Professional Documents
Culture Documents
Mahasiswa, Kampus
dan Politik
Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED
Purwokerto
Survei ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir pada Jurusan Sosiologi
FISIP UNSOED Purwokerto untuk meraih gelar Strata 1 (S1). Pada tanggal 31
Agustus hasil survei sudah diuji di depan pembimbing dan outsider dan
kemudian disahkan pada tanggal 14 September 2009. Populasi survei ini adalah
mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dengan cluster sampling
pada empat fakultas: FISIP, FE, Faperta dan Fapet. Sampel fakultas
didistribusikan secara proporsional dan responden dirandom berdasar interval
10. Hasil survei ini dapat digeneralisasi pada level populasi.
“Berkaryalah,
sekecil apapun itu”
2
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
3
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
PERNYATAAN
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sejauh
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Firdos Putra A.
F1A 003074
Disclaim: Format halaman publikasi penelitian ini tidak sama dengan edisi
cetaknya (skripsi). Namun seluruh isi tidak mengalami perubahan. Saya merasa
tidak perlu mengikutsertakan lembar lampiran (28 halaman yang terdiri dari
banyak tabel) karena khawatir akan memperberat volume file.
4
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Firdos Putra A.
F1A 003074
Tim Penguji
1. Pembimbing I
Drs. Dalhar Shodiq, M.Si. tanda tangan
NIP.19551023 198403 1 001
2. Pembimbing II
Haryadi, S.Sos., M.A. tanda tangan
NIP.19751005 200212 1 002
3. Outsider
Nanang Martono, S.Sos., M.Si. tanda tangan
NIP.19810330 200501 1 002
Mengetahui
Dekan FISIP UNSOED
5
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, Allah SWT, yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tujuan
penelitian ini adalah guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya pembuatan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada:
1. Bapak Dalhar Shodiq, M.Si., sebagai pembimbing pertama yang secara detail
mengoreksi dari awal hingga akhir.
2. Bapak Haryadi, MA., sebagai pembimbing kedua yang dengan sabar mau
meluluskan perubahan judul dari pertama hingga ketiga.
3. Bapak Nanang Martono, M.Si., sebagai outsider dan juga yang membantu
penulis menggunakan SPSS dan melayani berbagai pertanyaan kuantitatif.
4. Bapak Masrukin, M.Si., dan Bapak Joko Santoso, M.Si., selaku Kajur dan
Mantan Kajur sebelumnya, atas dukungan akademiknya.
5. Ibu Mintarti, M.Si., dan Bapak Haryadi, MA., selaku Sekjur dan Mantan Sekjur
sebelumnya, atas dukungan akademiknya.
6. Seluruh staf pengajar jurusan Sosiologi FISIP UNSOED.
7. Seluruh staf Bagian Pendidikan (Bapendik) FISIP UNSOED.
8. Seluruh staf perpustakan FISIP UNSOED.
9. Jajaran Dekanat, mulai dari Dekan sampai Pembantu Dekan, terimakasih atas
berbagai dukungan dalam bidang akademik atau non-akademik.
10. Enumerator di FISIP Dwi Prayitno, Fak. Ekonomi, seperti Affan, Zainul,
Master, dan awak LPM MEMI lainnya. Di Fak. Pertanian ada Hanang, Feri dan
lainnya. Di Fak. Peternakan ada Wahyuningsih yang dibantu teman Fak.
Peternakan juga.
11. Kepada Jajang Yanuar sebagai informan. Juga pada Auriza, Aulia el Hakim,
Suherdiyanto, Susana Agustin, Chaerudin Affan, Devi Ratnasari, Ias Pramesti,
Iqbal Khudafi, Candra Silfina dan Rangga Fak. Pertanian yang sudah share
panjang-lebar terkait kepolitikan Fak. Pertanian dengan adanya partai
mahasiswa.
12. Kepada Faturi, Acep, Mas Dadan dan khususnya Mas Nanang yang telah
mengajarkan secara intensif metode survei dan juga penggunaan program
SPSS.
13. Komunitas Sisoka (Si Anak, Solidaritas dan KMPA), yang meskipun penulis
bukan anggota mereka, penulis merasa dekat dan at home di tengah-tengah
mereka.
14. Kepada teman-teman WE-Press, LS Profetika dan Lingkar Maya yang selama
ini berdialektika bersama.
6
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
15. Kepada teman-teman aktivis ekstra kampus, mulai FMN, IMM, HMI MPO,
HMI DIPO, PMII, PMKRI, GMNI, LMND, KAMMI dan Gema Pembebasandi
Purwokerto yang selama ini berproses bersama dengan warna-warni
agreement and disagreement.
16. Kepada teman-teman kos “Shopos Ashram” yang pernah penulis provokasi
untuk membangun “Gerakan Anak Kos Ramah Lingkungan” melalui daur
ulang sampah plastik, yang meski gagal, terimakasih atas kebersamaan,
kekeluargaan dan kepercayaanya.
17. Kepada KOPKUN yang bolak-balik penulis repoti. Juga kepada Kang Suroto
terimakasih atas dukungannya.
18. Kepada para dosen kritis-progresif terimakasih atas diskusi dan
partisipasinya—di beberapa forum yang penulis gelar—sebagai pembicara/
fasilitator yang tidak dibayar.
19. Kepada Taqi, Gery, Bagus, Diaz, Tito, Nyaman, Yogi, Dimas, Didik, Fadli, Anto,
Bambang, Edi, Lastri, Ambar, Efi, Tino, Alvin, Iko, Andi, Yahya, Syamsudin,
Sandra, Sari, Uwin, Dimas Alit, Hanang, Andi, Tyo, Feri, Putra dan lainnya,
sebagai teman bermain dan juga teman diskusi.
Tidak lupa kepada perseorangan atau lembaga yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, kepada mereka penulis haturkan terimakasih yang
mendalam. Kepada sidang pembaca, selamat menikmati hasil penelitian ini!
Penulis
7
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
DAFTAR ISI
MOTO 2
PERSEMBAHAN 3
PERNYATAAN 4
PENGESAHAN 5
KATA PENGANTAR 6
DAFTAR ISI 8
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM 10
DAFTAR ISTILAH 12
RINGKASAN 13
SUMMARY 14
I. PENDAHULUAN
8
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
V. REFLEKSI
VI. PENUTUP
9
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Halaman
Tabel 1 Tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM 10
Tabel 2 Distribusi sampel fakultas 27
Tabel 3 Hasil uji validitas instrumen 40
Tabel 4 Deskripsi paska uji validitas 40
Diagram 5 Karakteristik responden berdasar fakultas 41
Diagram 6 Karakteristik responden berdasar organisasi 42
Tabel 7 Karakteristik responden berdasar angkatan 43
Tabel 8 Karakteristik responden berdasar jenis kelamin 43
Tabel 9 Karakteristik informan 44
Tabel 10 Pengetahuan responden terhadap fungsi BEM 46
Tabel 11 Persepsi responden terhadap kinerja BEM 48
Tabel 12 Pengetahuan responden tentang pengurus BEM 49
Tabel 13 Persepsi responden tentang manfaat BEM 50
Tabel 14 Persepsi responden tentang keterserapan 50
aspirasi mahasiswa
Tabel 15 Persepsi responden terhadap pelaksanaan Pemira 51
Tabel 16 Persepsi responden terhadap Pemira dan kuliah 52
Tabel 17 Persepsi responden terhadap materi kampanye calon 53
Tabel 18 Persepsi responden terhadap media kampanye calon 53
Tabel 19 Persepsi responden terhadap visi-misi calon 55
Tabel 20 Persepsi responden terhadap efektivitas sosialisasi KPR 56
Tabel 21 Penggunaan hak pilih responden 57
Tabel 22 Persepsi responden terhadap tentang 57
perlunya menggunakan hak pilih
Tabel 23 Asal motivasi responden saat memilih 58
Tabel 24 Efikasi politik responden tentang penggunaan hak pilih 60
dan perubahan keadaan kampus
Tabel 25 Efikasi politik responden terhadap BEM 60
dan perubahan kampus
Diagram 26 Macam-macam perubahan di kampus yang 61
diharapkan responden
Tabel 27 Ekspektasi responden terhadap BEM 62
Diagram 28 Macam-macam harapan responden terhadap BEM 62
Tabel 29 Rasa memiliki responden terhadap BEM 63
Tabel 30 TS. Persepsi responden terhadap kinerja 65
BEM berdasar fakultas
Tabel 31 TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi 67
mahasiswa berdasar fakultas
Tabel 32 TS. Penggunaan hak pilih responden berdasar fakultas 68
Tabel 33 TS. Persepsi responden terhadap materi 69
10
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
11
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
12
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
RINGKASAN
Mahasiswa, kampus dan politik merupakan tiga entitas yang dapat saling
berkelindan. Di kampus, mahasiswa tidak hanya mengisi aktivitas dengan belajar.
Mahasiswa dengan berbagai peran sosialnya dapat melakukan aktivitas-aktivitas
sosial-politik. Aktivitas ini sekurang-kurangnya dapat dilihat pada fenomena
pemerintahan mahasiswa sebagai wujud dari politik kampus.
Secara historis, pemerintahan mahasiswa bermula dari sejarah Senat
Mahasiswa, Dewan Mahasiswa dan kemudian wujud yang paling terkini adalah
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM). BEM
merupakan lembaga mahasiswa yang mempunyai fungsi pemberdayaan, kontrol
dan advokasi bagi mahasiswa. DLM adalah lembaga mahasiswa yang mempunyai
fungsi legislasi dan kontrol terhadap BEM.
BEM dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih satu tahun sekali melalui
Pemilihan Raya (Pemira). Fungsi Pemira selain untuk memilih ketua BEM juga
berfungsi sebagai media partisipasi mahasiswa pada sistem politik kampus.
Tinggi-rendahnya partisipasi mahasiswa dalam Pemira dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Penelitian ini menyelidiki faktor persepsi dan ekspektasi mahasiswa yang
diduga berpengaruh pada partisipasi mereka dalam Pemira.
Penelitian ini dilaksanakan di empat fakultas di UNSOED Purwokerto
dengan menggunakan metode survei. Teknik sampel yang digunakan adalah
teknik kelompok yang membagi delapan fakultas di UNSOED menjadi dua:
fakultas eksakta dan sosial. Pada setiap kelompok diambil dua fakultas.
Kemudian sampel diacak dan disebarkan ke fakultas secara proporsional. Survei
dilakukan kepada 261 responden yang nama-namanya sudah ditentukan melalui
kerangka sampel dengan interval 10.
Hasil survei memperlihatkan bahwa persepsi dan ekspektasi
mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira. Artinya hipotesis kerja (Hk)
penelitian ini diterima. Meski demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa
korelasi persepsi dan ekspektasi dengan partisipasi rendah. Hal ini disebabkan
pengaruh beberapa variabel komponen terhadap variabel partisipasi mahasiswa.
Diterimanya hipotesis kerja berarti bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi
pada tingkat populasi.
Di bagian akhir, peneliti menyarankan revitalisasi sistem politik kampus
dengan menyempurnakan Pemira dengan sistem partai. Selain itu, peneliti juga
menyarankan untuk membatasi pemilih dalam Pemira hanya pada empat
angkatan terakhir. Dua rekomendasi itu dapat meningkatkan partisipasi baik
secara kuantitatif dan kualitatif. Pada akhirnya, politik kampus akan dinamis dan
demokratis.
13
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
SUMMARY
14
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB I
PENDAHULUAN
dalam rangka mengusung perubahan sosial. Posisi dan peran serta berbagai
kelebihan lainnya membuat mahasiswa menjadi salah satu agen perubah (agent
umum peran mahasiswa kala itu dapat dilihat pada film Gie, yang
1
Dalam film Soe Hok Gie, sutradara Riri Riza, diproduksi oleh Miles Film rilis pada 14 Juli 2005.
15
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Hal senada kembali terulang pada tahun 1998 dengan tumbangnya rezim
Mahasiswa memulai gerakan pada tahun 1997 dan klimaksnya pada bulan Mei
sengketa keterkaitan militer, agen intelejen asing, dan berbagai teori konspirasi
merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh kelompok penekan lainnya. Suara
tertentu, seperti: partai politik, organisasi massa atau negara. Suara mahasiswa
kemanusiaan-kemasyarakatan.
Tindakan atau aksi strategis seperti di atas tentu saja tidak bisa disterilkan
tempat mahasiswa menempa ilmu dan berbagai kecakapan lainnya. Kampus juga
merefleksikan dirinya. Selain itu dengan berbagai aktivitas, melalui Unit Kegiatan
16
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Fungsi kampus dalam konteks ini sebagai “wadah pembiakan” tidak bisa
dilepaskan dari konteks posisi dan peran mahasiswa sebagai agen perubah.
Dialektika dalam berbagai aktivitas kampus merupakan rahim yang sudah dan
melakukan usaha kritisisme serta resistensi terhadap jejaring kuasa yang ada.
Kampus dengan berbagai dinamikanya menyediakan raw material bagi olah pikir
dan olah aksi mahasiswa sebagai salah satu entitas terbesar di dalamnya.
Posisi dan peran mahasiswa pada titik itu tidak hanya sebagai peserta
didik yang menjalankan ritual harian (proses belajar), melainkan entitas sipil yang
sekolah. Dinamika mahasiswa di kampus lebih dekat ke arah bangun relasi warga
sipil yang sadar terhadap hak-hak sosial-politiknya. Pada titik yang lain, dosen
serta birokrasi kampus, merupakan warga sipil lain yang dalam struktur lembaga
17
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
sosial-politik.
hak-hak sebagai warga negara atau peserta didik dalam lingkup perguruan tinggi.
Pada konteks ini, lahirlah terminologi politik kampus2. Secara umum politik
aktivitas itu lahir dari, oleh, dan untuk semua masyarakat kampus. Politik kampus
macam kebijakan yang ada di kampus. Politik kampus berkonotasi positif sebagai
lembaga mahasiswa itu sendiri (internal) atau oleh birokrasi kampus, seperti
2
Sepengetahuan penulis, setelah mencari dari berbagai sumber, belum ada definisi yang tuntas
terkait terminologi “politik kampus”. Dalam konteks ini, penulis merasa perlu untuk
mendefinisikan—meski secara kasar—terminologi tersebut dalam rangka mengoperasionalkan
penelitian ini.
3
Dalam Miriam Budiarjdo hal. 12.
18
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
menghadiri kongres atau musyawarah mahasiswa (Musma), aksi massa dan lain
dengan bangun logika demokrasi, dari, oleh dan untuk kita (baca: mahasiswa).
4
Untuk mengetahui sejarah pemerintahan mahasiswa, lebih lanjut lihat di www.wikipedia.co.id
dengan kata kunci “sejarah dewan mahasiswa”.
19
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
program kerja merupakan hasil atau ouput yang dapat dipetik untuk kepentingan
Mahasiwa. Bentuk organisasi ini berakhir pada tahun 1978-an ketika pemerintah
memberangus aksi kritis para mahasiswa dan berujung pada pembekuan Dewan
(BKK). Pembekuan ini terjadi pada masa Daoed Joesoef menjadi Menteri
Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas, Ketua Umum BPM dan Ketua Umum
5
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) adalah kebijakan
pemerintah untuk mengubah format organisasi kemahsiswaan dengan melarang mahasiswa
terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi,
dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT. Lihat,
www.wikipedia.com dengan kata kunci “NKK/BKK”.
20
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
kemudian ditolak, dan dipelopori oleh UGM, Senat Mahasiswa berubah menjadi
dilihat dari adanya: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang menjalankan fungsi-
menjalankan kerja-kerja legislasi dan kontrol. BEM dan DLM dipimpin oleh
seorang presiden atau ketua. Presiden BEM dipilih melalui Pemilihan Raya
wakilnya di DLM.8 Berbeda dengan HMJ, yang ketuanya dipilih melalui Pemira
Jurusan, ketua UKM dipilih dalam forum Musyawarah Anggota (Musang) oleh
6
Lihat, www.wikipedia.com dengan kata kunci “Senat Mahasiswa”. Senat Mahasiswa disahkan
melalui SK Mendikbud No. 0457/U/1990.
7
Namun pada kenyataannya, hubungan BEM dan UKM lebih nampak sebagai mitra yang secara
struktural sebatas koordinasi.
8
Namun hal ini tidak berlaku umum, di beberapa fakultas HMJ tak ubahnya seperti UKM yang
secara struktural berada di bawah BEM. Meski demikian, pada kenyataannya, kerja-kerja HMJ
tidak terlalu terikat oleh kerja-kerja BEM.
21
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Musma dan Pemira. Hal tersebut juga berlaku di Universitas Jenderal Soedirman
setahun sekali sesuai dengan periode kerja atau masa bakti Presiden BEM. Pada
yang tak ubahnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Indonesia. Tahap-tahap pada
Pemira nyaris sama dengan Pemilu nasional. Ada tahap penjaringan calon, masa
fakultas seperti ISIP, Hukum, Ekonomi, MIPA, Kesmas, dan sebagainya tidak
komunitas tertentu.
22
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Dana dan perlengkapan lainnya mereka peroleh dari donasi individu yang lebih
bilik pemungutan suara. Bilik suara ini biasanya terletak di beberapa tempat di
kampus yang mudah dijangkau mahasiswa kebanyakan. Bilik suara dijaga oleh
petugas KPR yang akan melayani mahasiswa mulai dari mendaftar dan mengecek
pemungutan suara dan lainnya tergantung pada kesiapan KPR. KPR sendiri
kemahasiswaan.
Presiden BEM terpilih bisa langsung diumumkan berikut jumlah seluruh suara
yang masuk, jumlah suara pesaingnya dan jumlah suara yang rusak. Tabel di
bawah ini menunjukan tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM pada
23
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
9
Data: diolah dari berbagai sumber
dalam menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih perlu dikaji dan diteliti.
faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi partisipasi mahasiswa pada
9
Data diperoleh dari Ketua KPR atau Presiden BEM fakultas yang bersangkutan. Kondisi lembaga
mahasiswa di lima fakultas di atas relatif tidak berubah setelah adanya kebijakan merger fakultas
di UNSOED. Berbeda dengan itu, Fakultas Kedokteran, MIPA, Teknik, Kelautan dan Perairan,
Kesmas, Farmasi dan sebagainya mengalami merger pada level akademik namun belum
termerger pada level lembaga mahasiswa.
24
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
B. Rumusan Masalah
permasalahan agar penelitian ini berjalan dalam kerangka yang runtut dan logis,
C. Pembatasan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
cakrawala disiplin Sosiologi Politik dalam lanskap lokal (mikro). (b). Secara
praktis, penelitian ini dapat memberi gambaran dan masukan bagi para
25
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB II
sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma
fakta sosial. Fakta sosial (social facties) merupakan sesuatu (thing) yang berbeda
dengan dunia ide. Fakta sosial menurut Durkheim mempunyai sifat eksternal,
umum dan memaksa. Eksternal, umum dan memaksa artinya bahwa fakta
tersebut berada di luar individu dan berlaku secara umum bagi kelompok
Durkheim merinci fakta sosial menjadi dua macam: pertama fakta sosial
yang berbentuk material, yaitu barang atau sesuatu yang dapat disimak,
ditangkap dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini merupakan
bagian dari dunia nyata (external world). Contoh fakta sosial material adalah
arsitektur dan sebagainya. Kedua, fakta sosial nonmaterial, yaitu sesuatu yang
dianggap nyata (external). Fakta sosial ini merupakan fenomena yang bersifat
intersubyektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contoh
10
Dalam Lawang hal. 177-178.
11
Dalam Ritzer hal 14.
26
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
di dalamnya).
teori struktural fungsional, konflik, sosiologi makro, dan sistem. Penelitian ini
masyarakat. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang
terdiri dari bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya bahwa setiap struktur dalam
sistem sosial bersifat fungsional terhadap yang lain. Bilamana tidak, maka
B. Partisipasi Politik
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara
12
Ibid.
13
Dalam Miriam Budiardjo, hal. 1-7.
27
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
kepentingan, dan sebagainya. Lebih khusus Norman H. Nie dan Sidney Verba14,
yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi
Partisipasi politik dibedakan menjadi dua, aktif dan pasif. Partisipasi aktif
ikut serta dalam pemilihan pimpinan pemerintahan dan sebagainya. Di sisi lain,
partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan, menerima dan
yang bersifat sukarela (otonom) dan partisipasi atas desakan orang lain
dimobilisasikan)16.
partisipasi politik yang terbiasa, yang seringkali lebih luas daripada bentuk
14
Ibid.
15
Dalam Sudijono Sastraoatmodjo hal. 74.
16
Ibid. hal. 77.
17
Ibid. hal. 80.
28
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
masyarakat umumnya dianggap lebih baik18. Pada titik ini, tingkat partisipasi
rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena
partisipasi ini, pimpinan negara dianggap kurang tanggap atau tidak responsif
C. Persepsi Mahasiswa
dan menafsirkan pesan. Selain itu ada pula yang mengartikan persepsi sebagai
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Proses persepsi
penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan
18
Dalam Miriam Budiarjdo hal. 23
19
Dalam Bimo Walgito hal. 87-88.
29
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
informasi berasal dari stimuli yang telah diketahui oleh seseorang maka
struktur kepribadian yang tercermin pada sikap individu. Salah satu hal untuk
terhadap suatu obyek yang didasarkan pada minat dan kebutuhan orang
tersebut terhadap obyek itu20. Pada titik inilah persepsi individu menjadi salah
dan sebagainya merupakan input berupa informasi atau data. Input tersebut
akan disaring dan diseleksi oleh yang bersangkutan sesuai dengan latar belakang
20
Dalam Sugijono Sastroatmodjo hal. 14.
30
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
motivasi yang ada dalam dirinya. Di dalam diri individu terdapat sesuatu yang
motivasi. Untuk dapat memhami tingkah laku manusia atau masyarakat maka
langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencoba mengerti tentang batasan-
Menurut Kartini Kartono21 motivasi berasal dari kata motivus yang berarti
sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau
ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
dan tenaga penggerak lainnya yang bersal dari dalam diri manusia tersebut
untuk melaksanakan sesuatu22. Motif-motif itu memberi arah dan tujuan kepada
tindakan atau tingkah laku manusia. Motivasi merupakan sesuatu yang ada
melakukan sesuatu.
21
Dalam Kartini Kartono hal. 157.
22
Dalam Gerungan hal. 141.
31
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Motivasi atau ekspektasi dalam kajian Politik lebih dikenal sebagai political
efficacy yakni sebuah harapan akan dampak dari suatu aktivitas politik23.
individu tersebut untuk menggunakan hak pilihnya. Pada titik itu individu
E. Penelitian Terdahulu
menyusun tesis dengan tema “Persepsi dan Perilaku Pemilih terhadap Partisipasi
adalah untuk memilih partai politik dan wakil rakyat secara langsung, yang
dalam menggunakan hak pilih sesuai dengan hati nurani. Sebagian pemilih tidak
menggunakan hak pilih karena tidak diberi tahu dan tidak mau tahu, tidak
23
Dalam Miriam Budiarjdo hal. 3.
24
Dalam http://pasca.uns.ac.id
32
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
ikatan emosional pribadi, organisasi keagamaan, daerah asal calon, kultur atau
mempercayai partai.
dan para calon. Masyarakat secara umum tidak terlibat dalam kampanye karena
menggunakan hak pilih karena sebagai warga negara yang baik, ingin
perilaku pemilih dan partisipasi politik saling terkait, semakin baik persepsi
politiknya.
“Persepsi dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada Langsung 2005 di
25
Skripsi pada Jurusan Ilmu Politik UNSOED tahun 2005.
33
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
pemilih pemula berpendapat Pilkada Langsung telah berjalan lancar dan juga
selebaran, brosur dan stiker serta ada yang mengetahui dari keluarganya. Kedua,
pilihnya dan ada juga yang ikut kampanye, tetapi partisipasi yang dilakukan
pemilih pemula dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi karena mereka
pemula lebih mendukung calon bupati yang lama untuk memimpin Purbalingga
kembali, walaupun ada yang mendukung calon bupati yang pernah memimpin
kabupaten lain, tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati
34
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
pemilih pemula memilih tetap akan menggunakan hak pilihnya bila cuaca tidak
dan Perilaku Memilih Masyarkat dalam Pemilu Legislatif 2004 di Desa Wangon
Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas”. Selain itu juga dilakukan oleh Elisa
Sofiawati27 mahasiswa Ilmu Politik FISIP UNSOED juga dengan judul “Persepsi
dan Partisipasi Anggota Organisasi Forum Betawi Rembug (FBR) terhadap Calon
Walikota dan Wakil Walikota dalam Pilkada 2005 di Kota Depok”. Kamsiyah dan
pengaruh yang kuat terhadap partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif atau
Dari empat penelitian baik tingkat skripsi atau tesis dengan masalah
26
Skripsi pada Jurusan Ilmu Politik UNSOED tahun 2004.
27
Skripsi pada Jurusan Ilmu Politik UNSOED tahun 2005.
35
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
seseorang berpartisipasi dalam Pilkada Langsung 2005. Efikasi politik yang positif,
seperti “tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati terpilih
kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan survei. Selain itu pada dimensi
obyek penelitian, dimana penelitian di atas berada pada level masyarakat yang
lebih heterogen, sedangkan penelitian ini pada level mahasiswa yang relatif
homogen.
lebih jelas bagaimana korelasi antara persepsi dan ekspektasi masyarakat dalam
penelitian ini adalah korelasi antara persepsi dan ekspektasi mahasiswa dengan
36
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
F. Hipotesis Penelitian
b. Model Geometrikal
X1
Y
X2
37
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB III
A. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Populasi
3. Sasaran Penelitian
angkatan 2006, 2007 dan 2008. Alasan dipilihnya mahasiswa tiga angkatan
(skripsi). Hal ini berangkat dari asumsi bahwa dengan frekuensi kehadiran yang
kampus.
38
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
4. Metode Penelitian
5. Jenis Penelitian
hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis bertujuan untuk mengetahui
apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel yang lain.
6. Variabel Penelitian
terhadap BEM dan Pemira sebagai variabel X2; 3). Partisipasi mahasiswa dalam
cluster sampling. Teknik ini merupakan metode yang digunakan untuk memilih
sampel berupa kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) yang
pada setiap kelompoknya terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements).30
28
Dalam Singarimbun hal. 3.
29
Dalam Faisal hal. 21.
30
Dalam Sugiarto, hal. 90.
39
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
tersebut dapat dipilih baik menggunakan metode acak sederhana atau acak
Berangkat dari cara berpikir itu, pada tahap awal peneliti melakukan
sisanya yakni Ekonomi, Hukum dan ISIP termasuk dalam fakultas noneksakta
(sosial). Kemudian dari dua kelompok itu peneliti acak menggunakan cara
eksakta sedang ISIP dan Ekonomi dari kelompok fakultas noneksakta (sosial).
angkatan, dan jurusan pada fakultas yang telah ditentukan di atas. Nama-nama
setiap angkatan. Cara ini dilakukan dengan alasan kemudahan dan nama-nama
yang ada teracak secara sempurna. Cara ini juga mempunyai kelebihan karena
31
Dalam www.unsoed.ac.id.
32
Mengingat mahasiswa Fakultas Biologi tidak mempunyai lembaga BEM, maka Fak. Biologi
dikeluarkan dari proses pengacakan.
33
Peneliti membuat lintingan (seperti arisan) kemudian mengocoknya dan menghasilkan empat
dari tujuh fakultas eksakta dan noneksakta. Fak. Biologi tidak disertakan karena tidak
mempunyai BEM.
40
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dikembangkan Isaac dan Michael34. Isaac dan Michael telah menghitung kisaran
sampel dari populasi yang berbeda. Perhitungan mereka tertuang dalam tabel
7000), sehingga sampel dalam penelitian ini sebesar 261 mahasiswa seperti yang
ns Keterangan:
ds = X Σ Mhsw Fak ds : Distribusi sampel
P ns : Nominal sampel
P : Populasi
34
Dalam Sugiyono hal. 70-71.
35
Ibid.
41
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
a. Kuesioner
b. Wawancara
guna mendapatkan data yang rinci, mendalam dan benar-benar digali dari
c. Observasi
lokasi penelitian untuk melengkapi data dan informasi yang menunjang bagi
36
Lihat Ritzer, hal. 63
42
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
d. Dokumentasi
berupa dokumen dari KPR atau BEM fakultas, internet untuk mengakses
9. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Data primer,
merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui alat bantu kuesioner
dan/atau wawancara dan observasi. 2). Data sekunder, merupakan data yang
diperoleh dari dokumen dari KPR atau BEM fakultas, internet untuk mengakses
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang
mengukur apa yang ingin diukur, dan belum tentu data yang terkumpul tersebut
37
Singarimbun, hal. 124.
43
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
konstruk (construct validity). Validitas konstruk ini dapat diuji dengan cara:
∑∑.∑
r hitung =
√
∑ ∑
∑ ∑
dengan angka kritik tabel korelasi nilai r pada n-2, α =0,05. Dalam penelitian ini
syarat minimum r = 0,138 adalah diambil dari nilai r product moment dengan
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
digunakan teknik Alpha Cronbach yaitu metode untuk mencari reliabilitas alat
Keterangan:
rhitung = Nilai reliabilitas
∑Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item
St = Varian total
K = Jumlah item
38
Ibid., hal 137.
39
Riduwan, hal. 125.
44
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
moment dengan dk = n-1, level signifikansi 95% atau α = 0,05 maka apabila:
sebagaimana di bawah:
mahasiswa terhadap BEM dan Pemira. Variabel ini dapat diukur dengan
45
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
penggunaan hak pilih saat berlangsungnya Pemira. Hal ini diukur dengan
46
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
1. Analisis Kuantitatif
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Alat
analisis yang digunakan berupa distribusi frekuensi, analisis tabulasi silang, dan
a. Distribusi Frekuensi
dalam beberapa kelompok yang sedemikian rupa sehingga setiap data dari
hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau
40
Dalam Singarimbun hal. 266.
41
Dalam Singarimbun hal. 273.
47
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
2. Analisis Kualitatif
koefisien signifikansi hitung < koefisien signifikansi tabel, maka Ho ditolak dan Hk
42
Dalam Sugiyono hal. 117.
43
Dalam Muhadjir hal. 4.
48
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Wilayah
baru sampai pada tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) umum atau
kejuruan. Padahal hasrat dan minat masyarakat untuk mencapai pendidikan yang
lebih tinggi semakin meningkat. Pada waktu itu, para lulusan SMTA yang akan
Banyumas. Hal tersebut tentunya hanya terjangkau bagi keluarga yang sanggup
membiayai putra-putrinya.
Sejarah babad alas ini bisa disimak selengkap pada “Buku Pedoman UNSOED”
44
Hal. 1-3 cetakan tahun 2007. Sayangnya perkembangan serta deskripsi wilayah terkini belum
terilis dalam www.unsoed.ac.id sebagai media online yang seharusnya lebih up to date.
49
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Peternakan, Biologi, Saintek dan Kesmas, sedangkan kampus ISIP, Ekonomi dan
Pada sisi lain, sebagian besar mahasiswa lebih sering menyebut kampus-
dengan sesuatu yang jorok, kotor dan semacamnya. Asosiasi kata “belakang”
seperti pada frasa, “mau ke belakang” atau “di belakang” yang berarti “kamar
sebagian besar adalah kampus eksak yang berada “di belakang” kantor
berbanding dengan letak kantor administrasi dan Rektor serta di depan jalan
45
Lihat di www.we-press.com
50
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Pers Mahasiswa, UKM Olahraga, UKM Kerohanian, UKM Teater, UKM Musik,
UKM Pecinta Alam dan sebagainya. Variasi UKM di masing-masing fakultas bisa
fakultas bersangkutan.
keilmuan pada bidangnya masing-masing. Selain itu, HMJ dan/atau HMPS juga
HMJ dan/atau HMPS signifikan dalam proses penerimaan mahasiswa baru yang
51
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
kebijakan dan kontrol terhadap BEM. Di UNSOED hanya ada satu fakultas yang
BEM dalam rangka melaksanakan program kerjanya. Pada konteks itu, UMK dan
HMJ/HMPS mengajukan dana ke BEM yang akan disetujui atau tidak oleh BEM.
pada saat rapat anggaran saat UKM dan HMJ/HMPS mengajukan sejumlah
dilakukan di luar tindakan insidental seperti rapat koordinasi penyikapan isu atau
kebijakan tertentu.
Selain empat lembaga inti itu, di beberapa fakultas juga terdapat forum
diskusi yang secara struktural berada di luar struktur BEM. Forum diskusi
mahasiswa semacam ini biasanya lahir dari asosiasi sukarela individu yang
menaruh minat atau perhatian yang sama pada masalah, isu atau bidang
tertentu. Meski secara struktural berada di luar BEM, forum diskusi mahasiswa
kegiatan-kegiatan BEM.
46
Analisis ketidakharmonisan itu peneliti kupas lebih lanjut pada Bab VI Refleksi.
52
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
membentang luas pada tema, isu atau bidang tertentu, misal komunitas film,
fakultas. Pada sisi lain, hubungan antarlembaga di atas acap kali terjadi benturan
53
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dikeluarkan dari proses analisis karena tidak ditemukan variasi nilai sehingga
54
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
the variables is constant”. Variabel Y tidak dilakukan uji validitas karena terdiri
pertanyaan menghasilkan rhitung sebesar 0,6643. Angka ini berarti reliabel karena
4. Karakteristik Responden
menjadi empat, yakni berdasar fakultas, angkatan, jenis kelamin dan afiliasi
a. Berdasarkan Fakultas
Fakultas:
isip
50.0
ekonomi
pertanian
peternakan
40.0
30.0
20.0
imer
10.0
38 146 58 19
Percent
Sumber: olahan data primer, 2009
menjadi empat: FE dengan jumlah 146 responden (55,9%), FISIP dengan jumlah
55
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
digolongkan menjadi dua: fakultas eksakta yakni Faperta dan Fapet, serta
b. Berdasarkan Organisasi
50.0
Organisasi:
intra
ekstra
40.0 non organisasi
30.0
20.0
10.0
125 8 128
Percent
Sumber: olahan data primer, 2009
diagram di samping yakni tidak adanya perbedaan jumlah yang tajam antara
berorganisasi. Jika hanya dibuat menjadi dua kategori besar, maka akan
56
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
(tidak berorganisasi) dan sisanya 51% (133 orang) adalah berorganisasi pada
dengan yang tidak berorganisasi. Selain itu, peneliti juga bisa mengetahui
HMI, KAMMI, PMII, IMM, GMNI, PMKRI dan lainnya) pada masalah persepsi,
Frequency Percent
2006 86 33.0
2007 87 33.3
2008 88 33.7
Total 261 100.0
Frequency Percent
perempuan 102 39.1
laki-laki 159 60.9
Total 261 100.0
57
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
berdasarkan angkatan dan jenis kelamin tidak akan peneliti gunakan sebagai
dasar analisis, namun dengan menyajikan dua karakteristik itu peneliti dapat
5. Karakteristik Informan
lanjut temuan survei lapangan. Lebih detailnya sebagai berikut, Jajang Yanuar
58
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Presiden BEM Faperta 2007. Hanya memilih Rangga bukan mantan presiden BEM
fakultas lainnya karena Faperta yang pertama kali menerapkan sistem Pemira
dengan partai, yakni semenjak tahun 2004. Selain itu, Rangga diperlukan untuk
Ias Pramesti, Susana Agustin, Devi Ratnasari, Auriza, Iqbal Khudafi dan
BEM. Heru Hariyadi dipilih dalam wawancara ini karena kapasitasnya sebagai
47
Nama ormas tersebut peneliti rahasiakan dikhawatirkan akan memancing sentimen ideologi
tertentu.
59
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
B. Pembahasan
1. Analisis Kuantitatif
tabulasi silang, dan analisis korelasi (Kendall Tau). Analisis ini berfungsi untuk
menjabarkan data kuantitatif yang sudah diolah dengan bantuan program SPSS.
umum persepsi, ekspektasi dan partisipasi mereka dalam Pemira BEM. Detail
analisis berikutnya dapat dilihat pada analisis tabulasi silang sebagai penjabaran
Frequency Percent
tidak 66 25.3
ya 195 74.7
Total 261 100.0
tidak perlu menjelaskan hal tersebut secara panjang lebar, selain bahwa
keberadaan BEM sudah sangat dikenal oleh mahasiswa di empat fakultas. Justru
yang menarik adalah, adanya 25,3% atau seperempat jumlah responden yang
48
Lihat Hal. Lampiran
imer
60
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
masih tidak mengetahui fungsi BEM. Fakta ini menjadi ironis karena BEM
wawancara Ias, dan Auriza mengatakan bahwa fungsi BEM yang mereka ketahui
adalah sebagai lembaga yang menyerap aspirasi. Berbeda dengan Ias dan Auriza,
Devi mengatakan bahwa fungsi BEM selain menyerap aspirasi mahasiswa adalah
untuk mengelola UKM/HMJ. Selain itu, Susana mengatakan bahwa fungsi BEM
responden adalah BEM sebagai lembaga aspirator yang merupakan turunan dari
fungsi pemberdayaan. Secara normatif, BEM mempunyai fungsi dalam tiga hal:
dan sebagai lembaga pengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh fakultas atau
49
Wawancara pada 3 September 2009 di kampus FISIP.
61
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Frequency Percent
kurang 77 29.5
cukup 171 65.5
bagus 13 5.0
Total 261 100.0
terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan BEM cukup baik (65,5%).
Hanya 5% responden yang menilai bagus dan sisanya, 29,5% menilai kinerja BEM
selama ini belum seperti yang mereka harapkan. Penilaian responden terhadap
dengan visi-misi yang dijanjikan saat Pemira. Hal ini seperti apa yang
“Ya harusnya mereka bisa kerja seperti yang mereka janjikan pas
kampanye dulu. Dulu kan BEM triak-triak soal pendidikan komersil.
Sampai sekarang saja masalah POM belum selesai. Saya bayar POM lima
juta rupiah. Itu kan berat”.
50
Wawancara pada 3 September 2009
62
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Kinerja BEM secara fisik bisa dilihat dengan berbagai kegiatan yang
Bisa juga dilihat kontrol BEM terhadap suatu kebijakan dalam bentuk audiensi
dengan pihak birokrasi kampus, aksi massa, penggalangan petisi dan sebagainya.
Frequency Percent
tidak 56 21.5
ya 205 78.5
Total 261 100.0
yang mengatakan tidak mengetahui siapa presiden atau pengurus BEM. Menurut
kampus. Ia mengatakan, “Jujur saja mas, aku jarang di kampus. Kalau kekampus
ya pas kuliah saja. Setelah selesai ya pulang. Jadi tidak tahu masalah begituan”.
berbeda dengan menyosialisasikan masalah fungsi BEM yang tentu saja serius.
Seorang pengurus BEM tidak perlu mengatakan secara langsung “Saya adalah
mengatakan kepada temannya melalui SMS atau tatap muka, “Maaf nanti
malam saya ada rapat BEM, jadi tidak bisa datang”. Poin dari analisis ini adalah
51
Wawancara melalui ponsel pada 10 September 2009.
63
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
bahwa proses sosialisasi itu bisa berjalan sangat luwes dan luas apalagi ditambah
dengan berbagai proses aktif BEM untuk melakukan pencitraan diri secara
Frequency Percent
tidak 159 60.9
ya 102 39.1
Total 261 100.0
Frequency Percent
tidak 62 23.8
ya 199 76.2
Total 261 100.0
responden ditanya apakah selama ini BEM sudah menyerap aspirasi mahasiwa,
60,9% (159 orang) mengatakan tidak dan sisanya 39,1% mengatakan sudah
rimer
menyerap aspirasi mahasiswa. Fakta ini menunjukan bahwa secara umum BEM
diselenggarakan BEM seperti yang diungkapkan oleh Auriza dan Susana. Namun,
kemanfaatan tersebut tidak sejalan dengan harapan publik. Artinya, bisa terjadi
64
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
bahwa berbagai kegiatan BEM selama ini tidak sesuai dengan harapan mereka.
sepenuh hati.
Frequency Percent
tidak 124 47.5
ya 137 52.5
Total 261 100.0
ajang untuk memilih presiden BEM. Selanjutnya data ini peneliti reduksi dari
karena biasanya calon hanya berjumlah dua sampai tiga orang dengan ukuran
kertas suara yang kecil52. Di sisi lain, ketidakmudahan Pemira terletak pada
masalah letak TPS yang kurang strategis, misalnya TPS yang dibagi berdasarkan
52
Wawancara melalui Facebook karena yang bersangkutan sedang berada di rumah (Pekalongan)
pada 3 September 2009.
65
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
masing-masing jurusan padahal kuliah sering berpindah ruang53. Selain itu, Ias
mengatakan bahwa kesulitan Pemira terletak pada TPS yang jauh jaraknya dari
ruang kuliahnya.
Frequency Percent
tidak 220 84.3
ya 41 15.7
Total 261 100.0
rimer mereka kan ngomongnya make megaphone dan kenceng banget”. Devi
tahap pemungutan suara juga mengganggu karena TPS berada dekat dengan
53
Wawancara dengan Auriza pada 9 Agustus 2009.
54
Wawancara melalui ponsel pada 9 September 2009.
66
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Frequency Percent
tidak 172 65.9
ya 89 34.1
Total 261 100.0
Frequency Percent
tidak 162 62.1
ya 99 37.9
Total 261 100.0
Pemira sebagai proses pemilihan Presiden BEM tidak bisa dilepaskan dari
proses komunikasi dan marketing politik. Pada saat Pemira, masing-masing calon
atau kandidat akan berupaya memperoleh perhatian dan simpati publik yang
media kampanye sebagai salah satu alat untuk mendapatkan suara perlu
ponden
alon diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Materi dan media kampanye kandidat
termasuk bagian dari bagaimana mengemas isu, visi-misi dan lain sebagainya
67
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
kalimat, warna, foto, desain, dll.) dan media kampanye (pamflet, stiker, spanduk,
baliho, dll.) tidak menarik, yakni sebesar 65,9% dan 62,1%. Hal tersebut karena
berbagai media dan materi kampanye yang ada kurang bisa mengikat kesan
calon seperti kampanye di PEMILU seperti spanduk yang besar dan banyak. Hal
itu akan lebih menarik dengan menambah berbagai slogan, katanya, “Misal
kayak JK: Lebih Cepat, Lebih Baik. Itu kan enak didengar. Atau kayak Tukul:
katrok, ndeso, kutu kupret dan lainnya. Slogan kayak gitu gampang diingat”.
Berbeda dengan itu, Devi menyatakan harusnya media kampanye lebih ramai
55
Firmanzah, Hal. 166
68
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Frequency Percent
tidak 146 55.9
ya 115 44.1
Total 261 100.0
mengatakan bahwa visi-misi calon presiden tidak mewakili mahasiswa yang nota
terjadi, apa yang dianggap ideal oleh calon tertentu, tidak sesuai dengan harapan
dan mahasiswa pada masalah Semester Pendek (SP) atau Kuliah Akhir Tahun
kebutuhan dan lebih efisien daripada mengulang mata kuliah tersebut pada
semester berikutnya.
pada tahap Debat Kandidat Presiden BEM, saat itu calon menyampaikan visi-
calon tersebut. Selain itu, kesenjangan ini bisa juga diatasi dengan cara
melakukan poling atau survei terlebih dulu terhadap konstituen dan kemudian
69
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
ini, calon berikut tim suksesnya berperan sebagai interpretator dan artikulator
keinginan konstituen.
Frequency Percent
tidak 199 76.2
ya 62 23.8
Total 261 100.0
Selain calon, kerja KPR tidak bisa dinafikan sebagai komisi penyelenggara
Pemira. Pada tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa 76,2% responden mengatakan
KPR tidak efektif dalam melakukan sosialisasi Pemira. Proses sosialisasi ini tentu
bisa juga ditambah melalui pesan singkat (SMS) dengan catatan tersedianya
database nomor ponsel mahasiswa. Bisa juga menggunakan saran Ias56 dengan
slogan/jargon yang menarik dan tidak klise. Materi sosialisasi KPR cenderung
klise, misalnya “Mari Kita Sukseskan Pemira FISIP untuk Menegakan Demokrasi
Kampus”. Materi sosialisasi dengan bahasa baku dan klise semacam itu bisa
56
Wawancara pada 3 September 2009.
70
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dikemas dengan cara lain, misalnya, “Katrok dan ndeso lo kalo ga nyoblos di
Frequency Percent
tidak 111 42.5
ya 150 57.5
Total 261 100.0
Frequency Percent
mer
tidak 41 15.7
ya 220 84.3
Total 261 100.0
dipengaruhi oleh ketidakefektifan KPR dalam melakukan sosialisasi. Hal ini bisa
pentingnya menggunakan hak pilih sebesar 84,3%. Artinya ada kesenjangan yang
mer
nyata antara idealitas tentang penggunaan hak pilih dengan realitas yang terjadi.
Ias, Susana dan Candra merasa perlu menggunakan hak pilih karena
57
Lihat hal 8 pada Bab I Pendahuluan.
71
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
mendatang58. Pada sisi lain, Iqbal merasa tidak perlu menggunakan hak pilih
karena menurutnya dalam demokrasi memilih itu adalah hak, bukan kewajiban59.
Selain Iqbal, Auriza mengatakan bahwa dirinya tidak menggunakan hak pilih
karena tidak mengenal calon pada Pemira BEM 2007. Hal ini berbeda pada saat
Frequency Percent
dari luar 63 24.1
dari dalam 198 75.9
Total 261 100.0
bahwa kesadaran politik sebagian besar mahasiswa cukup baik. Hal ini
karena keinginan sendiri daripada karena dorongan luar seperti: teman atau
lembaga. Diagram itu memperlihatkan bahwa dorongan dari dalam diri lebih
para aktivis atau pegiat kampus selama ini yang menengarai bahwa kesadaran
58
Wawancara pada 3 dan 10 September 2009.
59
Wawancara pada melalui ponsel 10 September 2009.
72
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dimobilisasi.
Ias menyatakan bahwa saat menggunakan hak pilih dirinya diajak oleh
“Aku nyoblos saat itu ya karena diajak teman. Aku gak tahu siapa
calonnya. Cuma kan pas saat itu di ekonomi calonnya cuma satu, ya aku
pilih saja dia. Aslinya se aku ga tahu siapa dia selain pernah liat pas
OSPEK”.
“Saat itu kan ada dua Pemira ya, DLM sama BEM. Nah Susan itu gak
nyoblos yang BEM karena tidak tahu siapa Masduki-Simon. Susan nyoblos
cuma yang DLM, Mas Wicak. Baru setelah Mas Simon menang, Susan
kenal dia karena pernah ngobrol langsung”.
dari sendiri. Meski sulit dibedakan secara tegas, idealnya partisipasi politik
individu seperti yang dilakukan Susana atau Devi yang berdasarkan dorongan diri
sendiri. Susana lebih memilih golput pada Pemira BEM daripada memilih calon
73
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Frequency Percent
tidak 64 24.5
ya 197 75.5
Total 261 100.0
Efikasi politik adalah harapan akan dampak dari sebuah aktivitas politik
yang dalam konteks ini menggunakan hak pilih saat Pemira terhadap perubahan
keadaan kampus. Meski beda tipis, namun 55,2% responden mengatakan bahwa
dengan menggunakan hak pilih saat Pemira bisa merubah keadaan kampus
menjadi lebih baik. Dengan kata lain, Pemira dapat merubah keadaan kampus,
imer
dalam konteks Pemira sebagai jembatan bagi terbentuknya BEM dan selanjutnya
BEM (baca: presiden) terpilih akan memulai upaya perubahaan keadaan kampus
agar lebih baik. Persentase yang beda tipis pada ekspektasi responden terhadap
Frequency Percent
tidak 142 54.4
ya 119 45.6
Total 261 100.0
mengatakan bahwa BEM tidak membawa perubahan di kampus. Hal ini bisa
dijelaskan dengan analisis waktu, bahwa saat menggunakan hak pilih, responden
74
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
mempunyai harapan yang begitu besar terhadap BEM yang akan datang. Namun
Keterangan:
30.0
0 Tidak berharap
1 Perbaikan sarana
2 Iklim akademik
3 Transparansi anggaran
4 Perbaikan birokrasi
20.0 5 Mahasiswa lebih kritis
10.0
dan prasarana sebesar 15,7%; 3). Transparansi dan kebijakan anggaran yang pro
4). Perbaikan birokrasi dan pelayan akademik dan non-akademik sebesar 12,6%;
5). Iklim akademik yang lebih baik dan dosen yang profesional sebesar 5,7%,
75
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Frequency Percent
tidak 64 24.5
ya 197 75.5
Total 261 100.0
Pada tabel 27, terlihat 75,5% responden masih berharap terhadap BEM.
BEM masih dipandang dengan penuh optimisme, sebagai lembaga yang bisa
mewadahi berbagai aspirasi dan kebutuhan mereka. Ini merupakan potensi yang
sangat luar biasa bagi BEM dalam rangka mengelola perubahan yang strategis.
Keterangan:
40.00 0 Tidak berharap
r
1 Kinerja ditingkatkan
2 Aspiratif
3 Kreatif
30.00 4 Advokatif
5 Kritis
20.00
10.00
mer
Tingginya harapan ini tergambar secara detail seperti pada tabel 28.
Berbagai macam harapan terhadap BEM seperti: 1). BEM semakin aspiratif
sebesar 41,8%; 2). BEM meningkatkan kinerjanya sebesar 17,2%; 3). BEM aktif
76
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
propaganda yang lebih kreatif—sebesar 6,1%; 5). BEM lebih kritis, sebanyak 2,7%
bahwa poin tersebut selama ini kurang tergarap oleh BEM. Misalnya, poin BEM
lebih aspiratif sejalan dengan tabel 14 yang cenderung mengatakan bahwa BEM
tidak aspiratif.
Frequency Percent
tidak 161 61.7
ya 100 38.3
Total 261 100.0
samping akan menjadi peringatan (warning) bagi BEM agar senantiasa berefleksi
besar mahasiswa merasa tidak memiliki BEM. Hal ini merupakan persoalan serius
primer
yang dapat menghambat kerja BEM.
ia tidak merasa dekat dengan BEM, ia mengatakan, “Ga mas… gimana mau
ngrasa miliki wong dekat saja tidak kok”. Pernyataan Devi menyiratkan bahwa
77
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dibangun melalui sosialisasi yang intensif. Selain Devi, Iqbal juga merasa tidak
dekat dengan BEM. Namun alasan Iqbal berbeda dengan Devi, dia mengatakan,
“Aku se gak munafik mas, aku gak pernah mikiri masalah kampus. Jadi ya sama
sekali gak ngrasa tuh miliki BEM”. Selain Iqbal, dalam wawancara Ias
78
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Analisis tabulasi silang ini lebih bersifat menjelaskan secara rinci berdasar
Pada bagian ini, peneliti juga merasa perlu memilih hanya beberapa variabel
akan memperlihatkan sosialisasi politik pada fakultas apa yang lebih baik
Tabel 30. TS. Persepsi responden terhadap kinerja BEM berdasar fakultas
Pada tabel 30 dapat dilihat bahwa kinerja BEM Faperta lebih baik
pandangan responden pada standar nilai “kurang” dan “cukup”. Pada tiga
fakultas lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dua standar nilai itu.
79
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
“kurang” dan 74,1% menjawab “cukup”. Selain itu, persentase pada standar nilai
“bagus” pada Faperta juga paling besar dibanding yang lain, sebesar 8,6%.
Nampaknya, perlu ditinjau lebih lanjut apakah kinerja BEM Faperta lebih
baik daripada tiga fakultas yang lain berhubungan dengan sistem Pemira mereka
menemukan bahwa kinerja BEM Faperta yang lebih baik daripada yang lain
berhubungan dengan sistem partai. Adanya sistem partai membuat kinerja BEM
sekretariat, dan tindakan lainnya. Adanya oposisi semacam ini, BEM menjadi
Pada fakultas lain, tidak ditemukan sistem partai, sehingga tradisi oposisi
(kultur) acuh tak acuh terhadap BEM, mahasiswa tidak mengkritik dan juga tidak
60
Wawancara dilaksanakan pada 25 Agustus 2009 di Faperta.
61
Konsep/istilah pembusukan struktur sering digunakan oleh para aktivis untuk menyatakan
suatu kondisi yakni saat mahasiswa tidak memedulikan BEM. Mahasiswa tidak mengkritik dan
juga tidak mengapresiasinya. Mahasiswa acuh tak acuh terhadap BEM. Istilah ini diperoleh
melalui observasi lapangan.
80
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 31. TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi mahasiswa berdasar fakultas
tidak ya Total
nim/ isip 60.5% 39.5% 100.0%
fakultas
ekonomi 59.6% 40.4% 100.0%
pertanian 58.6% 41.4% 100.0%
peternakan 78.9% 21.1% 100.0%
mahasiswa masih cukup jauh dari harapan. Padahal kinerja BEM akan sangat
keempat fakultas, BEM Fapet terlihat paling tidak aspiratif. Hal tersebut sesuai
62
http://yuliku.wordpress.com/2007/04/13/ partai-mahasiswa-katalisator-politik-kampus-yang-
mandul/
81
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BEM tidak peka terhadap realitas kampus serta berbagai keinginan dan
kebutuhan mahasiswa. Selain itu, aspirasi bak amunisi bagi kerja-kerja BEM yang
seperti poling, public hearing atau public sharing. Bisa juga melalui cara non-
tidak ya Total
nim/ isip 42.1% 57.9% 100.0%
fakultas
ekonomi 39.0% 61.0% 100.0%
Pada tabel 32 di atas, tingkat partisipasi yang paling bagus terlihat pada
Persentase ini paling besar dan berbeda cukup signifikan dibanding tiga fakultas
lainnya.
82
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
FE senantiasa naik secara signifikan. Misal, pada tahun 2007 tingkat partisipasi
mencapi 1200an suara sedang pada tahun berikutnya mencapai 1800an suara.
mencapai 50% mahasiswa dari aktif fakultas tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
fakultas (halaman 8) dengan Tabel 2 tentang distribusi sampel dengan data yang
sisi lain, data mahasiswa aktif tiga angkatan (2006, 2007 dan 2008) terakhir
tidak hanya dibatasi pada tiga angkatan terakhir melainkan seluruh angkatan
Tabel 33. TS. Persepsi responden tentang materi kampanye calon berdasar fakultas
tidak ya Total
nim/ isip 60.5% 39.5% 100.0%
fakultas
ekonomi 66.4% 33.6% 100.0%
83
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 34. TS. Persepsi responden tentang media kampanye calon berdasar fakultas
Pada 33 dan 34 di atas hanya Fapet saja yang terlihat mencolok dengan
warna dan simbol tidak menarik. Di sisi lain, tiga fakultas lainnya berada pada
calon presiden BEM tidak menarik. Media kampanye yang mereka gunakan saat
Pemira seperti pamflet, poster dan bendera kecil. Di lain sisi, FISIP nampaknya
lebih bagus daripada tiga fakultas lainnya dengan 44,7% mengatakan bahwa
lainnya. Media kampanye tersebut selain pamflet, poster, bendera kecil ada juga
dengan cara memarkir motor secara berjajar yang dilakukan pendukung calon
tertentu dan menutup plat nomornya dengan kertas yang bertuliskan nomor
pasangan tertentu.
84
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 35. TS. Persepsi responden tentang visi-misi calon berdasar fakultas
Pada tabel 35 di atas, Faperta terlihat lebih baik dibanding tiga fakultas
lainnya. 56,9% responden mengatakan bahwa visi-misi dan program calon sudah
mewakili aspirasi mereka. Hal ini menyiratkan bahwa proses komunikasi politik
antara calon dengan konstituen berjalan baik saat calon mampu mengetahui apa
sebesar 41,1% dan paling rendah di antara ketiga fakultas lainnya adalah Fapet
media serta visi-misi dan program merupakan kesatuan antara isi dan bagaimana
pengemasannya. Pada marketing politic pesan politik merupakan hal yang sangat
memaknainya63.
63
Firmanzah, Hal. 259.
85
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 36. TS. Persepsi responden tentang Pemira dan Kuliah berdasar fakultas
Pada tabel 36 di atas dapat dilihat tidak ada perbedaan mencolok pada
menganggu kuliah sebesar 86,8% dan 84,2%. Pada Faperta dan Peternakan
persepsi itu mencapai 81% dan 89,5%. Hal ini menyiratkan bahwa tidak ada
fakultas masing-masing.
86
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 37. TS. Persepsi responden tentang perlunya menggunakan hak pilih berdasar fakultas
tidak ya Total
nim/ isip 28.9% 71.1% 100.0%
fakultas
ekonomi 14.4% 85.6% 100.0%
pertanian 13.8% 86.2% 100.0%
peternakan 5.3% 94.7% 100.0%
Pemira. Pada FE dan Faperta persepsi tersebut relatif sama. Di sisi lain,
71,1%. Meski demikian, secara umum persepsi responden di empat fakultas itu
Kondisi di FISIP bisa terjadi lantaran proses sosialisasi politik yang lebih
intensif di antara lainnya. Pada konteks ini, diduga mahasiswa cenderung kritis
memaknai penggunaan hak pilih. Proses kritisisme tersebut mereka peroleh dari
mata kuliah dan/ atau dinamika FISIP yang tidak jauh dengan persoalan politik.
FISIP yang lebih rendah persepsinya daripada yang lain. Kejenuhan politik dalam
konteks ini juga bisa dipengaruhi dinamika politik negara yang senantiasa
berkonotasi dengan sesuatu yang buruk atau licik. Jadi ada semacam pandangan
umum terhadap makna politik dan akhirnya juga merembes ke pemaknaan yang
87
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
tidak ya Total
nim/ isip 63.2% 36.8% 100.0%
fakultas
ekonomi 51.4% 48.6% 100.0%
pertanian 53.4% 46.6% 100.0%
peternakan 63.2% 36.8% 100.0%
kampus.
rendah dan tidak mencapai 50%. Hal ini karena BEM tidak mampu merealisasi
mahasiswa cenderung menilai bahwa apa yang dilakukan BEM selama ini tidak
diagram 26 tentang harapan perubahan di kampus. Hal ini juga berfungsi sebagai
input bagi BEM dalam mengarahkan kinerjanya dalam konteks kontrol kebijakan
88
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
tidak ya Total
nim/ isip 34.2% 65.8% 100.0%
fakultas
ekonomi 23.3% 76.7% 100.0%
pertanian 22.4% 77.6% 100.0%
peternakan 21.1% 78.9% 100.0%
Harapan mahasiswa di empat fakultas cenderung baik. Hal ini terlihat dari
tabel di atas yakni tingkat ekspektasi mahasiswa terhadap BEM di atas 65%.
Tercatat 65,8% reponden FISIP, kemudian FE, Pertanian dan Peternakan sebesar
yang menarik adalah bahwa persentase FISIP paling rendah dibanding tiga
penggunaan hak pilih. Proses kritisisme tersebut mereka peroleh dari mata
kuliah dan/ atau dinamika FISIP yang tidak jauh dengan persoalan politik.
89
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 40. TS. Efikasi politik responden tentang penggunaan hak pilih dan
perubahan kampus berdasar fakultas
tidak ya Total
nim/ isip 60.5% 39.5% 100.0%
fakultas
ekonomi 39.7% 60.3% 100.0%
pertanian 50.0% 50.0% 100.0%
peternakan 36.8% 63.2% 100.0%
Efikasi politik terkait Pemira dan perubahan kampus cukup tinggi. Pada
tabel di atas terlihat bahwa 50-63% responden di FE, Pertanian dan Peternakan
yang lain. Selain itu, hal ini bisa juga ditambah dengan kinerja BEM yang belum
90
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
HMJ, BEM dan DLM. Untuk lebih mudahnya, peneliti akan menggunakan istilah
Tabel 41. TS. Persepsi reseponden tentang kinerja BEM berdasar organisasi
kinerja BEM masih jauh dari harapan, sebesar 25%. Berbeda dengan itu, aktivis
intrakampus menilai bahwa kinerja BEM sudah cukup baik sebesar 68,8% dan
tidak berbeda jauh dengan mahasiswa yang tidak berorganisasi sebesar 64,8%.
91
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tabel 42. TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi mahasiswa berdasar organisasi
tidak ya Total
organisasi intra
57.6% 42.4% 100.0%
ekstra
62.5% 37.5% 100.0%
non organisasi
64.1% 35.9% 100.0%
belum aspiratif. Hal ini terlihat dari data di atas yakni responden aktivis
persepsinya cenderung optimis. Peneliti mengamati bahwa hal ini terjadi karena
UKM/ HMJ64. Proses komunikasi dan koordinasi yang intensif membuat aspirasi
mereka lebih cepat diserap oleh BEM daripada aktivis ekstrakampus atau
64
Melalui observasi lapangan bisa dilihat bahwa UKM dan HMJ lebih intensif dalam berkomunikasi
dan berkoordinasi dengan BEM misalnya pada rapat anggaran dana triwulan—tergantung
kesepakatan di antara mereka—atau caturwulan. Selain itu juga pada forum-forum komunikasi
lainnya seperti di FE.
92
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
secara insidental saat menyikapi isu tertentu, misalnya public sharring POM yang
dalam Pemira tahun lalu. Di sisi lain, aktivis ekstrakampus terlihat gamang, 50%
di antara mereka menggunakan hak pilih, dan 50% sisanya tidak. Partisipasi
Tabel 44. TS. Persepsi responden tentang perlunya penggunaan hak pilih berdasar organisasi
tidak ya Total
organisasi intra
10.4% 89.6% 100.0%
ekstra
62.5% 37.5% 100.0%
non organisasi
18.0% 82.0% 100.0%
93
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
merasa tidak perlu menggunakan hak pilih dalam Pemira. Di sisi lain, aktivis
berpandangan positif.
Efikasi politik bahwa menggunakan hak pilih dalam Pemira akan merubah
94
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
cukup pesimis untuk berharap kepada BEM, hanya 37,5%. Berbeda dengan itu,
ekspektasi yang sangat tinggi 71-81%. Meski demikian, ekspektasi aktivis intra
Tabel 47. TS. Persepsi responden tentang BEM yang membawa perubahan di kampus
tidak ya Total
organisasi intra
47.2% 52.8% 100.0%
ekstra
87.5% 12.5% 100.0%
non organisasi
59.4% 40.6% 100.0%
95
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
terlihat berbeda dengan aktivis intra atau responden yang tak berorganisasi.
Pada tabel 17, 19, 20, 21, 22 dan 23 persepsi dan ekspektasi mereka terhadap
politik yang diterima oleh aktivis ekstrakampus lebih intensif daripada aktivis
mahasiswa yang bersangkutan dengan berbagai pisau analisis, ideologi dan nilai-
nilai lainnya yang akan digunakan anggota tersebut dalam melihat, membaca
Pada sisi lain, aktivis ekstrakampus merasa bahwa keberadaan BEM tidak
“Ya aku pesimis karena BEM yang telah terpilih jarang terbuka terhadap
ormas. Soal masalah mahasiswa, BEM hanya melakukan tindakan yang
reaksioner dan tidak berkelanjutan, malah tertutup agenda yang tidak
ada hubungannya sama mahasiswa. Ya secara garis besar kurang
berpihak sama mahasiswa”.
Kritik Heru di atas tidak berbeda jauh dengan pandangan Affan dan
Hakim yang masih menempatkan BEM sebagai lembaga yang masih bisa
65
Dalam Nasikun hal. 102-103
66
Wawancara dilakukan melalui ponsel pada 4 September 2009.
96
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
diharapkan sebagai pemimpin (leader) hanya saja saat ini kinerjanya masih jauh
dari harapan. Berbeda dengan Affan dan Hakim, Heru menyinggung masalah
terbuka kepada mereka. Perbedaan ini berangkat dari sosialisasi politik yang
diterima Affan dan Hakim berbeda dengan Heru, yakni antara sosialisasi politik
lain.
“Lha soal Pemira hanya sebatas ajang umbar janji dan formalitas belaka.
Buat saya, seharusnya BEM adalah sebagai pembantu mahasiswa dalam
mendapatkan hak demokratik mahasiswa. Percuma saja ada Pemira
kalau BEM terpilih kurang berpihak dan malah mementingkan golongan
tertentu”.
dirinya tidak menggunakan hak pilih pada Pemira 2008/2009 di FISIP. Meski
demikian, Heru masih memiliki harapan terhadap BEM yakni BEM harus progresif
dan mengerti keinginan sebagian besar mahasiswa serta lebih responsif. Artinya,
hubungan antara dirinya sebagai aktivis ekstrakampus dengan BEM tidak bersifat
97
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
penggunaan
X1 X2 hak pilih
Kendall's tau_b X1 1.000 .384 ** .224 **
. .000 .000
261 261 261
X2 .384 ** 1.000 .236 **
.000 . .000
261 261 261
penggunaaan hak .224 ** .236 ** 1.000
pilih (Y) .000 .000 .
SPSS versi 10. Pada tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan
positif antara variabel X1 dan X2 dengan Y. Hal ini dapat dilihat pada tabel 48
yakni 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan karena harga signifikansi X1 dan X2
Pemira BEM tingkat fakultas. Selain itu, hasil penelitian ini juga terbukti bisa
Hal ini terungkap dengan cara membandingkan dari harga rhitung dengan rtabel
yakni harga X1 dan X2 sebesar 0,224 dan 0,236 yang termasuk dalam interval
67
Lihat output SPSS selengkapnya pada Lampiran.
98
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
koefisien 0,20 – 0,399 yang berarti rendah. Hal ini berarti bahwa variabel
persepsi dan ekspektasi hanya menyumbangkan 0,224 dan 0,236 dari seluruh
hak pilih68.
responden yang menyatakan bahwa BEM tidak aspiratif (60,9%). 2). Masih
(47,5%). 3). Materi dan media kampanye calon yang dianggap responden tidak
menarik (60,9% dan 62,1%). 4). Masih tingginya persepsi responden yang
menyatakan bahwa visi-misi calon tidak mewakili aspirasi mahasiswa (56,9%). 5).
Persepsi responden terhadap sosialisasi Pemira oleh KPR yang cenderung buruk
mahasiswa (76,2%) dan menggunakan hak pilih adalah penting (75,9%), tidak
Pada sisi lain, korelasi antara variabel ekpektasi dengan partisipasi rendah
menganggap bahwa menggunakan hak pilih dalam Pemira tidak akan merubah
68
Interval koefisien bisa dilihat pada Sugiyono, Hal. 183.
99
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
(75,5%) dan dorongan memilih dari diri sendiri (75,9%), tidak serta-merta
2. Analisis Kualitatif
fakta sosial adalah sifatnya yang eksternal, umum dan memaksa. Partisipasi
individu yang merupakan turunan dari sistem politik kampus. Selain itu,
peritiwa politik (suksesi BEM). Daya paksa/koersif ini berasal dari ikatan
Auriza menyiratkan ada sesuatu yang mewajibkan dirinya untuk ikut Pemira.
Sesuatu itu adalah nilai tentang kampus yang lebih baik. Perlu diperhatikan,
bahwa nilai merupakan salah satu fakta sosial yang bersifat nonmaterial.
69
Dalam Lawang hal. 177-178 dan dalam Ritzer hal. 17.
100
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
diperlukan analisis terhadap fakta sosial lainnya. Nilai ideal tentang kampus
dalam konteks ini merupakan sebuah fakta sosial yang pada gilirannya
kampusnya bisa bersaing dengan kampus lain dalam konteks dinamika kegiatan
Pemira.
adalah sebuah keteraturan sosial (order) yang lebih khusus lagi berupa lestarinya
pemimpinnya. HMJ jika berada dibawah BEM berperan sama dengan UKM,
namun jika berada dibawah DLM, maka HMJ berfungsi sebagai lembaga yang
70
Di beberapa kampus ada yang menempatkan HMJ secara struktural berada di bawah BEM ada
juga yang menempatkannya di bawah DLM. Perbedaan ini tergantung pada rasionalitas
kepolitikan kampus masing-masing. Bahkan pada tahun 2008/2009 dengan alasan tertentu HMJ
di FISIP dilepaskan dari struktur pemerintahan mahasiswa (tidak berada di bawah BEM dan DLM).
101
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
hitung < koefisien signifikansi tabel (0,000 < 0,05). Taraf signifikansi dalam
Derajat kepercayaan pada kisaran itu artinya apabila peneliti menerima hipotesis
sekurang-kurangnya 95%.
102
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB V
REFLEKSI
sisi, publik memandang dan menilai BEM sebagai lembaga yang begitu
mempesona, sedang pada sisi lain ternyata BEM tidak mampu menampung dan
namun pada sisi lain, responden menilai (60,9%) BEM tidak aspiratif.
Fakta tersebut ditemukan pada empat fakultas, bukan hanya FISIP atau
mind publik pada empat fakultas tersebut relatif sama atau tidak ada perbedaan
mencolok, meski beda disiplin keilmuan (eksakta dan sosial). Hal ini menunjukan
bahwa proses sosialisasi politik yang berjalan melalui proses imitasi daripada
antisipatoris. Proses sosialisasi imitasi ini dapat dilakukan secara sadar melalui
mahasiswa71.
71
Nasikun, Hal. 101.
103
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Kedua, keadaan BEM satu fakultas tidak berbeda dengan fakultas lain
Meski demikian, perlu dicatat bahwa Faperta lebih terlihat baik daripada BEM
Pada konteks lain, kegamangan publik masih terlihat jelas pada tingginya
ekspektasi terhadap BEM (75,5%), namun lebih dari 50% responden menganggap
BEM tidak membawa perubahan di kampus (54,4%). Artinya, tiga dari empat
mahasiswa berharap kepada BEM, pada sisi lain dua di antaranya bimbang,
apakah BEM bisa melakukan perubahan atau dalam konteks ini, memenuhi
Kegamangan publik tentu saja bukan kabar baik. Kegamangan publik jika
tidak disikapi dengan serius akan berubah menjadi mosi tidak percaya yang pada
antara “ya” dan “tidak”, sikap tersebut akan semakin tinggi atau rendah
aktual dan terlihat jelas pada momentum Pemira dengan 42,5% mahasiswa tidak
hak pilih dalam Pemira merupakan sesuatu yang penting. Hal ini terlihat dari
pandangan awal mereka yang menembus angka 84,3% yang berarti delapan dari
104
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Pemira yang belum mencapai 50% dari jumlah mahasiswa aktif (tiga angkatan
terakhir)72.
Perlu diperhatikan juga, bahwa kegamangan itu tidak hanya terjadi pada
publik yang relatif jauh dengan BEM, yakni mahasiswa yang tidak berorganisasi,
namun juga pada publik yang relatif dekat dengan BEM, anggota UKM atau
tentu saja sangat besar, misal dari 4000 mahasiswa FE (tiga angkatan terakhir)
dari separohnya, sebanyak 2160, yang pesimis. Selain itu, misal pada tahun 2008
tingkat partisipasi Pemira di kampus yang sama mencapai 1800, masih ada 45%-
sesuatu yang bersifat moody, melainkan variabel yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misal: kinerja BEM, kedekatan BEM dengan akar rumput, progresifitas
BEM dan sebagainya. Pada titik ini, kegamangan publik merupakan akibat
72
Lihat Tabel 1 Bab Pendahuluan.
105
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Meski demikian, publik yang gamang lebih baik daripada publik yang
sama sekali tidak percaya. Mengingat berada di antara “ya” dan “tidak”,
pandangan publik sangat mungkin berubah menjadi “ya” atau sebaliknya. Hal ini
tentu saja tergantung pada BEM apakah mampu meyakinkan dan membuktikan
diri bahwa dirinya pantas diharapkan atau tidak di depan publik. Dengan
bukan sekedar omong kosong atau mitos. Pada gilirannya, BEM menjadi lembaga
mahasiswa.
Hal tersebut terkonfirmasi pada variasi berbagai harapan yang mereka isi pada
lembar kuesioner (pada pertanyaan terbuka no. 19a). Menempati harapan yang
paling sering muncul adalah BEM yang aspiratif sebanyak 41,8% atau 109
berikut:
“Posisi BEM terhadap POM itu tidak jelas. Kalau memang BEM sebagai
leader mengapa BEM tidak mengeluarkan sikap untuk melarang
106
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Ambiguitas posisi BEM ini bisa menjadi salah satu faktor yang
penarikan dana POM74. Ambiguitas sikap seperti itu membuat BEM nampak tidak
poling guna menyerap aspirasi publik, focus group discussion dengan beberapa
penyerapan penilaian publik terhadap dirinya, misal melalui poling terbatas yang
dilaksanakan pertigabulanan. Input dua atau tiga kali poling dengan fokus yang
sama itu, bisa digunakan untuk membaca tren derajat kepercayaan publik dan
73
Wawancara pada tanggal 9 Agustus 2009 di Rumah Makan Wong Solo Pabuaran – Purwokerto.
74
Data hasil poling Centra Peduli UNSOED (CPU) dengan 800 responden yang dilaksanakan pada
delapan fakultas di UNSOED pada angkatan 2006, 2007 dan 2008. Sampel didistribusikan secara
merata dimana setiap fakultas diambil 100 mahasiswa.
107
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Serendah apapun partisipasi publik dalam Pemira, secara legal-formal BEM tetap
prosedural.
partisipasi publik harus menjadi agenda yang digarap dengan serius agar tidak
Pada konteks ini, secara umum ada empat aktor yang berkepentingan
dalam sebuah Pemira: 1). Calon beserta tim suksesnya; 2). Penyelenggara
Pemira, yakni KPR; 3). Publik sebagai konstituen yang akan memilih calon
pilih dalam Pemira masih dianggap penting. Optimisme ini senada dengan
108
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dorongan saat menggunakan hak pilih, yakni 75,9% responden mengatakan lebih
didorong oleh keinginan pribadi daripada pihak lain. Artinya, kultur demokrasi
kampus masih terlihat menunjang atau mendukung bagi jalannya sebuah sistem
demokrasi prosedural.
struktur pelaksana demokrasi. Pada konteks ini, calon beserta tim sukses dan
kertas suara.
dengan serius. Pada tahun 2007, tingkat partisipasi publik mencapai 700an suara,
namun pada tahun berikutnya, partisipasi tersebut lebih rendah menjadi 600an
suara. Pada sisi yang lain, pengalaman Pemira FE perlu dijadikan acuan yakni
pada tahun 2006/2007 tingkat partisipasi dari 600an suara meningkat menjadi
1200an dan kembali naik secara dramatis pada tahun berikutnya menjadi 1800an
suara.
materi berlaku, yakni dari kuantitas menuju kualitas, bukan sebaliknya. Artinya
109
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
dan favorable. Artinya, bahwa tidak ada sistem pemilihan yang ideal untuk setiap
menentukan partisipasi publik. Semakin praktis dan aksesibel sistem itu, maka
Pilihan berbagai sistem Pemira ini bisa berbeda dari satu fakultas dengan
yang lain. Misal, Faperta sampai hari ini menggunakan sistem kepartaian dengan
tingkat partisipasi 690 pemilih pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 812
pemilih pada tahun 2008. Atau pada fakultas lainnya, pada tahun 2007 tingkat
75
Observasi lapangan dilakukan selama peneliti studi, mengingat peneliti juga aktif
berkecimpung dalam politik kampus. Sehingga dalam penelitian ini, posisi peneliti lebih sebagai
participant as observer.
76
Lihat selengkapnya, Joko J. Prihatmoko, hal. 19-20.
110
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
tahun sebelumnya hanya 600an suara. Pada tahun berikutnya, KPR kembali ke
suara.
dan/atau fakultas lainnya perlu belajar dari Pemira FE atau Pertanian. Seperti
tersebut di atas, partisipasi di FISIP justru semakin rendah, sedangkan Fapet naik
namun tidak signifikan, yakni dari 400 pemilih pada tahun 2007 menjadi 470
Poin kedua, semudah dan seaksesibel apapun sistem Pemira tidak akan
hal ini adalah KPR. Jumlah panitia penyelenggara sangat menentukan karena
Banyaknya panitia penyelenggara dan dengan tata kelola serta militansi yang
tinggi, akan sebanding dengan semakin luasnya jaring guna menyerap suara
77
Cara-cara ini berupa pengadaan doorprize (undian) berhadiah satu buah flashdisk, pemindahan
tanda tangan mata kuliah tertentu di TPS dan sebagainya.
111
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Pemira tahun 2007 tingkat partisipasi naik secara dramatis, hanya dibutuhkan
lima orang panitia yang berhasil menjaring 1200an suara pemilih. Jumlah yang
meningkat secara dramatis. Berangkat dari penjelasan teknis di atas bisa disusun
asumsi, jika pada tahun 2007 anggota panitia lebih banyak, maka jumlah
partisipasi bisa lebih dari 1200an pemilih. Hal ini menurut Jajang karena saat itu
78
Wawancara pra-penelitian pada tanggal 27 November 2008 di kediamannya.
112
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
panitia harus membagi menjadi dua tim untuk menyisir (masuk) kelas karena
Poin ketiga, masalah finansial atau keuangan sangat krusial dalam rangka
sosialisasi, kertas suara, bilik suara dan sebagainya (mungkin juga bisa
biasanya alokasi dana Pemira disatukan dengan alokasi dana MUSMA. Akibatnya,
dengan alokasi yang minimum dan terbagi itu, tahap sosialisasi Pemira kurang
tergarap dengan baik. Hal ini kemudian terkonfirmasi ketika 76,2% mahasiswa
generasi. Politik pendanaan ini seharusnya bisa dibicarakan dengan UKM, HMJ,
Selain itu, faktanya UKM/HMJ lah yang lebih banyak dan paling sering mengakses
ekstrakampus. Hal ini menjadi sangat relevan ketika politik pendanaan Pemira
Meski variabel ini secara mandiri tidak deterministik, namun 65,9% dan 62,1%
113
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
publik menilai bahwa materi dan media kampanye tidak menarik. Hal ini menjadi
peringatan keras bagi calon berikut tim suksesnya bahwa kemampuan mereka
kapasitas intelektual dan kemampuan manajerial. Lebih dari itu, publik juga akan
Premis yang bisa disusun bahwa semakin menarik materi dan media
kampanye calon, maka semakin besar peluang bersimpati dan semakin tinggi
proses sosialisasi Pemira di tingkatan grass root. Publik akan tertarik dengan
Ironisnya, materi dan media kampanye dari tahun ke tahun tetap saja masih
dinilai tidak menarik79. Sesuatu yang beda itu bisa saja seperti yang dibayangkan
oleh Susana yakni ketika calon presiden berkampanye dengan cara keliling
bagi proses evaluasi dan studi komparasi dari tahun ke tahun atau antarfakultas.
Ironisnya, yang sering terjadi adalah proses dokumentasi semacam itu tidak
79
Lihat Tabel 18 dan 19 pada hal. 72.
80
Hasil wawancara pada 3 September 2009
114
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
pernah sedemikian rapi sehingga beberapa data tercecer dan hilang karena
kecerobohan (human error). Hal ini peneliti jumpai di FE, ISIP dan Peternakan
sebelumnya.
Selain itu, sungguh sangat disayangkan tidak ada satu KPR pun di empat
hak pilihnya karena berbagai sebab (politis, administratif atau persoalan teknis
lainnya). Angka golput dalam Pemira bisa ditentukan dari target jumlah pemilih
sedang jumlah mahasiswa aktif 4000an81, maka ada 2200 mahasiswa yang
golput. Sedang pada tahun yang sama, ada 300-400 mahasiswa yang Golput di
(kecil kemungkinan karena human error data tersebut hilang) data itu bisa
81
Lihat Tabel 1 dan 2 hal. 10 dan 28.
115
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Pemira (khususnya KPR dan calon) tetap on the track sehingga tidak
kaki dan tangan. Secara struktural tangan BEM adalah UKM dan HMJ. Mereka
narasi besar BEM pada masa bakti tertentu. Di sisi lain kaki BEM adalah
mahasiswa sebagai basis konstituen. Namun kenyataan itu tak selalu indah,
61,7% responden mengatakan tidak merasa memiliki BEM. Artinya enam dari
Mahasiswa merasa BEM tidak membumi. Pandangan seperti ini tak hanya
terjadi di FE yang terjaring pada pertanyaan terbuka, namun juga pada Fapet,
ISIP dan Pertanian. Mereka menilai selama ini BEM justru sibuk dengan dirinya
82
Hasil FGD pada 9 Agutus 2009.
116
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BEM tidak berpengaruh bagi dirinya. Meski tidak sampai antipati, namun Auriza
malah bilang, apa sih BEM!”. Persoalan ini menjadi pelik, mengingat bisa jadi
ini, misal di FISIP sudah ada semenjak peneliti di awal kuliah (tahun 2003). Saat
itu, pintu sekretariat BEM terdapat coretan dengan cat warna merah yang
terlihat elitis bagi mahasiswa kebanyakan. Jadilah ia, pemerintah yang nyaris
tanpa kaki.
Selain nyaris tanpa kaki, BEM ternyata nyaris tanpa tangan. Di beberapa
kampus, seperti Peternakan dan ISIP, hubungan antara BEM dengan UKM/HMJ
itu digambarkan oleh Suherdiyanto bahwa BEM saat ini sedang dikucilkan oleh
117
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
rapat anggaran dengan BEM) setiap tiga bulan sekali atau rentang waktu
tertentu yang ditetapkan bersama. Jika demikian, relasi BEM dengan UKM lebih
berorganisasi intra (UKM/HMJ) tidak merasa memiliki BEM atau dengan kata
lain, mereka tidak merasa memiliki hubungan emosional dengan BEM. Pola relasi
semacam ini tentu saja kurang/ tidak sehat bagi sebuah pemerintahan, dimana
keberadaannya.
karena BEM masa sebelumnya yang membuat publik kehilangan harapan, atau
dalam bahasa lain dia menyebut dengan “hopeless”. Pada konteks ini, secara
seperti Auriza yang tidak merasa memiliki BEM. Di lain pihak, ada separoh dari
sepuluh mahasiswa seperti Aulia el Hakim dan Suherdiyanto yang merasa tidak
memiliki BEM.
118
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Poinnya adalah BEM berada pada kondisi yang rentan atau rapuh. Kerentanan ini
tidak pernah terungkap karena tidak adanya lembaga yang melakukan pemetaan
terhadap pandangan publik. Hal ini dibenarkan oleh LPM Solidaritas, LPM MeMI
dan LPM Husbandri dimana mereka belum pernah membuat pemetaan serupa
D. Tipologi-Tipologi
a. Karakteristik Pemilih
Pada kajian politik dikenal adanya tipologi masyarakat pemilih. Tipologi ini
sebagai berikut83:
1. Pemilih Rasional
Pemilih ini memiliki orientasi tinggi pada “policy problem-solving” dan
berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih pertama ini lebih
mengutamakan kemampuan calon dalam program kerjanya.
2. Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada
kemampuan calon dengan tingginya orientasi mereka pada hal-hal yang
bersifat ideologis. Pemilih jenis ini menjadikan nilai ideologis sebagai
pijakan untuk menentukan kepada siapa dia berpihak dan selanjutnya
akan mengkritisi kebijakan yang akan atau telah dilakukan.
83
Hal. 134.
119
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
3. Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak
melihat kemampuan calon. Pemilih tradisional lebih mengutamakan
kedekatan asal-usul, agama, ideologi dan lain sebagainya dibanding
kemampuan si calon.
4. Pemilih Skeptis
Merupakan pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi
pada kelompok tertentu dan juga rendah dalam orientasi terhadap
kemampuan si calon. Pemilih ini tidak meletakan visi-misi-program
sebagai dasar yang menentukan saat memilih, melainkan lebih secara
acak (random).
5. Pemilih Pragmatis
Pemilih tipe pragmatis tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi
pada kelompok tertentu juga pada si calon. Keterlibatan mereka hanya
sejauh keterlibatan itu menguntungkan atau mengakomodir
kepentingannya.
background ideologi calon tersebut. Sebagian lainnya lebih bertipe kritis yakni
120
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
mereka pandang adalah “warna” calon tersebut. Mereka lebih baik tidak memilih
(golput) daripada memilih calon dengan “warna” yang lain apalagi ketika warna
kemungkinan ada sebagian di antara mereka yang bersifat kritis yang tidak
lain sebagainya, meski sepintas dan tidak seketat mahasiswa yang berorganisasi
mereka menghormati mereka atau kerena mereka ingin menjadi seperti teman-
teman mereka84. Klasifikasi mahasiswa pemilih itu sebagai berikut bisa dilihat
84
Nasikun, Hal. 109.
121
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
menggunakan logika demokrasi prosedural. Pada konteks ini, salah satu indikator
adalah Pemira tanpa partai. Misal, FE dan ISIP. Kekurangan dan kelebihan dua
122
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
selanjutnya.
c. Perspektif Politik
terhadap partisipasi publik, ada yang setengah hati ada juga yang
partisipasi publik, maka akan terlihat pendekatan politik yang BEM gunakan.
1. Perspektif Strukturalis-Fungsionalis
Partisipasi politik merupakan sarana yang dipakai oleh warga negara dan
kelompok kepentingan untuk mendukung sistem politik. Sebagai imbalan
terhadap dukungan warga negara, sistem politik memberikan
kepemimpinan yang bertanggungjawab dan memenuhi tuntutan-
tuntutannya.
2. Perspektif Konflik
Yang paling aktif berpartisipasi adalah mereka yang paling beruntung
dalam masyarakat. Tuntutan dari masyarakat terhadap sistem politik
tidak ditanggapi secara seimbang. Ada yang ditanggapi dengan sungguh-
sungguh, ada yang tidak.
3. Perspektif Kelas
Bentuk-bentuk partisipasi konvensional bisa tidak efektif karena hanya
akan mendukung kelas berkuasa. Sehingga bentuk-bentuk non-
konvensional mungkin diperlukan (revolusi, pengambilalihan kekuasan,
dll.)
4. Perspektif Elitis
Mayoritas masyarakat bersifat pasif dan diam. Mereka sekedar
dimanipulasi/ dimobilisasi oleh kaum elit. Para elit yang memerintah
tidak selalu tanggap terhadap tuntutan masyarakat.
5. Perspektif Pluralis
85
Hal. 15.
123
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Dari lima klasifikasi di atas, peneliti menganggap bahwa secara sadar atau
dan pada sisi lain, partisipasi mahasiswa dalam Pemira sekedar basis legitimasi
realitas. Perspektif ini menjelaskan bahwa siapa yang paling aktif berpartisipasi
maka merekalah yang paling beruntung dalam rangka mengakses sumber daya
dan hanya agenda-agenda tertentu saja yang lebih sesuai dengan garis
tentu sadar terhadap pilihan perspektif yang digunakannya. Hanya saja, melalui
refleksi terhadap realitas, perspektif politik itu bisa terbaca dengan jelas.
124
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
d. Budaya Politik
persepsi, sikap, serta aktivitas-aktivitas lahir. Dalam kajian ini Verba secara jelas
nilai yang harus dihayati dalam kehidupan politik. Almond dan Verba
86
Dalam Mochtar Mas’oed dan Nasikun, hal. 74-82.
125
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
bahwa budaya politik yang muncul saat ini merupakan budaya politik
parokhialisme. Budaya politik ini ditandai dengan cara pandang publik yang tidak
menentu dan belum adanya orientasi politik yang jelas terhadap struktur.
politik subyek atau bahkan partisipan yakni ketika publik secara eksplisit
Selain itu transformasi budaya politik tersebut harus semakin membuka peluang
126
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
pada sistem politik kampus pada umumnya. Sebagain analisis SWOT di bagian
bawah diambil dari data survei dan sebagian lainnya hasil observasi peneliti,
sebagai berikut:
struktur politik (BEM dan Pemira) oleh kultur/ publik. Kelemahan yang paling
127
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
nyata terlihat pada keterserapan aspirasi publik yang masih sangat rendah.
BEM. Kelemahan tersebut bisa ditambal dengan cara BEM menunjukan kerja
seperti gaya hidup yang melenakan serta paradigma study oriented87 merupakan
Pada dimensi ini hanya ada beberapa celah seperti pembusukan struktur88
karena ketiadaan oposisi yang mengontrol kinerja BEM selama masih menjabat
dan konflik ideologi yang laten namun secara pasti menggerogoti struktur.
Secara teoritik, sistem ini akan lebih memungkinkan tingkat partisipasi publik
87
Paradigma study oriented adalah pandangan bahwa kuliah hanya sekedar belajar dalam rangka
memperoleh nilai setinggi-tingginya untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Istilah tersebut juga
sering disebut dengan IP minded yang bisa ditemukan melalui observasi lapangan.
88
Istilah pembusukan struktur digali dari observasi lapangan, yakni ketika BEM tidak memperoleh
apresiasi (afirmasi) ataupun oposisi (negasi) dari mahasiswa. Sikap mahasiswa secara umum
adalah acuh tak acuh.
89
UI, ITS, UIN Sunan Kalijaga, UNPAS, UNHAS, dan lain-lainnya yang bisa dengan mudah
ditemukan melalui google dengan kata kunci “partai mahasiswa” atau “Pemira partai mahasiswa”.
128
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
mengikat publik secara kuat, misal dengan adanya sistem keanggotaan dan Kartu
mahasiswa sangat membuka peluang bagi lahirnya tradisi oposisi yang sehat dan
terbuka. Berbeda dengan itu, oposisi politik yang tidak terwadahi seringkali
tercecer di ruang-ruang UKM dan HMJ yang mengganggu harmoni relasi BEM
“Kalau di sini oposisi itu sudah menjadi tradisi. Bentuknya malah bisa
macam-macam, pernah sampai ada yang nyegel sekre BEM, ada juga
yang mengencingi, membakar, mencorat-coret. Dinamis sekali lah”91.
riil. Berbeda dengan itu praktik di FE serta ISIP tak ubahnya masa Orde Baru
90
Hasil wawancara dengan Rangga pada 25 Agustus 2009 di FE
91
Wawancara pada 25 Agustus 2009 di FE.
129
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
karena konflik yang ada dikelola dengan baik daripada ditutup-tutupi. Berbeda
sebagai menu santapan mereka saja yang kemudian secara sadar atau tidak
Tiga poin tersebut dapat diukur secara pasti melalui penyusunan Daftar
Pemilih Tetap (DPT) yang nama-namanya bisa diambil dari Bapendik masing-
Peneliti berpendapat bahwa tingkat partisipasi akan lebih mungkin diukur secara
pasti dengan cara membatasi pemilih hanya pada empat angkatan terakhir.
Misalnya, jika Pemira dilaksanakan pada tahun 2009, maka empat angkatan
terakhir tersebut adalah angkatan 2009, 2008, 2007 dan 2006. Tujuan
(2005, 2004, 2003 dan 2002) yang peneliti anggap bukan pemilih strategis.
130
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
harus turun tangan misalnya saat ada mahasiswa angkatan 2005 yang terkena
masalah akademik atau nonakademik lainnya. Logika seperti ini sama dengan
remaja di bawah usia tujuh belas tahun, narapidana dengan masa tahanan lebih
dari lima tahun dan faktor lainnya sebagai pemilih tetap dalam Pemilu. Meskipun
negara.
pemerintahan mahasiswa dapat terlihat jelas, sehingga hal ini akan menutup
optimal pada empat angkatan terakhir. Meski demikian, hal ini tidak melupakan
131
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
fakta masih adanya beberapa angkatan di atasnya yang tetap harus dijamin hak-
haknya.
132
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
BAB VI
A. Kesimpulan
dilihat dari koesifien signifikansi hitung < koesifien signifikansi tabel (0,000 <
0,05), yang berarti signifikan karena harga signifikansi X1 dan X2 mendekati nol.
sebesar 95%.. Artinya hasil penelitian ini bisa digeneralisasi pada tingkat
populasi.
rendah. Hal ini terungkap dengan cara membandingkan antara harga rhitung
dengan rtabel dimana X1 dan X2 sebesar 0,224 dan 0,236 yang termasuk dalam
responden yang menyatakan bahwa BEM tidak aspiratif (60,9%). 2). Masih
(47,5%). 3). Materi dan media kampanye calon yang dianggap responden tidak
133
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
menarik (60,9% dan 62,1%). 4). Masih tingginya persepsi responden yang
menyatakan bahwa visi-misi calon tidak mewakili aspirasi mahasiswa (56,9%). 5).
Persepsi responden terhadap sosialisasi Pemira oleh KPR yang cenderung buruk
mahasiswa (76,2%) dan menggunakan hak pilih adalah penting (75,9%), tidak
Pada sisi lain, korelasi antara variabel ekpektasi dengan partisipasi rendah
menganggap bahwa menggunakan hak pilih dalam Pemira tidak akan merubah
(75,5%) dan dorongan memilih dari diri sendiri (75,9%), tidak serta-merta
134
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
B. Saran
revitalisasi sistem politik kampus dari sistem Pemira tanpa partai menjadi sistem
Pemira dengan partai. Selain itu, peneliti juga menyarankan adanya pembatasan
Seperti ulasan pada Bab V, secara teoritik sistem Pemira dengan partai
mencerdaskan publik melalui proses dialektika politik. Hal ini didukung bahwa
dekat ke arah elit atau konflik, yang idealnya berubah ke arah pluralis. Sedang
budaya politik publik secara umum adalah parokhial yang cenderung gamang
terhadap orientasi politiknya terhadap struktur. Idealnya budaya politik ini bisa
135
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
DAFTAR PUSTAKA
Indrajat, Himawan. 2005. “Persepsi dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam
Pilkada Langsung 2005 di Kabupaten Purbalingga”. Skripsi. Ilmu Politik
FISIP UNSOED Purwokerto.
Kartono, Kartini. 1991. Psikologi Sosial untuk Manajemen. Rajawali Pers: Jakarta.
Lawang, Robert MZ. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Rajawali Pers:
Jakarta.
Masoed, Mochtar dan Nasikun. 1987. Sosiologi Politik. PAU Studi Sosial UGM:
Yogyakarta.
136
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Raillon, Francois. 1984. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia. LP3ES: Jakarta.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Sofiawati, Elisa. 2005. “Persepsi dan Partisipasi Anggota Organisasi Forum Betawi
Rembug (FBR) terhadap Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pilkada
2005 di Kota Depok”. Skripsi. Ilmu Politik FISIP UNSOED Purwokerto.
Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Sosial. Yayasan Penerbit fakultas Psikologi UGM:
Yogyakarta.
137
Mahasiswa, Kampus dan Politik | Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto
Tentang Penulis
Tentang Penulis
Penulis dibesarkan di Kota Batik,
Pekalongan. Lahir pada 31 Maret 1985. Masa SD
sampai SMP penulis habiskan di Pekalongan. Sedang
SMA di MA. HM. Tribakti Kediri Jawa Timur sembari
nyantri di HM. Putra Lirboyo. Karena alasan
tertentu, pada tahun ketiga, penulis
ulis pindah ke MAN
1 Pekalongan. Kemudian melanjutkan studi di
Jurusan Sosiologi FISIP UNSOED.
Saat mahasiswa penulis cukup aktif di
beberapa kegiatan. Pada tahun 2004 dan 2005,
penulis dipercaya sebagai Dewan Presididum KBM
FISIP UNSOED. Selain itu, pada tahun 2006, penulis
menerima penghargaan sebagai Mahasiswa
Berprestasi (Mapres) I se-FISIP
FISIP dan Mapres III se se-
UNSOED.
Kemudian pada tahun 2004 bersama beberapa teman penulis mendirikan
Lingkar Studi (LS) Profetika. Lingkar studi yang concern pada masalah ssosial-
agama ini merupakan organisasi pertama dimana penulis berafiliasi. Kemudian
pada tahun 2008 mendirikan Writing and Empowering Press (WE-Press), (WE
semacam sekolah menulis yang dikelola dengan bangun organisasi koperasi
pekerja (worker co’op).
). Pada tahun 2009 mendirikan Lingkar Maya, organisasi
profit yang bergerak di bidang pelatihan internet-blog,
internet blog, pembuatan dan
perawatan situs. Setelah melalui perenungan intelektual, pada tahun yang sama
penulis mendaftarkan diri sebagai anggota Koperasi Kampus UNSOED ((KOPKUN).
Pada awal tahun 2009 penulis memperoleh Youngchangemaker Award
dari Ashoka Indonesia – Bandung. Dan berita menggembirakan lainnya, penulis
memenangkan Kompetisi Blog Kapanlagi.com sebesar lima juta rupiah.
Selain mengikuti berbagai pelatihan
pelatihan—seperti
rti “Anti Korupsi” di FISIP UI Jakarta,
“History of Thought” di SATUNAMA Yogyakarta, “Islam Liberal” di JIL Jakarta,
“Agamawan Merespon Kemiskinan” di Al-Maun
Al Maun Institute dan
“Youngchangemaker” di Ashoka Indonesia dan lain-lainnya—mulai
lain mulai tahun 2007
penulis sering
ering diundang mengisi diskusi atau pelatihan yang diselenggarakan
oleh teman-teman
teman mahasiswa.
Penulis menyelesaikan studi pada 31 Agustus dengan IPK 3,79 dan
diwisuda pada bulan Desember 2009 dengan lama studi 5,5 tahun.
Korespondensi lebih lanjut bisa melalui
m email/FB: el_ferda85@yahoo.com atau
blog: www.firdausputra.co.cc dan ponsel: +6285647788101.
Tambahan, skripsi ini bisa didownload melalui www.firdausputra.co.cc
pada menu “MyResearch”.
“MyResearch”
138