You are on page 1of 53

TUGAS AKHIR

ANALISIS DAERAH CAKUPAN SEL JARINGAN


UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SERVICE
(UMTS) DITINJAU DARI ARAH UPLINK
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Oleh
ADHITYA TRI ANANDA NASUTION
NIM : 030402054
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
ANALISIS DAERAH CAKUPAN SEL JARINGAN UNIVERSAL MOBILE
TELECOMMUNICATION SERVICE (UMTS) DITINJAU DARI ARAH
UPLINK
Oleh:
ADHITYA TRI ANANDA NASUTION
NIM : 030402054
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Teknik Elektro
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Ir. M. NATSIR AMIN, MM
NIP : 130365317
Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Ir. NASRUL ABDI, MT
NIP : 131459555
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
i
ABSTRAK
Daya transmisi user equipment (UE) yang terbatas, rugi propagasi dan
interferensi yang dialami sinyal informasi dapat mempengaruhi level daya terima
minimal yang diinginkan pada Node B (pada jaringan UMTS, Node B merujuk pada
Base Transceiver Station sedangkan UE merujuk pada Mobile Station). Jika batas
daya terima minimal tidak terpenuhi maka sinyal informasi tidak dapat dideteksi oleh
Node B dan komunikasi tidak akan dapat dilakukan.
Analisis daerah cakupan sel dilakukan dengan menghitung rugi propagasi
maksimal yang diizinkan (maximum allowable pathloss) untuk jumlah pelanggan
aktif dalam sel dan faktor penyebaran yang bervariasi. Dengan menggunakan nilai
rugi propagasi tersebut dapat diperkirakan jarak maksimal yang dizinkan antara UE
dengan Node B. Jarak tersebut menjadi perkiraan daerah cakupan satu sel jaringan
UMTS.
Dari analisis diketahui bahwa semakin banyak pelanggan aktif dalam satu sel
menyebabkan jarak maksimal antara UE dengan Node B akan semakin dekat dan
semakin besar faktor penyebaran yang digunakan dalam transmisi sinyal informasi
menyebabkan jarak maksimal antara UE dengan Node B akan semakin jauh.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, dengan
judul Analisis Daerah Cakupan Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication
Services (UMTS) Ditinjau Dari Arah Uplink.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Selama masa perkuliahan, Penulis banyak menerima bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibunda (Almh) Fifin Hayati Harahap dan Ayahanda Hasanuddin Nasution yang
tidak terhitung cinta dan kasih sayangnya, yang telah mendidik, membimbing,
mendukung dan selalu mendoakan Penulis.
2. Kakanda Adriansyah Nasution, SE, Fadlin Hardian Nasution, SE dan Adinda
Dewinta Handayani Nasution yang selalu memberikan dukungan dan
menanyakan kapan Penulis wisuda.
3. Bapak Ir. M. Natsir Amin, MM selaku Dosen Pembimbing tugas akhir Penulis
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT dan Bapak Rachmad Fauzi, ST, MT selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen Teknik Elektro FT USU.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
iii
5. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnain, selaku Dosen Wali Penulis yang senantiasa
memberikan bimbingan selama perkuliahan.
6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Elektro FT USU.
7. Teman-teman angkatan 2003; Soli (terima kasih atas pinjaman laptop-nya), Jamil
(terima kasih atas pinjaman printer-nya), Gusti, Bayu, Tedy, Aan, Tigor, Dika,
Emil, Ewin, Paniel, Johan, Widi, Nora, Kotul, Ardi, Mualim, Boby, Eno, Horas,
Gea dan teman-teman lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
8. Abang-abang senior dan adik-adik junior Teknik Elektro FT USU yang telah
menemani dan memberikan bantuan pada Penulis selama menjalani perkuliahan.
9. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Namun Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Medan, Maret 2009
Penulis,
Adhitya Tri Ananda Nasution
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL........................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 6
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 7
1.5 Metode Penulisan.............................................................................................. 8
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 9
BAB II UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SERVICES.................... 11
2.1 WCDMA.......................................................................................................... 11
2.1.1 Alokasi Pita Frekuensi Untuk WCDMA .................................................. 11
2.1.2 Skema Akses Jamak.................................................................................. 12
2.1.3 Transmisi Spektrum Tersebar ................................................................... 15
2.1.4 Proses Penyebaran pada WCDMA........................................................... 20
2.1.5 Kanal Data Fisik Dan Kanal Kontrol Fisik (Physical Data Channel And
Physical Control Channel)................................................................................ 22
2.1.5.1 DPDCH dan DPCCH Pada Arah Uplink ........................................... 23
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
2
2.1.5.2 DPDCH dan DPCCH Pada Arah Downlink....................................... 24
2.1.6 Kontrol Daya (Power Control) ................................................................. 25
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO DAN ANALISIS DAERAH
CAKUPAN SEL JARINGAN UMTS....................................................................... 27
3.1 Propagasi Ruang Bebas (Free Space Propagation)......................................... 27
3.2 Pantulan, Pembelokan dan Hamburan (Reflection, Diffraction and Scattering)
................................................................................................................................ 28
3.3 Model Propagasi Radio COST 231 Hata ......................................................... 30
3.4 Analisis Daerah Cakupan Sel Jaringan UMTS................................................ 32
BAB IV PERHITUNGAN DAERAH CAKUPAN SATU SEL PADA JARINGAN
UMTS......................................................................................................................... 37
4.1 Perhitungan Batas Maksimal Jumlah Pelanggan Aktif Dalam Satu Sel .......... 37
4.2 Perhitungan Jarak Maksimal Antara UE Dengan Node B............................... 39
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 43
5.2 Saran................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 44
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Laju data DPDCH (uplink) ........................................................................ 24
Tabel 2.2 Laju data DPDCH (downlink).................................................................... 25
Tabel 4.1 Parameter perhitungan batas maksimal jumlah pelanggan aktif................ 37
Tabel 4.2 Parameter perhitungan jarak maksimal antara UE dengan Node B........... 39
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alokasi frekuensi 2 GHz........................................................................ 12
Gambar 2.2 Skema akses jamak FDMA................................................................... 13
Gambar 2.3 Skema akses jamak TDMA.................................................................... 14
Gambar 2.4 Skema akses jamak CDMA.................................................................... 14
Gambar 2.5 Proses spreading .................................................................................... 15
Gambar 2.6 Proses despreading................................................................................. 15
Gambar 2.7 Proses penyebaran pada pelanggan jamak ............................................. 16
Gambar 2.8 Perolehan kembali sinyal pelanggan...................................................... 18
Gambar 2.9 Sinyal pelanggan tidak dapat diperoleh kembali.................................... 18
Gambar 2.10 Sinyal spektrum tersebar lebih tahan terhadap derau........................... 20
Gambar 2.11 Dua tahap penyebaran pada WCDMA................................................. 21
Gambar 2.12 Pengunaan kode PN dan OVSF ........................................................... 21
Gambar 2.13 Struktur frame DPDCH dan DPCCH pada arah uplink ....................... 23
Gambar 2.14 Struktur frame DPDCH dan DPCCH pada arah downlink................... 24
Gambar 2.15 Fenomena near-far-effect dan aplikasi kontrol daya pada arah uplink 26
Gambar 3.1 Propagasi Line-of-sight (LOS) ............................................................... 27
Gambar 3.2 Pemantulan gelombang radio................................................................. 29
Gambar 3.3 Pembelokan gelombang radio................................................................ 29
Gambar 3.4 Hamburan gelombang radio................................................................... 30
Gambar 3.5 Sel jaringan UMTS ................................................................................ 32
Gambar 3.6 Daya terima pada Node B setelah proses despreading .......................... 33
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
5
Gambar 4.1 Grafik jumlah maksimal pelanggan dalam satu sel jaringan UMTS
sebagai fungsi dari faktor layanan.............................................................................. 38
Gambar 4.2 Grafik daerah cakupan sel sebagai fungsi dari jumlah pelanggan dengan
faktor penyebaran yang bervariasi (daerah suburban) ............................................... 41
Gambar 4.3 Grafik daerah cakupan sel sebagai fungsi dari jumlah pelanggan dengan
faktor penyebaran yang bervariasi (daerah urban)..................................................... 42
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
6
BAB I
PENDAHULUAN
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, metode dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Sinyal informasi yang diterima pada Node B mengalami proses penyebaran
kembali (despreading). Daya sinyal informasi setelah proses penyebaran kembali
harus memenuhi batas minimal daya terima yang diinginkan pada Node B. Ketika
level daya sinyal informasi tidak memenuhi batas tersebut maka sinyal informasi
tidak dapat diperoleh kembali dan proses komunikasi tidak akan dapat dilakukan.
Level daya sinyal informasi yang diterima pada Node B dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya interferensi antar sinyal pelanggan dan rugi propagasi
yang dialami sinyal informasi. Jika interferensi antar sinyal pelanggan bergantung
pada jumlah pelanggan aktif dalam sel tersebut dan kode penebar yang digunakan
dalam transmisi sinyal informasi maka rugi propagasi bergantung pada daerah
propagasi sinyal dan jarak antara UE dngan Node B.
Oleh karena itu, Penulis memandang perlu adanya analisis hubungan antara
kode penebar yang digunakan dalam transmisi sinyal informasi dengan jumlah
pelanggan aktif dalam satu sel serta hubungannya dengan rugi propagasi dan jarak
maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
7
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara kode penebar yang digunakan dalam transmisi
sinyal informasi dengan jumlah pelanggan aktif dalam satu sel.
2. Bagaimana hubungan antara kode penebar, jumlah pelanggan aktif dengan
rugi propagasi maksimal yang dizinkan pada sistem jika daya transmisi UE
maksimal (konstan).
3. Berapa perkiraan jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara kode penebar yang digunakan dalam
transmisi sinyal informasi dengan jumlah pelanggan aktif dalam satu sel.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kode penebar, jumlah pelanggan aktif
dengan rugi propagasi maksimal yang diizinkan pada sistem jika daya
transmisi UE maksimal (konstan).
3. Untuk mengetahui perkiraan jarak maksimal yang diizinkan antara UE
dengan Node B.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah:
1. Tidak membahas teknik akses jamak radio WCDMA secara mendalam.
2. Tidak membahas masalah mobilitas dan handover.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
8
3. Tidak membahas propagasi gelombang radio secara mendalam.
4. Tidak membahas masalah fading secara mendalam.
5. Hanya membahas coverage sel ditinjau dari arah uplink dan tidak membahas
coverage sel jika ditinjau dari arah downlink.
6. Pada analisis diasumsikan kasus layanan tunggal (single service case).
7. Pada analisis diasumsikan kontrol daya sempurna (perfect power control).
8. Analisis daerah cakupan sel jaringan UMTS dilakukan dengan menghitung
rugi propagasi maksimal yang diizinkan pada sistem kemudian dari nilai rugi
propagasi ini dapat diperkirakan jarak maksimal yang diizinkan antara UE
dengan Node B.
9. Hanya menggunakan model propagasi COST 231 Hata dan tidak
menggunakan model propagasi radio yang lain.
1.5 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Studi literatur dengan mempelajari prinsip-prinsip dasar jaringan UMTS
melalui buku dan jurnal serta bimbingan mengenai topik tugas akhir ini
dengan dosen pembimbing.
2. Menganalisis hasil perhitungan dari data yang diambil dari beberapa referensi
yang digunakan.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
9
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap tugas akhir ini maka penulis
menyusun sitematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, metode dan sistematika penulisan.
BAB II UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SERVICES
Bab ini menjelaskan latar belakang, alokasi pita frekuensi, prinsip-prinsip
dasar WCDMA.
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO DAN ANALISIS COVERAGE SEL
JARINGAN UMTS
Bab ini menjelaskan propagasi gelombang radio, model propagasi radio
yang digunakan pada tugas akhir ini dan analisis daerah cakupan sel
jaringan UMTS.
BAB IV PERHITUNGAN COVERAGE SATU SEL PADA JARINGAN UMTS
Pembahasan pada bab ini meliputi perhitungan batas maksimal jumlah
pelanggan aktif pada satu sel dengan faktor penyebaran yang bervariasi,
perhitungan rugi propagasi maksimal antara pelanggan dengan Node B jika
daya transmisi pelanggan maksimal (konstan) serta perkiraan jarak
maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
10
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan babbab sebelumnya
dan saran-saran serta beberapa kemungkinan pengembangan dan
penyempurnaan tugas akhir ini.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
11
BAB II
UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SERVICES
Universal Mobile Telecommunication Services (UMTS) merupakan sistem
komunikasi selular generasi ketiga (3G) yang merupakan ekstensi dari Global System
for Mobile communication (GSM).
2.1 WCDMA
Sistem UMTS menggunakan skema akses jamak Wideband Code Division
Multiple access (WCDMA). Sinyal informasi ditransmisikan dengan lebar pita yang
jauh lebih besar.
2.1.1 Alokasi Pita Frekuensi Untuk WCDMA
Pembangunan sistem 3G telah dimulai ketika WARC (World Administrative
Radio Conference) dari badan ITU (International Telecommunications Union)
mengadakan pertemuan pada tahun 1992. Pada pertemuan itu diperkenalkan
penggunaan frekuensi 2 GHz untuk sistem komunikasi 3G, baik untuk komunikasi
terestrial maupun komunikasi satelit. Oleh ITU, konsep ini disebut dengan IMT-2000
(International Mobile Telephony 2000). Tujuan utama dari IMT-2000 adalah sistem
generasi ketiga yang bersifat global. WCDMA dipilih sebagai skema akses jamak
radio untuk IMT 2000.
Ada dua mode WCDMA yaitu frequency division duplex (FDD) dan time
division duplex (TDD). WCDMA FDD menggunakan frekuensi 1920-1980 MHz
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
12
untuk uplink dan frekuensi 2110-2170 MHz untuk downlink sedangkan WCDMA
TDD menggunakan frekuensi 1900-1920 MHz untuk uplink dan frekuensi 2010-
2025 MHz untuk downlink.
Gambar 2.1 Alokasi frekuensi 2 GHz
Gambar 2.1 memperlihatkan Alokasi frekuensi 2 GHz pada beberapa negara.
Di negara-negara Amerika Utara frekuensi 2 GHz dimana oleh WARC-92
dialokasikan untuk sistem IMT-2000 telah digunakan untuk sistem PCS (Personal
Communication System). Tidak ada spektrum baru yang tersedia untuk IMT-2000.
Sistem 3G diimplementasikan bersamaan dengan sistem yang telah memakai pita
frekuensi tersebut. Hal ini juga dialami oleh beberapa negara yang mengikuti alokasi
pita frekuensi PCS seperti di Amerika.
2.1.2 Skema Akses Jamak
Pita frekuensi radio merupakan media terbatas yang memerlukan pengaturan
dalam pemakaiannya. Pada sistem komunikasi selular digunakan beberapa skema
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
13
yang berbeda agar pelanggan yang banyak dapat mengakses spektrum radio tertentu
dalam waktu yang bersamaan. Beberapa skema akses jamak yang digunakan pada
sistem komunikasi selular diantaranya [6]:
1. frequency-division multiple access (FDMA)
2. time-division multiple access (TDMA)
3. code-division multiple access (CDMA)
Pada sistem FDMA spektrum radio yang tersedia dibagi menjadi beberapa
kanal frekuensi. Dua kanal frekuensi dialokasikan untuk setiap pelanggan, satu untuk
komunikasi arah uplink dan sisanya untuk komunikasi arah downlink. Alokasi kanal
frekuensi bersifat eksklusif, tidak ada pelanggan lain yang menggunakan kanal
frekuensi yang sama pada waktu yang bersamaan.
Gambar 2.2 Skema akses jamak FDMA
Pada sistem TDMA lebar pita yang tersedia digunakan oleh satu pelanggan
tetapi hanya pada satu periode waktu yang singkat. Kanal frekuensi dibagi ke dalam
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
14
beberapa slot waktu. Satu pelanggan menggunakan satu slot waktu yang sama secara
periodik.
Gambar 2.3 Skema akses jamak TDMA
Pada sistem CDMA semua pelanggan menempati seluruh lebar pita yang
tersedia secara bersamaan tanpa adanya penerapan pembagian waktu. Sinyal
pelanggan satu sama lain dipisahkan dengan menggunakan suatu kode khusus (kode
penebar).
Gambar 2.4 Skema akses jamak CDMA
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
15
2.1.3 Transmisi Spektrum Tersebar
Transmisi spektrum tersebar adalah suatu teknik dimana sinyal pelanggan
diubah bentuknya sehingga membutuhkan lebar pita yang lebih besar dari yang
dibutuhkan sinyal awal. Pada transmisi spektrum tersebar terjadi proses spreading
dan despreading.
Gambar 2.5 Proses spreading
Pada Gambar 2.5 diperlihatkan proses penyebaran sinyal pada pengirim
(spreading). Sebelum ditransmisikan simbol-simbol data dikalikan (operasi XOR)
dengan kode penebar (spreading code) untuk mendapatkan sinyal spektrum tersebar.
Gambar 2.6 Proses despreading
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
16
Pada Gambar 2.6 diperlihatkan proses penyebaran pada penerima
(despreading). Sinyal tersebar yang diterima dikalikan kembali dengan kode penebar
yang sama untuk memperoleh kembali sinyal informasi.
Deretan bit pada kode penebar disebut dengan chips, bertujuan untuk
membedakannya dengan deretan bit simbol data. Perbandingan antara laju chip
dengan laju simbol data disebut dengan faktor penyebaran (spreading factor) SF.
Faktor penyebaran juga dapat diartikan sebagai perbandingan antara lebar pita sinyal
tersebar dengan lebar pita sinyal awal sebelum proses penyebaran.
Gambar 2.7 Proses penyebaran pada pelanggan jamak
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
17
Pada Gambar 2.7 diperlihatkan proses penyebaran pada pelanggan jamak.
Jika diasumsikan aliran data dari masing-masing pelanggan adalah s
i
(t) dan kode
penebar masing-masing pelanggan adalah C
i
(t) maka sinyal transmisi pelanggan v
i
(t)
sesuai dengan persamaan (2.1) [5].
v
i
(t) = s
i
(t)*C
i
(t) (2.1)
Jika derau kanal diabaikan maka sinyal terima pada sistem r(t) sesuai dengan
persamaan (2.2) [5].

N
i
i i
t C t s t r
1
) ( * ) ( ) ( (2.2)
Dimana N adalah jumlah pelanggan pada sistem (pada Gambar 2.7 ada dua
pelanggan). Jika r(t) dikalikan dengan kode penebar C
i
(t) dari pelanggan 1, hasil
keluaran sesuai dengan persamaan (2.3).


N
i
i i
t C t s t C t r t C t r
1
1 1 1
) ( * ) ( * ) ( ) ( * ) ( ) (
) ( * ) ( * ) ( ) ( * ) ( * ) ( ) (
1 2 2 1 1 1 1
t C t C t s t C t C t s t r (2.3)
Karena korelasi silang antara C
1
(t) dan C
2
(t) sangat kecil, keluaran dari
integrator untuk suku kedua adalah nol. Keluaran integrator untuk suku pertama
adalah s
i
(t), hal ini dikarenakan
1 ) ( * ) (
1 1
t C t C
Daya sinyal transmisi yang tersebar pada seluruh pita frekuensi yang
dialokasikan menyebabkan rapat dayanya menjadi lebih kecil. Ketika sinyal pita
lebar yang bercampur dikalikan dengan kode penebar tertentu hanya sinyal
pelanggan yang bersesuaian yang mengalami proses penyebaran kembali. Sinyal
hasil proses penyebaran kembali lebar pitanya menjadi lebih sempit.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
18
Gambar 2.8 Perolehan kembali sinyal pelanggan
Pada Gambar 2.8 diperlihatkan bahwa pelanggan A mengalami proses
despreading. Sinyal pelanggan A dapat diperoleh kembali karena daya dari sinyal
setelah mengalami proses penyebaran kembali C lebih besar dari daya interferensi I.
Gambar 2.9 Sinyal pelanggan tidak dapat diperoleh kembali
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
19
Pada Gambar 2.9 diperlihatkan bahwa pelanggan A mengalami proses
despreading tetapi sinyal pelanggan A tidak dapat diperoleh kembali. Hal ini
dikarenakan daya dari sinyal setelah mengalami proses penyebaran kembali tidak
lebih besar dari interferensi yang dialami sinyal pelanggan A.
Penggunaan transmisi spektrum tersebar memiliki beberapa keuntungan
diantaraanya [6]:
1. Penggunaan kode-kode penebar yang saling orthogonal memberikan
kemampuan akses jamak pada sistem.
2. Proteksi terhadap interferensi kanal jamak (multipath interference). Kanal
jamak disebabkan adanya komponen pantulan (reflection) dan komponen
pembelokan (diffraction) dari sinyal informasi. Komponen dari sinyal
informasi dapat saling menginterferensi. Sinyal spektrum tersebar tahan
terhadap interferensi apabila kode penebar memiliki sifat otokorelasi yang
baik.
3. Tahan terhadap jamming. Karena rapat daya lebih rendah dan tersebar pada
pita frekuensi, sinyal informasi sulit untuk diganggu.
4. Meningkatkan privasi. Diperlukan sinkronisasi dan kode penebar yang sesuai
untuk memperoleh kembali sinyal informasi.
5. Lebih tahan terhadap derau. Pada proses penyebaran kembali di sisi
penerima, derau mengalami penyebaran seperti diperlihatkan pada Gambar
2.10. Sinyal informasi dapat diperoleh kembali dengan catatan level daya
derau jauh lebih kecil dibandingkan dengan level daya sinyal informasi.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
20
Gambar 2.10 Sinyal spektrum tersebar lebih tahan terhadap derau
2.1.4 Proses Penyebaran pada WCDMA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, sistem berbasis spektrum tersebar
menggunakan kode penebar untuk membedakan satu pelanggan dengan pelanggan
yang lain. Namun pada kenyataanya akan ada banyak aliran data secara simultan dari
masing-masing pelanggan yang aktif dan akan ada banyak aliran data secara simultan
dari satu Node B. Oleh karena itu, tidak hanya pemisahan pelanggan atau Node B
saja yang penting tetapi juga harus dilakukan pemisahan aliran-aliran data simultan
dari satu pelanggan atau Node B.
Pada WCDMA proses penyebaran dilakukan dalam dua tahap, yaitu
channelization dan scrambling [5] ,[6], [8]. Pada proses channelization aliran data
masing-masing pelanggan disebarkan dengan menggunakan channelization codes
dengan laju chips 3,84 Mcps. Kemudian dilakukan proses scrambling dengan
menggunakan kode pseudonoise (PN). Channelization menyebarkan aliran data
pelanggan sehingga menyebabkan dibutuhkannya lebar pita yang lebih besar. Karena
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
21
proses scrambling menggunakan laju chips yang sama dengan proses channelization
maka proses ini tidak lagi menambah lebar pita sinyal tersebar [5], [8].
Gambar 2.11 Dua tahap penyebaran pada WCDMA
Secara sederhana proses penyebaran WCDMA diperlihatkan pada Gambar
2.11. Seluruh aliran data dari satu pelanggan atau BTS disebarkan dengan
menggunakan beberapa channelization codes tertentu. Aliran-aliran data ini
kemudian di jumlahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses scrambling.
Gambar 2.12 Pengunaan kode PN dan OVSF
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
22
Pada Gambar 2.12 dapat dilihat aplikasi kode PN dan Kode OVSF pada
WCDMA yang memiliki fungsi berbeda pada transmisi uplink dan downlink. Pada
arah uplink kode PN digunakan oleh Node B untuk mengidentifikasi pelanggan yang
berbeda. Seteleh proses sinkronisasi selesai berbagai jenis layanan yang berasal dari
satu pelanggan dipisahkan dengan menggunakan kode OVSF. Pada arah downlink
kode PN digunakan oleh pelanggan untuk menandai Node B. Setiap Node B
mempunyai kode PN primer dan kode ini digunakan oleh pelanggan untuk
membedakan satu Node B dengan Node B yang lain. Selanjutnya kode OVSF
digunakan pelanggan pada proses penyebaran kembali untuk memperoleh sinyal
informasi.
2.1.5 Kanal Data Fisik Dan Kanal Kontrol Fisik (Physical Data Channel And
Physical Control Channel)
WCDMA dirancang untuk memberikan fleksibilitas pentransmisian data
pelanggan melalui antarmuka radio. Sebagai contoh, laju data dapat bervariasi untuk
setiap masing-masing frame (setiap 10 ms). Seorang pelanggan dapat mengirim dan
menerima paket data ketika sedang melakukan panggilan. Ketika mengirimkan
informasi, kanal kontrol fisik (physical control channel) dikombinasikan dengan
kanal data fisik (physical data channel). Walaupun kanal data fisik membawa
informasi pelanggan, kanal kontrol fisik diperlukan untuk membawa informasi
pendukung agar interpretasi data pada kanal data fisik yang bersangkutan dapat
dilakukan dengan benar.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
23
2.1.5.1 DPDCH dan DPCCH Pada Arah Uplink
Dedicated Physical Data Channel (DPDCH) dan Dedicated Physical Control
Channel (CPCCH) pada arah uplink ditransmisikan secara paralel. Struktur DPDCH
dan DPCCH diperlihatkan pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Struktur frame DPDCH dan DPCCH pada arah uplink
Frame DPDCH membawa informasi dari pelanggan. DPCCH selalu
menggunakan faktor penyebaran 256. Setiap slot berisi 10 bit informasi DPCCH
yang terdiri atas bit pilot, bit Transport Format Combination Indicator (TFCI), bit
Feedback Indicator (FBI) dan bit Transmit Power Control (TPC).
Bit informasi pilot digunakan untuk perkiraan kanal dan sinkronisasi frame.
Bit TFCI memberitahukan laju bit dan pengkodean kanal untuk DPDCH. Bit TFCI
juga digunakan untuk memberitahukan format setiap kanal transport yang dibawa
CCTrCH. Bit FBI membawa informasi yang berhubungan dengan transmit diversity
pada Node B. WCDMA mendukung downlink transmit diversity dimana dua antena
digunakan untuk transmisi downlink. Pada transmit diversity daya atau fasa dari satu
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
24
antena berbeda dengan antena yang lain. Bit FBI digunakan untuk menginstruksikan
Node B untuk mengganti fasa atau daya yang digunakan. Bit TPC digunakan untuk
informasi kontrol daya (power control).
Tabel 2.1 memperlihatkan laju data maksimal kanal DPDCH pada arah uplink
dengan faktor penyebaran yang bervariasi.
Tabel 2.1 Laju data DPDCH (uplink)
Faktor penyebaran
DPDCH
Laju bit kanal
DPDCH (kbps)
Laju data maksimal dengan laju
pengkodean (kbps)
256 15 7,5
128 30 15
64 60 30
32 120 60
16 240 120
8 480 240
4 960 480
4, dengan 6 kode 5740 2.800
2.1.5.2 DPDCH dan DPCCH Pada Arah Downlink
Pada Gambar 2.14 diperlihatkan struktur frame DPDCH dan DPCCH pada
arah downlink.
Gambar 2.14 Struktur frame DPDCH dan DPCCH pada arah downlink
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
25
Frame DPDCH dan DPCCH tidak ditransmisikan secara terpisah melainkan
ditransmisikan secara time-multiplexed. Setiap slot pada frame terdapat dua DPDCH
dan tiga DPCCH. Fungsi bit-bit DPCCH pada arah downlink sama dengan fungsi bit-
bit DPCCH pada arah uplink.
Laju data DPDCH arah downlink untuk faktor penyebaran yang bervariasi
diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Laju data DPDCH (downlink)
Faktor
penyebaran
Laju simbol
kanal (kbps)
Laju bit
kanal
(kbps)
Laju bit
DPDCH
(kbps)
Laju data maksimal
dengan laju
pengkodean
512 7,5 15 3 6 1 3 kbps
256 15 30 12 24 6 12 kbps
128 30 60 42 51 20 24 kbps
64 60 120 90 45 kbps
32 120 240 210 105 kbps
16 240 480 432 215 kbps
8 480 960 912 456 kbps
4 960 1920 1872 936 kbps
4, 3 dengan kode 2800 5760 5616 2,8 Mbps
2.1.6 Kontrol Daya (Power Control)
Kontrol daya sangat penting penerapannya pada sistem yang berbasis
spektrum tersebar. Kontrol daya dibutuhkan baik pada arah uplink maupun pada arah
downlink [6],[8]. Pada arah uplink, setiap pelanggan dijaga untuk tidak
mentransmisikan sinyal dengan daya yang sama karena sinyal pelanggan yang lebih
dekat dengan Node B akan menutupi sinyal pelanggan yang lokasinya lebih jauh
(near-far-effect).
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
26
Gambar 2.15 Fenomena near-far-effect dan aplikasi kontrol daya pada arah uplink
Pada Gambar 2.15 dapat dilihat fenomena near-far-effect dan aplikasi kontrol
daya pada arah uplink. Dengan menggunakan kontrol daya, pelanggan yang
lokasinya lebih jauh dari Node B mentransmisikan sinyal dengan daya yang lebih
besar dibandingkan dengan pelanggan yang lokasinya lebih dekat.
Pada arah downlink setiap Node B mentransmisikan sinyal pada frekuensi
yang sama dan akan menimbulkan interferensi. Karena itu kontrol daya diperlukan
untuk mengatur daya sinyal transmisi Node B. Sinyal transmisi Node B yang sampai
ke sel yang bersebelahan dengan daya yang cukup rendah menyebabkan interferensi
yang ditimbulkan juga kecil.
Pada sistem UMTS digunakan metode fast closed-loop power control.
Pengukuran kualitas sinyal dilakukan pada penerima (baik pelanggan ataupun Node
B). Perbandingan daya sinyal terima dengan interferensi SIR diukur setiap 667 s
(satu slot waktu) kemudian nilainya dibandingkan dengan nilai SIR yang diinginkan
[6], [8]. Bit-bit TPC kemudian dikirim oleh penerima pada setiap slot waktu. Bit-bit
ini berisikan perintah untuk menaikkan atau menurunkan level daya sinyal transmisi.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
27
BAB III
PROPAGASI GELOMBANG RADIO DAN ANALISIS DAERAH CAKUPAN
SEL JARINGAN UMTS
Dalam perancangan sistem komunikasi radio diperlukan perhitungan daya
keluaran pada antena penerima. Walaupun karakteristik rugi dan penguatan dari
peralatan pengirim dan penerima dapat diperoleh dari data pabrikannya, rugi efektif
diantara dua antena harus diperhitungkan sebagai karakteristik dari jalur propagasi
antara dua antena. Perbandingan antara daya yang ditransmisikan dengan daya yang
diterima pada antena penerima disebut dengan rugi propagasi (pathloss) dan
dinyatakan dalam decibel (dB).
3.1 Propagasi Ruang Bebas (Free Space Propagation)
Gambar (3.1) memperlihatkan kasus sederhana propagasi gelombang radio
yaitu propagasi line-of-sight (LOS) dimana tidak ada jalur pantulan yang disebabkan
permukaan tanah dan halangan lainnya [2].
Gambar 3.1 Propagasi Line-of-sight (LOS)
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
28
Daya terima pada antena penerima dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (3.1) (persamaan propagasi ruang bebas).
(3.1)
Jika ada rugi-rugi lain (yang tidak berhubungan dengan propagasi radio) ikut
diperhitungkan, Persamaan (3.1) berubah menjadi Persamaan (3.2).
(3.2)
dimana:
P
r
adalah daya terima (watt)
P
t
adalah daya transmisi (watt)
adalah panjang gelombang (m)
G
t
adalah penguatan antena pengirim
G
r
adalah penguatan antena penerima
d adalah jarak antara antena pengirim dan antena penerima (m)
L
0
adalah rugi-rugi lain
L
p
adalah rugi propagasi ruang bebas (free space loss)
3.2 Pantulan, Pembelokan dan Hamburan (Reflection, Diffraction and
Scattering)
Jika sebelumnya jalur transmisi antara pengirim dan penerima berupa jalur
langsung atau LOS, sekarang jalur transmisi gelombang radio semakin kompleks
dengan berbagai daerah yang dipenuhi gedung, bangunan dan penghalang yang
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
29
lainnya. Gelombang radio dalam propagasinya mengalami pantulan, pembelokan dan
hamburan [2].
Gambar (3.2) memperlihatkan peristiwa pemantulan gelombang radio.
Pantulan terjadi ketika gelombang radio yang ditransmisikan mengenai objek yang
ukurannya jauh lebih besar dari panjang gelombang radio tersebut. Pantulan dapat
terjadi pada permukaan tanah, gedung dan tembok.
Gambar 3.2 Pemantulan gelombang radio
Gambar 3.3 Pembelokan gelombang radio
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
30
Gambar (3.3) memperlihatkan peristiwa pembelokan gelombang radio.
Pembelokan terjadi ketika gelombang radio yang ditransmisikan dibelokkan oleh
benda yang memiliki sisi permukaan yang tajam.
Gambar (3.4) memperlihatkan peristiwa hamburan gelombang radio.
Hamburan terjadi ketika gelombang radio yang ditransmisikan mengenai objek yang
ukurannya lebih kecil dibanding panjang gelombang radio tersebut. Hamburan dapat
disebabkan permukaan yang kasar, benda-benda kecil, lampu jalan, daun dan ranting
pohon.
Pantulan, pembelokan dan hamburan menyebabkan naik-turunnya level daya
pada penerima yang disebut dengan fading. Pengaruh yang ditimbulkan oleh fading
ikut diperhitungkan dalam analisis propagasi gelombang radio (fading margin).
3.3 Model Propagasi Radio COST 231 Hata
Karakteristik propagasi gelombang radio bersifat acak dan sangat sulit
dianalisis. Model propagasi radio digunakan untuk memprediksikan rugi propagasi
Gambar 3.4 Hamburan gelombang radio
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
31
yang dialami sinyal sepanjang jalur radio. Model propagasi radio yang digunakan
pada tugas akhir ini adalah model Cost 231 Hata.
Model COST 231 Hata dapat digunakan untuk analisis daerah suburban dan
urban. Cakupan model COST 231 Hata [1]:
1. Frekuensi: 1500 sampai dengan 2000 MHz
2. Tinggi antena UE 1 sampai dengan 10 m
3. Tinggi antena Node B 30 sampai dengan 100 m
4. Jarak sampai dengan 20 km
Rugi propagasi untuk model COST 231 Hata dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (3.3) [1].
(3.3)
Dimana:
L adalah rugi propagasi (dB)
f adalah frekuensi (MHz)
h
B
adalah tinggi antena Node B (m)
h
UE
adalah tinggi antena UE (m)
C
H
adalah faktor koreksi tinggi antena UE
d adalah jarak antara UE dan Node B (km)
C adalah faktor koreksi
Faktor koreksi untuk model COST 231 Hata adalah 0 dB untuk daerah suburban dan
3 dB untuk daerah urban.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
32
3.4 Analisis Daerah Cakupan Sel Jaringan UMTS
Analisis untuk downlink dan uplink pada jaringan UMTS tidak bergantung
satu sama lain. Jika analisis untuk downlink menitikberatkan pada kemampuan dan
daya transmisi Node B maka analisis uplink menitikberatkan pada daya transmisi
yang terbatas untuk setiap UE. Tugas akhir ini hanya memfokuskan analisis pada
arah uplink.
Gambar (3.5) memperlihatkan kondisi satu sel pada jaringan UMTS. Pada
transmisi uplink setiap UE mentransmisikan sinyal dengan daya P
S
(diukur pada
antena UE). Pada Node B sinyal diterima dengan daya P
R
yang lebih kecil
dikarenakan adanya rugi propagasi.
Sinyal yang diterima pada Node B dipisahkan dengan menggunakan kode
penebar. Deretan kode yang tidak bersifat orthogonal ideal menyebabkan adanya
derau atau interferensi. Interferensi yang dialami sinyal pelanggan i dihitung
menggunakan Persaman (3.4) [4].
(3.4)
Gambar 3.5 Sel jaringan UMTS
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
33
Dimana:
I
i
adalah interferensi yang dialami sinyal pelanggan ke-i (mW)
N
0
adalah derau pada penerima dan interferensi dari sel yang berdekatan (mW)
P
Rj
adalah daya sinyal pelanggan lain (mW)

ij
adalah faktor interferensi
Gambar (3.6) memperlihatkan rapat daya sinyal terima pada Node B sesuai
dengan kondisi pada Gambar (3.5). Sinyal untuk pelanggan ke-i saja yang
mengalami perubahan bentuk setelah proses penyebaran kembali dengan kode
penebar yang sama.
Proses penyebaran pada sistem UMTS menggunakan faktor penyebaran SF
yang bervariasi agar laju bit transmisi dapat bervariasi. Semakin banyak jumlah chip
untuk satu simbol data maka semakin besar penguatan penyebaran (spreading gain)
dan laju simbol data semakin kecil. Daya sinyal terima setelah proses penyebaran
kembali untuk pelanggan ke-i dapat dihitung menggunakan Persamaan (3.5) [4].
Gambar 3.6 Daya terima pada Node B setelah proses despreading
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
34
(3.5)
Dimana:
C
i
adalah daya terima pelanggan ke-i setelah proses penyebaran kembali (mW)
SF
i
adalah faktor penyebaran
P
Ri
adalah daya terima sinyal pelanggan ke-i (mW)
Untuk laju kesalahan bit yang diinginkan harus dipenuhi level perbandingan
daya sinyal dan derau (SNR) tertentu. Nilai SNR bergantung pada beberapa faktor,
misalnya teknik modulasi dan skema kontrol kesalahan yang digunakan. Pada sistem
berbasis spektrum tersebar umumnya perhitungan SNR dapat menggunakan
pendekatan perbandingan antara daya terima pelanggan ke-i setelah proses
penyebaran kembali dengan interferensi yang dialami pelanggan ke-i sehingga
diperoleh Persamaan (3.6) [4].
(3.6)
Substitusi Persamaan (3.4) dan (3.5) ke Persamaan (3.6) diperoleh Persamaan (3.7).
(3.7)
Dengan faktor layanan (service factor) S
i
:
Maka diperoleh Persamaan (3.8).
(3.8)
Pada kasus layanan tunggal (single service case) setiap sinyal pelanggan
ditransmisikan dengan menggunakan nilai SF yang sama dan menyebabkan faktor
layanan S
i
untuk setiap pelanggan besarnya juga sama. Dengan asumsi faktor
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
35
interferensi untuk setiap kombinasi kode nilainya sama maka diperoleh Persamaan
(3.9) dan (3.10).
(3.9)
(3.10)
Dengan asumsi level daya P
R
pada Node B untuk setiap pelanggan adalah
sama maka Persamaan (3.8) berubah menjadi Persamaan (3.11).
(3.11)
Dari Persamaan (3.11) dapat dilihat bahwa pembagi harus memenuhi
Persamaan (3.12).
(3.12)
Adanya rugi-rugi propagasi menyebabkan kemungkinan tidak terpenuhinya
level daya terima yang diinginkan pada Node B. Hal ini disebabkan daya transmisi
UE yang terbatas. Untuk itu perlu dihitung rugi propagasi maksimal yang diizinkan
dengan menggunakan Persamaan (3.13).
(3.13)
Dimana:
L
P max
adalah rugi propagasi maksimal yang diizinkan (dB)
P
S max
adalah daya transmisi maksimal UE (dBm)
P
R
adalah daya terima pada Node B (dBm)
G
UE
adalah penguatan antena UE (dB)
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
36
G
B
adalah penguatan antena Node B (dB)
L
UE
adalah rugi pada UE (dB)
L
B
adalah rugi pada Node B (dB)
L
F
adalah fading margin (dB)
Setelah nilai rugi propagasi maksimal yang diizinkan diperoleh, dapat
diperkirakan jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B dengan
menggunakan persamaan model propagasi radio COST 231 Hata. Jarak inilah yang
kemudian menjadi perkiraan daerah cakupan dari satu sel jaringan UMTS.
Dengan asumsi sel berada pada daerah suburban, tinggi antena Node B 50 m,
tinggi antena UE 1,5 m dan besar frekuensi 2 GHz, persamaan rugi propagasi untuk
model COST 231 Hata menjadi Persamaan (3.14).
(3.14)
Untuk daerah urban persamaan rugi propagasi untuk model COST 231 Hata menjadi
Persamaan (3.15).
(3.15)
Dimana:
L
P max
adalah rugi propagasi maksimal yang diizinkan pada sistem
d
max
adalah jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
37
BAB IV
PERHITUNGAN DAERAH CAKUPAN SATU SEL PADA JARINGAN UMTS
Perhitungan daerah cakupan sel dilakukan dalam dua tahap, yaitu perhitungan
batas maksimal jumlah pelanggan aktif dalam satu sel dan jarak maksimal yang
diizinkan antara UE dengan Node B.
4.1 Perhitungan Batas Maksimal Jumlah Pelanggan Aktif Dalam Satu Sel
Parameter yang digunakan dalam perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.1.
Parameter Nilai
SNR 3 dB
SF 4, 8,16, 32, 64, 128, 256
0,5
Langkah perhitungan batas maksimal pelanggan aktif dalam satu sel:
1. SNR diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk tanpa satuan
SNR
dB
= 3 dB
2. Perhitungan faktor layanan S (sebagai contoh untuk SF = 256)
3. Perhitungan batas maksimal jumlah pelanggan aktif
Tabel 4.1 Parameter perhitungan batas maksimal jumlah pelanggan aktif
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
38
Dari contoh perhitungan diperoleh batas maksimal jumlah pelanggan aktif
dalam satu sel untuk SNR sebesar 3 dB, faktor penyebaran 256 dan faktor interferensi
0,5 adalah 256 pelanggan.
Perhitungan batas maksimal jumlah pelanggan aktif pada tugas akhir ini
menggunakan program yang ditulis dengan bahasa pemrograman Matlab (Lampiran
1). Dengan menggunakan parameter pada Tabel 4.1 diperoleh grafik yang
diperlihatkan pada Gambar 4.1.
faktor layanan
0 20 40 60 80 100 120 140
0
50
100
150
200
250
300
Juml ah Maksi mal Pel anggan dal am Satu Sel Jari ngan UMTS
Faktor Layanan (S)
J
u
m
l
a
h

P
e
l
a
n
g
g
a
n

(
n
)
e =0,5
Gambar 4.1 Grafik jumlah maksimal pelanggan dalam satu sel jaringan UMTS sebagai fungsi dari
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
39
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat jumlah maksimal pelanggan yang diizinkan
dalam satu sel bervariasi untuk tiap faktor layanan. Jumlah maksimal pelangan
tertinggi diperoleh ketika faktor layanan pelanggan adalah 128 (faktor penyebaran
256) yaitu 256 pelanggan. Jumlah maksimal pelanggan terendah diperoleh ketika
faktor layanan yang digunakan adalah 2 (faktor penyebaran 4) yaitu 4 pelanggan.
4.2 Perhitungan Jarak Maksimal Antara UE Dengan Node B
Parameter yang digunakan dalam perhitungan jarak maksimal antara UE
dengan Node B diperlihatkan pada Tabel 4.2.
Parameter Nilai
N
0
- 90 dBm
S 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128
n max 256 pelanggan
0,5
F 2 GHz
h
B
50 m
h
UE
1,5 m
P
S max
125 mW
UE loss 2 dB
Gain antena Node B 17 dB
Node B loss 3 dB
Fading margin 11 dB
Langkah perhitungan jarak maksimal antara UE dengan Node B:
1. N
0
diubah ke bentuk mW
N
0 dB
= - 90 dBm
Tabel 4.2 Parameter perhitungan jarak maksimal antara UE dengan Node B
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
40
2. Perhitungan level daya terima pelanggan pada Node B (sebagai contoh untuk
n = 25, = 0,5 dan S = 128)
3. Level daya terima diubah ke bentuk dBm
4. P
S max
diubah ke bentuk dBm
5. Perhitungan rugi propagasi maksimal yang diizinkan
6. Perhitungan jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B
(daerah suburban)
134,7 + 33,8 log d = 132,614
d = 0,868 km
d = 868 m
7. Perhitungan jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B
(daerah urban)
137,7 + 33,8 log d = 132,614
d = 0,707 km
d = 707 m
Dari contoh perhitungan diperoleh rugi propagasi maksimal yang diizinkan
untuk faktor interferensi sebesar 0,5 , faktor layanan 128 dan 25 pelanggan aktif
dalam sel adalah 132,614 dB. Dari rugi propagasi tersebut diperkirakan jarak
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
41
maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B untuk frekuensi 2 GHz, tinggi
antena Node B 50 m dan tinggi antena UE 1,5 m adalah 868 m untuk daerah
suburban dan 707 m untuk daerah urban.
Perhitungan jarak maksimal yang diizinkan antara UE dengan Node B pada
tugas akhir ini menggunakan program yang ditulis dengan bahasa pemrograman
Matlab (Lampiran 2). Dengan menggunakan parameter pada Tabel 4.2 diperoleh
grafik yang diperlihatkan pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
penyebaran yang bervariasi (daerah suburban)
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat jarak maksimal yang diizinkan antara UE
dengan Node B untuk daerah suburban. Jarak maksimal yang diizinkan bervariasi
untuk tiap faktor penyebaran dan jumlah pelanggan aktif dalam sel tersebut. Jarak
maksimal terjauh diperoleh ketika hanya satu pelanggan yang aktif dan pelanggan
0 50 100 150 200 250 300
200
300
400
500
600
700
800
Perki raan Coverage Sel Jari ngan UMTS
J umlah Pelanggan
J
a
r
a
k

(
m
e
t
e
r
)
SF=4
SF=8
SF=16
SF=32
SF=64
SF=128
SF=256
Gambar 4.2 Grafik daerah cakupan sel sebagai fungsi dari jumlah pelanggan dengan faktor
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
42
tersebut menggunakan faktor penyebaran 256 yaitu sejauh 893 meter. Jarak
maksimal terdekat adalah sama untuk tiap-tiap faktor penyebaran yaitu ketika
pelanggan yang aktif mencapai batas maksimal yang diizinkan yaitu sejauh 173
meter.
penyebaran yang bervariasi (daerah urban)
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat jarak maksimal yang diizinkan bervariasi
untuk tiap faktor penyebaran dan jumlah pelanggan aktif dalam sel tersebut. Jarak
maksimal terjauh diperoleh ketika hanya satu pelanggan yang aktif dan pelanggan
tersebut menggunakan faktor penyebaran 256 yaitu sejauh 728 meter. Jarak
maksimal terdekat adalah sama untuk tiap-tiap faktor penyebaran yaitu ketika
pelanggan yang aktif mencapai batas maksimal yang diizinkan yaitu sejauh 141
meter.
0 50 100 150 200 250 300
200
300
400
500
600
700
Perki raan Coverage Sel Jari ngan UMTS
J umlah Pelanggan
J
a
r
a
k

(
m
e
t
e
r
)
SF=4
SF=8
SF=16
SF=32
SF=64
SF=128
SF=256
Gambar 4.3 Grafik daerah cakupan sel sebagai fungsi dari jumlah pelanggan dengan faktor
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
43
BAB V
PENUTUP
Berikut ini kesimpulan dari pembahasan babbab sebelumnya dan saran serta
kemungkinan pengembangan dan penyempurnaan tugas akhir ini.
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar faktor penyebaran yang digunakan dalam transmisi sinyal
informasi maka semakin banyak jumlah pelanggan yang dapat aktif dalam
satu sel.
2. Semakin banyak jumlah pelanggan yang aktif dalam satu sel menyebabkan
semakin kecilnya rugi propagasi maksimal yang diizinkan serta semakin
besarnya interferensi yang dialami sinyal satu pelanggan. Hal ini
menyebabkan semakin dekat jarak maksimal yang diizinkan antara UE
dengan Node B.
3. Semakin besar faktor penyebaran dari kode penebar yang digunakan dalam
transmisi sinyal informasi menyebabkan semakin besarnya rugi propagasi
maksimal yang diizinkan serta semakin jauh jarak maksimal yang diizinkan
antara UE dengan Node B.
5.2 Saran
Analisis coverage sel dapat dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam
analisis dapat juga diperhitungkan kasus layanan jamak (multi service case).
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
44
DAFTAR PUSTAKA
1. City RF Propagation Model.
faculty.ksu.edu.sa/adelali/Student%20Presentations%20May%202008/City%
20RF%20Propagation%20Models.pdf, diakses tanggal 25 Agustus 2008.
2. Garg, Vijay. Wireless Communications and Networking. Elseiver, Inc.
2007. Hal 47-50.
3. Holma, Hari; Toskala, Anti. WCDMA For UMTS (Radio Access for Third
Generation Mobile Communications). John Wiley & Sons, Ltd. 2004. Hal
1-10 dan 75-80.
4. J.Schuler, et al. Performance Analysis Of A Single Umts Cell. torsten-
mueller.net/publications/eww2000_UMTS.pdf, di akses tanggal 9 Juli 2008.
5. Karim, MR; Saraf, M. WCDMA and CDMA 2000 For 3G Mobile
Network. McGraw Hill. 2002. Hal 55-106.
6. Korhonen, Juha. Introduction to 3G Mobile Communication. Artech
House. 2003. Hal 25-36 dan 111-116.
7. Rao, Rama T; Prassad M.V.S.N. Coverage and Capacity Studies for A
CDMA Cell In Different Radio Propagation Environment.
www.ursi.org/Proceedings/ProcGA05/pdf/F04.2(0531).pdf, di akses tanggal
31 Mei 2008.
8. Smith, Clint; Collins, Daniel. 3G Wireless Network. McGrawHill. 2002. Hal
221-257.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
45
9. WCDMA Link Budget. www.umtsworld.com/technology/linkbudget.htm,
diakses tanggal 9 Juli 2008.
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 1
%========================================================================
%Li st pr ogr amunt uk menghi t ung j uml ah maksi mal pel anggan
%dal amsat u sel j ar i ngan UMTS.
%Dengan f akt or penyebar an SF ber var i asi .
%
%ol eh : Adhi t ya Tr i Ananda Nasut i on
%4 Mar et 2009, 11: 48 am
%========================================================================
cl ear ;
cl c;
%par amet er yang di gunakan dal amper hi t ungan
snr _db = 3; %SNR si nyal t er i ma pada Node B
sf = [ 4 8 16 32 64 128 256] ; %f akt or penyebar an
e = 0. 5; %f akt or i nt er f er ensi
%ni l ai SNR di ubah ke bent uk t anpa sat uan
snr = r ound( 10^( snr _db/ 10) ) ;
%menghi t ung f akt or l ayanan S
s = sf / snr ;
%menghi t ung bat as maksi mal pel anggan dal amsat u sel
bat as = cei l ( s. / e+1) ;
%j uml ah pel anggan yang mungki n har us l ebi h keci l dar i
%bat as maksi mal dal amsat u sel
n = bat as- 1;
%menampi l kan gr af i k hasi l per hi t ungan
pl ot ( s, n, ' r ' ) , . . .
t i t l e( ' J uml ah Maksi mal Pel anggan dal amSat u Sel J ar i ngan UMTS' , . . .
' f ont wei ght ' , ' bol d' ) , . . .
xl abel ( ' Fakt or Layanan ( S) ' ) , . . .
yl abel ( ' J uml ah Pel anggan ( n) ' ) , . . .
l egend( ' e = 0, 5' ) , . . .
gr i d on
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
Lampiran 2
%========================================================================
%Li st pr ogr amunt uk menghi t ung per ki r aan cover age sat u sel j ar i ngan UMTS
%sebagai f ungsi dar i j uml ah pel anggan yang akt i f pada sel t er sebut dengan
%f akt or penyebar an SF yang ber var i asi .
%
%ol eh: Adhi t ya Tr i Ananda Nasut i on
%4 Mar et 2009, 12: 35 pm
%
%Dal amper hi t ungan di gunakan model pr opagasi COST 231 Hat a.
%Unt uk f r ekuensi 2 GHz, t i nggi ant ena Node B 50 mdan
%t i nggi ant ena UE 1, 5 mdi per ol eh per samaan r ugi pr opagasi nya
%134, 7 + 33, 8 l og d + C
%di mana :
%C = 0 dB unt uk daer ah subur ban
%C = 3 dB unt uk daer ah ur ban
%d adal ah j ar ak ant ar a UE dengan Node B ( km)
%
%Dal amper hi t ungan ni l ai C dapat di gant i sesuai dengan kebut uhan anal i si s
%( daer ah subur ban at au ur ban)
%========================================================================
cl ear ;
cl c;
%par amet er yang di gunakan dal amper hi t ungan
c = 0; %daer ah subur ban at au ur ban?
snr _db = 3; %SNR si nyal t er i ma pada Node B
sf = [ 4 8 16 32 64 128 256] ; %f akt or penyebar an
e = 0. 5; %f akt or i nt er f er ensi
no_dbm = - 90; %i nt er f er ensi dar i sel l ai n
ps_mw = 125; %daya t r ansmi si UE
gs_db = 0; %penguat an ant ena UE
gr _db = 17; %penguat an ant ena Node B
l s_db = 2; %r ugi pada UE
l r _db = 3; %r ugi pada Node B
f adi ng_db = 11; %r ugi aki bat f adi ng
%ni l ai SNR di ubah ke bent uk t anpa sat uan
snr = r ound( 10^( snr _db/ 10) ) ;
%ni l ai Ps di ubah ke bent uk dBm
ps_dbm= 10*l og10( ps_mw) ;
%ni l ai No di ubah ke bent uk mW
no_mw = 10^( no_dbm/ 10) ;
%menghi t ung f akt or l ayanan S
s = sf / snr ;
%menghi t ung bat as maksi mal pel anggan dal amsat u sel
bat as = cei l ( s/ e +1) ;
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009
%j uml ah pel anggan yang mungki n har us l ebi h keci l dar i
%bat as maksi mal dal amsat u sel
n = bat as- 1;
%Hasi l per hi t ungan unt uk l evel si nyal t er i ma pada Node B, r ugi pr opagasi
%dan j ar ak maksi mal ant ar a UE dengan Node B masi n- masi ng di si mpan dal am
%mat r i ks ber di mensi 256X7
%dengan
%t i ap bar i s unt uk j uml ah pel anggan n yang akt i f
%t i ap kol omunt uk f akt or l ayanan S yang ber beda
pr _mw = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
pr _dbm = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
l p_db = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
l og_j ar ak = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
j ar ak_km = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
j ar ak_m = zer os( n( 1, 7) , 7) ;
f or x = 1: 7
f or y = 1: n( 1, x)
pr _mw( y, x) = no_mw / ( s( 1, x) - e*( y- 1) ) ;
pr _dbm( y, x) = 10*l og10( pr _mw( y, x) ) ;
l p_db( y, x) = ps_dbm- pr _dbm( y, x) + gs_db + gr _db. . .
- l s_db - l r _db - f adi ng_db;
l og_j ar ak( y, x) = ( l p_db( y, x) - ( 134. 7+c) ) / 33. 8;
j ar ak_km( y, x) = ( 10^l og_j ar ak( y, x) ) ;
j ar ak_m( y, x) = r ound( 1000*j ar ak_km( y, x) ) ;
end
end
%menampi l kan gr af i k hasi l per hi t ungan
i = 1: n( 1, 7) ;
pl ot ( i , j ar ak_m( : , 1) , . . .
i , j ar ak_m( : , 2) , . . .
i , j ar ak_m( : , 3) , . . .
i , j ar ak_m( : , 4) , . . .
i , j ar ak_m( : , 5) , . . .
i , j ar ak_m( : , 6) , . . .
i , j ar ak_m( : , 7) ) , . . .
t i t l e( ' Per ki r aan Cover age Sel J ar i ngan UMTS' , ' f ont wei ght ' , ' bol d' ) , . . .
xl abel ( ' J uml ah Pel anggan' ) , . . .
yl abel ( ' J ar ak ( met er ) ' ) , . . .
yl i m( [ j ar ak_m( 256, 7) j ar ak_m( 1, 7) ] ) , . . .
l egend( ' SF=4' , ' SF=8' , ' SF=16' , ' SF=32' , ' SF=64' , ' SF=128' , ' SF=256' ) , . . .
gr i d on
Adhityia Tri Ananda Nasution : Analisis Daerah Sel Jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS) Ditinjau Dari
Arah UPLINK, 2009.
USU Repository 2009

You might also like