You are on page 1of 18

ULAMA AHLUS SUNNAH

BERBICARA TENTANG WAHABIYAH

Disusun Oleh :
Moderator Salafiyyin@YahooGroups.com
-1 Muharrom 1426 H-

Daftar Isi :

Ada Apa Dengan Wahabi ?


Penulis : Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i rahimahullah
Ulama Ahlus Sunnah dari Dammaj, Yaman.

Penjelasan Tentang Wahabi [I]


Oleh : Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani rahimahullah
Ulama Ahlus Sunnah dari Amman, Yordania

Penjelasan Tentang Wahabi [II]


Penulis : Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hafidzahullah
Pengajar di Daarul Hadits Al-Khairiyyah, Makkah Al Mukarramah.

Beberapa Hal yang Membatalkan KeIslaman


Diterbitkan Departemen Agama, Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan Islam di Indonesia
Diedarkan di bawah pengawasan Direktorat Percetakan dan Penerbitan Indonesia

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 1 05/10/2009


Ada Apa Dengan Wahabi ?
Penulis: Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah
Ulama Ahlus Sunnah dari Dammaj, Yaman.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman didalam Al-Qur'an yang Mulia (yang artinya) :

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi;
tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun." (QS. Ibrahim ayat 24-26)

Dalam ayat-ayat yang mulia ini terdapat kabar gembira dari Allah Subhanahu Wata'ala, yaitu
barangsiapa yang beramal karena Allah Subhanahu Wata'ala, maka Allah Subhanahu Wata'ala
akan mengokohkan, menumbuhkan dan memberkahinya, dan barangsiapa beramal bukan karena
Allah Subhanahu Wata'ala maka ia tidak akan tetap tegak sedikitpun. Allah Subhanahu Wata'ala
akan memusnahkannya dan hal ini nyata dalam kehidupan sebagaimana Allah Subhanahu Wata'ala
menegaskannya.

Jika kita melihat diutusnya Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam dan melihat
perbuatan (jahat) orang-orang kafir serta musuh-musuh Islam kepada Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, kita akan menyaksikan akibat baik itu adalah bagi orang
bertakwa, dan demikianlah sesudah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam
hingga zaman kita ini yang dianggap sebagai zaman fitnah dengan segala bentuknya yang tidak
mengetahui banyaknya fitnah itu melainkan Allah Subhanahu Wata'ala .

Pada zaman ini, zaman yang tersebar kesyirikan dan hal-hal jelek dalam diri kaum muslimin,
terdapat kebangkitan Mubarakah, yang mana keutamaan dan karunia ini dari Allah semata. Dia-lah
yang memberkahi, menumbuhkan dan menunjuki jalannya. Lalu musuh-musuh Islam bermaksud
menjauhkan manusia dari kebangkitan yang diberkahi ini dengan memberikan bermacam-macam
julukan untuk memalingkan kaum muslimin dari kebangkitan dan kesadaran yang diberkahi.

Dalam (kesempatan) ini, kami berbicara -Insya Allah- tentang satu julukan saja, walaupun
(Alhamdulillah) banyak saudara-saudara kita tidak mengetahui tentang hal ini. Akan tetapi ini
termasuk dari (pelaksanaan) bab : "Hendaknya seorang yang tahu menyampaikan kepada orang yang
tidak tahu". Karena sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam bersabda :

"Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir".

Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam bersabda :

"Semoga Allah memperindah orang yang mendengar perkataanku, lalu menghafal dan
menyampaikannya".

Memahami julukan buruk yang disebarkan oleh orang-orang komunis, pengikut partai ba'ats,
pengikut pemahaman (Jamal Abdul Nasir) orang-orang Syi'ah, orang-orang Sufi dan ahli bid'ah,
yang mereka sebarkan dilingkungan masyarakat untuk menghalangi manusia dari sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, kata-kata tersebut adalah "Wahabiyyah", orang-orang yang
berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, mereka
menjauhkan manusia dan memberikan julukan buruk agar manusia lari darinya.

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 2 05/10/2009


Perlu diketahui, bahwasannya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah adalah termasuk
ulama yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah, beliau seorang ulama yang bisa benar dan bisa salah,
kalaulah kita orang-orang yang berbuat "Taklid" (mengikuti tanpa dasar) tentulah kita akan "Taklid"
kepada ulama Yaman yaitu Muhammad bin Ismail Al-Amiir Ash-Shan'ani rahimahullah -beliau
hidup sezaman dengan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab-, dan beliau lebih alim daripada syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah, akan tetapi syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
rahimahullah dakwahnya diberi kekuatan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dengan kekuasaan hingga
tersebarlah ilmu beliau. Adapun Muhammad bin Ismail Al-Amiir karya beliau (karangan-
karangannya) memenuhi dunia, kaum muslimin mendapat manfaat dari kitab-kitabnya, orang-orang
Yaman "Membenci Beliau" dan mereka berkehendak mengusirnya dari negeri Shan'a (Yaman).

Itulah kata (Wahabiyyah) yang dengannya manusia dijauhkan dan dihalangi dari sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, maka wajib bagi kalian untuk berhati-hati dan melihat apa
maknanya.

Kata (Wahabiyyah) dinisbatkan kepada seorang ulama bukan dinisbatkan kepada "Mark" dan bukan
pula dinisbatkan kepada "Lenin" dan bukan pula dinisbatkan kepada "Amerika" atau "Rusia" dan
bukan juga dinisbatkan kepada "Para pemimpin musuh-musuh Islam" dan kami tidak
memperbolehkan seorang muslim untuk menisbatkan dirinya kecuali kepada Islam dan kepada Nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam.

Sepatutnya kalian berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam masalah ini. Nabi Sulaiman alaihis
salam ketika burung Hud-Hud mengabarinya tentang apa yang dilakukan oleh Ratu Saba' dan
kaumnya :

Berkata Sulaiman : “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang
dusta". (QS. An-Naml ayat 27)

Dan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-
Hujurat ayat 6)

Kami berbicara tentang hal ini bukanlah lantaran Ahli Sunnah dan Ahli Agama di "Dammaj"
(tempat Syaikh Muqbil rahimahullah bermukim, pent), karena sesungguhnya dakwah mereka
(Walhamdulillah) diterima oleh penduduk Yaman, akan tetapi permasalahannya adalah propaganda
ini telah melanda negeri Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Syam. Iraq dan seluruh negeri-negeri Islam.
Barangsiapa berpegang teguh kepada Agama, mereka akan mencapnya : "Itu adalah pengikut
Wahabi".

Dan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam kitab-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah ayat 2)

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 3 05/10/2009


Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam bersabda sebagaimana dalam shahih
muslim,

"Orang muslim adalah saudara muslim lainnya. Ia tidak akan mendhaliminya, menghinakannya dan
tidak meremehkannya. Ketakwaan itu adalah disini (beliau menunjuk) ke dada”

Kami memperingatkan tentang propaganda ini, karena rasa kasih sayang kepada saudara-saudara
sekalian dari berburuk sangka kepada saudara-saudara kita para dai yang menyeru ke jalan Allah
Subhanahu Wata'ala dan supaya mereka tidak mengganggu para da’i di jalan Allah Subhanahu
Wata'ala, karena Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam Al Qur’an :

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
(QS. Al Ahzab ayat 58)

Dan Perkaranya adalah sebagaimana pepatah :

“Lempar Batu Sembunyi Tangan”

Perkaranya (adalah sebagaimana telah dikatakan) bahwasanya komunis, pengikut partai ba’ats,
pendukung Jamal Abdul Naser (Pan Arab) berbeda dengan ahli sunnah waljama’ah dan para dai
yang menyeru kepada Allah Subhanahu Wata'ala, dan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian di tuduhkannya kepada orang
yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan yang nyata.” (QS. An
Nisa ayat 112)

Dan aku katakan kepada saudara-saudara para da’i yang menyeru kepada Allah Subhanahu Wata'ala
di seluruh negeri Islam :
Hendaknya mereka bersungguh-sungguh menyingsingkan lengan (untuk berdakwah), dan
hendaknya ikhlas mengharapkan wajah Allah Subhanahu Wata'ala (dalam berdakwah), bukan
lantaran ingin mendapatkan kursi, kedudukan, dan bukan pula lantaran ingin mendapatkan
kehidupan dunia, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan menerima amal kecuali jika
amal itu didasari keikhlasan untuk mengharapkan wajah Allah Subhanahu Wata'ala, berdakwah
kepada Allah Subhanahu Wata'ala lebih tinggi nilainya daripada kursi, kedudukan dan kehidupan
dunia yang nilainya sedikit ini.

“Dan siapakah yang lebih baik perkaataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal shalih dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri.”
(QS. Fushilat ayat 33)

Ya, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa ayat 104)

Kalian mempunyai Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam,
sedangkan musuh-musuh kalian dari kalangan kaum komunis, pengikut partai ba’ats, pengikut
pemahaman Pan Arab, Syi’ah, Sufiyyah, propaganda mereka dibangun diatas kedustaan,
kebohongan serta pengkhianatan. Sedangkan para dai yang menyeru kepada Allah Subhanahu

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 4 05/10/2009


Wata'ala tidak ada yang menolong mereka melainkan Allah Subhanahu Wata'ala, dan cukuplah
Allah Subhanahu Wata'ala sebagai penolong. Dan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam Al
Qur’an untuk mengokohkan hamba-hamba-Nya yang beriman :

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.Jika kamu
(pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” (QS. Ali Imran ayat 139-140)

Dan Allah subhanahu wata’ala juga berfirman :

“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta
kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad ayat
35)

Akan tetapi sepatutnya dakwah itu bukanlah dakwah pemberontakan dan penggulingan, karena
dakwah seperti ini lebih banyak kerusakan daripada kebaikannya, dakwah itu adalah dengan
mengajak kaum muslimin kembali kepada Al Qur’an dan sunah nabi mereka Muhammad Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

"Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap’. Sesungguhnya yang batil
itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al Isra ayat 81)

Dalam ayat yang Mulia ini terdapat berita gembira dari Allah subhanahu wata’ala bahwasanya
kebatilan tidak akan mampu berdiri kokoh didepan kebenaran, dan Allah subhanahu wata’ala
berfirman :

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka
lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu,
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS.
Ar Ra’du ayat 17)

Maka kami memuji Allah Subhanahu Wata'ala yang membangkitkan penduduk Yaman khususnya,
dan juga penduduk Najd Saudi Arabia dan Mesir, sungguh banyak diantara mereka menjadi orang-
orang yang tidak terpengaruh dengan propaganda yang keji ini yang mana propaganda ini ditujukan
kepada seorang ulama yang dipuji oleh ulama Islam.

Syaikh Muhammad bin Ismail Al-Amir An-Shan’ani rahimahullah berkata tentang Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah:

Telah datang kabar gembira (datangnya Syaikh Muhamad bin Abdul Wahab).
Yang telah mengembalikan syariat Islam.
Beliau singkap kebodohan orang jahil dan mubtadi’ maka beliau sama denganku.
Beliau bangun kembali tiang-tiang agama dan menghancurkan kuburan-kuburan keramat yang
membuat manusia sesat. Mereka membuat kembali berhala-berhala seperti suwa’, yaghuts, wad dan

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 5 05/10/2009


ini sejelek-jeleknya. Dan mereka memohon kepada berhala-berhala itu dikala susah seperti seorang
yang meminta Allah Yang Maha Esa.
Berapa banyak orang yang tawaf dikuburan sambil mencium dan mengusap dinding-dinding
kuburan dengan tangan-tangan mereka.

Wajib bagi para da’i yang menyeru kepada Allah Subhanahu Wata'ala untuk tetap istiqomah diatas
kebenaran. Kami telah mengatakan dalam beberapa pengajian maupun khutbah bahwasannya
propaganda itu adalah kedustaan semata (menyandarkan diri kita kepada syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab rahimahullah). Sesungguhnya kami tidak ridha untuk dinisbatkan selain kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam yang memberi syafaat kami dan yang kami cintai,
yang mana Allah Subhanahu Wata'ala mengeluarkan kami dengan perantaraan beliau dari kegelapan
kepada cahaya. Propaganda-propaganda itu akan sirna (cepat atau lambat) sebagaimana Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam pernah dijuluki As-Shabi’ (artinya orang yang
keluar dari agama nenek moyangnya dan berganti agama dengan agama lain).

Adapun kami tidaklah keluar dari agama dan berganti dengan agama lainnya, kami tidak
mengkafirkan bapak-bapak kami, sebagaimana persangkaan mereka ! Dan kami tidak mengkafirkan
para wali ataupun membenci ahlul bait (keluarga Nabi). Bahkan kami telah membahas tentang
keutamaan-keutamaan keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam dalam beberapa
ceramah. Kami tidak membenci orang-orang shalih dan tidak mengkafirkan masyarakat muslimin,
kami tidak memperbolehkan keluar dari ketaatan pemerintahan muslim, maka hendaknya orang yang
menyaksikan hal ini menyampaikan kepada orang yang tidak tahu. Setelah ini propaganda itu akan
lenyap dan akan menjadi sebab bagi tersebarnya sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi
wasallam, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam Al-Qur’an :

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya
azab yang besar.Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu'minin dan
mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: ‘Ini
adalah suatu berita bohong yang nyata.’" (QS An-Nur ayat 11-12)

Jika kamu mendengarkan seseorang berkata : “Itu pengikut Wahabi”, maka ketahuilah bahwa ia
termasuk salah satu dari golongan dibawah ini :
- Mungkin ia seorang yang melakukan perbuatan keji.
- Atau mungkin seorang yang bodoh tidak mengetahui hakekat ini.

Ini adalah kedustaan yang besar terhadap para da’i yang menyeru kepada Allah Subhanahu Wata'ala
, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam Al-Qur’an:

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan
Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nur ayat 19)

Tidak meridhai Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam diganti, kami tidak
meridhai untuk menisbatkan diri kami kepada Syafi’i rahimahullah atau Zaidi atau kepada Wahabi
atau selainnya. Mereka itu semua adalah para ulama yang agung, yang mana mereka menganggap
telah berbuat jahat kepada orang yang menisbatkan diri mereka kepada para ulama itu.

Saya menasehatkan kepada saudara-saudara seagama untuk membaca kitab beliau (Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah) yaitu “Kitabut Tauhid”, niscaya kalian akan melihat
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam. Kitab itu adalah

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 6 05/10/2009


kitab yang agung walaupun didalamnya ada sedikit hadits-hadits yang dha’if, namun tidaklah
mengurangi kwalitasnya.

Sungguh telah diterangkan dalam kitab “An-Nahju Asy-Syadidu” : “Janganlah kalian menjadi
seperti bunglon dengan mengatakan jika manusia berbuat baik maka kami akan berbuat baik, dan
jika mereka berbuat dhalim maka kami akan berbuat dhalim, akan tetapi tanamkanlah dalam jiwa-
jiwa kalian jika manusia berbuat baik kalian akan berbuat baik, dan jika mereka berbuat jahat maka
janganlah kalian berbuat jahat”.

Wallahumusta’an.

Diterjemahkan dari Majalah Al-Asholah edisi 34 hal 28

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 7 05/10/2009


Syaikh Al Abani rahimahullah berbicara tentang Wahabi
Ulama Ahlus Sunnah dari Amman, Yordania.

Penanya : Seseorang bertanya, "kami sering mendengar tentang wahabiyah/wahabi dan kami
mendengar pula bahwa para pengikut wahabiyah membenci shalawat atas Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam dan tidak mau menziarahi makan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa ‘alihi wasallam. Lalu sebagian syaikh mengatakan sesungguhnya Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam telah mengabarkan keadaan mereka ini saat beliau bersabda,
"najed adalah tanduk Syaiton." Bagaimanakah jawaban anda mengenai hal ini ?

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah menjawab:

Pada hakikatnya pertanyaan ini, sangat disayangkan, sangat mengakar dan mempengaruhi kaum
muslimin. Adapun iklim yang telah menunjang tumbuhnya opini seperti ini dahulu adalah faktor
politik, namun masa bagi faktor tersebut telah lama berlalu dan berakhir. Sebab, ia hanyalah manufer
politik yang sengaja dilancarkan oleh daulah Attaturk (kerajaan Turki) tanpa landasan sama sekali,
tapi sekedar mengalihkan perhatian.

Politik tersebut diciptakan oleh daulah attaturk pada saat munculnya seorang ahli ilmu dan tokoh
pembaharu yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-, yang berasal dari bagian
negeri Najed. Tokoh tersebut mengajak orang-orang disekitarnya kepada keikhlasan, beribadah
kepada Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Di antara fenomena
kesyirikan itu, sangat disayangkan, masih saja ditemukan di sebagian negeri Islam, berbeda dengan
negeri tempat munculnya sang pembaharu Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-. Negeri
tersebut hingga saat ini, Alhamdulillah, tidak ditemukan padanya salah satu jenis syirik. Sementara
fenomena syirik demikian marak di sebagian besar negeri Islam yang lain, Sebagai contoh, figur
Khomaini dan saat meninggalnya serta pengumuman penunjukan makan beliau sebagai Ka'bah
(tempat menunaikan haji) bagi penduduk Iran, ini merupakan bukti nyata dan berita tentang hal ini
masih hangat bagi kalian.

Sang tokoh, Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-, ketika naik ke permukaan dalam
rangka berdakwah untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala, sangat bertepatan
dengan hikmah yang dikehendaki Allah Subhanahu Wata'ala. Pada saat itu, di negeri tersebut
terdapat seorang pemimpin di antara sekian pemimpin negeri Najed, beliau adalah Su'ud leluhur
keluarga yang saat ini sedang memerintah Saudi. Akhirnya syaikh (Muhammad bin abdul wahhab
-rahimahullah-) dan pemimpin tersebut bekerja sama, ilmu dan pedang pun saling membantu.
Mereka mulai menyebarkan dakwah tauhid di negeri Najed, mengajak manusia sekali waktu dengan
lisan dan di waktu yang lain dengan pedang. Siap yang menyambut ajakan, maka itulah yang
diharapkan. Sedang bila tidak demikian, maka tidak ada jalan lain kecuali menggunakan kekuatan.

Dakwah tersebut berhasil menyebar hingga sampai ke negeri-negeri yang lain. Sementara perlu
diketahui bahwa saat itu negeri Najed serta wilayah sekitarnya seperti Irak, Yordan, dan wilayah-
wilayah lain berada di bawah kekuasaan Attaturk sebagai khilafah turun-temurun. Kemudian tokoh
ini dengan ilmunya serta pemimpin tersebut dengan kepemimpinannya mulai populer. Dari sini,
penguasa Attaturk merasa khawatir jika muncul di dunia Islam satu kekuatan yang mampu
menyaingi kekuasaan Daulah Attaturk. Maka, mereka berkehendak membabat habis dakwah ini
sebelum sempat beranjak dari negeri kelahirannya. Hal itu mereka tempuh dengan cara
menggencarkan propaganda bohong mengenai dakwah tersebut, sebagaimana terungkap dalam
pertanyaan di atas ataupun pernyataan serupa yang sering kita dengar.

Di atas telah aku katakan, bahwa faktor utamanya adalah konflik politik, akan tetapi konflik politik
tersebut telah berakhir dan bukan tujuan kami hendak membahas sejarah. Adapun faktor lain yang

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 8 05/10/2009


turut andil bagi tersebarnya opini tidak benar terhadap dakwah ini adalah ketidaktahuan sebagian
orang terhadap hakikat dakwah ini. Hal ini mengingatkan ku akan suatu cerita yang pernah aku baca
di sebuah majalah, yaitu bahwa dua orang laki-laki sedang bertukar pikiran mengenai jalan dakwah
Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah- yang mereka cap dengan sebutan Wahabiyah. Kalau
saja manusia mau memikirkan apa yang akan mereka katakan, niscaya pemberian cap ini saja sudah
cukup membuktikan kesalahan mereka dalam menyikapi dakwah ini. Sebab kata Wahabiyah bila
ditelusuri merupakan pecahan dari kata dasar Wahab. Lalu siapakah Al-Wahab itu ? tidak lain
adalah Allah Tabaraka Wata'ala.

Kalau begitu, pemberian cap bagi dakwah ini dengan sebutan Wahabiyah justru menjadikannya
mulia dan bukan malah meruntuhkannya. Akan tetapi sebutan itu sama seperti apa yang mereka
katakan tentang kami di Suriah, "Di telinga mereka, hal itu adalah sesuatu yang menakutkan sekali".
Begitu juga perkataan "Wahabiyah tidak memiliki keyakinan terhadap Rosul, atau mereka tidak
beriman kepada Allah Ta'ala.”

Pembahasan ini telah mengingatkanku akan dua orang yang bertukar pikiran tersebut. Seorang yang
bodoh mengklaim bahwa golongan Wahabiyah hanya beriman kepada Allah Subhanahu Wata'ala,
adapun Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam tidak menjadi bagian
keyakinan mereka. Tidak ada yang mereka ucapkan kecuali "Laa Ilaha Illallaah (Tidak ada
sembahan yang hak kecuali Allah).

Sehubungan dengan ini di Negeri Syam, ada cerita yang mesti aku sampaikan. Mereka biasa
mengatakan "Mobil duta besar Saudi lewat dan ternyata diiringi oleh bendera melambai-lambai
bertuliskan Laa Ilaha Illallaah wa Muhammad Rosulullaah.”

Wahai kaum muslimin, bertakwalah kalian kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Bagaimana kalian
mengatakan terhadap orang-orang itu bahwa mereka tidak beriman kecuali hanya kepada Allah
Subhanahu Wata'ala, sementara bendera mereka merupakan satu-satunya bendera di dunia yang
bertuliskan simbol Tauhid, dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam telah bersabda
tentang hal itu, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada
sembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rosulullaah. Apabila mereka
mengatakan hal itu, sungguh telah terlindung dariku harta dan darah mereka. Adapun Hisab
(perhitungan amalan) mereka terserah kepada Allah Subhanahu Wata'ala ".

Mengapa kalian melancarkan tuduhan dusta kepada mereka?! Lihatlah, bendera mereka ini
menjulang tinggi untuk mengungkapkan keimanan yang ada di hati mereka.

Ini dari satu sisi, sementara dari sisi lain yang lebih besar dan lebih penting, "Mungkin saja
dikatakan bahwa bendera tersebut hanyalah kepalsuan, yakni sekedar propaganda yang memiliki
maksud tersendiri... dan seterusnya", Akan tetapi, tidaklah mereka perhatikan bagaimana hingga saat
ini manusia melaksanakan haji setiap waktu dengan nyaman dan aman. Keadaan seperti ini tidak
pernah dinikmati (setelah masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam dan beberapa
Khalifah terdahulu, peny), pada masa Attaturk yang telah melancarkan tuduhan dusta untuk merusak
citra dakwah ini. Kalian semua mengetahui bahwa seringkali terjadi pada bapak-bapak kita, terlebih
kakek-kakek kita, bila hendak berangkat menunaikan haji harus menyertakan pasukan bersenjata
demi untuk mengamankan jamaah haji tersebut dari para penyamun dan perampok.

Maha suci Allah, kondisi ini telah berakhir. Namun dengan sebab apa? Tentu saja dengan sebab
politik yang diterapkan oleh jamaah yang mereka namakan golongan wahabiyah hingga saat ini.

Seandainya bendera yang melambaikan keimanan shahih dan tauhid yang benar disertai keimanan
bahwa Muhammad adalah Rosulullah itu hanyalah pernyataan palsu dan kedustaan belaka, namun
tidakkah kalian perhatikan bagaimana mereka demikian tekunnya di dalam Masjid untuk beribadah

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 9 05/10/2009


kepada Allah Ta'ala. Mereka mengumandangkan adzan sebagaimana adzan yang dikumandangkan
di seluruh negeri Islam lainnya. Demi Allah, kecuali tambahan (penambahan azan, ed) yang biasa
diucapkan (dilakukan, ed) pada bagian awal dan akhir adzan seperti yang terdapat di berbagai negeri
Islam lain, sesungguhnya tambahan ini tidaklah ditemukan di sana (Saudi). Hal itu mereka lakukan
dalam rangka menerapkan Sunnah, bukan sebagai fenomena pengingkaran terhadap Rosul Islam
serta Rosul bagi manusia secara keseluruhan. Akan tetapi semata-mata hanyalah untuk mengikuti
generasi salaf. Semua kebaikan adalah dengan mengikuti golongan salaf, sementara segala
keburukan terdapat pada bid'ah dan kaum khalaf.

Hingga saat ini, manusia menunaikan ibadah haji dan mendengarkan adzan dengan kalimat
persaksian akan keesaan Allah Subhanahu Wata'ala serta persaksian terhadap Nabi-Nya sebagai
pengemban Risalah. Kemudian mereka sholat seperti sholat yang kita lakukan, dan bersholawat
terhadap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam- setiap kali namanya disebut.
Barangkali mereka lebih banyak bersholawat dibandingkan orang-orang yang menuduh bahwa
mereka tidak mencintai dan tidak mau bersholawat atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi
wasallam.

Wahai jamaah sekalian, takutlah kalian kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Kedustaan yang
digemborkan ini telah dibantah oleh kenyataan kondisi mereka. Sebab tidak mungkin bagi mereka
memperturuti keinginan orang-orang yang berada di negeri mereka. Akan tetapi yang mereka
tampilkan tidak lain lahir dari lubuk hati, keimanan terhadap kalimat "Laa ilaha Illallaah wa anna
Muhammad Rosulullaah" serta semangat untuk mengikuti manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
‘alihi wasallam tanpa menambah-nambah, tidak tidak (bukan, ed) aku katakan tidak mengurangi.
Sebab kekurangan adalah tabiat manusia, tidak ada manusia yang mampu untuk menghindar darinya.
Akan tetapi dari segi Akidah tidak dilebihkan dan tidak dikurangi dari yang semestinya. Sedangkan
dari segi ibadah tidak dilebihkan namun bisa saja kurang dari yang semestinya. Misalnya sebagian
mereka tidak melakukan sholat di waktu malam di saat manusia tertidur, dan ini adalah kekurangan.
Namun kekurangan ini tidak mempengaruhi akidah serta tidak mengurangi nilai keislaman yang
dimiliki. Kalimat Wahabiyah masih saja dijadikan bahan untuk melakukan tuduhan suatu kelompok
masyarakat mengenai perkara-perkara yang mereka berlepas daripadanya sebagaimana dikatakan
"terbebasnya serigala dari darah putra Ya'qub.”

Wallaahu a'lam bisshowab.

Sumber Kitab : Fatawa Asy-Syaikh Al-Albani wa Muqaranatuha bi fatawa Al-'Ulama.

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 10 05/10/2009


Sebagai tambahan, Berikut ana juga bawakan terjemahan Tulisan dari Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu tentang Wahabi dari Kitab beliau yang judul aslinya : Minhajul Firqah An-Najiyah wa Thaifah
Al-Manshuroh, mohon dikoreksi apabila ada kesalahan dalam penulisannya. Moga bermanfaat...

BAGIAN 11

PENGERTIAN WAHABI

Orang-orang biasa menuduh "wahabi " kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan
bid'ah mereka, sekalipun keperca-yaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur'anul
Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo'a
(memohon) hanya kepada Allah semata.

Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam
kitab Al-Arba'in An-Nawawiyah. Hadits itu berbunyi:

"Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka
mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih )

Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi ketika beliau mengatakan, "Kemudian jika
kebutuhan yang dimintanya –menurut tradisi– di luar batas kemampuan manusia, seperti meminta
hidayah (petunjuk), ilmu, kesembuhan dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu (mesti) memintanya
hanya kepada Allah semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat tercela."

Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, "Hadits ini berikut keterangannya menegaskan tidak
dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah." Ia lalu menyergah, "Malah sebaliknya, hal itu
dibolehkan!"

Penulis lalu bertanya, "Apa dalil anda?" Syaikh itu ternyata marah sambil berkata dengan suara tinggi,
"Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh Sa'd!" dan Aku bertanya padanya, "Wahai bibiku, apakah
Syaikh Sa'd dapat memberi manfaat kepadamu?" Ia menjawab, "Aku berdo'a (meminta) kepadanya,
sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanku."

Lalu penulis berkata, "Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau banyak habiskan umurmu
untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau justru mengambil akidah dari bibimu
yang bodoh itu."

Ia lalu berkata, "Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi berumrah lalu datang dengan
membawa kitab-kitab wahabi."

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi kecuali sekedar penulis dengar dari para
syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, "Orang-orang wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi
orang kebanyakan. Mereka tidak percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai
Rasul dan berbagai tuduhan dusta lainnya."

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan Allah semata, dan
percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib mengenal wahabi lebih jauh."

Kemudian penulis tanyakan jama'ahnya, sehingga penulis mendapat informasi bahwa pada setiap Kamis
sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk mengkaji pelajaran tafsir, hadits dan fiqih.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis mendatangi majelis mereka. Kami
masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, sampai tiada berapa lama seorang syaikh
yang sudah berusia masuk ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua
hadirin dimulai dari sebelah kanan, beliau lalu duduk di kursi dan tak seorang pun berdiri untuk-nya.

Penulis berkata dalam hati, "Ini adalah seorang syaikh yang tawadhu' (rendah hati), tidak suka orang
berdiri untuknya (dihormati)."

Lalu syaikh membuka pelajaran dengan ucapan,

"Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah. Kepada Allah kami memuji, memohon pertolongan dan
ampunan…", dan selanjutnya hingga selesai, sebagaimana Rasulullah biasa membuka khutbah dan
pelajarannya.

Kemudian syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan bahasa Arab. Beliau menyampaikan hadits-
hadits seraya menjelaskan derajat shahihnya dan para perawinya. Setiap kali menyebut nama Nabi,

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 11 05/10/2009


beliau mengucapkan shalawat atasnya. Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis diajukan kepadanya.
Beliau menjawab soal-soal itu dengan dalil dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam. Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak menolak setiap penanya. Di akhir pelajaran, beliau
berkata, "Segala puji bagi Allah bahwa kita termasuk orang-orang Islam dan salaf. Sebagian orang
menuduh kita orang-orang wahabi. Ini termasuk tanaabuzun bil alqaab (memanggil dengan panggilan-
panggilan yang buruk). Allah melarang kita dari hal itu dengan firmanNya,

"Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk." (Al-Hujurat: 11)

Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi'i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah mereka dengan
mengatakan, "Jika rafidah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. Maka hendaknya jin dan manusia
menyaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah rafidhah."

Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita wahabi, dengan ucapan salah seorang
penyair, "Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar bahwa sesungguhnya aku wahabi."

Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagian para pemuda. Kami benar-benar dibuat kagum
oleh ilmu dan kerendahan hatinya. Bahkan aku mendengar salah seorang mereka berkata, "Inilah syaikh
yang sesungguhnya!"

A. PENGERTIAN WAHABI

Musuh-musuh tauhid memberi gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang mengesakan Allah), nisbat
kepada Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka jujur, mestinya mereka mengatakan Muhammadi
nisbat kepada namanya yaitu Muhammad. Betapapun begitu, ternyata Allah menghendaki nama wahabi
sebagai nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah yang
paling baik (Asmaa'ul Husnaa).

Jika shufi menisbatkan namanya kepada jama'ah yang memakai shuf (kain wol) maka sesungguhnya
wahabi menisbatkan diri mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu Allah yang memberi-kan
tauhid dan meneguhkannya untuk berdakwah kepada tauhid.

B. MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB

Beliau dilahirkan di kota 'Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Qur'an sebelum berusia sepuluh
tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih Hambali, belajar hadits dan tafsir kepada para syaikh
dari berbagai negeri, terutama di kota Madinah. Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Perasaan beliau ter-sentak setelah menyaksikan apa yang terjadi di negerinya Nejed dengan negeri-negeri
lainnya yang beliau kunjungi berupa kesyirikan, khurafat dan bid'ah. Demikian juga soal menyucikan dan
mengkultus-kan kubur, suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.

Ia mendengar banyak wanita di negerinya bertawassul dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata,
"Wahai pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan suami sebelum setahun ini."

Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para sahabat, keluarga Nabi (ahlul bait), serta kuburan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, hal yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan kecuali hanya
kepada Allah semata.

Di Madinah, ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah , serta berdo'a


(memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan dengan Al-Qur'an dan sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam. Al-Qur'an menegaskan:

"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi
madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, sesungguhnya kamu
kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim." (Yunus: 106)

Zhalim dalam ayat ini berarti syirik. Suatu kali, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada
anak pamannya, Abdullah bin Abbas:

"Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika eng-kau meminta pertolongan mintalah
pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaumnya kepada tauhid dan berdo'a (memohon) kepada
Allah semata, sebab Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan sedangkan selainNya adalah
lemah dan tak kuasa menolak bahaya dari dirinya dan dari orang lain. Adapun mahabbah (cinta kepada
orang-orang shalih), adalah dengan mengikuti amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya sebagai

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 12 05/10/2009


perantara antara manusia dengan Allah, dan juga tidak menja-dikannya sebagai tempat bermohon selain
daripada Allah.

1. Penentangan orang-orang batil terhadapnya:

Para ahli bid'ah menentang keras dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab. Ini tidak mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan mereka merasa heran terhadap dakwah kepada tauhid. Allah
berfirman:

"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal
yang sangat mengherankan." (Shaad: 5)

Musuh-musuh syaikh memulai perbuatan kejinya dengan meme-rangi dan menyebarluaskan berita-berita
bohong tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya dengan maksud agar dakwahnya
terputus dan tak berkelanjutan. Tetapi Allah menjaganya dan memberinya penolong, sehingga dakwah
tauhid terbesar luas di Hejaz, dan di negara-negara Islam lainnya.

Meskipun demikian, hingga saat ini, masih ada pula sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-
berita bohong. Misalnya mere-ka mengatakan, dia (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah pembuat
madzhab yang kelima, padahal dia adalah seorang penganut madzhab Hambali. Sebagian mereka
mengatakan, orang-orang wahabi tidak mencintai Rasulullah serta tidak bershalawat atasnya. Mereka anti
bacaan shalawat.

Padahal kenyataannya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab telah menulis kitab "Mukhtashar Siiratur
Rasuul ". Kitab ini bukti sejarah atas kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka mengada-adakan berbagai cerita dusta tentang Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab, suatu hal yang karenanya mereka bakal dihisab pada hari Kiamat.

Seandainya mereka mau mempelajari kitab-kitab beliau dengan penuh kesadaran, niscaya mereka akan
menemukan Al-Qur'an, hadits dan ucapan sahabat sebagai rujukannya.

Seseorang yang dapat dipercaya memberitahukan kepada penulis, bahwa ada salah seorang ulama yang
memperingatkan dalam pengajian-pengajiannya dari ajaran wahabi. Suatu hari, salah seorang dari hadirin
memberinya sebuah kitab karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum diberikan, ia hilangkan
terlebih dahulu nama pengarangnya. Ulama itu membaca kitab tersebut dan amat kagum dengan
kandungannya. Setelah mengetahui siapa penulis buku yang dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin
Abdul Wahab.

2. Dalam sebuah hadits disebutkan:

"Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di negeri Syam, dan di negeri Yaman. Mereka berkata, 'Dan di
negeri Nejed.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata, 'Di sana banyak terjadi berbagai
kegoncangan dan fitnah, dan di sana (tempat) munculnya para pengikut setan." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

Ibnu Hajar Al-'Asqalani dan ulama lainnya menyebutkan, yang dimaksud Nejed dalam hadits di atas
adalah Nejed Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya fitnah yang terjadi di sana. Kota yang juga di situ
Al-Husain bin Ali radhiallaahu 'anhu dibunuh.

Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian orang, bahwa yang dimaksud dengan Nejed adalah Hejaz,
kota yang tidak pernah tampak di dalamnya fitnah sebagaimana yang terjadi di Iraq. Bahkan sebaliknya,
yang tampak di Nejed Hejaz adalah tauhid, yang karenanya Allah menciptakan alam, dan karenanya pula
Allah mengutus para rasul.

3. Sebagian ulama yang adil sesungguhnya menyebutkan:

Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah salah se-orang mujaddid (pembaharu) abad dua belas
Hijriyah. Mereka menulis buku-buku tentang beliau. Di antara para pengarang yang menulis buku tentang
Syaikh adalah Syaikh Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang "Silsilah Tokoh-tokoh Sejarah", di antara
mereka terdapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Ahmad bin 'Irfan.

Dalam buku tersebut beliau menyebutkan, akidah tauhid sampai ke India dan negeri-negeri lainnya
melalui jama'ah haji dari kaum muslimin yang terpengaruh dakwah tauhid di kota Makkah. Karena itu,
kompeni Inggris yang menjajah India ketika itu, bersama-sama dengan musuh-musuh Islam memerangi
akidah tauhid tersebut. Hal itu dilakukan karena mereka mengetahui bahwa akidah tauhid akan
menyatukan umat Islam dalam melawan mereka.

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 13 05/10/2009


Selanjutnya mereka mengomando kepada kaum Murtaziqah (orang-orang bayaran) agar mencemarkan
nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka pun menuduh setiap muwahhid yang menyeru kepada
tauhid dengan kata wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai padanan dari tukang bid'ah, sehingga
memalingkan umat Islam dari akidah tauhid yang menyeru agar umat manusia berdo'a hanya semata-
mata kepada Allah. Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata wahabi adalah nisbat kepada Al-
Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari Nama-nama Allah yang paling baik (Asma'ul Husna)
yang memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikannya masuk Surga.

BAGIAN 12

PERANG ANTARA TAUHID DENGAN SYIRIK

Perang antara tauhid dengan syirik telah terjadi sejak lama. Sejak zaman Nabi Nuh AlaihisSalam menyeru
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada berhala-berhala.

Nabi Nuh berada di tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau menyeru kaumnya
kepada tauhid, tetapi peneri-maan mereka sungguh di luar harapan. Secara jelas Al-Qur'an meng-
gambarkan penolakan mereka, dalam firmanNya:

"Dan mereka berkata, 'Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghust,
ya'uq dan nasr." Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia)." (Nuh: 23-24)

Tentang tafsir ayat ini, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas , dia berkata:

1. Ini adalah nama-nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal dunia, setan
membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuat patung orang-orang shalih tersebut di tempat-
tempat duduk mereka, dan agar memberinya nama sesuai dengan nama-nama mereka. Maka mereka pun
melakukan perintah setan tersebut. Pada awalnya, patung-patung itu tidak disembah. Tetapi ketika
mereka semua sudah binasa dan ilmu telah diangkat, mulailah patung-patung itu disembah.

2. Selanjutnya datanglah para rasul sesudah Nabi Nuh. Mereka menyeru kaumnya agar beribadah hanya
kepada Allah semata, dan agar meninggalkan apa yang mereka sembah selain Allah, sebab me-reka tidak
berhak untuk disembah. Renungkanlah Al-Qur'anul Karim yang menceritakan tentang keadaan mereka:

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
kepadaNya?." (Al-A'raaf: 65)

"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia." (Huud: 61)

"Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata, "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia." (Huud: 84)

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang
menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku." (Az-Zukhruf: 26-27)

Terhadap dakwah para nabi tersebut, kaum musyrikin meresponnya dengan penentangan dan
pengingkaran terhadap apa yang mereka bawa. Orang-orang musyrik itu memerangi para rasul dengan
segala kemampuan yang mereka miliki.

3. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam misalnya, sebelum diutus sebagail rasul, beliau terkenal di
kalangan orang-orang Arab dengan julukan "ash-shaadiqul amiin" (yang jujur dan dapat dipercaya).
Tetapi tatkala beliau mengajak kaumnya menyembah kepada Allah dan mengesakanNya, serta menyeru
agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka, serta merta mereka lupa dengan sifat
jujur dan amanah beliau. Lalu mereka menghujaninya dengan berbagai julukan buruk. Di antaranya ada
yang menjuluki beliau dengan "ahli sihir lagi pendusta". Al-Qur'an mengisahkan penolakan mereka
terhadap dak-wah tauhid dalam firmanNya:

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata, 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak dusta. Mengapa ia
menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan." (Shaad: 4-5)

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 14 05/10/2009


"Demikianlah tidak ada seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
melainkan mereka mengatakan. "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling
berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenar-nya mereka adalah kaum yang melampaui batas."
(Adz-Dzaari-yaat: 52-53)

Demikianlah itulah sikap segenap rasul dalam dakwahnya kepada tauhid. Dan sebagaimana gambaran
ayat-ayat di atas itulah sikap kaum mereka yang pendusta lagi mengada-mengada.

4. Pada zaman kita saat ini, jika seorang muslim mengajak sesama saudara muslim lainnya kepada
akhlak, kejujuran dan amanah, ia tidak akan menemukan orang yang menentangnya.

Berbeda halnya jika ia mengajak mereka kepada tauhid yang ke-padanya para rasul menyeru –yaitu
berdo'a (memohon) hanya semata-mata kepada Allah dan tidak memohon kepada selainNya, baik kepada
para nabi atau wali, karena sesungguhnya mereka hanyalah hamba Allah–, niscaya orang-orang segera
menentangnya dan menuduhnya dengan berbagai tuduhan dusta. Mungkin mereka akan dituduh wahabi,
dengan maksud untuk membendung manusia dari dakwah kepada tauhid.

Jika sang da'i mengetengahkan ayat yang didalamnya terdapat ajakan kepada tauhid, mereka tak segan-
segan menuduh dengan mengatakan, "Ini ayat wahabi". Manakala sang da'i membawakan hadits:

Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah dan jika kamu mohon pertolongan maka mohonlah
pertolongan kepada Allah." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Maka serta-merta sebagian mereka akan mengatakan, "Itu hadits wahabi."

Bila seseorang shalat dengan meletakkan tangan di atas dada, atau menggerakkan jari telunjuknya ketika
tasyahud , sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka sebagian orang
akan menga-takan sebagai orang wahabi.

Kata wahabi seakan menjadi simbol bagi setiap orang yang mengesakan Allah, yang hanya menyembah
Tuhan Yang Satu, dan mengikuti sunnah nabiNya.

Sesungguhnya wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi). Ia adalah salah satu dari
nama-nama Allah Yang Paling Baik. Berarti Dialah yang memberikan kepadanya tauhid, yang merupakan
nikmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang mengesakan Allah.

5. Para du'at kepada tauhid hendaknya sabar dan meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,
yang kepadanya Allah berfirman:

"Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (Al-
Muzammil: 10)

"Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, janganlah kamu ikuti orang yang
berdosa dan orang yang kafir di antara mereka." (Al-Insaan: 24)

Setiap orang Islam hendaknya menerima dakwah kepada tauhid, serta mencintai pada da'inya. Karena
sesungguhnya tauhid adalah dakwah para rasul secara keseluruhan, juga dakwah Rasul kita Muhammad
Shallallahu 'alaihi wasallam. Maka barangsiapa mencintai Rasul, niscaya dia akan mencintai dakwah
kepada tauhid dan barangsiapa membenci kepada dakwah tauhid, maka berarti ia telah membenci
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

-oOo-

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 15 05/10/2009


BEBERAPA HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN

Dinukil dari Lembaga Riset ilmiah dan Fatwa


di sahkan oleh Samahatusy-Syaikh Muhammad Bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah
Diterbitkan Departemen Agama, Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan Islam di Indonesia
Diedarkan di bawah pengawasan Direktorat Percetakan dan Penerbitan Indonesia

Saudaraku seagama! Ketahuilah, bahwa ada beberapa hal yang dapat membatalkan
keislaman seseorang, dan yang paling banyak terjadi ada sepuluh macam yang wajib di hindari,
yaitu:

PERTAMA :

Mempersekutukan Allah Subhanahu Wata'ala dalam ibadah, Allah Subhanahu Wata'ala


berfirman :

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah Subhanahu Wata'ala, maka
pasti Allah mengharamkan baginya surga dan tempatnya (kelak) adalah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun”.

Dan diantara perbuatan syirik tersebut ialah : berdo’a dan memohon pertolongan kepada
orang-orang yang telah mati, begitu pula bernadzar dan menyembelih kurban demi mereka.

KEDUA :

Barangsiapa yang menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah
Subhanahu Wata'ala, berdo’a dan memohon syafa’at serta bertawakkal kepada perantara tersebut
maka hukumnya KAFIR menurut kesepakatan para ulama (ijma’).

KETIGA :

Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu akan kekafiran
mereka, atau membenarkan paham (madzhab) mereka, maka dengan demikian dia telah KAFIR.

KEEMPAT :

Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa selain tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa ‘alihi wasallam itu lebih sempurna, atau selain ketentuan hukum beliau lebih baik, sebagaimana
mereka yang mengutamakan aturan-aturan manusia yang melampaui batas lagi menyimpang dari
hukum Allah Subhanahu Wata'ala (aturan-aturan thogut), dan mengenyampingkan hukum
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, maka yang berkeyakinan seperti ini adalah
KAFIR.

Sebagai contoh :

A. Berkeyakinan bahwa aturan-aturan dan perundang-undangan yang diciptakan manusia lebih


utama daripada syari’at Islam, atau berkeyakinan bahwa aturan Islam tidak layak untuk
diterapkan pada abad modern ini, atau berkeyakinan bahwa Islam adalah sebab kemunduran
kaum muslimin, atau berkeyakinan bahwa Islam itu khusus mengatur hubungan manusia
dengan tuhannya saja, tidak mengatur segi kehidupan lain.
B. Berpendapat bahwa melaksanakan hukum Allah Subhanahu Wata'ala seperti memotong
tangan pencuri, atau merajam pelaku zina yang telah kawin (mukhsan) tidak cocok lagi
dengan zaman sekarang.

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 16 05/10/2009


C. Berkeyakinan bahwa boleh menggunakan selain hukum Allah Subhanahu Wata'ala dalam
segi mu’amalat syari’ah (seperti perdagangan, sewa menyewa dan lain sebagainya), atau
dalam hukum pidana, atau lainnya, sekalipun tidak disertai dengan keyakinan bahwa hukum-
hukum tersebut lebih utama dari Syari’at Islam. Karena dengan demikian berarti ia telah
menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala menurut kesepakatan
para ulama (ijma’) sedangkan setiap orang yang menghalalkan apa yang sudah jelas dan
tegas diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dalam agama, seperti : berzina, minum
khamr (segala minuman yang memabukkan), riba, dan menggunakan undang-undang selain
syari’at Allah Subhanahu Wata'ala, maka ia adalah KAFIR menurut kesepakatan para ulama
(ijma’).

KELIMA :

Barangsiapa yang membenci sesuatu yang telah di tetapkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa ‘alihi wasallam sebagai syari’at beliau, sekalipun ia ikut mengamalkannya, maka ia
menjadi KAFIR, karena Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Demikian itu adalah dikarenakan mereka benci terhadap apa yang diturunkan oleh Allah,
maka Allah menghapuskan (pahala) segala amal perbuatan mereka.”

KEENAM :

Barangsiapa yang memperolok-olok Allah Subhanahu Wata'ala, atau kitabNya, atau


RosulNya, atau sesuatu yang merupakan ajaran agamaNya, maka ia menjadi KAFIR, karena Allah
Subhanahu Wata'ala telah berfirman :

“Katakanlah (wahai Muhammad) : “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya


kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah KAFIR setelah
beriman.”

KETUJUH :

Sihir, diantaranya adalah ilmu guna-guna (sharf) yaitu : merobah kecintaan seorang suami
kepada istrinya menjadi kebencian, begitu juga ilmu pekasih (‘Athf) yaitu : menjadikan seseorang
mencintai sesuatu yang tidak disenanginya dengan cara-cara syaiton. Maka barangsiapa yang
mengerjakan hal-hal tersebut, atau senang dan rela dengannya berarti ia telah KAFIR, karena Allah
Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Sedangkan kedua malaikat itu tidak mengajarkan (suatu sihir) kepada seorangpun sebelum
mengatakan, sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.”

KEDELAPAN :

Membantu dan menolong orang-orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin, karena
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Dan barangsiapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.”

KESEMBILAN :

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 17 05/10/2009


Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa sebagian manusia diperbolehkan tidak mengikuti
syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam, maka ia adalah KAFIR, karena
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

KESEPULUH :

Berpaling dari agama Allah Subhanahu Wata'ala, atau dari hal-hal yang menjadi syarat
mutlak sebagai muslim, dengan tanpa mempelajarinya dan tanpa mengamalkannya, karena Allah
Subhanahu Wata'ala berfirman :

“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-
ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan
pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.”

Dan Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman :

“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”

Dalam hal-hal yang membatalkan keislaman ini, tidak ada bedanya antara yang main-main
dan yang sungguh-sungguh sengaja melanggar dan yang karena takut, terkecuali yang dipaksa.

Kita berlindung pada Allah Subhanahu Wata'ala dari hal-hal yang mendatangkan
kemurkaannya dan kepedihan siksaNya.

-oOo-

Salafiyyin@yahoogroups.com Page 18 05/10/2009

You might also like