You are on page 1of 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI PENAMPILAN AKUNTAN PUBLIK (Survei pada Kantor Akuntan Publik dan Pemakai Laporan

Keuangan di Surabaya)
C r is t in a W a ti A lu m n i F a k u lta s E k o n o m i U n iversita s B ra u rija ya B a m b a n g S u b ro to F a k u lta s E k o n o m i U niversitas B ra w ija y a M a la n g

Abstract The objective o f this study is to identify and to test fa ctors affecting p u b lic a cco u n ta n tss appearance. In this study, six fa c to rs are identified to have som e influence on the independence. These fa ctors are: financial interest in the clients company and business relationship with their clients, nonaudit services perform ed by auditors, the tenure o f an audit fir m with a given client, competition in providing auditing services am ong auditors, the size o f the audit firm , and audit fe e . Based on questionnaire received fro m 64 respondents fro m pu b lic accoun tin g firm s , go p u b lic companies, banks, and brokers in Surabaya, th e resu lt show ed that the m agnitude o f a u d ito rs independence impaired is influenced by financial interest in the clients company and business relationship with their clients, the tenure o f an audit firm with a given client, and audit fee. The data were analysed using proportion and chi-square technique. The follow ing sequence o f the fa cto rs reflect the magnitude o f each fa cto r in influencing the im pairm ent o f independence: 1) fina ncia l interest in the clie n ts company and business relationship with their clients (75,0%), 2) the tenure o f an audit firm with a given client (67,2%), 3) the larger o f audit fe e (57,8%), 4) competition on providing auditing services among auditors (40,6%), 5) nonaudit services perform ed by auditors (39,5%), 6) the sm aller audit firm s (18,0%). To avoid the impairment o f the auditors independence in appearance, the follow in g actions are recommended: (a) p u blic accounting firm s should not angage in financial commitments with the clients company and in business ventures with the clients, (b) p u b lic accounting p rofession should consider the possibility o f p a rtn e rs rotation, and p e e r review, (c) p u b lic accounting firm s should diversify their clients and services so that a large part o f their revenues does not come fro m a single client, (d) the Honorary Board o f the Indonesian Accountants Institute should do a strong control the adherence to the code o f p rofe ssio n a l ethics so that unfair com petition am ong the p u b lic accounting firm s can be avoided. Keywords: auditors, independence in appearance, fina ncia l interest in the client business relationship, tenure o f an audit firm , audit fee.

85

TEMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

I. Pendahuluan Independensi m erupakan salah satu komponen dari etika yang harus senantiasa dijaga oleh akuntan publik. Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan tidak boleh m em ihak kepada kepentingan siapapun. Independensi akuntan publik dengan jelas dinyatakan dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yang dim uat dalam Standar Umum seksi 220 yaitu: dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap m ental harus dipertahankan oleh auditor. M enurut Arens dan Loebbecke (1996:84), independensi akuntan publik meliputi independensi dalam fakta (in fa ct) dan independensi dalam penampilan (m appearance). Independensi dalam fakta berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam m em pertim bangkan berbagai fakta yang ditem uinya dalam auditnya (M ulyadi, 1998:49). Independensi penam pilan berarti adanya kesan m asyarakat bahw a akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus m en gh in d ari keadaan-keadaan atau fak to r-fak to r ya n g dapat mengakibatkan m asyarakat meragukan kebebasannya (Supriyono, 1988:2). Karena independensi dalam fakta sulit untuk diketahui oleh m asyarakat, maka masyarakat cenderung m enilai independensi penam pilan akuntan publik. Berbagai penelitian tentang independensi akuntan publik telah banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya Titard (1971), Hartley dan Ross (1972), Lavin (1976), Firth (1980), dan Shockley (1981). Di Indonesia penelitian mengenai independensi akuntan publik telah dilakukan oleh Supriyono (1986), dan Novianty dan Kusuma (2001). Dalam kedua penelitian tersebut diidentifikasikan enam faktor yang m em pengaruhi independensi penampilan akuntan publik, yaitu: (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) pemberian ja s a lain selain ja s a au d it kepada klien, (3) lam an ya h u b u n gan audit, (4) persaingan antar kantor akuntan publik, (5) ukuran kantor akuntan publik, dan (6) audit fee. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk m elakukan replikasi atas penelitian yan g dilakukan oleh Novianty dan Kusum a (2001). Alasan peneliti u n tu k m e r e p lik a s i p e n e lit ia n te r s e b u t a d a la h m e n g in g a t p e n tin g n y a independensi akuntan publik dan karena adanya ketidakkonsistenan antara hasil p en elitian -p en elitian sebelum nya m engenai in dep en d en si pen am pilan akuntan publik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ya n g dilakukan oleh N o v ia n ty d an K u s u m a (2001) te rle ta k p a d a re s p o n d e n d an se ttin g penelitiannya. Responden pada penelitian yang dilakukan oleh Novianty dan Kusuma (2001) terdiri atas kantor akuntan publik dan perusahaan go pu blic yang ada di Indonesia, sedangkan pada penelitian ini ditam bahkan responden broker dan bank, sedangkan setting penelitiannya dipersem pit hanya untuk wil ayah Surabaya, m engingat keterbatasan waktu dan biaya penelitian. H asil p e n e litia n B rilo ff (1966), T itard (1971), dan S h o c k ley (1981) m enunjukkan bahwa pem berian jasa konsultasi m anajem en kepada klien yang diaudit dapat m eningkatkan rusaknya independensi akuntan publik. Hal ini bertentangan dengan h asil penelitian yang dilakukan oleh H artley dan Ross (1972), yang m enunjukkan bahwa pemberian jasa lain selain ja s a audit kepada k lie n c e n d e r u n g m e n in g k a tk a n in d e p e n d e n s i a k u n ta n p u b lik . H al in i d iseb a b k a n k a re n a a k u n ta n p u b lik lebih m e n g e ta h u i k ea d a a n k lie n n y a sehingga re la tif m em p u n yai kekuatan untuk m en gh adapi tek an an klien di dalam m em pertahankan independensinya. 86

Wati dan Subroto, F a ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan Aku n ta n Publik

Penelitian yan g dilakukan oleh Shockley (1981) m enunjukkan bahwa persaingan yan g tajam antar kantor akuntan publik dapat m eningkatkan risiko akuntan pu blik keh ilan gan independensinya. D em ikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (1986) m enunjukkan bahwa sebesar 48% responden m enyatakan bahwa faktor persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik m erusak independensi penampilan akuntan publik. Sedangkan hasil penelitian Novianty dan Kusuma (2001) m enunjukkan bahwa persaingan an tar k an tor ak u n tan pu blik tidak m em pun yai p en garu h y a n g sign ifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. Hasil penelitian Titard (1971), Hartley dan Ross (1972), dan Shockley (1981) mengenai ukuran kantor akuntan publik ju ga m em punyai perbedaan dengan penelitian ya n g dilakukan oleh Supriyono (1986), dan Novianty dan Kusuma (2001) di Indonesia. Perbedaan hasil penelitian ini m ungkin terjadi karena perbedaan setting penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Titard (1971), Hartley dan Ross (1972), dan Shockley (1981), kantor akuntan publik yang besar lebih independen daripada kantor akuntan yan g kecil. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Supriyono (1986), dan Novianty dan Kusuma (2001), m enunjukkan bahwa ukuran suatu kantor akuntan publik tidak berpengaruh secara signifikan pada independensi akuntan publik.

II. Kerangka Teoritis dan Hipotesis M ulyadi dan Puradiredja (1998:25) m em berikan definisi independensi sebagai sikap m ental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung kepada orang lain. Independensi dalam audit berarti cara pandang yan g tidak m em ihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pem eriksaan dan penyusunan laporan audit (Arens dan Lobbecke, 1996:84). Banyak pihak ya n g menggantungkan kepercayaan m ereka kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor karena m ereka berharap dapat m em p eroleh su atu p an dan gan ya n g tidak m em ihak. A ren s dan Lobbecke (1996:84) m em bagi dua aspek independensi, yaitu: (a) Independensi dalam kenyataan (independence in fact) In d e p e n d e n s i in i a d a a p a b ila p a d a k e n y a ta a n n y a a u d it o r m am pu m e m p e rta h a n k a n sikap ya n g tid ak m em ih ak s e p a n ja n g p ela k san aa n auditnya. (b) Independensi dalam penampilan {independence in appearance) In d epen densi penam pilan adalah hasil in terpretasi pihak lain m engenai independensi akuntan publik tersebut. S u p r iy o n o (1 9 8 8 :3 4 ) m e n g id e n tifik a s ik a n b e r b a g a i fa k to r y a n g m em pengaruhi independensi akuntan publik sebagai berikut: a. Ikatan K epentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien Akuntan publik dapat kehilangan independensi jik a m ereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien (Supriyono, 1988:3). Code o f P rofessional Ethics (Rule 101 -Independence) yang dikeluarkan oleh AICPA m enyatakan bahwa: Seorang anggota atau kantomya di mana dia menjadi p a rtn er atau pem egang saham suatu perusahaan tertentu, tidak boleh menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut kecuali 87

TBMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

jik a dia atau kantom ya independen dalam hubungannya dengan perusahaan tersebut. H asil p en elitian Supriyono (1986) dan Novianty dan K usum a menunjukkan bahwa faktor ikatan kepentingan keuangan dan hubungan dengan klien m em pengaruhi independensi penampilan akuntan publik sign ifikan . Berdasarkan uraian di atas maka ditarik suatu hipotesis: H A } : Ik atan k ep e n tin g an k euan gan dan h u bu n gan u sah a den gan m em pengaruhi independensi penampilan akuntan publik. b. (2001) usaha secara

klien

Pem berian Jasa Lain Selain Jasa Audit Survei yang dilakukan oleh AICPA (1986) m enunjukkan bahwa gabungan aktivitas ja s a auditing dan jasa konsultasi bisnis/m anajem en yan g dilakukan oleh akuntan p u blik berpotensi besar untuk m enghancurkan independensi akuntan publik (walaupun sebagian mendukung, dengan argum en bahwa jasa konsultasi ya n g dilakukan akan m endukung audit ya n g dilakukan, karena auditor m em iliki pem aham an yang sangat baik atas stru ktur pengendalian intern perusahaan). Survei tersebut menjelaskan bahwa integrasi kedua macam jasa tersebut oleh akuntan publik menyebabkan ketergantungan in com e yang makin besar kepada klien (Alamsyah, 1999). Hasil penelitian B riloff (1966), Titard (1971), dan Shockley (1981) tentang pemberian ja s a lain selain ja sa audit menunjukkan bahwa kantor akuntan yang m em berikan ja s a k on su ltasi m anajem en kepada klien y a n g d iau d it, dapat m eningkatkan risiko rusaknya independensi yan g lebih besar dibandingkan dengan yang tidak m em berikan jasa tersebut. Sedangkan hasil penelitian Hartley dan Ross (1972) m enunjukkan bahwa pemberian jasa lainnya selain ja sa audit kepada klien cenderung m eningkatkan independensi akuntan publik. Hal ini d iseb a b k a n k a re n a a k u n ta n p u b lik lebih m e n g eta h u i k e a d a a n k lie n n y a sehingga re la tif m em p u n yai kekuatan untuk m en gh adapi tek an an klien di dalam m em pertahankan independensinya. Berdasarkan uraian di atas maka ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: HA2: Pem berian ja s a lain selain ja sa audit m em pengaruhi indepen densi penam pilan akuntan publik. Lam a H ubungan A udit Beberapa pihak m enganggap bahwa penugasan audit yan g terlalu lama atau terus-m enerus dapat mengakibatkan berkurang/rusaknya independensi akuntan publik. M enurut Supriyono (1988:6), penugasan audit yan g terlalu lama kem u n gk in an d a p a t m en d o ro n g akuntan p u blik k eh ila n ga n in d ep en d en si karena akuntan publik tersebut cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam m elaksanakan prosedur audit. Publikasi M etcal S ta ff Report dalam The Accounting Established pada tahun 1976 m enyim pulkan bahwa hubungan a u d it y a n g la m a a n ta r a su atu k a n to r a k u n ta n d e n g a n k lie n te r te n tu m eningkatkan risiko kem ungkinan hilangnya indepen den si ak u n tan publik (dalam Shockley, 1981). Hasil penelitian Lavin (1976) menunjukkan bahwa lam anya penugasan audit suatu k an to r akun tan tertentu pada klien ya n g sam a tern ya ta tidak signifikan dalam m em pengaruhi independensi akuntan publik. M eskipun secara k e s e lu ru h a n fa k to r la m a n y a p e n u g a s a n a u d it tid a k s ig n ifik a n d a la m 88 c.

Wati dan Subroto, Fa ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan A ku n ta n Publik

mem pengaruhi independensi, akan tetapi sebagian besar responden pemakai laporan keuangan dalam penelitian tersebut beranggapan bahwa faktor ini dapat m endorong akuntan publik kehilangan independensinya. Penelitian tentang lam anya penugasan audit juga dilakukan oleh Shockley (1981). Sama halnya dengan p en elitian Lavin (1976), walaupun hasil p en elitian Shockley (1981) m enunjukkan bahwa lam anya penugasan audit dengan klien tertentu bukan m eru p ak an fa k to r ya n g sign ifik an di dalam m em p en ga ru h i in dep en d en si penam pilan akuntan publik, namun 30% responden berpendapat bahwa faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. Dari uraian di atas ditarik suatu hiptesis sebagai berikut: HA3: Lam a hubungan audit mempengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik Sem akin banyaknya anggota profesi akuntan publik m engakibatkan persaingan antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan lainnya m enjadi sem akin tajam . Tajam nya persaingan antar kantor akuntan publik kem ungkinan m em punyai pengaruh yang besar terhadap independensi suatu kantor akuntan publik (Supriyono, 1988:4). Hal ini m ungkin disebabkan karena kantor akuntan khaw atir akan kehilangan kliennya. K antor akuntan publik akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu kehilangan klien n ya karena klien m encari k an tor aku n tan lain, atau m en gelu arkan op in in ya sesuai dengan k ein gin an klien. Penelitian em piris yang dilakukan oleh Shockley (1981) menunjukkan bahwa persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik dapat m eningkatkan risiko akuntan publik kehilangan independensinya. Hasil penelitian Supriyono (1986) m e n u n ju k k a n seb esar 48% resp o n d en m e n y a ta k a n b ah w a fa k to r persaingan y a n g tajam antar kantor akuntan publik m eru sak independensi penam pilan akuntan publik. Sedangkan penelitian Novianty dan Kusum a (2001) m enunjukkan bahw a persaingan antar kantor akuntan publik tidak mempunyai pengaruh yan g signifikan terhadap independensi penam pilan akuntan publik. Dari uraian di atas ditarik suatu hiptesis sebagai berikut: HA4: Persaingan antar kantor akuntan publik m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. Ukuran K antor Akuntan Publik U n tu k m e n e n tu k a n u k u ran su atu k a n to r a k u n ta n p u b lik d a p a t digunakan b erbagai variabel sebagai ukuran pengganti (s urogate), m isalnya jum lah relatif fe e yang diterim a oleh suatu kantor akuntan publik dari satu klien tertentu, ada tidaknya spesialisasi fungsi pada suatu kantor akuntan, atau atas dasar proporsi total fe e dari klien tertentu dibandingkan dengan fe e d a ri ja s a b u k a n a u d it (S u p riyon o, 1988:58). P e n e litia n S h o c k le y (1981) m enggunakan definisi operasional untuk m enentukan besarnya ukuran kantor akuntan atas dasar defm isi AICPA. Shockley (1981) m enyatakan: Definisi operasional kantor akuntan besar dan kecil adalah konsisten dengan dua divisi praktisi AICPA: kantor akuntan besar adalah kantor akuntan besar yang melaksanakan audit pada perusahaan yang terdaftar pa da SEC, maka kantor akuntan kecil tidak melaksanakan audit p a d a perusahaan yang terdaftar pa da SEC. 89 e. d.

TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

Dengan kata lain, suatu kantor akuntan dapat dikatakan besar jik a kantor akuntan tersebut m elaksanakan audit pada perusahaan go public, sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang tidak m elaksanakan audit pada perusahaan go public. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titard (1971), Hartley dan Ross (1972), dan Shockley (1981) m enunjukkan bahwa kantor akuntan publik yang besar lebih independen daripada kantor akuntan yang kecil. Hasil penelitian tersebut didukung dua alasan utama, yaitu: (1) Untuk kantor akuntan besar, hilangnya satu klien tidak begitu mem pengaruhi pendapatannya, (2) Kantor akuntan besar biasan ya m em p u n yai dep artem en yang terpisah d en gan d ep artem en yan g memberikan ja s a bukan audit. Dari uraian di atas ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: HAS : Ukuran kantor akuntan publik mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik. Audit Fee Audit f e e ya n g diterim a oleh suatu kantor akuntan publik dari klien tertentu m ungkin m erupakan sebagian besar dari total pen d ap atan kantor akuntan tersebut, atau m ungkin ju ga hanya sebagian kecil dari total pendapatan k an tor ak u n tan terseb u t. J ik a fe e yan g d iterim a d ari satu k lien terten tu m erupakan b agia n y a n g sign ifik an dari total p en d ap atan k a n to r akuntan tersebut, m aka in depen den si kantor akuntan itu perlu diragukan. M enurut Supriyono (1988:60) pihak-pihak yang berpendapat bahwa audit f e e yan g besar dapat m engurangi independensi, didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut: (1) Kantor akuntan yan g m enerim a audit fe e besar m erasa tergantung pada k lien te rs e b u t s e h in g g a segan m en en ta n g p en d a p a t k lien , m esk ip u n pendapat klien tersebut mungkin tidak sesuai dengan prin sip akuntansi yang diterim a um um atau mengakibatkan akuntan pem eriksa tidak dapat m elaksanakan norm a pemeriksaan akuntan secukupnya. (2) Kantor akuntan ya n g m enerim a audit fe e besar dari seorang klien takut k e h ila n g a n k lie n te r s e b u t k a re n a ak an k e h ila n g a n s e b a g ia n b e s a r p e n d a p a ta n n y a s e h in g g a k a n to r a k u n ta n te rs e b u t c e n d e r u n g tid a k independen. (3) Kantor akuntan cenderung memberikan counterpart f e e ya n g besar kepada salah satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit, m eskipun hal ini dilarang oleh kode etik, sehingga tindakan ini cenderung menim bulkan hubungan ya n g tidak independen dengan kliennya. Akan tetapi, audit fe e yan g besar mungkin dapat pula m endorong kantor akuntan publik lebih independen karena dengan audit fe e yang besar dapat tersedia dana untuk penelitian dan penerapan prosedur audit yang lebih luas dan seksama. M enurut Supriyono (1988:60) audit fe e yang kecil kem ungkinan dapat mengakibatkan suatu kantor akuntan lebih independen karena: (1) Kantor akuntan tidak merasa tergantung pada klien tertentu sehingga lebih b era n i m e n e n ta n g k eh en d a k k lien ya n g tid a k ses u a i d en g a n p rin sip akuntansi yan g diterim a umum atau norma pem eriksaan akuntan. (2) H ilangnya klien ya n g audit fe e -nya kecil tidak m en gakibatkan turunnya pendapatan kantor akuntan dalam jum lah yang relatif besar. f.

90

Wati dan Subroto, F a ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan A ku n ta n Publik

Akan tetapi, audit f e e yang kecil kemungkinan dapat pula m endorong akuntan publik kurang independen dalam memberikan opini atas laporan keuangan klien karena waktu dan biaya audit yang terbatas. Dari uraian di atas ditarik suatu hiptesis sebagai berikut: HA6: Audit f e e m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik.

III. 3.1

Metodologi Penelitian

Pengum pulan Data dan Pem ilihan Sampel Teknik pengum pulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah d en g a n m e n y e b a r k a n k u is io n e r k ep a d a re s p o n d e n y a itu d e n g a n ca ra m enyerahkan kuisioner secara langsung kepada responden. Namun mengingat keterbatasan w aktu dan biaya, sebagian kuesioner ju g a dikirim kan kepada responden m elalui pos. Kuesioner yang digunakan di sini diam bil dari penelitian yang dilakukan oleh Novianty dan Kusuma (2001), yang diadopsi dari penelitian Supriyono (1986). Populasi dalam penelitian adalah kantor akuntan publik yang berada di Surabaya, perusahaan go public yang berpusat (berkedudukan) di Surabaya, bank ya n g m e m b erik a n k red it kepada peru sah aan go p u b lic d i S u rabaya, dan p e ru s a h a a n e fe k d i S u ra b a y a (b ro k e r) u n tu k m e w a k ili p a ra in v e s to r. Berdasarkan Direktori IAI tahun 2003, jumlah kantor akuntan publik di Surabaya adalah sebesar 51 buah. Menurut data dalam The Indonesian Capital Market Fact Book 2003, populasi perusahaan go public yang berkedudukan di Surabaya berjumlah 15 buah. Sedangkan jum lah bank yang m em berikan kredit kepada perusahaan go p u b lic di Surabaya berjumlah 13 bank. Jum lah perusahaan efek di Surabaya berdasarkan situs BES adalah 20 buah. Karena ju m lah populasi yang kecil ini, peneliti mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel. 3.2 (a) Definisi V ariabel dan Pengukuran Variabel V ariabel dalam penelitian ini ada dua yaitu: V a r ia b e l d e p e n d e n y a itu in d e p en d en s i p e n a m p ila n a k u n ta n p u b lik. Independensi penam pilan merupakan independensi yan g ditentukan oleh kesan, penafsiran, pendapat m asyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individual maupun secara keseluruhan (Supriyono, 1988:27). Variabel independen yaitu: Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien (Xj), yaitu: berbagai je n is kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diaudit, yang dipandang dapat memungkinkan seorang akuntan publik kehilangan independensinya. Pem berian ja s a lain selain jasa audit (X2), yaitu: ja s a yan g diberikan oleh k an tor ak u n tan pu b lik kepada klien n ya selain ja s a a tes ta si (auditing, pem eriksaan, review, dan prosedur yang disepakati), seperti ja s a kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajem en (M ulyadi dan Puradiredja, 1998:5). Lam anya hubungan audit (X3), yaitu: lam anya jan gka waktu pem berian jasa audit kepada klien tertentu oleh suatu kantor akuntan publik (Shockley, 1981). Lam anya penugasan audit digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) lima tahun atau kurang, dan (2) lebih dari lima tahun.

(b) -

91

TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

- Persaingan antar kantor akuntan publik (X4), yaitu: persaingan yang terjadi di antara kantor akuntan publik karena semakin banyaknya ju m lah kantor akuntan publik. - Ukuran kantor akuntan publik (X5 ), yaitu: ukuran yang digunakan untuk m enentukan besar kecilnya suatu kantor akuntan publik. Pada penelitian ini, suatu k an to r aku n tan dapat dikatakan besar jik a k an to r akuntan tersebut m elaksanakan audit pada perusahaan go public, sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang tidak m elaksanakan audit pada perusahaan go public. - Audit fe e (X6), yaitu: besarnya fe e yang diterim a oleh suatu kantor akuntan publik atas pem berian jasa audit kepada satu klien tertentu. Pengukuran variabel dalam penelitian ini m enggunakan pengukuran yang dipakai oleh Novianty dan Kusuma (2001) yang diadopsi dari penelitian ya n g dilak u k an oleh S u p riyon o (1986), yaitu d en gan m en ggu n a k a n skala nom inal. R espon d en d im in ta m enjawab Y a atau T id a k terh ad ap setiap pertanyaan yan g ada. Jaw aban Ya diberi skor 1 dan Jaw aban Tidak diberi skor 0. Pengujian Instrum en P en elitian in i m enggunakan instrum en ya n g telah digu n ak an dalam penelitian sebelum nya, yaitu penelitian Supriyono (1986) dan Novianty dan K u s u m a (2 0 0 1 ), s e h in g g a v a lid it a s d an r e lia b ilit a s in s t r u m e n d a p a t d ip e rta n g g u n g ja w a b k a n . N am u n un tu k m e n d u k u n g h a s il p e n e litia n ini dilakukan uji ulang terhadap reliabilitas instrum en dengan m elihat Cronbach Alpha untuk m elih at konsistensi internal dan akurasi data. H asil pengujian m e n u n ju k k a n b a h w a in s tru m e n v a lid k a re n a n ila i p r o b a b ilita s u n tu k korelasinya lebih kecil dari 0,05 (kecuali untuk X124, X125 dan X126, yaitu untuk pertanyaan nom or 12, yang memiliki nilai probabilitas ya n g lebih besar dari 0,05), dan reliable karena koefisien keandalannya (Alpha Cronbach) lebih besar dari 0,5. 3.4 Teknik A nalisa Data U ntuk m en gan alisis setiap faktor yan g m em p en garu h i in depen den si akuntan publik digunakan dua teknik yaitu analisis proporsi dan chi-square. Perhitungan chi-square adalah sebagai berikut: 3.3

di mana:

X2 O. E

= koefisien chi-square = frekuensi observasi = frekuensi harapan

92

Wati dan Subroto, F a ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independ ensi Pena m pila n A ku n ta n Publik

IV. Hasil Penelitian dan Pem bahasan Statistik D eskriptif K eselu ruhan kuesioner yang dikirim kan dalam p en elitian ini adalah sebanyak 99 buah, dengan rincian 51 kepada kantor akuntan publik, 15 kepada peru sahaan go p u b lic, 20 kepada broker, dan 13 kep ad a bank. K uesioner diserahkan sendiri oleh peneliti secara langsung kepada responden (sebanyak 61 buah), n am u n m en gin gat keterbatasan biaya m aka sisan ya dikirim kan m elalui pos. Setelah kurang lebih 3 1 /2 bulan dari tanggai pengirim an kuesioner (p erten ga h a n J a n u a ri 2004), terd ap at 64 k u esio n er y a n g telah d iisi dan dikem balikan . Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pengum pulan Jaw aban Kelompok Responden KAP PGP Broker Bank Jumlah Jumlah Sampel 51 15 20 13 99 Jawaban Masuk Jumlah Persentase 27 52,9 11 73,3 17 85,0 9 69,2 64 64,6 Tidak Menjawab Jumlah Persentase 24 47,1 4 26,7 3 15,0 4 30,8 35 35,4 4.1

Deskripsi Jaw aban Responden atas Pertanyaan Um um K a ntor A k untan Publik Responden kelompok ini yang menjawab adalah sebanyak 27 buah, yang terdiri atas kantor akuntan publik yang pernah mengaudit perusahaan go public sebanyak 17 buah, sedangkan 10 buah kantor akuntan publik belum pernah m engaudit perusahaan go public. Urutan jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan tersebut disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Jenis Jasa Kantor Akuntan Publik Jenis Jasa Pemeriksaan Um um Pemeriksaan Sistem Akuntansi Pemeriksaan Khusus Jasa Konsultasi Perpajakan Jasa Konsultasi Manajemen Lainnya Jasa Lain-lainnya Jum lah K antor A kuntan Publik 27 22 16 21 16 6

Perusahaan Go Public Responden kelom pok perusahaan go p u blic yan g m enjaw ab kuesioner adalah sebanyak 11 perusahaan. Perusahaan go p u b lic m enggunakan laporan keuangan ya n g telah diperiksa oleh akuntan publik un tuk berbagai macam kepentingan. Rincian mengenai manfaat laporan keuangan yan g diaudit oleh akuntan publik disajikan dalam Tabel 4.3. 93

TBMA, Volume IV, N om or 2t S eptem ber 2003

Tabel 4.3 Urutan Manfaat Laporan Keuangan Diaudit M anfaat Laporan K euangan Diaudit Kepentingan Perpajakan Kepentingan Pem egang Saham/ Pemilik Kepentingan Kreditur Bank Kepentingan Internal Perusahaan Kepentingan Kreditur Non Bank M em enuhi Persyaratan BAPEPAM Persiapan Go Public Broker Responden kelompok ini yang menjawab kuesioner adalah sebanyak 17 orang. Saat akan membuat keputusan untuk pembelian saham perusahaan go public, laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik dipandang sangat penting dalam m em pengaruhi keputusan pembelian saham. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dalam menjawab pertanyaan mengenai pentingnya laporan keu an gan d alam m em p en ga ru h i k epu tu san p em b elian saham , resp on den dim inta mem berikan bobot nilai relatif, bobot nilai sebesar 5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = agak penting, 2 = kurang penting, dan 1 = tidak penting. Tabel 4.4 Bobot Inform asi Laporan Keuangan yang Diaudit Kantor A kuntan Publik dalam M em pengaruhi Keputusan Pem belian Saham Bobot Laporan Keuangan dalam Keputusan Pembelian Saham Sangat Penting Penting Agak Penting Kurang Penting Tidak Penting Bank Jum lah responden kelompok bank yang menjawab kuesioner adalah 9 responden. Responden ini pada saat akan memberikan kredit kepada perusahaan yang baru pertam a kali meminjam, terutam a m endasarkan pada inform asi yang diperoleh dari laporan keuangan calon nasabah yang diperiksa akuntan publik. Responden dim inta untuk memberikan bobot nilai relatif faktor tersebut, yaitu nilai 5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = agak penting, 2 = kurang penting, dan 1 = tidak penting. Urutan sumber inform asi disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Bobot Sum ber Inform asi Pem berian Kredit Sumber Laporan Publik Laporan Laporan Sumber 94 Informasi Keuangan Calon Nasabah yang Diperiksa Akuntan Total Bobot 45 Total Bobot 70 15 0 0 0 Jum lah Jaw aban 11 11 10 8 6 6 4

Keuangan Calon Nasabah yang Diperiksa Petugas Bank 44 Keuangan Calon Nasabah yang Tidak Diperiksa 14 Informasi Lainnya 42

Wati dan Subroto, Fa ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan Aku n ta n Publik

Pengujian Hipotesis Untuk m en gan alisis setiap faktor yang m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik digunakan analisis proporsi dan analisis chi-square. P engolahan d ata dengan teknik chi-square ini d ilaku kan d en gan bantuan program SPSS versi 11.0. Hasil uji chi-square secara ringkas disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 H asil Uji C h i-squa re pada Enam Faktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan Akuntan Publik Variabel 0 (Tidak) (%) 25,0 60,5 32,8 1 (Ya) (%) 75,0 39,5 67,2 Total (%) 100 100 100 3,414 0,523 2.908 3 3 3 0,332 0,914 0,406 Nilai X2 df Asymp. Sig.

4.2

Ikatan kepentingan dengan klien (X I) Pemberian jasa lain (X2) Lamanya hubungan audit (X3) Persaingan an tar kantor akuntan publik (X4) Ukuran kantor akuntan publik (X5) Besamya audit fee (X6) Sumber: Data p rim e r (diolah)

59,4 82,0 42,2

40,6 18,0 57,8

100 100 100

4,434 8,392 5,318

3 3 3

0,218 0,039 0,150

Variabel Ik a tan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien Uji ch i-squ are terhadap kelompok responden kantor akuntan publik, peru sah aan go p u b lic, broker, dan bank, untuk fak tor ik atan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien m enunjukkan bahw a hasilnya tidak signiflkan karena nilai hitung X (3,414) lebih kecil dari nilai tabel X 2 (7,8147) atau tingkat signifikansi yang diperoleh (0,332) lebih besar dari tingkat signifikansi yan g ditetapkan (0,05), yang berarti bahwa secara total tidak terdapat perbedaan proporsi jaw aban yang diberikan oleh keem pat kelom pok responden tersebut. B erdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan dapat dilihat bahwa responden ya n g m enjawab ya (75%) lebih banyak daripada responden yang m enjawab tid ak (25%), hal ini berarti faktor ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien mempunyai pengaruh terhadap independensi penam pilan akuntan publik. Dengan demikian dapat disim pulkan HAj diterima. Variabel Pem berian Jasa Lain Selain Jasa A ud it (XJ Uji ch i-squ are terhadap kelompok responden k an tor akuntan publik, perusahaan go public, broker, dan bank, untuk faktor kedua yakni pemberian jasa lain selain ja s a audit menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan karena n ilai h itu n g X 2 (0,523) lebih kecil dari n ilai tabel X 2 (7,8147) atau tingkat signifikansi ya n g diperoleh (0,914) lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05), yan g berarti bahwa secara total tidak terdapat perbedaan proporsi jaw ab an yang diberikan oleh keempat kelom pok responden tersebut. Berdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan dapat dilihat bahwa responden yang m enjawab tidak (60,5%) lebih banyak daripada responden yang menjawab 95

TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

ya (39,5%), hal ini berarti faktor pemberian jasa lain selain ja s a audit tidak m em punyai pen garu h terh adap independensi pen am pilan aku n tan publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HA2 ditolak atau tidak dapat diterima. Hasil p en elitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelu m n ya yang dilakukan oleh Supriyono (1986), dan Novianty dan Kusuma (2001), dim ana pada kedua penelitian tersebut faktor pemberian jasa lain selain ja s a audit ju g a tidak m em pengaruhi independensi penampilan akuntan publik. Hal ini diduga karena pemberian jasa lain selain ja s a audit justru dipandang dapat m em bantu auditor m e m p e ro le h p e m a h a m a n y a n g b a ik a ta s s is te m p e n g e n d a lia n in te rn perusahaan klien. Selain itu, akuntan publik dapat lebih m engetahui keadaan kliennya sehingga re la tif m em punyai kekuatan untuk m en gh adapi tekanan klien dalam m em pertahankan independensinya. Oleh sebab itu, pem berian jasa lain selain ja sa audit dipandang tidak mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik. Variabel Lam a H ubungan A ud it (XJ Uji chi-square terhadap kelompok responden kantor akuntan publik, perusahaan go public, broker, dan bank, untuk faktor ketiga yakn i lam anya hubungan audit m enunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan karena nilai hitung X 2 (2,908) lebih kecil dari nilai tabel X (7,8147) atau tingkat signifikansi yang diperoleh (0,406) lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05), yang berarti bahwa secara total tidak terdapat perbedaan proporsi jaw aban yang diberikan oleh keem pat kelom pok responden tersebut. B erdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan oleh responden dapat dilihat bahwa responden yang m enjawab y a (67,2%) lebih banyak daripada responden yang m enjawab tidak (32,8% ), hal ini b erarti fak tor lam a hubungan audit m em p u n yai pengaruh terhadap independensi penam pilan akuntan publik. Dengan dem ikian dapat disimpulkan bahwa HA3 dapat diterima. Variabel Persaingan A n ta r K antor Akuntan Publik (XJ Uji chi-square terhadap kelom pok responden kantor akuntan publik, perusahaan go public, broker, dan bank, untuk faktor keem pat yakn i persaingan antar kantor akuntan publik menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan karena nilai hitung X (4,434) lebih kecil dari nilai tabel X (7,8147) atau tingkat signifikansi yan g diperoleh (0,218) lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05), yan g berarti bahwa secara total tidak terdapat perbedaan proporsi jaw aban yan g diberikan oleh keempat kelompok responden tersebut. Berdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan dapat dilihat bahw a responden yang menjawab tidak (59,4%) lebih banyak daripada responden ya n g menjawab ya (40,6%), hal ini berarti faktor persaingan antar kantor akuntan publik tidak m em punyai p en ga ru h terh ad ap independensi p en am pilan ak u n tan publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HA4 ditolak atau tidak dapat diterima. H asil p en elitian in i sesuai dengan hasil p en elitian sebelu m n ya yan g dilakukan oleh N ovian ty dan Kusuma (2001). M enurut Supriyono (1988:42) persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik mungkin hanya m em punyai pengaruh yang rela tif kecil (jika boleh dikatakan tidak m em punyai pengaruh) terhadap indepen den si penam pilan akuntan publik, karena k an tor akuntan dalam m elaksanakan pem eriksaan menggunakan dasar prinsip akuntansi dan p em eriksaan ak u n tan ya n g sama. Oleh karen a itu m a sin g-m a sin g k an tor akuntan publik dipandang dapat tetap terus mem pertahankan independensinya. 96

Wati dan Subroto, F a k tor fa k to r yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan A ku n ta n Publik

Variabel Ukuran K a n tor Akuntan Publik (XJ Uji chi-square terhadap kelompok responden k an tor akuntan publik, perusahaan go public, broker, dan bank, untuk faktor kelim a yakni ukuran kantor akuntan publik menunjukkan bahwa hasilnya signifikan karena nilai hitung X 2 (8,392) lebih besar dari nilai tabel X 2 (7,8147) atau tingkat signifikansi yang diperoleh (0,039) lebih kecil dari tingkat signifikansi yan g ditetapkan (0,05), yang berarti bahw a secara total terdapat perbedaan proporsi jaw ab an yang diberikan oleh keem pat kelompok responden tersebut. Perbedaan yang kuat ditunjukkan oleh jaw ab an kelompok responden kantor akuntan publik dan perusahaan go p u b lic dengan jawaban kelompok responden broker dan bank. Berdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan dapat dilihat bahwa responden yang m enjawab tidak (82,0%) lebih banyak daripada responden yan g menjawab y a (1 8 ,0 % ), h al in i b era rti fak tor ukuran k an to r a k u n ta n p u b lik tidak m em pun yai pen garu h terhadap independensi pen am pilan ak u n tan publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HASditolak atau tidak dapat diterima. H asil p en elitian ini sesuai dengan hasil p en elitian sebelu m nya yang dilakukan oleh Novianty dan Kusuma (2001). Ukuran kantor akuntan publik dipersepsikan tidak m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik diduga karena bagi kantor akuntan publik (baik kantor akuntan besar maupun k a n to r a k u n ta n k e c il) k e h ila n g a n s e o ra n g k lie n m u n g k in tid a k b egitu m e m p e n g a ru h i p e n d a p a ta n n y a , s e h in g g a k a n to r a k u n ta n te ta p d a p a t m em pertahankan independensinya. Bagi akuntan kecil, keh ilan gan seorang klien m u ngkin tidak terlalu berpengaruh terhadap p en d ap atan n ya, karena mungkin kantor akuntan kecil hanya memberikan ja sa audit saja kepada klien (Supriyono, 1988:59). Begitu pula bagi kantor akuntan besar, kehilangan seorang klien ju g a m ungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatannya, karena kantor aku n tan publik m em iliki ju m lah klien ya n g besar. O leh karena itu ukuran kantor akuntan publik dipandang tidak m em punyai pengaruh terhadap independensi penam pilan akuntan publik. Variabel A u d it F ee (XJ Uji chi-square terhadap kelom pok responden k an tor akuntan publik, perusahaan go public, broker, dan bank, untuk faktor keenam yakni audit fe e m enunjukkan bahw a hasilnya tidak signifikan karena nilai hitung X 2 (5,318) lebih kecil dari nilai tabel X 2 (7,8147) atau tingkat signifikansi yan g diperoleh (0,150) lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan (0,05), yan g berarti bahwa secara total tidak terdapat perbedaan proporsi jaw ab an yan g diberikan oleh keem pat kelom pok responden tersebut. Berdasarkan proporsi jaw aban yang diberikan dapat dilihat bahwa responden yang menjawab y a (57,8%) lebih banyak daripada responden yang menjawab tidak (42,2%), hal ini berarti faktor besarnya audit f e e m em punyai pengaruh terhadap independensi penam pilan akuntan publik. Dengan dem ikian dapat disimpulkan bahwa HA6 dapat diterima.

V. Kesim pulan, Keterbatasan, dan Im plikasi 5.1 Kesim pulan dan Saran Atas dasar data yang dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik proporsi, dan chi-square, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

97

TEMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

(1) Sebagian besar responden berpendapat bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usah a dengan klien dapat m em pen garu h i indepen den si penam pilan akuntan publik. (2) Sebagian besar responden berpendapat bahwa pemberian ja sa lain selain jasa audit tidak m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. (3) Sebagian besar responden berpendapat bahwa lam anya hubungan audit pada klien terten tu d a p a t m em pengaruhi indepen den si pen am pilan akuntan publik. (4) Sebagian besar responden berpendapat bahwa persaingan yang tajam antar kantor akuntan tidak m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. (5) Sebagian besar responden berpendapat bahwa ukuran suatu kantor akuntan publik, besar atau kecil, tidak m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik. (6) Sebagian b esar respon den berpendapat bahwa b esarn ya au dit f e e yan g d ite r im a o le h s u a tu k a n to r a k u n ta n p u b lik d a p a t m e m p e n g a r u h i independensi penam pilan akuntan publik. Berdasarkan kesim pulan di atas, diajukan saran-saran sebagai berikut: (1) Akuntan publik hendaknya menghindari ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. (2) Untuk m engurangi rusaknya independensi karena penugasan audit yang lama, dapat ditem puh dengan cara-cara sebagai berikut: a. W ew enang penunjukan akuntan publik yang biasanya berada pada direksi perusahaan hendaknya dipindahkan kepada dewan kom isaris. b. Perlu dipertim bangkan kemungkinan rotasi partner untuk kantor akuntan yan g m em punyai banyak partner. c. Perlu dipertim bangkan p e e r review pekerjaan akuntan publik. (3) S eb aik n ya k an to r aku n tan publik m elakukan d ive rs ifik a s i k lien untuk m enghindari rusaknya independensi akibat audit fe e yang besar sehingga k e te rg a n tu n g a n s u a tu k a n to r a k u n ta n k e p a d a k lie n te rte n tu d a p a t dikurangi. (4) Sebanyak 40,6% responden menyatakan bahwa persaingan yan g tajam antar kantor akuntan publik dapat merusak independensi penam pilan akuntan publik. O leh karen a itu organisasi profesi akuntan publik,dalam hal ini D ew a n K e h o rm a ta n IA I, p erlu m e la k sa n a k a n p e n g a w a s a n te rh a d a p pelaksanaan kode etik IAI sehingga dapat mencegah persaingan tajam yang tidak sehat. (5) Sebaiknya perlu ada spesialisasi dalam bidang profesi akuntan yakni dengan cara m em isahkan pem berian ja s a audit dengan ja s a lain n ya selain jasa audit. 5.2 K eterbatasan Penelitian P e n e lit ia n in i m e m ilik i b e r b a g a i k e t e r b a t a s a n y a n g m u n g k in m engganggu h asil p en elitian ini. K eterbatasan terseb u t an tara lain adalah tingkat pengem balian kuesioner yang relatif rendah m em ungkinkan terjadinya bias, terutam a dalam hal sampel yang diambil di sini tidak bisa m ew akili kondisi populasi ya n g seben arn ya. Hal ini tentunya akan m en gu ran gi kem am puan generalisasi hasil penelitian ini. Selain itu, metode mail survey yan g digunakan dalam p en elitian ini m em iliki kelem ahan yaitu k etid a k seriu san responden 98

Wati dan Subroto, F a ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independensi Penam pilan A k u n ta n Publik

dalam menjawab pertanyaan, jawaban yang diberikan keliru, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja akibat salah penafsiran atas pertanyaan. Berbagai kelemahan tersebut akan menimbulkan bias terhadap hasil penelitian. 5.3 Im plikasi Penelitian

Penelitian ini dapat membantu m engidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat m em pengaruhi independensi penam pilan akuntan publik, sehingga akuntan publik dapat m enghindari berbagai kondisi ya n g d ipandan g dapat m en ggan ggu atau m erusak indepen den sin ya di m ata m asyarak at. Dengan dem ikian m aka kepercayaan pemakai laporan keuangan atas laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan tersebut tidak berkurang. Hal ini tentu saja dapat m enciptakan citra yang baik terhadap penam pilan akuntan publik. Jika akuntan publik dapat mempertahankan independensinya di mata p em akai lap oran keuangan, m aka tidak hanya k ep erca yaa n atas akuntan tersebut yang m eningkat, namun kepercayaan terhadap profesi akuntan ju ga akan terbentuk. Kepercayaan atas akuntan publik perlu dibangun karena jik a suatu laporan keuangan diaudit oleh akuntan yang diragukan independensinya, m a k a la p o r a n te r s e b u t a k a n k e h ila n g a n n ila in y a . P ih a k - p ih a k y a n g b erkepen tin gan terh adap suatu laporan keuangan tid ak h an ya m anajem en perusahaan atau akuntan publik itu sendiri, namun ju g a investor, kreditur, lem baga keuangan, pem erintah dan ju ga publik. Oleh karenanya sem ua pihak yang terkait dengan laporan keuangan haruslah m em punyai keyakinan yang tinggi atas audit laporan keuangan tersebut.

99

TEMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

Daftar Pustaka

AAA Financial Accounting Standard Committee. 2000. Commentary: SEC Auditor In d e p e n d e c e R e q u ire m e n ts . A cco u n tin g H orizon s, V o l. 15, No. 4, (December): 373-386. Alamsyah, Toto J. 1999. Auditor, Si Kambing Hitam Dalam Hujatan. Media Akuntansi, No. 2, Th. I, (Agustus): 24-27. Arens, Alvin A., dan Jam es K. Loebbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Briloff, Abraham J. 1966. Old Myth and New Realities in Accountancy. The A ccounting Review, (Juli): 484-495. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi H asil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No.2, (N ovem ber).(h ttp ://www.puslit.petra.ac.id/iournalsl. Djumadi, Tjhai Hok. 2000. Independensi. M edia Akuntansi, No. 13, Th. VII, (September): 20-21. Firth, Michael. 1980. Perception o f Auditor Independence and Official Ethical G uidelines . The Accounting Review, Vol. LV, No. 3, (Juli): 451-466. Hadi, Sutrisno. 1991. A nalisis Butir untuk Intrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset. Hartley, R. V., dan T im oth y L. Ross. 1972. MAS and Audit Independence: An Image Problem . Journal o f Accountancy, (November): 42-52. Holmes, Arthur W ., dan David C. Bum s. 1979. Auditing Standards and Procedures, Ninth Edition. Tokyo: Toppan Company, LTD. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salem ba Empat. Kell, W alter G., W illiam C. Boynton, dan Richard E. Ziegler. 2001. M od em Auditing, Seventh Edition. New York: John W iley and Sons Inc. Kosasih, Ruchjat. 2000. Analisa Resiko Independensi Akuntan Publik Pada Penugasan K eandalan. M edia Akuntansi, No. 13, Th. VII, (September): 24-27. Lavin, David. 1976. Perceptions o f The Independence o f Th e A u ditor . The Accounting Remew, (Januari): 41-50. Lowe, D. J o rd a n , d an K u rt Pany. 1995. CPA P erfo rm a n ce o f C o n su ltin g Engagem ents w ith Audit Clients: Effects on Financial Statem ent U sers Perceptions and D ecisions . Auditinq: A Journal o f Practice & Theoru, Vol. 14, No. 2, (Fall): 35-53. Mautz, R. K., dan H ussein A. Sharaf. 1974. The Philosophy o f Auditing. USA: Am erican Accou n tin g Association. McKinley, Sue, K urt Pany, dan Philip M. J. Reckers. 1985. An Exam ination of the Influence o f CPA Firm Type, Size, and MAS Provision on Loan Officer Decisions and Perceptions . Journal o f Accounting Research. Vol. 23, No. 2, (Autumn): 887-896.

100

Wati dan Subroto, F a ktor-fa ktor yang M em pengaruhi Independ ensi Pena m pila n A k u n ta n Publik

Menteri Keuangan RI. 2002. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK. 06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta. Mulyadi, dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Novianty, Retty, dan Indra W ijaya Kusuma. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang M em p e n g a ru h i In d ep en d e n s i P en a m p ila n A k u n ta n P u b lik . J u rn a l Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 5, No. 1, (Juni), hal. 1-15. Sekaran, Uma. 1992. Researh Methods f o r Business: A Skill B uiling Approach. Second Edition. New York: John W iley and Sons Inc. Shockley, Randolph A. 1981. Perceptions o f Auditors Independence: An Empirical Analysis. The Accounting Review, Vol. LVI, No. 4, (Oktober): 785-800. Supriyono, R. A. 1988. Pem eriksaan Akuntan (A uditing): F a k to r-fa k tor Yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta: BPFE. Titard, Piere L. 1971. Independence and M AS-Opinions o f Accountancy The Accounting Review, (Juli): 47-52. Tuanakotta, Theodorus M. 1982. Auditing: Petunjuk Pem eriksaan Akuntan Publik, Edisi Ketiga. Jakarta: LPFE UI.

101

You might also like