Professional Documents
Culture Documents
b)HOMEOSTASIS
- PENYAKIT AUTOIMUN
c)PENGAWASAN
- PENYAKIT KEGANASAN
a) fungsi pertahanan
1. Alergi 2. Imunodefisiensi
1.ALLERGI
PERAN LIMFOSIT PERAN FAKTOR GENETIK PERAN LINGKUNGAN PATOFISIOLOGI ALERGI OBAT PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Allergi obat
Terjadi reaksi imunologi yang tidak tepat/ berlebihan terhadap obat tertentu/ metabolitnya Pengenalan obat oleh limfosit T :
Sel T mengekspresikan reseptor dengan fenotif CD4 dan CD8
Allergi obat
Dipengaruhi oleh umur dan genetik Sulit dipastikan secara langsung, allergi obat dapat diduga bila dijumpai a.l :
Adanya kelainan pada berbagai organ sekaligus Adanya kelainan pada kulit Perubahan hematologi yg menyertai alergi Menghilangnya gejala setelah obat dihentikan Pemaparan pd obat yg sama dg dosis kecil, menimbulkan kembali gejala alergi
mitra: fosit
2.Imunodefisiensi
Definisi :adalah suatu penyakit yang disebabkan gagal atau menurunnya fungsi salah satu atau lebih komponen sistem imun Pembagian :
I. Imunodefisiensi primer/kongenital II. Imunodefisiensi sekunder/didapat
Pemeriksaan laboratorium
I.Imunodefisiensi primer
A. Defek respon imun bawaan
a.Disfungsi fagosit
1. (CGD) Chronic granulomatous disease dan defisiensi G6PD 2. (LAD) Leucocyte adhesion deficiency 3. Kelainan granula Azurofil dalam PMN
a.Disfungsi fagosit
1. Chronic granulomatous disease (CGD)
Penyakit: - X-Linked recessive Autosomal recessive Defek gen yang menyandi PROTEIN MEMBRAN SPESIFIK NETROFIL yaitu Cytochrome b558
Rantai cytochrome dg BM 91 kDa disandi oleh Kromosom Xp21 Rantai Cytochrome dg BM 22 kDa disandi oleh kromosom 16 Akibat defek ini defisiensi NADPH-oksidase. Dalam keadaan normal fagositosis mengaktifkan NADPH yg diperlukan untuk pembentukan peroksidase yg dapat membunuh mikro organisme intraseluler
a.disfungsi fagosit
2.LAD ( leucocyte adhesion deficiency)
Gangguan reseptor komplemen (CR3) :reseptor permukaan fagosit dalam keadaan normal dapat berinteraksi dengan C3b yg melapisi mikro organisme sehingga mudah terjadi fagositosis. CR3 terdiri 2 rantai:- (165 kDa atau CD11b) - (95 kDa atau CD18 ) LAD-1 terjadi defek genetik rantai 2 integrin atau glycoprotein CD11 CD18, a.l
a.disfungsi fagosit
LAD-1 defek genetik rantai 2 integrin a.l :
LAF-1 (Lymphocyte function associated antigen 1)atau CD11aCD18 Mac-1 (membrane attack complex-1:CD11bCD18 ) P150,95(CD11cCD18) defek LAF-1 sel fagosit tidak dapat melekat dan menembus pembuluh darah untuk sampai ke tempat infeksi LAD-2 : Hampir sama denganan LAD-1
a.disfungsi fagosit
3.Kelainan granula Azurofil dalam sel PMN
Defisiensi lisozim pada sindroma ChediakHigashi Defisiensi myeloperoksidase kepekaan terhadap kandidiasis sistemik Defisiensi laktoferin
Contoh a.l.
1.Transient hypogammaglobulinemia 2.Common variable immunodeficiency (CVID) 3.Agamaglobulin congenital 4.Defisiensi isotip Ig Selektif
Transient hypogammaglobulinemia
Dalam darah jumlah sel B cukup, jumlah sel TCD4+ rendah Defisiensi relatif C3 respon sel memori terganggu Gangguan transduksi sinyal untuk perkem bangan sel B Terjadi bias perkembangan sel T kearah sel Th2 Gangguan transduksi sinyal ke sel T sehingga tidak terjadi interaksi antara sel B dan sel T oleh karena sel T kurang mampu menginduksi ekspresi CD40L
Etiologi:
Jumlah sel T supressor meningkat Sel B tidak mampu menerima sinyal sel T Mutasi pada gen CD 40L sehingga interaksi CD40CD40L terganggu yang berguna untuk pembentukan sel B memori
3.Agamaglobulin congenital
Dalam darah jumlah sel B rendah atau tidak ada sama sekali, tetapi jumlah sel T normal Prekursor sel B dalam sumsum tulang (-) Defek gen pada kromosom Xq yang me nyandi protein tyrosine kinase sito plasmik disebut B cell tyrosine kinase
b. Defisiensi limfosit T
Sangat peka terhadap infeksi virus,jamur dan kuman patogenitas rendah Dijumpai pada sindroma Di George, Wiskott-Aldrich dan chronic mucocuta neous candidiasis Sindroma Di George : Aplasi, hypoplasi thymus Jumlah sel T rendah, sel B normal, Ig serum rendah/ normal Sindroma Wiskott-aldrich: Kelainan pada proses ekspresi antigen oleh makrofag X-linked Ditemui kadar IgA dan E tinggi, IgG normal, IgM rendah
II.IMUNODEFISIENSI SEKUNDER
AIDS
Gagalnya sistem imun mengatasi HIV :
TCD4+ aktivitasnya menjadi rendah HIV mutasinya cepat Sel yang terinfeksi HIV tidak mengekspresikan MHC kelas I HIV menghambat transkripsi sitokin terjadi hambatan imunitas seluler Variabilitas gen HIV luas mengakibatkan antigenitas yang sangat bervariasi
AIDS
Lab : -TCD4+ rendah -Peningkatan sel limfoid immatur dan aktivitas TCD8+ Terjadi respon pada CTL sitokin (IL-16 ) IL-16 :
Mampu menghambat transkrips long terminal repeats dari HIV HIV replikasinya terhambat Mencegah destruksi TCD4+ Merangsang sel T memori untuk berproliferasi sebagai respon terhadap IL-2 jumlah sel T dipertahankan
Penyakit autoimun
Etiologi
1. Faktor genetik 2. Teori pemaparan sequestered antigen 3. Teori gangguan mekanisme homeostatik
Aktivasi & kelainan pada sel T autoreaktif Aktivasi sel B & Kelainan pada sel dendritik Reaksi silang Gangguan mekanisme pengaturan oleh jaringan idiotip-anti idiotip Gangguan mekanisme supressor Stimulasi non imunogenik
autoimun
Patogenesis
1. Kerusakan akibat destruksi sel 2. Kerusakan akibat pembentukan kompleks imun 3. Kerusakan akibat reaksi imunologik seluler
1. Faktor genetik
Multigenik
Walau gen sama belumtentu menyebabkan penyakit yang sama selain berkaitan dengan gen MHC juga ada hubungannya dengan gen diluar MHC Struktur molekul MHC dapat menentukan klon limfosit mana yang diseleksi negatif Molekul MHC Kls II dapat mempengaruhi aktivasi sel T regulator yg dalam keadaan normal mencegah autoimun Gen yg diasosiasikan dg penyakit mungkin saja bukan alel HLA tetapi gen yg terletak dlm komplek HLA Kemiripan antara antigen mikroba dg mol self MHC dpt mengakibatkan reaksi autoimunitas setelah infeksi dg mikroba ybs
faktor genetik
multigen
apoptosis ;
Gen CD95 dan CD95Ldefek dalam mekanisme delesi klonal limfosit melalui proses activation induced cell death Gen IL-2 dan IL-2R dll
c. Aktivasi sel B
Adanya gangguan mekanisme reseptor editing(mengubah struktur reseptor sehingga reseptor itu menunjukkan spesifisitas yang berbeda dan tidak lagi bereaksi dengan antigen sendiri), contohnya adanya mekanisme rekombinasi reseptor sel B hyperaktif .
Porfiria
dr. nyayu Fauziah Zen Bag.Biologi Medik FK Unsri
Pendahuluan
Sejarah
Pertama kali ditemukan di Afrika Selatan th 1688 dengan insiden 1 : 500, dan sekarang (1995) terdapat kira-kira 9000 penderita pada populasi kulit putih di negara tersebut
Definisi pofiria
Porfiria merupakan penyakit genetik autosomal dominan Beberapa sarjana menyebut penyakit ini adalah Acut Intermitten porphyria. Dimana tubuh gagal memetabolisme porfirin secara sempurna.
Gejala klinis
Penyakit porfiria ini:
90% tidak menunjukkan gejala klinis 10% menunjukkan gejala klinis yang jelas Defect utama karena defisiensi enzim porphobilinogen (PBG) deaminase ( lebih kurang 50%) salah satu enzim yang penting dalam pembentukan heme Gejala klinis timbul terutama karena:
pemakaian obat-obatan a.l barbiturat , hormon steroid dan zat-zat kimia tertentu serta dalam keadaan starvasi (kelaparan)
Gejala klinis
Kulit peka terhadap sinar matahari kulit lepuh/abrasi terutama di punggung tangan Luka-luka yang sembuh meninggalkan parut depigmentasi Serangan sakit perut yang berat Neuropatia dan psikosis
Diagnosis
Adanya gejala klinis Ascending pedigree Pemeriksaan porfirin dalam feses
Pengobatan
? Pencegahan :
Konsultasi genetik dan konsultasi pranikah Menghindari faktor-faktor resiko