS, Spektrofotometer Serapan Atom (Flame dan Graphite Furnace), TOC, ICP-MS dan Mercury Analyzer. 1. pH METER Sejarah pengukuran pH suatu larutan dengan menggunakan pH meter sistem elektrik dimulai pada tahun 1906 ketika Max Cremer dalam sebuah penelitiannya menemukan adanya interaksi dari aktivitas ion hidrogen yang dihubungkan dengan suatu sel akan menghasilkan tegangan listrik. Dia menggunakan gelembung kaca yang tipis yang diisi dengan suatu larutan dan dimasukan kedalam larutan yang lain dan ternyata

10

menghasilkan tegangan listrik. Gagasan ini kemudian dikembangkan oleh Firtz Haber dan Zygmunt Klemsiewcz yang menemukan bahwa tegangan yang dihasilkan oleh gelembung kaca tersebut merupakan suatu fungsi logaritmis. pH meter untuk penggunaan komersial pertama kali diproduksi oleh Radiometer pada tahun 1936 di Denmark dan Arnold Orville Beckman dari Amerika Serikat. Penemuan tersebut dilakukan ketika Beckman menjadi asisten professor kimia di California Institute of Technology, dia mengatakan untuk mendapatkan metoda yang cepat dan akurat untuk pengukuran asam dari jus lemon yang diproduksi oleh California Fruit Growers Exchange (Sunkist). Hasil penemuannya tersebut membawa dia untuk mendirikan Beckman Instruments Company (sekarang Beckman Coulter). Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. pH meter akan mengukur potensial listrik (pada gambar alirannya searah jarum jam) antara merkuri Cloride (HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan didalam gelas elekroda serta potensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya, oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang equivalen yang lainnya untuk menetapkan nilai dari pH. Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium chloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang mana terjadi kontak dengan mercury chloride (HgCl) diujung larutan KCl. Tabung

11

gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium.

Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung dengan gelembung kaca tipis yang. Didalamnya terdapat larutan KCl sebagai buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak klorida (AgCl2) dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk

meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat dibagian dalam elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperatur. Antara elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu kesatuan. 2. DHL METER DHL (Daya Hantar Listrik/Electrical Conductivity) meter ini menggunakan metoda Electrical Conductivity dalam pengukurannya. Prinsip kerja Electrical Conductivity adalah dua buah probe dihubungkan ke larutan yang akan diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal diharapkan bisa mengeluarkan output yang menunjukkan besar konduktifitas larutan tersebut, yang jika dikalikan dengan faktor konversi maka akan kita dapatkan nilai kualitas air tersebut dalam TDS atau PPM. Cara Kerja Analisa DHL a. Persiapan Analisa 1) Lakukan kalibrasi alat DHL-Meter dengan larutan KCl atau sesuai instruksi kerja alat DHL Meter. 2) Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar b. Analisa Contoh Uji Air 1) Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan aquades

12

2) Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali. 3) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai DHL meter menunjukkan pembacaan yang tetap. 4) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari DHL meter 3. Turbidimeter Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang paling langsung karena beberapa ukuran redaman (yaitu, pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air. Kekeruhan diukur dengan cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk. Kekeruhan di udara, yang menyebabkan redaman matahari, digunakan sebagai ukuran polusi. Untuk model redaman dari radiasi balok, beberapa parameter kekeruhan telah diperkenalkan, termasuk faktor kekeruhan Linke (TL). Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan untuk padatan transparan seperti kaca atau plastik. Dalam kabut produksi plastik didefinisikan sebagai persentase cahaya yang dibelokkan lebih dari 2,5 dari arah cahaya masuk. Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.

Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas

13

berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu: a. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang. b. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. c. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. E. Instrumen Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri

menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Prinsip kerja spektrofotometer UV-VIS adalah Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan

14

ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif. F. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya. 1. TOC Total Organic Carbon (TOC) adalah jumlah carbon yang

menempel/terkandung didalam senyawa organik dan digunakan sebagai salah satu indikator kwalitas air (air bersih maupun air limbah). Sebenarnya, carbon yang terkandung pada media terdiri dari dua jenis, yaitu Organic Carbon (OC) dan Inorganic Carbon (IC). Sistem

pengukuran carbon yang ada hingga saat ini adalah dengan cara merubah carbon menjadi CO2, baru kemudian mengukur kadar CO2

tersebut sebagai representasi dari kadar carbon yang ada. Yang diukur sebenarnya semua unsur carbon yang ada dalam sampel (total carbon/TC) tanpa membedakan apakah itu OC atau IC.

15

Terdapat dua cara pengukuran TOC, yaitu pengukuran secara langsung (direct measurement) dan pengukuran tidak langsung (indirect

measurement). Pada pengukuran langsung, mula-mula komponen IC dihilangkan terlebih dahulu dengan cara memberi senyawa asam ke sampel (acidification) kemudian gas hasil reaksi antara IC dan asam dibuang ke udara. Selanjutnya sampel yang sudah bersih dari komponen IC dioksidasi (Oxidation) untuk merubah Carbon menjadi CO2, lalu CO2 tersebut diukur sebagai NPOC (Non Purgeable Organic Carbon), yang adalah TOC. Sedangkan pada pengukuran tidak langsung, yang diukur adalah TC dan IC, kemudian mengurangkan IC dari TC untuk

mendapatkan TOC (TOC = TC-IC). Proses pengukuran tidak langsung adalah, mula-mula sampel dibagi menjadi 2 bagian. Setengah bagian pertama diberi senyawa asam, sehingga semua komponen IC bereaksi dengan asam tersebut untuk membentuk CO2. Setengah bagian kedua kemudian dioksidasi untuk merubah karbon menjadi CO2. CO2 hasil dari kedua proses tersebut kemudian diukur untuk mendapatkan IC dan TC. Secara umum, proses pengukuran TOC dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: a. Acidification Pada tahap ini, komponen IC dirubah kebentuk gas (CO2), kemudian gas ini dialirkan ke detektor untuk diukur (pada metoda tidak langsung) atau dibuang ke udara (pada metoda langsung). b. Oxidation Proses oksidasi carbon pada sampel menjadi CO2. Terdapat beberapa tipe oksidasi, yaitu: 1) High Temperature Combustion; 2) High temperature catalytic (HTCO) oxidation; 3) Photo-oxidation alone; 4) Photo-chemical oxidation; 5) Thermo-chemical

oxidation; dan 6) Electrolytic Oxidation. 1) High Temperature Combustion: Sampel dibakar/dipanaskan pada temperature 1,350oC. Pada kondisi ini, semua carbon yang ada diubah menjadi CO2, dialirkan melalui Scrubber untuk menghilangkan gas chlorine dan uap air, kemudian dialirkan ke

16

detektor detektor).

untuk

diukur

(umumnya

menggunakan

NDIR

2) HTCO: Sampel dimasukan kedalam katalis Platinum pada suhu 680oC, sehingga menghasilkan gas CO2, yang kemudian diukur oleh detektor (umumnya NDIR). 3) Photo-Oxidation (UV Light): Sinar UV digunakan untuk mengoksidasi karbon dalam sampel untuk menghasilkan CO2, kemudian CO2 ini dialirkan ke detektor untuk diukur. 4) Photo-Chemical Oxidation: Sinar UV dan Chemical (senyawa persulfate) digunakan untuk mengoksidasi karbon dalam sampel untuk menghasilkan CO2, kemudian CO2 ini dialirkan ke detektor untuk diukur. 5) Thermo-Chemical Oxidation: Metoda ini sering disebut juga sebagai Heated Persulfate, menggunakan senyawa Persulfate yang dipanaskan untuk mengoksidasi karbon sehingga

menghasilkan CO2. 6) Electrolytic Oxidation: Pada metoda ini, sampel dimasukan ke elekrolit sehingga komponen karbon dalam sampel dirubah menjadi gas CO2. c. Detection Ada 2 jenis detektor yang biasa digunakan, yaitu Conductivity dan Non-Dispersive Infrared (NDIR). 1) Conductivity: Prinsip kerjanya adalah mengukur conductivity sampel sebelum dan sesudah oksidasi, perbedaan kedua pengukuran tersebut sebanding dengan TOC yang ada di sampel. Bagaimana bisa? Penjelasannya adalah sebagai berikut: selama proses oksidasi akan terbentuk CO2 yang sebanding dengan TOC dalam sampel. Larutan CO2 akan membentuk asam lemah sehingga mengubah conductivity sampel. Jadi perbedaan conductivity tersebut sebanding dengan CO2 atau TOC dalam sampel. Ada dua jenis Conductivity detector, yaitu

17

Direct conductivity dan Membrane conductivity. Direct conductivity: lebih murah, sederhana, tidak menggunakan carrier gasses, baik untuk range ppb, range pengukurannya sempit. Sedangkan Membrane: lebih robust, range

pengukurannya lebih lebar. 2) NDIR: Tidak seperti pada Conductivity yang mengukur perbedaan conductivity, pada NDIR, kandungan CO2 diukur secara langsung. Detektor NDIR lebih presisi, range pengukurannya juga lebih lebar. 2. ICP-IMS Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip pengatomisasian utama ICP dalam penentuan elemen adalah memancarkan cahaya panjang

elemen

sehingga

gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan perkembangan teknik analisis. Sejak itu, ICP telah disempurnakan dan digunakan bersama-sama dengan prosedur preparasi sampel untuk beragam matriks untuk analisis kuantitatif. Berikut adalah penjelasan komponen, fungsi, cara kerja hingga menghasilkan data dari instrumentasi ICP dan aplikasinya dalam analisis sampel lingkungan. Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan mengatomisasi elemen dari energy ground state ke eksitasi state sambil memancarkan energy cahaya hv. Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut torch, paling sering dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of a radio frequency (r.f.) generator. Gas yang mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas di coil region menghasilkan electrically conductive. Pembentukan induksi plasma sangat bergantung pada kekuatan magnetic field dan pola yang mengikuti aliran gas. Perawatan plasma biasanya dengan inductive heating dari gas mengalir. Induksi dari

18

magnetic field yang yang menghasilkan frekuensi tinggi annular arus listrik di dalam konduktor. Yang mengakibatkan pemanasan dari konduktor akibat dari ohmic resistance. Untuk mencegah kemungkinan short-circuiting serta meltdown, plasma harus diisolasi dari lingkungan instrumen. Isolasi dapat dilakukan dengan aliran gas-gas melalui sistem. Tiga aliran gas melalui sistemouter gas, intermediate gas, dan inner atau carrier gas. outer gas biasanya gas Argon atau Nitrogen. Outer gas berfungsi untuk mempertahankan plasma, menjaga posisi plasma, dan osilasi panas plasma dari luar torch. Argon umumnya digunakan untuk intermediate gas dan inner atau carrier gas. Fungsi carrier gas adalah untuk membawa sampel ke plasma. ICP OES terdiri dari komponen berikut: a. Sampel introduction system (nebulizer) b. ICP torch c. High frequency generator d. Transfer optics and spectrometer e. Computer interface

Gambar Instrumen AAS

19

G. Instrumen GC-MS GC-MS merupakan sinonim dari Gas Chromatography-Mass Spectrometry atau Kromatografi Gas Spektrometri Massa (KG-SM). GCMS merupakan kombinasi dua teknik yang membentuk satu metode analisis campuran bahan kimia. Gas Chromatography (GC) bertugas memisahkan komponen-komponen campuran, kemudian Mass Spectrometry (MS) untuk mengidentifikasikan masing-masing secara individu. Dengan penggabungan kedua teknik ini mampu menghasilkan analisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengevaluasi larutan yang mengandung sejumlah bahan kimia. 1. Prinsip kerja GC-MS Prinsip kerja GC-MS adalah dengan menginjeksikan sampel yang telah dalam bentuk cairan ke injektor yang kemudian akan diuapkan. Sampel yang berbentuk uap didorong oleh gas pembawa menuju kolom untuk dipisahkan. Setelah terpisah, masing-masing komponen melalui kamar pengion akan ditembakkan oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh detektor dan menghasilkan spektrum massa, kemungkinan masalah yang ditimbulkan pada penggunaan GC-MS adalah ion molekul tidak nampak atau sangat lemah dan atau ion molekul nampak namun cukup membingungkan karena terdapat beberapa puncak yang sama atau menonjol. Hal ini dapat terjadi jika senyawa yang dianalisis kurang murni atau terdapat pengotor yang mengganggu analisis secara spektrometri massa. 2. Komponen Gas Chromatography-Mass Spectrometry a. Gas Chromatography (GC) Kromatografi digunakan secara umum untuk memisahkan campuran bahan kimia menjadi komponen individu. Setelah terpisahkan, komponen dapat dievaluasi secara individual. Pemisahan terjadi ketika campuran sampel disuntikkan ke fase gerak. Gas chromatography merupakan pemisahan senyawa yang mudah menguap dengan cara mengalirkan arus gas melalui fase diam. Fase gerak dalam gas chromatography berupa gas inert, yang biasa dipakai adalah gas hidrogen, helium dan nitrogen. Senyawa yang akan dianalisis disiapkan dan dikembangkan melalui kolom dengan bantuan gas sebagai fase gerak. Fase gerak yang digunakan disebut carrier gas (gas pembawa).

20

Campuran senyawa dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Setiap senyawa memiliki interaksi yang berbeda. Senyawa yang berinteraksi lebih cepat akan keluar lebih dulu dari kolom dan yang paling lambat akan keluar terakhir. Pada kromatografi gas terdapat suatu pengatur tekanan yang digunakan untuk menjaga tekanan yang masuk ke dalam kolom, sehingga diperoleh laju aliran gas yang tetap. Pada suhu tertentu, laju aliran gas yang tetap akan mengelusi komponen campuran pada waktu tertentu. Analisis dengan gas chromatography memerlukan hasil analisis dengan ketelitian tinggi perlu memperhatikan faktor suhu. Suhu yang perlu diperhatikan adalah suhu tempat injeksi, suhu kolom, dan suhu detektor. Ketiga suhu tersebut memiliki tugas yang berbeda dan peranan yang penting yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam pemisahan komponen. Untuk tempat penginjeksian perlu suhu yang panas agar sampel cepat menguap. Untuk suhu kolom juga harus tinggi agar analisis dapat berlangsung cepat. Suhu detektor juga harus cukup tinggi agar mencegah pengembunan sampel atau hasil samping yang terbentuk pada proses pengionan. Resolusi yang baik dapat dicapai dengan menurunkan suhu kolom, namun akan mempengaruhi waktu analisisnya. 1) Komponen gas chromatography a) Gas pembawa Gas pembawa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Lembam (inert), untuk mencegah reaksi dengan contoh atau pelarut (fase gerak) (2) Dapat meminimalkan difusi gas (3) Mudah didapat (4) Murni (5) Cocok atau sesuai dengan detektor yang akan digunakan. Kemurniaan gas pembawa yang sangat tinggi tiap detektor memberikan tuntutan yang berbeda. Aliran gas pembawa harus tetap selama operasional dan laju aliran gas sebelum masuk ke dalam kolom bersama uap sampel diatur oleh sebuah pengatur tekanan yang dilengkapi meter penunjuk kecepatan aliran gas pembawa.

21

b) Gerbang suntik Sampel yang dianalisis dengan kromatografi gas merupakan suatu larutan yang mudah diuapkan. Sampel dalam bentuk cair diinjeksikan ke dalam gerbang suntik dengan perantara sebuah jarum mikro. Volume larutan sampel yang disuntikkan bervariasi 0,01 L untuk kolom kapiler atau 1-20 L untuk kolom terpaking. Program temperatur pada gerbang suntik merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan. Umumnya temperatur diatur sampai 50oC di atas titik didih komponen yang dianalisis. Penyuntikkan diperlukan sedikit penekanan pada saat menembuskan jarum suntik. Proses penyuntikkan juga harus diperhatikan. Karena jika terdapat udara dalam suntik mikro yang digunakan akan merusak pendeteksian fragmen yang terbentuk. Selain itu, larutan yang digunakan juga harus terbebas dari padatan. Sehingga mudah dalam pendeteksian dan tidak merusak kolom maupun microsyringe. c) Thermostat oven Suhu kolom pada gas chromatography perlu dilakukan pengaturan. Hal ini disebabkan karena pemisahan fisik komponenkomponen terjadi di dalam kolom yang sangat dipengaruhi oleh temperatur oven. Untuk mengatur suhu menggunakan thermostat oven. Cara mengaturnya ada dua, yaitu dengan isothermal, suhu diatur tetap selama analisis berlangsung dan dengan programmed temperature, suhu diatur naik secara teratur selama rentang waktu analisis. Cara yang kedua memiliki keuntungan, antara lain resolusi kromatogram bertambah baik, efisiensi kolom meningkat, dan mempertajam analisis. Thermostat dalam sebuah kromatogram ada tiga macam fungsinya, yaitu untuk mengatur suhu secara terpisah pada gerbang suntik, pada oven dan pada detektor. d) Kolom Proses pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam kolom. Keberhasilan dan kegagalan suatu pemisahan sebagian

22

besar tergantung pada kolom. Maka dari itu kolom merupakan bagian terpenting dalam gas chromatography. Ada dua jenis kolom yang ada, yaitu kolom kapiler dan kolom kemas. Kolom kapiler adalah tabung terbuka bergaris tengah sangat kecil yang pada dindingnya terdapat lapisan cairan tipis. Kolom kemas terbuat dari bahan padat inert yang menyangga lapisan tipis cairan tak menguap. Dalam penggunaannya, kolom kapiler lebih sering dipilih karena kemampuan resolusinya sangat besar

dibandingkan dengan kolom kemas. e) Detektor Detektor pada kromatograf adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Intinya detektor termasuk diferensial dalam arti respon yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linear dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang terelusi. Ciri detektor yang dikehendaki adalah kepekaannya tinggi, kelinearan tanggapannya lebar, tanggap terhadap semua jenis senyawa, kuat, tidak peka terhadap perubahan aliran, suhu, dan harganya murah. f) Interface (Penghubung antar muka) Interface adalah bagian yang menghubungkan antara

kromatografi gas dengan spektometer massa pada kondisi hampa udara yang tinggi. Tujuan utama dari interface adalah menghilangkan gas pembawa tanpa menghilangkan analit. Interface dikatakan ideal jika mampu memindahkan analit secara kuantitatif, mengurangi tekanan, dan laju alir ke suatu tingkat yang dapat ditangani oleh spektrum massa. b. Mass spectrometry Mass spectrometry atau spektrometer massa adalah suatu instrumen yang dapat menyeleksi molekul-melekul gas bermuatan berdasarkan massanya atau beratnya. Spektrometer massa minimal terdiri dari tempat menginjeksikan sampel, ruangan pengion, pengumpul ion, penguat sinyal, dan pencatat. Sampel yang telah ditembakkan arus partikel berenergi tinggi menghasilkan ion kelebihan energi yang bisa terpecah dan tidak bisa terpecah.

23

Ion positif menuju tabung analisator, partikel-partikel ini dibelokkan oleh medan magnet sehingga lintasannya melengkung. Dalam spektrometer massa hanya ion-ion positif yang terdeteksi dan ditampilkan sebagai tabel atau grafik yang memuat puncak m/z

(massa/muatan) ion-ion yang intensitasnya tergantung pada kelimpahan relatif ion tersebut. Sedangkan terpecahnya ion menjadi fragmen-fragmen tergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional. Grafik yang dihasilkan disebut spektrum massa. c. Pengolah data Spektrum massa yang dihasilkan oleh senyawa kimia tertentu pada dasarnya adalah sama setiap kali. Maka dari itu spektrum massa pada dasarnya adalah sidik jari bagi molekul. Sidik jari ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa, komputer pada GC-MS dilengkapi dengan library of spectra yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahan kimia yang tidak dapat diketahui dalam campuran sampel. Library membandingkan spektrum massa dari komponen sampel dengan spektrum massa dari library dan dilengkapi dengan kemungkinan statistik (% kemiripan). Identifikasi analiti dinyatakan dengan komputer menilai persen kemiripan keduanya di atas 95%. Library of spectra yang terdapat pada komputer dikenal sebagai Standard Library Spectra. Standard Library Spectra berisi kumpulan data analisis SRM (Standard Reference Material) yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasikan spektrum sampel yang dihasilkan.

24

Gambar Instrumen GC-MS

PENUTUP
Lingkungan perlu dilestarikan supaya dapat diperoleh keadaan yang seimbang antara manusia. Selain itu manusia juga harus menjaga keseimbangan bukan hanya antar makhluk hidup, akan tetapi juga terhadap alam dan lingkungan sekitar. Agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu manusia harus terus mendukung pelestarian dan memperhatikan keseimbangan alam. Dengan salah satunya terus berinovasi dan melakukan pengendalian agar tidak ada dampak buruk yang terjadi pada lingkungan yang bisa berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup. Dengan pemberian dampak positif pada lingkungan. Makhluk hidup terutama manusia akan memperoleh banyak manfaat dan sumber energi untuk kebutuhan hidup dan pencegahan terhadap berbagai macam penyakit serta bencana alam yang mungkin terjadi. Demikianlah makalah yang kami buat. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami penulis dan para pembaca sekalian. Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Kritik dan saran kami harapkan untuk meningkatkan kualitas makalah selanjutnya. Sekian penutup dari kami dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

25

You might also like