You are on page 1of 10

MAKALAH PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP Disusun Sebagai Syarat Pelaksanaan Presentasi Kelompok Mata Kuliah Perkembangan

Peserta Didik

Disusun oleh: ABDUL MURSYID : IRMA SURYANI NELY SOFIANA : : (A1C3 12 031) (A1C3 12 0 (A1C3 12 0

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Hidup adalah perbuatan, demikianlah kata Sutrisno Bachir. Hidup itu adalah pilihanm demikian kata yang lain. Dan masih banyak lagi definisidefinisi subyektif tentang kehidupan ini. Namun yang terpenting, bahwa hidup adalah memperjuangkan apa yang menjadi nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Para pahlawan menjalani kehidupannya untuk memperjuangkan sebuah nilai kemerdekaan sejati. Para ilmuwan menjalani kehidupannya untuk memperjuangkan sebuah nilai kebenaran pengetahuan dan pembelajaran. Dan masih banyak lagi contoh-contoh pemaknaan dari kehidupan yang kesemuanya itu sebenarnya menjelaskan hakikat kehidupan itu sendiri. Nilai-nilai kehidupan itu beraneka ragam, namun pada dasarnya ia hanya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu nilai kebaikan dan nilai keburukan. Setiap individu diciptakan Tuhan bebas untuk menentukan jalan hidupnya berdasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang ada. Implikasinya, manusia pasti akan mencari tahu nilai-nilai kehidupan itu, baik melewati proses internalisasi dan pembelajaran dari pengalaman yang ia alami. Sehingga sampai ada pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Ketika manusia telah mengetahui nilai-nilai kehidupannya, maka saat itulah hati sanubarinya akan bersuara memberikan pilihan atas nilai-nilai tersebut.. Pemahaman dan penghayatan yang dilakukan akan membawanya kepada kearifan hidup yang berujung pada munculnya sikap hidup yang sesuai dengan nilai kehidupan. Dengan demikian, manusia akan menjadi baik manakala ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang baik. Sebaliknya, manusia akan menjadi buruk ketika ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang buruk. Maka dari itu, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai perkembangan nilai, moral dan sikap manusia.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. Apa keterkaitan antara nilai moral dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku Bagaimana karasteristik nilai, moral, dan sikap remaja Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai moral dan sikap

C. Tujuan 1. 2. 3. Mengetahui keterkaitan antara nilai moral dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku Mengetahui karasteristik nilai, moral, dan sikap remaja Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai moral dan sikap

D. Manfaat 1. Dapat mengetahui keterkaitan antara nilai moral dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku 2. Dapat karasteristik mengetahui nilai, moral, dan sikap remaja 3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai moral dan sikap

BAB II PEMBAHASAN

A.Keterkaitan Antara Nilai Moral Dan Sikap Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkah Laku Aristotle, filsof Yunani, menyatakan bahwa karakter yang baik merupakan pengamalan tingkah laku yang benar (Lickona, 1991:50). Tingkah laku yang benar dilihat dari sisi orang lain dan lingkungan. Lebih lanjut Aristotle mengatakan bahwa kehidupan pada zaman modern cenderung melupakan budi pekerti termasuk orientasi diri, seperti kontrol diri, sikap dermawan, dan rasa sosial. Karakter adalah seperangkat trait yang menentukan sosok seseorang sebagai individu (Kurtus, 2010). Karakter menentukan apakah sesorang dalam mencapai keinginannya menggunakan cara yang benar menurut lingkungannya dan mematuhi hukum dan aturan kelompok. Jadi, karakter merupakan sifat atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak baik berdasarkan penilaian lingkungannya. Karakter berkaitan dengan personalitas walaupun ada perbedaannya. Personalitas merupakan traitbawaan sejak lahir, sedang karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran. Sesorang lahir dengan trait personaliti tertentu, Seseorang ada yang pemalu dan ada yang terbuka dan mudah bicara. Klasifikasi lain adalah apakah sesorang beroritentasi pada tugas atau senang kegiatan sosial. Hal ini yang menjadikan sesorang memiliki sifat ingin menguasai, ingin mempengaruhi, personaliti stabil atau patuh.Karakter pada dasarnya diperoleh melalui interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Karakter diperoleh dari hasil pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain. Pembelajaran langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter, sedang pengamatan diperoleh melalaui pengalaman sehari-hari apa yangdilihat di lingkungan termasuk media televisi. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap merupakan predisposisi terhadap suatu objek atau gejala, yaitu positif atau negatif. Nilai berkaitan dengan baik dan buruk yang berkaitan dengan keyakinan individu. Jadi, karakter seseorang dibentuk melalui

pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang didengar terutama dari seseorang yang menjadi acuan atau idola seseorang. Jadi nilai, moral, dan sikap dapat kita tunjukan sebagai berikut: a. Nilai Nilai adalah seperangkat norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Nilai ini juga merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinanPengembangan Perangkat Penilaian Afektif Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat. b. Moral Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Moral berasal
dari kata Latin mores. Artinya, tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan.

o Moral mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kehidupan sosial dan masyarakat. o Moral merupakan standar baik buruk. o Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang untuk mencapai kehidupan sosial yang harmonis, adil, dan seimbang. Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu: I. Pra-konvensional II. Konvensional III. Post-konvensional Tingkatan tersebut diawali dari stadium nol dimana anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Tingkat I : Pra-konvensional Pada stadium 1,anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa kepatuhan dan hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya, jika anak tidak mau belajar maka dia tidak akan diijinkan untuk bermain dengan temannya. Pada stadium 2, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian dapat dipandang dari berbagai sisi yaitu sisi manfaat dan kerugiannya.

Tingkat II : Konvensional Pada stadium 3, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Pada stadium 4, anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan hanya agar dapat diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan atau norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai belajar menghormati orang yang lebih tua dengan bersikap ramah dan santun. Tingkat III : Post-konvensional Pada stadium 5, remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika dia menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat maka lingkungan akan memberikan perlindungan dan rasa nyaman padanya. Pada stadium 6 (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri, menjadikan penilaian moral sebagai nilainilaipribadi yang tercermin pada tingkah lakunya. c. Sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. o Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting. o Oleh karena itu, sikap setiap orang berbeda baik dari segi kualitas maupun jenisnya. Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Teori Determinisme tentang Sikap Manusia Stephen R. Covey mengemukakan 3 teori determinisme, yaitu : o Determinisme genetis (genetic determinism) berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil pelakuan, pola asuh, atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya

Determinisme psikis (psychic determinism) berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil pelakuan, pola asuh, atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya

Determinisme lingkungan (environment determinism) berpandangan bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan individu itu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu tersebut. Bagaimana atasan/pimpinan memperlakukan kita, bagaimana pasangankita memperlakukan kita, situasi ekonomi, atau kebijakan-kebijakan pemerintah, semuanya membentuk perkembangan sikap individu

Keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan berwujud tingkah laku.

B. Karasteristik Nilai, Moral, Dan Sikap Remaja Seperti yang dipaparkan diatas mengenai nilai, moral dan sikap maka karasteristik nilai, sikap dan remaja dapat di klasifikasikan sebagai berikut: o Berkaitan dengan NILAI Remaja merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman dalam mencari jati dirinya. o Berkaitan dengan MORAL Mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. o Berkaitan dengan SIKAP Perubahan sikap begitu mencolok, yaitu dengan sikap menentang nilai dasar hidup orang tua / orang dewasa lainnya

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Moral Dan Sikap Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting, yang sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai. Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahaptahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak. Moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah: 1. Keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan berwujud tingkah laku. 2. Karasteristik Nilai, Moral, Dan Sikap Remaja o Berkaitan dengan NILAI Remaja merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman dalam mencari jati dirinya. o Berkaitan dengan MORAL Mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. o Berkaitan dengan SIKAP Perubahan sikap begitu mencolok, yaitu dengan sikap menentang nilai dasar hidup orang tua / orang dewasa lainnya

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Moral Dan Sikap secara garis besarnya itu adalah faktor lingkungan seperti faktor budaya.

You might also like