You are on page 1of 36

MACAM-MACAM BENTUK DIAGRAM

A. CHECK SHEET 1. PENGERTIAN Yang disebut dengan Check Sheet adalah suatu lembar/formulir yang mana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Sehingga Check Sheet adalah suatu tool yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi atau Check Sheet adalah tool yang sederhana tetapi teratur untuk pengumpulan dan pencatatan data. Lembar Pengamatan (Check Sheet): Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat data produk termasuk juga waktu pengamatan, permasalahan yang dicari dan jumlah cacat pada setiap permasalahan.

Dalam penyusunan Check Sheet perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:

Bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus jelas. Data yang hendak dikumpulkan dan dicatat harus jelas tujuannya. Kapan data dikumpulkan harus dicantumkan. Data harus dikumpulkan secara jujur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemakaian Check Sheet adalah (Vincent Gaspersz, 2001):

Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan Check Sheet adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu dan penyebab tertentu.

Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam kaitan ini, Check Sheet (Lembar Periksa) akan membantu memilah-milah data kedalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah dan lainnya.

Menyusun data secara otomatis sehingga data itu dapat dipergunakan dengan mudah.

Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berfikir bahwa kita mengetahui suatu masalah atau menganggap suatu penyebab itu merupakan hal yang paling penting. Dalam hal ini Check Sheet akan membuktikan opini kita apakah benar atau tidak.

Ada enam langkah untuk membuat Check Sheet ialah: 1. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. 2. Identifikasi apakah Variable atau Attribute variasi yang akan diukur. 3. Menentukan waktu dan tempat pengukuran. 4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. 5. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan tersebut. Dalam hal ini kita harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang akan diukur. 6. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat untuk setiap tindakan peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini. Bila ada halhal yang masih meragukan berkaitan dengan fakta yang ditemukan dalam pengumpulan data kita perlu melakukan verifikasi data yang telah terkumpul tersebut.

B. FLOW CHART

1. PENDAHULUAN Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan uruturutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. Flowchart adalah serangkaian bagan-bagan yang menggambarkan alir program (Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS) Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut.

2. PEDOMAN-PEDOMAN DALAM MEMBUAT FLOWCHART Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti : 1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. 2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan 3. definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya. 4. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan MENGHITUNG PAJAK PENJUALAN. 5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar. 6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem. 7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.

Analisis dan Perancangan Sistem Halaman 2

3. JENIS-JENIS FLOWCHART Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu : a. b. c. d. e. Schematic Flowchart) Program (Program Flowchart) Process Flowchart) System Flowchart) Document Flowchart)

3.1. FLOWCHART SISTEM Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer, misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator).

3.2. FLOWCHART PAPERWORK / FLOWCHART DOKUMEN Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut juga dengan Flowchart Dokumen. Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat dan disimpan.

3.3. FLOWCHART SKEMATIK Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart Sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbolsimbol flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart. Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.

3.4. FLOWCHART PROGRAM Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi.

3.5. FLOWCHART PROSES Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem.

4. SIMBOL-SIMBOL FLOWCHART Simbol-simbol flowchart yang biasanya dipakai adalah simbol-simbol flowchart standar yang dikeluarkan oleh ANSI dan ISO.

Contoh: Buatlah algoritma untuk menghitung sisa bagi antara bilangan dengan 2, apakah sisa ataukah tidak sisa,jika sisa maka maka cetak genap jika tidak sisa maka cetak ganjil. Gambar Flowchartnya: Nah setelah mengerti apa itu flowchart? Bagaimana menuliskan suatu algoritma ke dalam flowchart, selanjutnya yah teruskan ke bagian coding (penulisan code programnya) Flowchart Program Merupakan bagan alir yang menggambarkan urutan logika dari suatu prosedur pemecahan masalah. Untuk menggambarakan flowchart program telah tersedia simbol-simbol standart. Berikut ini adalah gambar dari simbol-simbol standart yang digunakan pada flowchart program.

Contoh flowchart 1. Buatlah flowchart untuk menjumlahkan dua buah data.

Jawab Input : data1 dan data 2

Proses : jumlah = data1 + data2

Output : jumlah

2. Buatlah flowchart untuk mencari keliling dan luas lingkaran ? Rumus : keliling lingkaran adalah 2*phi *r luas lingkaran adalah phi * r2 rumus diatas merupakan proses untuk mencari keliling dan luas lingkaran. Input : phi dan r Output : luas dan keliling

C. HISTROGRAM Histogram: Histogram adalah diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Pada histogram frekuensi, sumbu x menunjukkan nilai pengamatan dari tiap kelas. Histogram dapat berbentuk normal atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah. Fungsi dari histogram adalah sebagai berikut:

Menentukan apakah suatu produk dapat diterima atau tidak. Menentukan apakah proses produk sudah sesuai atau belum. Menentukan apakah diperlukan langkah-langkah perbaikan.

Salah satu istilah yang populer pada era fotografi digital adalah histogram. Istilah ini bisa dijumpai pada kebanyakan kamera digital modern maupun pada program pengolah gambar di komputer. Histogram sendiri sebenarnya adalah representasi dari gambar digital yang ditampilkan berupa grafik dan bisa ditampilkan pada layar kamera pada saat preview (record mode) atau bisa juga ditampilkan pada foto yang telah diambil (playback mode). Fitur histogram sangat berperan dalam mengevaluasi ketepatan eksposur, namun untuk itu kita perlu bisa memahami makna dari grafik yang ditampilkan melalui histogram.

Sedikit menyinggung soal eksposur, ada dua kondisi ekstrim yang bisa terjadi bila pengaturan eksposur kamera tidak tepat. Kondisi pertama dinamakan over eksposur dimana gambar menjadi terlalu terang, terjadi kehilangan detail di daerah terang (istilahnya blown highlight). Kondisi kedua adalah under eksposur, dimana gambar menjadi terlalu gelap dan detail di daerah gelap menjadi hilang. Fungsi histogram adalah memberitahu kita mengenai bagaimana eksposur yang dimiliki oleh gambar yang kita ambil. Meski kamera digital memiliki layar LCD yang tajam dan terang, namun layar LCD tidak selamanya bisa diandalkan sebagai acuan eksposur yang akurat. Kadang hasil foto di layar LCD tampak terang namun ternyata hasil sesungguhnya lebih gelap tergantung dari tipe dan pengaturan LCD pada kamera. Bisa dibilang histogram pada kamera digital menjadi light meter modern yang presisi, dimana grafik yang ditampilkan merepresentasikan nilai terang gelap aktual yang mampu ditangkap oleh sensor kamera.

Grafik histogram pada umumnya tampak seperti pada contoh gambar di atas. Grafik di atas memiliki rentang terang gelap sebanyak 256 tingkatan dari nilai 0 (minimum) hingga 255 (maksimum), dengan asumsi sensor kamera memiliki jangkauan dinamik 8 bit. Setiap piksel dari keping sensor akan menangkap cahaya dengan terang gelap yang berbeda dan grafik yang muncul pada histogram menunjukkan banyaknya piksel untuk setiap level mulai dari nilai 0 hingga 255 tersebut. Nilai 0 yang berada di bagian paling kiri dari histogram menandakan kondisi paling gelap (pure black), di

bagian tengah histogram adalah middle-gray/midtone (abu-abu) dan paling kanan yang mewakili kondisi paling terang (pure white) dengan nilai 255. Cara melihat grafik histogram adalah dengan melihat penyebaran grafik pada bidang horizontal (kiri kanan) dan juga melihat banyaknya piksel dalam bidang vertikalnya.

Perhatikan contoh di atas. Grafik histogram pada contoh di atas lebih dominan ada di bagian kiri sehingga gambar yang diwakili oleh grafik semacam ini cenderung gelap. Puncak grafik juga tampak sangat tinggi menandakan adanya clipping atau under eksposur. Ada beberapa bagian dari foto yang kehilangan detailnya di daerah gelap (shadow). Bila tampilan semacam ini dijumpai sebelum foto diambil (saat preview), maka kita bisa lakukan kompensasi eksposur ke arah positif sehingga puncak grafiknya bisa bergeser dari daerah gelap.

Gambar di atas menunjukkan grafik histogram yang dominan di bagian kanan sehingga gambarnya akan terlalu terang. Puncak gafik di bagian kanan juga sangat tinggi menandakan adanya clipping di daerah highlight akibat over eksposur. Bila

kondisi ini dialami saat preview, bisa dilakukan kompensasi eksposur ke arah negatif sehingga penyebarannya bisa lebih di tengah.

Gambar di atas menunjukkan grafik histogram yang memiliki daerah gelap dan terang yang sama-sama dominan, biasanya terjadi saat jangkauan dinamik dari obyek yang difoto jauh lebih lebar dari jangkauan dinamik kamera. Contohnya saat memotret landscape yang didominasi terangnya langit dan gelapnya daratan. Jadi pada dasarnya tidak ada histogram yang dianggap benar atau standar karena bentuk grafik histogram akan selalu berbeda-beda tergantung akan kondisi gambar yang diwakilinya. Namun sebagai perbandingan, sebuah gambar yang memiliki detail dan kontras yang tinggi serta tidak mengalami under atau over eksposur akan memiliki bentuk grafik yang menyebar dari daerah gelap hingga daerah terang dengan puncak yang tidak mengalami clipping. Gunakan informasi yang ditampilkan melalui histogram sebagai sarana mengevaluasi eksposur dan mengetahui adakah ada daerah yang clipping dari sebuah foto. Histogram adalah kunci untuk mengerti image digital. Sebagai ilustrasi, pada contoh dibawah diperlihatkan 40 tile scene yang terdiri dari 4 warna, kemudian masingmasing warna disusun bertumpuk sesuai banyaknya warna. Makin banyak jumlah suatu warna, makin makin tinggi susunannya secara vertikal. Histogram adalah grafik yang menampilkan distribusi warna dari sebuah scene sesuai dengan jumlah masingmasing warna. Histogram sangat erat kaitannya dengan kemampuan dynamic range dari sebuah kamera.

Pada topic sebelumnya kita ketahui bahwa sebuah image digital dibentuk oleh sekumpulan pixel-pixel (berbentuk kotak) yang berwarna-warni dan sangat kecil bahkan sangat halus. Tetapi, daripada mengurutkan pixel berdasarkan warna, grafik histogram menyusun pixel-pixel tersebut kedalam 256 level brightness dalam range 0 (dark) sampai 255 (white) dan menumpuknya sesuai kecerahan masing-masing, artinya ada 254 level gray diantara range 0 - 255. Seperti yang kita lakukan pada cara manual diatas, system secara otomatis mengurutkan pixel-pixel tersebut ke dalam 256 level group dan menumpuknya sesuai group masing-masing. Tingkat tinggi dari masing-masing tumpukan (vertical bar) menunjukan seberapa banyak pixel yang terdeteksi dari masing-masing level brightness pada image tersebut. 0 mewakili warna hitam sedang 255 mewakili warna putih dalam level kecerahan pixel-pixel tersebut.

[sumber: http://www.dpreview.com] D. CONTROL CHART (Peta Kendali)

1. PENGERTIAN Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control. Grafik Kendali (Control Chart): Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali. Grafik pengendali terkadang disebut dengan Shewhart control charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A. Shewhart. Nilai dari karekterisik kualitas yang dimonitor, digambarkan sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah panjang rata-rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas

yang ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. Terdapat tiga garis pada grafik pengendali. Center line atau garis tengah adalah garis yang menunjukkan nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang diplot pada grafik. Upper limit control atau batas pengendali atas dan lower limit control atau batas pengendali bawah digunakan untuk membuat keputusan mengenai proses. Jika terdapat data yang berada di luar batas pengendali atas dan batas pengendali bawah serta pada pola data tidak acak atau random maka dapat diambil kesimpulan bahwa data berada di luar kendali statistik. Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses. Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses. Control chart dapat diklasifikasi seperti berikut:

Ciri khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute selalu di batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik digunakan dari pada X-

bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi didalam sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya menunjukan rentang nilai sample dalam masing-masing sub gruop. P Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran sample yang dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group dengan sub group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan untuk memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya harus sama. P Charta dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial dalam perhitungannya. Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka control chart yang dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian terhadap jenis cacat maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart digunakan untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta kendali ini, dalam perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi Poisson. v. Menentukan batas spesifikasi Batas spesifikasi ditentukan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan konsumen atau target produksi. vi. Plot data grup ke dalam Control Chart Masukan grup-grup data ke dalam control chart yang telah memiliki control limit dan specification limit. vii. Pemeriksaan Control Chart Periksa grup jika ada yang memenuhi kriteria dalam sensitizing rule ( click on me to download ), khusus untuk grup yang berada di luar control limit, maka dilakukan penghitungan ulang control chart dengan grup yang berada diluar batas tersebut

dihilangkan dari penghitungan control limit, dan jika penyebab dari keluarnya grup tersebut dari control chart :

Diketahui dan bisa dikendalikan, maka grup tersebut tidak dimasukan pada gambar dan perhitungan revisi control chart selanjutnya

Tidak diketahui atau tidak bisa dikendalikan, maka grup tersebut tetap dimasukan pada gambar control chart (sebagai rekam kontrol) tetapi tidak dimasukan pada perhitungan control chart baru tersebut

Hey!! Urusan control chart ini tidak hanya berhenti sampai pembuatan chartnya, tetapi juga diaplikasikan pada keadaaan di lapangan, misal bila terdapat grup yang memenuhi kriteria dalam sensitizing rule maka dilakukan pemeriksaan, evaluasi, dan perbaikan di lapangan sehingga penyebab rusak / defectnya grup tersebut dapat diperbaiki. Setelah kegiatan evaluasi lapangan beres lalu dilakukan pembuatan control chart baru. 1. Scatter diagram techniques Scatter diagram atau bias kita sebut juga diagram hambur/pencar menggunakan sebuah grafik yang terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertical. Pada sumbu horizontal berisi nilai-nilai dari suatu variable dan sumbu vertikal mewakili pengukuran dari variabel lain untuk mempelajari korelasi antara dua variable. Diagram ini juga tidak selalu menunjukkan atau membentuk suatu efek karena satu variabel terhadap variable yang lainnya tetapi mencerminkan keberadaan (serta sebagai jenis / kekuatan) dari suatu hubungan, yang mungkin tipe seperti kuat linier (positif atau negatif korelasi), kuadrat atau eksponensial hubungan, outliner, teredam (sinusoidal hubungan), dll. Maka dalam hal ini Scatter Diagram dapat menghasilkan analisis,yaitu yang disebut dengan Regression Analysis.

Dalam penggunaannya,scatter diagram digunakan untuk menunjukkan kedekatan antara beberapa peristiwa atau pengamatan di dua pengukuran atau menentukan apakah terdapat karakteristik antara dua korelasi. Korelasi menyatakan bahwa jika salah satu variable berubah,maka variable yang lain juga ikut berubah. Meskipun hal ini menandakan adanya hubungan sebab akibat, namun ini tidak selalu terjadi karena tidak menutup kemungkinan jika korealsinya terdapat ketiga karakteristik atau lebih.

Variable X dan Y (iklan dan penjualan)

Variable X 2 3 5 6 8 9

Variable Y 6 5 7 8 12 11

Dua variable tersebut dapat digambarkan dalam diagram berserak sebagai berikut :

Variable X digambarkan pada sumbu horisontal, sedang variable Y pada sumbu vertikal. Selanjutnya titik-titik pada diagram berserak merupakan Variable X da Y yang berpasangan dapat digambarkan denga mudah. Garis regeresi yang merupakan garis lurus digambarkan dengan metode bebas (free hands methode). Metode diagram berserak ini mempunyai kebaikan yaitu sederhana dan mudah, namum mempunyai kelemahan, karena garis regresi digambar dengan methode bebas, maka hasilnya sangat subjektive.

E. DIAGRAM PARETO

1.PENGERTIAN Diagram Pareto: Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukkan seberapa besar frekuensi berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada sumbu x dan jumlah/frekuensi kejadian pada sumbu y. Kategori masalah diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah yang tidak penting. Prinsip Pareto adalah 80 % masalah (ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20 % penyebab. Prinsip Pareto ini sangat penting karena prinsip ini mengidentifikasi kontribusi terbesar dari variasi proses yang menyebabkan performansi yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu pihak manajemen untuk secara cepat menemukan permasalahan yang kritis dan membutuhkan perhatian secepatnya sehingga dapat segera diambil kebijakan untuk mengatasinya. Fungsi dari Diagram Pareto adalah untuk dipergunakan mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe/jenis-jenis Non Conformance. Pareto Chart dikembangkan

oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19. Pareto Diagram digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Dengan bantuan Pareto Diagram tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Berbagai Pareto Chart dapat digambarkan dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan. Dengan cara menunjukkan data menurut frekuensi terjadinya, menurut biaya, menurut waktu terjadinya, dapat diungkapkan berbagai prioritas penanganannya tergantung pada kebutuhan spesifik yang ada. Dengan demikian tidak dapat begitu saja ditentukan bar yang terbesar dalam Pareto Chart sebagai persoalan yang terbesar. Dalam hal ini harus dikumpulkan terlebih dahulu informasi secukupnya. Dalam mengadakan Analisis Pareto, yang diatasi adalah sebab kejadian, bukannya gejalanya.

Langkah

yang

dipergunakan

ialah

(Eugene

L.

Grant,

1988):

Mengidentifikasi tipe-tipe/jenis-jenis yang akan diperbandingkan. Jika pengkategorian Peta Kontrol sudah dibuat maka untuk membuat identifikasi ini adalah mudah. Setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data, yaitu: Menentukan masalah yang akan diteliti. Menentukan data apa yang akan diperlukan dan bagaimana mengklasifikasikan atau mengkategorikan data itu. Menentukan metode dan periode pengumpulan data. Menentukan frekuensi dari kategori Non Conformance yaitu dengan membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan

menggunakan Check Sheet. Mengurutkan menurut frekuensinya yaitu dengan membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendah. Menghitung prosentase dari frekuansi tersebut yaitu dengan menghitung frekuensi kumulatif, prosentase dari total kejadian dan prosentase dari total kejadian secara kumulatif.Membuat diagram berdasarkan pada urutan diatas. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas Penyebab Utama dari masalah yang sedang terjadi tersebut. Dengan demikian dapat diketahui frekuensi Non Conformance yang paling tinggi, meskipun tidak harus yang paling penting. Diagram Pareto untuk analisis dapat dibagi dua yaitu (Vincent Gaspersz, 2001): 1. Diagram Pareto mengenai Fenomena: Yaitu yang berkaitan dengan hasil-hasil yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah utama yang ada.Misalnya: - Kualitas: kerusakan, kegagalan, keluhan, perbaikan dan lain-lain. - Biaya: jumlah kerugian, ongkos pengeluaran dan lain-lain. - Delivery: penundaan delivery, keterlambatan pembayaran dan lain-lain. - Keamanan: kecelakaan, kesalahan, gangguan dan lain-lain.

2. Diagram Pareto mengenai Penyebab: Yaitu yang berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Misalnya:

- Operator: umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual dan lain-lain. - Mesin: peralatan, istrumen dan lain-lain.

- Bahan Baku: pembuatan bahan baku, macamnya dan lain-lain. - Metode Operasi: kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan dan lain-lain. Jadi kegunaan Pareto Diagram adalah: Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani. Pareto Chart dapat membantu kita untuk memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Sesudah dilakukan tindakan korektif berdasarkan prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat Pareto Chart yang baru. Apabila terdapat perubahan dalam Pareto Chart yang baru itu, maka tindakan korektif tersebut ada dampaknya. Menyusun data menjadi informasi yang berguna. Dengan Pareto Chart sejunlah data yang besar dapat disaring menjadi informasi yang signifikan.

Pareto Chart adalah salah satu tool QCC untuk menentukan prioritas pokok penyebab yang mesti diselesaikan [biasanya item yang bernilai 70% up]. Contoh sederhana kita mau mengamankan barang-barang kita yang berada dirumah, tentunya prioritas barang yang perlu pengamanan ekstra adalah yang bernilai tinggi dan biasanya cuma 20% dari total seluruh barang kita yang ada dirumah misalnya perhiasan dan kendaraan. Berikut ini wempi mau coba demokan bagaimana cara membuat [diagram/grafik] pareto chart menggunakan microsoft office excel 2007 [CMIIW]. 1. Buka microsoft office excel, katakanlah kita sudah punya data penyebab yang akan di-pareto-kan seperti berikut [buat di sheet2 workbook excel

Macam-macam penyebab [Cause] ada A sampai N, kemudian Nilai [Value] masingmasing penyebab ada 80 sampai 5 dengan total jumlah nilai sama dengan 355, sedangkan persentase masing-masing nilai menggunakan formula excel yaitu B2/$B$16*C2 dan seterusnya sampai ke C15. Untuk Accumulation dicari menggunakan rumus D3=D2+C3 dan seterusnya ke D15, khusus untuk D2 nilainya

sama dengan C2 [sesuaikan rumus-rumus tersebut dengan workbook excel temanteman] Dalam tulisan sebelumnya sudah dijelaskan mengenai contoh aplikasi diagram pareto, dimana sudah menggunakan tabel untuk kemudian disusun dalam bentuk diagram agar memudahkan pemahaman mengenai bagian mana yang paling memberikan porsi terbesar atau pengaruh terbesar dari suatu keadaan atau masalah.

Untuk lebih jelasnya, setiap langkah pembuatan diagram pareto adalah sebagai berikut :

Mencatat semua data mentah. Buat kategori serta data penghubung lainnya. Mengurutkan data. Siapkan lembar kerja, letakkan kategori diatas dan tempatkan data mulai dari yang terbesar. Anda bisa gunakan secara manual atau aplikasi program komputer untuk memudahkan hal ini.

Memberi label pada sumbu vertikal sebelah kiri. Buatlah label di sebelah kiri tabel secara seimbang intervalnya, mulai dari 0 sampai angka terbesar atau pembulatan. Buat unit satuannya.

Memberi label pada sumbu horizontal. Yakinkan bahwa setiap data atau daftar kategori yang dibuat memiliki lebar yang sama dan jarak yang sama. Kemudian beri nama untuk setiap data tersebut, misal data A, data B, data C dst.

Buatlah grafik batang untuk setiap data, dimana tinggi grafik batang tersebut sesuai dengan jumlah data setiap kategori. Misal data A berjumlah 100, data B berjumlah 80, data C berjumlah 30 dst. Tinggi grafik batang dibuat seimbang dan proporsional dengan jumlah data.

Membuat data kumulatif. Yakni kumulatif atau kumpulan penjumlahan dari setiap data.

Membuat grafik kumulatif. Ini adalah grafik opsional, tapi akan sangat membantu jika dibuat. Selanjutnya buatlah label persentase pada sumbu vertikal sebelah kanan. Kemudian hubungkan data persentase kumulatif setiap data tersebut dengan garis .

Tambahkan judul, legenda dan tanggal. Analisa diagram yang dibuat. Carilah breakpoint dari grafik persentase kumulatif.

Namun dalam beberapa kasus, kadang tidak ditemukan data yang signifikan atau tidak ada perbedaan dramatis dari suatu data dengan data lainnya. Untuk mengatasi hal ini, anda perlu menggunakan teknik yang berbeda, atau ambil dari sudut pandang yang berbeda (different point of view).

Sebagai contoh, ada kasus seperti dibawah ini : Seorang finance manager sebuah perusahaan akan membayar utang perusahaan yang sudah outstanding, namun karena keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan, maka pembayaran hanya diberikan berdasarkan prioritas. Sejauh ini belum ada aturan perusahaan mengenai kategori mana utang yang prioritas dan mana yang tidak.

Adapun data yang dimiliki adalah sebagai berikut :

Nama Kreditur Utang Tn Philip Utang Bank Negara Leasing

Jumlah Utang 2.15 milyar 2.2 milyar 2.0 milyar

Utang jangka pendek Finansia Pembayaran Cicilan Bangunan ke 3 Cicilan ke 3 kendaraan perusahaan

2.25 milyar 2.05 milyar 2.1 milyar

Dalam bentuk diagram, maka hasilnya sebagai berikut :

F. Cause-effect diagram Cause & effect diagram, diajukan pertama kali oleh Kaoru Ishikawa pada sekitar tahun 60-an. Ishikawa merupakan orang yang merintis quality management di Kawasaki, dan ia adalah salah satu tokoh di manajemen modern. Diagram cause & effect bertujuan untuk menganalisa seluruh potensi sebab atau input, yang dapat menghasilkan dampak tertentu atau output. Diagram ini dapat menjadi perangkat untuk menelusuri penyebab terjadinya variasi dalam proses. Sebab (cause) diatur sesuai dengan tingkat kepentingannya, sehingga dapat memperlihatkan hubungan dan hierarki dari berbagai event. Sehingga, dengan demikian Anda dapat mengetahui dimana sumber masalah yang paling signifikan, untuk kemudian dilakukan peningkatan. Sebab(cause) dalam diagram cause & effect biasanya terdiri dari 4 macam,yang disebut juga `4M` diantaranya: `Materials`, `Machines`, `Manpower` dan `Methods`. Ini biasanya untuk bisnis manufaktur. Sementara

untuk bisnis administrasi dan jasa maka sebabnya adalah: `equipment`, `policy`, `prosedur` dan `people`. C&E diagram, selain disebut sebagai Ishikawa diagram juga lebih popular dengan nama fishbone diagram, karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Jadi, masalah utama yang mendasar dituliskan di bagian kanan, atau kepala ikan. Kemudian, dari tulang ikan tersebut gambarkan cabang-cabang yang berpotensi menjadi sumber permasalahan. Biasanya ini ditentukan berdasarkan hasil brainstorming tim, yang memberikan saran-saran mengenai permasalahan. Selanjutnya dari beberapa masalah utama tersebut, dapat dipecah lagi menjadi sub-masalah yang lebih spesifik lagi. Kedalaman dari fishbone ini bisa mencapai empat hingga lima level. Setelah fishbone ini selesai disusun, kemudian kita dapat melihat permasalahan dengan lebih menyeluruh, sehingga dapat dianalisa apa yang sebenarnya menjadi sumber permasalahan utama. Selanjutnya, dari sini baru kemudian diambil tindakan yang sesuai untuk meningkatkan kinerja proses. Contoh fishbone diagram:

FISH BONE Di bawah ini adalah gambaran tentang hal terkait dalam diagram tulang ikan atau Fish Bone.

(Vibizmanagement - Quality) Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang

pada tahun 60-an. bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo.

Karena itulah sering juga diagram tulang ikan ini disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga diperkirakan sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Kenapa di sebut sebagai Diagram tulang ikan? Karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone adalah untuk design produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Mekanisme penggunaan metoda Diagram Tulang Ikan ini adalah melalui pengklasifikasian sesuai dengan sebab-sebab. Sebagai gambaran sebuah diagram tulang ikan misalnya adalah mengenai pencarian solusi mengapa produk sebuah mobil di industri manufaktur tidak bisa berjalan. Sebab-sebabnya dipilah sesuai dengan pendekatan jenis kelamin operator perakitan (pria atau wanita), lingkungan, metode dan bahan. Semakin dekat garis sebab dengan akibat, semakin perlu diperhatikan. Faktor lingkungan dipilah lagi menjadi dua sub bagian. Yakni faktor temperatur dan cahaya. Diperkirakan cahaya terlalu banyak dan temperatur terlalu rendah. Demikian seterusnya dilakukan analisis yang sama terhadap sebab-

sebab yang ada. Kemudian setelah diketahui betul sebab-sebab yang ada, maka dapat dibuat kerangka pemecahan masalahnya dan diakhiri dengan adanya perbaikan lingkungan kerja, metode dan bahan.

Diagram ini memang lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan manufacturing atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan bersifat visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain bisa digolongkan dalam beberapa bagian: material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi

Bagian yang penting berikutnya adalah Ishikawa telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi boleh diikuti dimana brainstorming mengenai permasalahan yang sedang dihadapi sangatlah penting. . Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan

mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu.

Ini tentu bisa dimaklumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh. Masalah-masalah klasik di industri manufaktur seperti: >> keterlambatan proses produksi >> tingkat defect (cacat) produk yang tinggi >> mesin produksi yang sering mengalami trouble >> output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi >> produktivitas yang tidak mencapai target >> complain pelanggan yang terus berulang dan segudang masalah besar dan rumit lainnya, perlu ditangani dengan benar.

Solusi instan yang hanya mampu memandang sampai tingkat gejala, tidak akan efektif. Masalah mungkin akan teratasi sesaat, namun cepat atau lambat akan datang kembali. Oleh sebab itu menggali masalah harus sampai ke akarnya sehingga masalah dituntaskan.

G. Diagram sebab akibat Output atau hasil suatu proses dapat diatributkan dengan banyak faktor, dan hubungan sebab akibat itu dapat ditemukan diantara faktor faktor tersebut. Sangat sulit memecahkan masalah yang kompleks tanpa memperhatikan strukturnya. Dan diagram sebab akibat adalah metode untuk menyakan hal ini dengan sederhana dan mudah. Waktu diagram ini dapat dipergunakan secara praktek, maka terbukti sangat berguna dan segera dipergunakan secara luas pada perusahaanperusahaan jepang . Hal ini dimasukkan ke dalam JIS (Japanese Industrial

Standards), adapun terminology pada pengendalian mutu didefenisikan sebagai berikut : Diagram sebab akibat sebuah diagram yang menunjukkan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor. 4.2 Bagaimana membuat Diagram Sebab-Akibat Ada bermacam macam cara yang untuk membuat diagram ini, tetapi dua metode yang sering dipakai akan dijelaskan disini. 1. Struktur Diagram sebab akibat dan contoh 2. Membuat diagram sebab akibat untuk mengidentifikasikan sebab. y P enentuan karakteristik mutu y P emilihan satu karakteristik mutu y P enulisan sebab ( sebab utama, sebab kedua,sebab ketiga ) y Menentukan kepentingan setiap faktor y Mencatat informasi yang diperlukan P enjelasan Tentang Cara Sering ditemukan cara tersebut sulit dikerjakan. Cara dengan menggunakan metode pendekatan terbaik adalah dengan memperlihatkan variasi. Bila membuat diagram sebab akibat sehubungan dengan rusa k tertentu, sebagai contoh, untuk menemukan terdapatnya variasi dalam sejumlah rusak yang terjadi pada hari yang berbeda dalam satu minggu. Dengan menggunakan metode berpikir pada setiap tahap emnguji hubungan antara karakteristik dan tulangan besar, tulang besar dan tulang sedang, dan tulang sedang dengan tulang kecil, maka diagram sebab akibat yang berguna dapat disusun berdasarkan logika. Akhirnya pemasukan informasi yang diperlukan dalam diagram seperti judul, nama produk,proses atau grup, daftar yan g ikut tanggal dan sebagainya. Cara membuat Diagram Sebab Akibat oleh Sebab yang Terdaftar Sistematik.

Langkah 1 : Tentukan karakteristik mutu Langkah 2 : Temukan sebanyak mungkin sebab yang mempengaruhi karakteristik mutu Langkah 3 : Mencari hubungan antara sebab dan buat diagram sebab akibat dengan menghubungkan elemen tersebut debgab karakteristik mutu dengan hubungan sebab akibat. Langkah 4 : Menentukan kepentingan pada setiap factor, dan tandai factor yang penting, yangn kelihatan mempunyai pengaruh jelas pada karakteristik mutu. Langkah 5 : Menulis informasi- informasi yang diperlukan Penjelasan Cara P enjelasan ini dikarakteristikkan dengan menghubungkan dua kegiatan berbeda, mengambil sebanyak mungkin sebab dan mengaturnya secara sistematik Dalam pembuatan diagram sebab akibat, sebab harus diatur sistematik dengan mengolah dari tulang kecil ketulang sedang, dan dari tulang sedang ke tulang besar. Catatan Pada Diagram Sebab Akibat Anjuran Pada Pembuatan Diagram Sebab Akibat 1 . Identifikasikan semua factor yang relevan melalui pengujian dan di9skusim oleh banyak orang. 2. 3. N yatakan karakteristik senyata mungkin

Buatlah diagram sebab akibat yang berjumlah sama dengan jumlah

karakteristik 4. 5. P ilihlah karakteristik dan factor yang dfapat diukur.

Temukan factor yang dapat diuji untuk diambil tindakan.

A njuran Pada penggunaan Diagram Sebab Akibat. 1. Menentukan kepentingan pada setiap factor secara objektif dengan dasar kata 2. Mencoba mengembangkan diagram sebab akibat secara bersambung sambil menggunakannya. Diagram Pareto dan Diagram Sebab Akibat

Kombinasi DiagramP areto dan diagram sebab akibat pada umumnya berguna. Berikutn ini adalah contoh khusus hal tersebut. 1.P emilihan masalah Contoh yang menggambarkan pengujian ketidak sesuaian dalam proses manufacturing dengan menggunakan diagram pareto. Waktu data ketidak sesuaian dikumpulkan selama dua bulan telah diklasifikasikan denga item yang tidak sesuai. Oleh sebab itu kita mencoba mengurangi jumlah tidaksesuai dengan menekankan pada kerusakan dimensi. 2. Analisa Ukur Banding Meneliti semua unit yang mempunyai variasi dimensi untuk menguji sampai seberapa jauh factor ini mempengaruhi ketidak-sesuaian. 3.P engaruhP engembangan Setelah pengembangan dijalankan, data dikumpulkan,dan diagram pareto dibuat untuk membandingkan hasilnya dan menunjukkan kerusakan dimensim setelah diturunkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices. CRC Press, NY.

[BOB] Bureau of Bussiness Practice. 1992. Handbook of Quality Standard and Compliance. Prentice Hall, Englewood City, NJ.

[BSN] National Standarization Agency - Badan Standarisasi Nasional-. 1998. SNI Standard compilation (Senarai-SNI). Jakarta.

Dillon, M and Griffith. C. 2001. Auditing in The Food Industry. CRC Press. England.

Hoyle, D. 1994. Quality System Handbook. Butterworth-Heinmann, Ltd. Oxford.

Kadarisman, D. Dan Wirakartakusumah, M.A. 1995. Standarization and food quality assurance development. Food Technology Bulletin, Vol. VI (1).

Knight, J.B. and Kotschevar, L.H. 2000. Quantity food Production and Planning, John Wiley and Sons.

Newslow, D. L. 2001. The ISO 9000 Quality System: Application in Food and Technology. Wiley Interscience, NY.

Tenner, A.R. and I.J. Detoro. 1992. Total Quality Management. AddisonWesley Publishing Company.

You might also like